Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Jiwa

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan normal dalam
kehidupan manusia. Membiarkan pergi, melepaskan, dan terus melangkah terjadi ketika
individu menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan. Dengan mengucapkan Selamat
Tinggal kepada tempat, orang, impian, dan benda-benda yang disayangi, misalnya selimut
atau mainan favorit, guru SD, atau harapan ketika remaja untuk menjadi bintang musik rock
yang terkenal, adalah contoh kehilangan yang penting, yang terjadi bersama pertumbuhan.
Kehilangan memungkinkan individu berubah dan terus berkembang serta memenuhi potensi
diri. Kehilangan dapat direncanakan, diharapkan, atau terjadi tiba-tiba, dan proses berduka
mengikutinya jarang terjadi dengan nyaman atau menyenangkan. Walaupun tidak nyaman,
kehilangan kadang-kadang bermanfaat ; pada waktu lain kehilangan dapat menghancurkan
dan membuat individu lemah.
Dukacita mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan respon
normal terhadap pengalaman kehilangan(Varcarolis, 1998). Berduka mengacu pada proses
mengalami duka cita. Mourning, tampilan luar duka cita, adalah suatu cara mengintegrasikan
kehilangan dan duka cita ke dalam hidup individu yang berduka (Marrone,1997;Webb,1993).
Berduka tidak hanya melibatkan isi(apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dirasakan individu),
berkata, dan merasa). Oleh karena itu, kita akan mempelajari apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan individu yang menderita pengalaman kehilangan.
Semua individu berduka ketika mereka mengalami perubahan dan kehilangan dalam
hidup, dan seringkali proses tersebut merupakan salah satu hal yang paling sulit dan
menantang keberadaan manusia. Untuk memenuhi tantangan pada klien, perawat harus
memiliki pemahaman dasar tentang proses berduka karena suatu kehilangan. Proses dukacita
harus merupakan area yang dikenal baik oleh perawat yang berinteraksi dengan klien yang
berespons terhadap banyak kehilangan sepanjang rentang sehat dan sakit.
Walaupun semua kehilangannya relevan dengan kebutuhan manusia merupakan
penyebab berduka, kemungkinan kehilangan yang paling menghancurkan ialah kehilangan
orang yang dicintai-anak, orang tua, pasangan, atau orang terdekat. Diskusi berikut ini
terutama berkaitan dengan berduka yang terjadi sebagai respon terhadap kehilangan
seseorang yang dicintai.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 1


Asuhan Keperawatan Jiwa

Dukacita dapat dan kadang-kadang mungkin harus menjadi fokus terapi. Walaupun
dukacita bukan gangguan alam perasaan, dukacita kadang tampak sebagai gangguan alam
perasaan bagi mata orang yang berpengalaman. Dapat lebih sulit mengkaji dukacita pada
individu yang menderita dissabilitas psikiatri seperti depresi atau skizofrenia karena afek
datar, mood tertekan, atau disorganisasi kognitif yang menyertai banyak gangguan jiwa dapat
mengkamuflase perilaku berduka klien. Perawat harus waspada terutama pada klien
gangguan jiwa yang juga berduka. Klien ini dapat mengalami dukacita dan merasa
kehilangan tidak hanya ketika mereka kehilangan hubungan yang penting akibat kematian,
tetapi ketika mereka mengalami perubahan di lingkungan terapi, rutinitas, lingkungan, atau
bahan staf.
Makalah ini berfokus pada pengalaman manusia terhadap kehilangan dan proses
kehilangan yang dilalui individu, kita akan melihatnya sebagai suatu proses berduka. Proses
berduka dibahas dalam bentuk tahap yang dilalui individu untuk mengintegrasikan
kehilangan ke dalam hidupnya. Untuk mendukung dan merawat klien yang berduka, perawat
perlu memahami fase ini dan respon budaya terhadap kehilangan. Bagian proses keperawatan
menjelaskan peran perawat dalam proses berduka dan memberi pedoman cara menawarkan
hubungan dan mengajarkan keterampilan koping yang diperlukan kepada klien yang berduka.
Pentingnya kesadaran diri dan kompetensi sebagai fasilitator juga di bahas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah kami buat diatas, dapat dirumuskan permasalahan
bagaimana melakukan asuhan keperawatan jiwa kehilangan dan berduka (Amputasi).

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
melakukan asuhan keperawatan jiwa kehilangan dan berduka (Amputasi).
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini antara lain :
1. Mengetahui apa itu gangguan jiwa kehilangan dan berduka
2. Mengetahui bagaimana pengkajian yang dilakukan pada asuhan keperawatan
jiwa kehilangan dan berduka
3. Mengetahui apa saja diagnose yang sering muncul pada asuhan keperawatan
jiwa kehilangan dan berduka
4. Mengetahui intervensi keperawatan jiwa kehilangan dan berduka

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 2


Asuhan Keperawatan Jiwa

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert & Lambert, 1985). Kehilangan juga dianggap sebagai suatu penarikan sesuatu atau
seseorang atau situasi yang berharga atau bernilai, baik sebagai pemisahan yang nyata
maupun yang diantisipasi.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 3


Asuhan Keperawatan Jiwa

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir setiap individunsudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali dalam bentuk dan cara yang berbeda. Terlepas dari
penyebab kehilangan yang dialami, setiap individu akan berespons dengan kehilangan yang
dialami. Respons terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon sebelumnya.

2.2 Tipe Kehilangan

2.2.1 Menurut Maslow

Cara yang bermanfaat untuk mempelajari tipe kehilangan ialah menggunakan


hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow. Menurut Maslow (1954), tindakan
manusia dimotivasi oleh hierarki kebutuhan, yang dimulai dengan kebutuhan
fisiologis (makanan, udara, air, dan tidur), kemudian kebutuhan keselamatan (tempat
yang aman untuk tinggal dan bekerja), kemudian kebutuhan keamanan dan memiliki.
Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, individu dimotivasi oleh kebutuhan harga diri
yang menimbulkan rasa percaya diri dan adekuat. Kebutuhan yang terakhir ialah
aktualisasi diri, suatu upaya untuk mencapai potensi diri secara keseluruhan. Apabila
kebutuhan manusia tersebut tidak terpenuhi atau diabaikan karena suatu alasan,
individu mengalami suatu kehilangan. Beberapa contoh kehilangan yang relevan
dengan kebutuhan spesifik manusia yang diidentifikasi dalam hierarki Maslow antara
lain :

Kehilangan fisiologis: Kehilangan pertukaran udara yang adekuat, kehilangan fungsi


pancreas yang adekuat, kehilangan suatu ekstremitas, dan gejala atau kondisi somatic
lain yang menandakan kehilangan fisiologis.
Kehilangan keselamatan: Kehilangan lingkungan yang aman, seperti kekerasan dalam
rumah tangga dan kekerasan public, dapat menjadi titik awal proses dukacita yang
panjang, misalnya sindrom stress pasca trauma. Terungkapnya rahasia dalam
hubungan professional dapat dianggap sebagai suatu kehilangan keselamatan
psikologis sekunder akibat hilangnya rasa percaya antara klien dan pemberi
perawatan.
Kehilangan keamanan dan rasa memiliki: Kehilangan terjadi ketika hubungan
berubah akibat kelahiran, perkawinan, perceraian, sakit, dan kematian. Ketika makna
suatu hubungan berubah, peran dalam keluarga atau kelompok dapat hilang.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 4


Asuhan Keperawatan Jiwa

Kehilangan seseorang yang dicintai memengaruhi kebutuhan untuk mencintai dan


dicintai.
Kehilangan harga diri: Kebutuhan harga diri terancam atau dianggap sebagai
kehilangan setiap kali terjadi perubahan cara menghargai individu dalam pekerjaan
dan perubahan hubungan. Rasa harga diri individu dapat tertantang atau dialami
sebagai suatu kehilangan ketika persepsi tentang diri sendiri berubah. Kehilangan
fungsi peran sehingga kehilangan persepsi dan harga diri karena keterkaitannya
dengan peran tertentu, dapat terjadi bersamaan dengan kematian seseorang yang
dicintai.
Kehilangan yang berhubungan dengan aktualisasi diri: Tujuan pribadi dan potensi
individu dapat terancam atau hilang ketika krisis internal atau eksternal menghalangi
atau menghambat upaya pencapaian tujuan dan potensi tersebut (Parkes, 1998).
Perubahan tujuan atau arah akan menimbulkan periode dukacita yang pasti ketika
individu berhenti berpikir kreatif untuk memperoleh arah dan gagasan baru. Contoh
kehilangan yang terkait dengan aktualisasi diri mencakup gagalnya rencana
menyelesaikan pendidikan, kehilangan harapan untuk menikah dan berkeluarga, atau
seseorang kehilangan penglihatan atau pendengaran ketika mengejar tujuan menjadi
artis atau komposer.
2.2.2 Menurut Sumber Lain
1. Actualloss
Diakui orang lain dan sama sama dirasakan bahwa hal tersebut
merupakan suatu bentuk kehilangan.
Misalnya : kehilangan suami atau istri, kehilangan pekerjaan

2. Perceived loss
Disarankan seseorang, tetapi tidak sama yang dirasakan orang lain.
Misalnya : Kehilangan masa muda, keuangan, lingkungan yang berharga.
3. Physical loss
Kehilangan secara fisik
Misalnya : Seseorang mengalami kecelakaan dan akibat luka yang sangat
parah terpaksa ada anggota gerak yang diamputasi.
4. Phychologicloss
Kehilangan secara psiklogis.
Misalnya : Orang yang cacat akibat kecelakaan, membuat dirinya merasa tidak
percaya diri. Body image-nya terganggu.
5. Anticiparoty loss
Kehilangan yang dapat dicegah atau diantisipasi.
Misalnya : Seseorang yang menderita penyakit terminal. Respons emosi yang
normal terhadap sesuatu yang hilang atau akan hilang dan setelah beberapa

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 5


Asuhan Keperawatan Jiwa

saat akan kembali normal. Respons kehilangan ini disebut dengan istilah
berduka.

2.3 Tahapan Proses Berduka dan Kehilangan pada Proses Menjelang Ajal
1. Fase denial ( penolakan atau pengingkaran )
a. Reaksi kehilangan pertama kali
b. Syok psikologis
c. Tidak percaya, berupa mengingkari kenyataan
d. Reaksi fisik : lemah, pucat, menangis, gelisah, dan jantung meningkat
e. Berakhir dalam beberapa menit sampai beberapa tahun
2. Fase anger ( marah )
a. Individu berusaha keras menolak kehilangan
b. Ketidakmampuan mengubah keadaaan menimbulkan marah, yang bisa
dialamatkan kedalam diri maupun pada orang lain
c. Perilaku agresif
d. Bicara kasar dan menolak pengobatan
e. Menuduh tim kesehatan
f. Respons fisik : muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan tangan
mengepal
3. Fase bargaining ( tawar-menawar )
a. Penundaan kesadaran
b. Membuat kesepakatan secara halus
c. Memohon pemurahan dari tuhan
4. Fase depresi ( kesedihan mendalam )
a. Bersikap menarik diri
b. Sangat menurut dan tidak mau bicara
c. Menyatakan keputusasaan dan rasa tidak berharga
d. Bisa muncul keinginan untuk bunuh diri
e. Gejala fisik : menolak makan, susah tidur, letih dan dorongan libido menurun
5. Fase penerimaan
a. Reorganisasi perasaan kehilangan
b. Menerima kenyataan yang dialami dan mulai memandang kedepan

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan


1. Perkembangan
Anak-anak : Belum memahami, belum bisa merasakan, bisa mengalami
regresi.
Dewasa : Kehilangan membuat orang mengenang tentang hidup serta
tujuan hidupnya.
Lansia : Mempersiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang pasti dan
tidak bisa dihindari.
2. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respons dan ekspresi kesedihan. Anak tertua
biasanya menunjukan sikap kuat dan tidak terlalu menunjukkan kesedihan,
sebaliknya dengan anak terakhir.
3. Sosial ekonomi

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 6


Asuhan Keperawatan Jiwa

Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga,


maka akan menjadi kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara
ekonomi. Dan hal ini bisa sangat mengganggu kelangsungan hidup keluarga.

4. Budaya
Budaya barat menganggap kesedihan adalah sesuatu yang bersifat pribadi,
sehingga hanya diutarakan pada sesama keluarga. Kultur lain di Timur Tengah
misalnya, orang mengekspresikan kesedikan dengan berteriak, menjerit bahkan
sampai merobek-robek pakaian atau menaburkan debu di kepala.
5. Agama
Agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Tetapi ada juga orang
yang menyalahkan Tuhan.
6. Penyebab kematian
Kematian yang tiba-tiba sangat mengganggu keluarga, sehingga bisa
menimbulkan syok psikologis dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada juga
yang beranggapan bahwa kematian akibat kecelakaan (tabrakan, tenggelam)
diasosiasikan dengan kesialan.

2.5 Pemahaman Teoritis Proses Duka Cita

Tanpa memperhatikan jenis kehilangan, perawat kan siap mengenali karakteristik


proses berduka untuk semua klien. Dengan memahami fenomena yang klien alami ketika
mereka menghadapi rasa tidak nyaman akibat kehilangan, perawat dapat meningkatkan
ekspresi dan pelepasan dan derita emosional juga nyeri fisik sehingga dapat endukug proses
berduka titik. Mendukung proses berduka berarti membantu memenuhi kebutuhaan fisik dan
psikologis.

Hubungan terapeutik dan ketrampilan komunikasi seperti mendengar aktif merupakan


hal yang sangat penting ketika membantu klien yang berduka. Mengenali isi komunikasi
verbal dan non verbal pada berbagai tahap berduka dapat membantu perawat memiih
intervensi yang memenuhi kebutuhan psikologis dan fisik pasien.

2.5 Tahap Berduka Menurut Kubler-Ross

Kerja elisabeth kubler-ross membantu menetapkan tahap untuk memahami


bagaimana kehilangan mempengaruh kehidupan manusia. Ketika ia memerhatikan klien nya
yang menderita penyakit terminal, ia dapat melihat proses menjelang kematian. Melalui
observasi dan menangani klien yang menjelang kematian keluarga mereka, ia
mengembangkan suatu model untuk memahami apa yang klien alami ketika mereka berduka

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 7


Asuhan Keperawatan Jiwa

atau berkabung akibat kehilangan seseorang. Ia mendeskripsikan tahap penyangkalan,


kemarahan, tawar menawar, depresi, dan penerimaan (kubler-ross, 1969):

Penyangkalan aadalah shock dan ketidakpercayaan tentang kehilangan.


Kemarahan daapat diekspresikan kepada tuhan, keluarga, teman, atau pemberi
perawatan kesehatan.
Tawar menawar terjadi ketika individu menawar untuk mendapat lebih banyak waktu
dalam upaya memperlama kehilangan yang tidak dapat dihindari.
Depresi terjadi ketika kesadaran akan kehilangan menjadi akut.
Penerimaan terjadi ketika individu memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia menerima
kematian.

Model ini menjadi prototype untuk pemberi perawatan ketika mereka mencari cara
memahami dan membantu klien dalam klien berduka.

2.6 Fase Proses Berduka

Pemahan bowlby tentang berduka akan menjadi kerangka berpikir yang dominan
dalam bab ini. Ia mendeskripsikan proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki empat
fase:

1. Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan


2. Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan memprotes
kehilangan yang tetap ada
3. Kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit
melakuakan fungsi dam kehidupan sehari-hari
4. Reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan hidupnya

Ahli teori yang lain, John Harvey (1998), mendeskripsikan fase berduka yang sama
sebagai berikut:

1. Syok, menangis dengan keras, dan menyangkal


2. Intrusi pikiran, distraksi, dan meninjau kembali kehilangan secara obsesif
3. Menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan secara kognitif
menyusun kembali persitiwa kehilangan.

Rodebaugh et al. (1999), memndang proses duka cita sebagai suatu proses melalui
empat tahap:

1. Reeling: klien mengalami syok, tidak percaya, atau menyangkal

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 8


Asuhan Keperawatan Jiwa

2. Merasa (feeling): klie mengekspresikan pnderitaan yang berat, rasa bersalah,


kesedihan yang mendalam, kemarahan, kurang konstrentasi, gangguan tidur,
perubahan nafsu makan, kelelahan, dan ketidaknyamanan fisik yang umum
3. Menghadapi(dealing): klien mulai berdaptasi terhadap kehilangan dengan melibatkan
diri dalam kelompok pendukung, terapi duka cita, membaca, dan bimbingan spiritual
4. Pemulihan (healing), klien mengintegrasikan kehilangan sebaagi bagian kehidupan
dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa kehilangan
tersebut dilupakan atau diterima.

Para ahli teori yakinbahwa interaksi yang dinamis terjadi pada banyak ekspresi
berduka. Perawat harus mendengar dan mengobservasi adanya fluidity (emosi yang terjadi
bersamaan atau dengan mudah berubah dari sau emosi ke emosi yang lain) ketika individu
melalui fase proses tersebut.

Perawat tidak boleh mengharapkan klien mengikuti langkah-langkah yang dapat


diprediksikan dal proses berduka. Pada kenyataanya, harapan tersebutdapat meambah
tekanan atu stress pada klein ketika ia sangat membutuhkan penerimaan, refleksi, dan
dukungan dari pemberi perawatan untuk mempermudah proses berduka (Weisman, 1974).
Pada bagian selanjutnya dari bab ini, kita akan mendiskusikan intervensi yang dapat
membantu proses berduka.

2.7 Tugas Proses Berduka

Tugas dalam proses berduka diuraikan oleh Rando (1984) sebagai berikut :

Memutus ikatan psikososial terhadap orang yang dicintai dan pada akhirnya
menciptakan ikatan baru
Menambah peran, keterampilan, dan perilaku baru dan merevisi peran,
keterampilan, dan perilaku yang lama menjadi suatu identitas dan kesadaran
diri yang baru
Mengikuti gaya hidup yang sehat, yang mencakup individu dan aktivitas
Mengintegrasikan kehilangan ke dalam kehidupan. Hal ini tidak berarti bahwa
akhir proses berduka telah dicapai, tetapi akomodasi terjadi saat realitas
kehilangan diintegrasikan kedalam kehidupan

Gambaran kasus klinis memberi contoh mengintegrasikan kehilangan kedalam


kehidupan : Margaret memandang kematian james dan proses duka cita yang menyakitkan
sebagai sesuatu yang berat dan menyedihkan dalam mencari makna hidup. Margaret tetap

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 9


Asuhan Keperawatan Jiwa

merasakan keberadaaan suaminya ketika ia menjalani hidup tanpa suaminya, dan ia ering
membayangkan suaminya sebelum sakit. Dengan memandang proses tersebut secara lebih
positif, ia yakin kematian suaminya dalam bebrapa hal telah mendorongnya lebih mandiri dan
terlibat dalam kesempatan lain.

2.8 Dimensi dan Gejala Klien Berduka

Perawat harus mengobservasi dan mendengar apa yang dikatakan dan dilakukan yang
berduka sebagai petunjuk apa yang klien rasa dan pikir. Isi berduka ialah apa yang dipikirkan,
dikatakan, dirasakan, dilakukan, dan secara fisiologis dialami individu selama proses
berduka. Isi berduka juga dapat dikatakan sebagai respons manusia dan berkorelasi dengan
apa yang Schneider (1984) ajukan sebagai model holistic berduka yang memiliki lima
dimensi proses berduka yaitu kognisi, emosi, semangat, perilaku, dan fisiologi.

1. Respons kognitif.
a. Gangguan asumsi dan keyakinan.
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan.
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal.
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.
2. Respons emosional.
a. Marah, sedih, cemas.
b. Kebencian.
c. Merasa bersalah.
d. Perasaan mati rasa.
e. Emosi yang berubah ubah.
f. Penderitaan dan kesepian yang berat.
g. Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang.
h. Depresi, apatis, putus asa, selama fase disorganisasi dan keputusasaan.
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri.
3. Respons spiritual.
a. Kecewa dan marah kepada Tuhan.
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan.
c. Tidak memiliki harapan ; kehilangan makna.
4. Respons perilaku.
a. Melakukan fungsi secara otomatis.
b. Menangis terisak ; menangis tidak terkontrol.
c. Sangat gelisah ; perilaku mencari.
d. Iritabilitas dan sikap bermusuhan.
e. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yang telah meninggal.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 10


Asuhan Keperawatan Jiwa

f. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin


membuangnya.
g. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol.
h. Kemungkinan melakukan gestur atau upaya bunuh diri atau pembunuhan.
i. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi.
5. Respons fisiologis.
a. Sakit kepala, insomnia.
b. Gangguan nafsu makan, berat badan turun.
c. Tidak bertenaga.
d. Palpitasi, gangguan pencernaan.
e. Perubahan sistem imun dan endokrin.

2.9 Askep Teori

2.9.1 Pengkajian

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi dukacita klien:


apa yang di pikirkan, dikatakan, di rasakan, dan diperlihatkan melalui perilaku.
Kadang-kadang, dalam menghadapi klien yang berduka , intervensi sebenarnya
terjadi selama pengkajian, beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian
sebenarnya menjadi intervensi ketika klien memahami dengan lebih baik apa yang ia
pikir dan rahasiakan.

Tiga area utama yang perlu dikaji:

Persepsi yang adekuat tentang kehilangan


Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
Perilaku koping yang adekuat selama proses.

Pengkajian Tentang Persepsi Kehilangan

Pengkajian harus dimulai dengan mengkaji persepsi klien tentang kehilangan:


apa arti kehilangan bagi klien? Pertanyaan ini mungkin memiliki jawaban yang
berbeda-beda dan harus dianggap sebagai intervensi yang penting dalam proses
berduka. Pertanyaan yang penting dalam proses berduka.pertanyaan lain yang
mengkaji persepsi atau makna serta mendorong klien untuk menjalani proses berduka
mencakup:

Apa yang klien fikirkan dan rasakan tentang kehilangan?


Bagaimana kehilangan akan berdampak pada kehidupan klien?
Informasi apa yang perlu diklarifikasi atau diberikan kepada klien?

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 11


Asuhan Keperawatan Jiwa

Mengkaji apa perlu diketahui dari klien dengan bahasa yang jelas dan
mudah dipahami dapat membuat klien mengungkapkan persepsi yang mungkin
memerlukan klarifikasi. Hal ini terutama tepat untuk individu yang mengantisipasi
suatu kehilangan, misalnya individu yang menderita penyakit terminal. Perawat harus
menggunakan pertanyaan terbuka dan membantu mengklarifikasi persepsi klien yang
keliru.

Dokter baru saja mengkonfirmasikan Nn. Morrison bahwa luka pada kakinya
ialah akibat dari penyakit Diabetes yang di deritanya dan ia dijadwalkan untuk
menjalani operasi pemotongan kakinya dalam dua hari. Perawat mengunjungi klien
setelah ronde dan menemuinya sedang menonton televisi dengan tenang.

Perawat: bagaimana keadaan Anda?(menawar kan kehadiran diri; memberi


pertanyaan terbuka)

Klien:oh, saya baik-baik saja. Ya, saya baik-baik saja.

Perawat : dokter baru saja kesini. coba jelaskan kepada saya apa yang anda
pahami dari penjelasan dokter? ( pertanyaan terbuka di ajukan untuk mengetahui
penjelasan persepsi)

Klien: ya, saya fikir ia mengatakan bahwa saya harus menjalani operasi
pemotongan kaki.

Perawat: bagaimana perasaan Anda mendengar kabar itu?(pertanyaan terbuka di


ajukan untuk mengetahui makna kabar tersebut bagi klien)

Mengkaji apa yang individu yakini tentang proses berduka merupakan


pengkajian penting yang lain. Apakah klien memiliki ide yang dipikirkan sebelumnya
tentang waktu yang diberikan untuk berduka atau cara berduka terjadi? Perawat dapat
membantu klien menyadari bahwa berduka merupakan pengalaman yang sangat
pribadi dan untuk tiap individu yang berduka dengan caranya masing-masing.

Perawat menemukan Nn. Morrison memukul bantalnya dan menangis. Ini


adalah hari keduanya setelah menjalani operasi. Ia hanya makna sedikit dan menolak
dikunjungi setelah operasi.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 12


Asuhan Keperawatan Jiwa

Perawat: Nona Morrison, Anda tanpak kecewa ceritakan kepada saya, apa yang
terjadi saat ini?(mengungkapkan hasil observasi, mendorong penjelasan).

Klien:oh, saya sangat muak dengan diri saya sendiri. Maaf, Anda harus melihat
saya kedalam keadaan begini. Saya harus keluar dari keadaan ini dan meneruskan
hidup saya.

Perawat: Anda cukup kecewa terhadap diri Anda, berfikir bahwa Anda merasa
berbeda dari diri Anda .(menggunakan refleks)

Klien: ya, tepat. Tindakan Anda berfikir demikian?

Perawat:Anda pasti sangat syok beberapa hari yang lalu.kedengarannya Anda


mengharapkan yang sedikit lebih terhadap diri Anda, melebihi apa yang akan terjadi.
Bagaimana menurut Anda?(menggunakan refleksi, mengungkapakan persepsi,
mencari validasi)

Klien: saya tidak tahu, mungkin. Berapa lama hal ini akan belangsung? Perasaan
saya hancur saat ini.

Perawat: Anda sedang berduka dan tidak ada batasan waktu yang tetap dalam
menghadapi hal ini. Setiap orang memiliki waktunya sendiri dan cara menjalani hal
ini.(meberi informasi;memvalidasi pengalaman nya)

Pengkajian Tentang Dukungan Yang Adekuat

Pengkajian yang bertujuan tentang sistem pendukung klien adalah cara


membantu klien yang berduka untuk menyadari sumber-sumber disekelilingnya yang
dapat memenuhi kebutuhan emosional dan spritual klien akan rasa aman dan cinta.
Perawat dapat membantu klien mengidentifikasi sistem pendukung dan mendapatkan
serta menerima apa yang mereka tawarkan.

Perawat: siapa didalam hidup Anda yang harus atau akan benar-benar ingin
mengetahui apa yang anda baru dengar dari dokter?(mencari informasi dengan
tentang dukungan situasional bagi klien).

Klien: oh, sebenarnya saya hidup sendiri. Saya tidak menikah dan tidak memiliki
kerabat dikota ini.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 13


Asuhan Keperawatan Jiwa

Perawat: tidak seorang pun akan peduli tentang kabar ini?(menyatakan keraguan).

Klien : oh, mungkin seorang teman yang saya telfon sekali.

Pengkajian Tentang Perilaku Koping Yang Adekuat

Perilaku klien mungkin memberi perawat informasi yang paling mudah dan
konkrit tentang keterampilan koping klien. Perawat harus cermat mengamati perilaku
klien pada berbagai waktu tertentu dalam proses berduka, jangan pernah berasumsi
bahwa klien berada pada fase tertentu. Perawat harus menggunakan keterampilan
komunikasi yang afektif untuk mengkaji bagaimana perilaku klien menjadi gambaran
koping serta apa yang ia rasakan dan fikirkan.

Perawat mendengar laporan bahwa Nn. Morrison menerima kabar tentang


operasi pemotongan kakinya yang akan dijalaninya. Ia memasuki kamar Nn. Morrison
melihatnya dan menangis, dengan nampan penuh berisi makanan yang tidak disentuh.

Perawat: anda pasti sangat kecewa dengan kabar yang Anda terima dari dokter hari
ini( observasi dilakukan dengan mengasumsi prilaku klien menangis sebagai
perilaku yang diharapkan akibat kehilangan dan berduka)

Klien: saya tidak akan menjalani operasi. Anda salah orang.( menggunankan
penyangkalan sebagai koping).

Perawat juga harus mempertimbangkan beberapa pertanyaan lain ketika


mengkaji keadekuatan koping klien. Bagaimana individu menghadapi kehilangan
sebelumnya? Bagaimana individu saat ini mengalami gangguan? Bagaimana
pengalaman saat ini dibandingkan pengalaman sebelumnya? Apa yang klien rasakan
sebagai masalah dan apakah hal itu berhubungan dengan ide yang tidak realistis
tentang apa yang seharusnya ia rasakan ataau lakukan? (Schwartzberg & Halgin,
1991).

Interaksi yang terjadi antara dimensi respons manusia berubah-ubah dan


dinamis. Apa yang dipikirkan individu selama berduka memengaruhi perasaanya dan
apa yang dirasakannya memengaruhi cara ia berperilaku. Faktor kritis persepsi,
dukungan, dan koping juga saling terkait dan menjadi kerangka berpikir untuk
mengkaji dan membantu klien.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 14


Asuhan Keperawatan Jiwa

2.9.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan post

amputasi ialah:

1. Duka cita berhubungan dengan kehilangan obyek penting: bagian


tubuh (NANDA, 2012)
2. Defisiensi pengetahuan tentang: perawatan luka post operasi, diabetes

melitus berhubungan dengan kurang pajanan (NANDA, 2012)

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera: fisik (NANDA, 2012)


4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekunder: penurunan hemoglobin (NANDA, 2012)

5. Kerusakan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan penurunan

motivasi diri (NANDA, 2012)

2.9.3 Analisa Data dan Perencanaan

Diagnosa keperawatan untuk individu yang mengalami kehilangan harus


didasarkan pada data subjektif dan objektif pengkajian yang dikumpulkan oleh
perawat. Pada makalah ini, kita telah membahas data pengkajian dalam hal dimensi
berduka dan menerapkan komponen teori krisis dalam pengumpulan dan
pengelompokan data. Kita juga telah menekankan pentingnya memahami pengaruh
budaya dalam berduka dan berkabung, juga mengenali bahwa proses yang dinamis
bagi klien.

Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnoses: Application to Clinical


Practice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka. Pernyataan
etiologi untuk diagnosis tersebut didasarkan pada tipe kehilangan seperti yang telah
dijelaskan pada makalah ini:

Dukacita yang berhubungan dengan kehilangan yang actual atau


dipersepsikan, seperti kehilangan fisiologis )mis., kehilangan satu
ekstremitas), didefinisikan sebagai proses yang normal dalam

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 15


Asuhan Keperawatan Jiwa

pengalaman menusia akan kehilangan dan dapat diterapkan pada


gambaran kasus Morrison di atas.
Dukacita, Adaptif, yang berhubungan dengan kehilangan yang actual
atau dipersepsikan, didefinisikan sebagai respons terhadap kehilangan
yang diharapkan atau diantisipasi. Diagnosis ini dapat diterapkan pada
contoh Nn.Morrison, yang kehilangan salah satu kakinya dan
memengaruhi citra tubuhnya sebelum operasi.
Dukacita, Maladaptif, yang berhubungan dengan (faktor tertentu)
didefinisikan sebagai proses pengalaman kehilangan dengan penyulit.

Identifikasi Hasil Akhir


Contoh hasil akhir untuk tiga diagnosis keperawatan:
Berduka : klien akan mengidentifikasi dampak kehilangan, mencari
dukungan yang adekuat, dan menerapkan strategi koping yang efektif
ketika mengekspresikan dan menerima pengalaman kehilangan dalam
hidupnya.
Dukacita, Adaptif : klien akan mengidentifikasi makna kehilangan
yang terjadi dalam hidupnya, mencari dukungan yang adekuat ketika
mengekspresikan dukacita, dan mengembangkan suatu rencana untuk
melakukan koping terhadap kehilangan ketika hal itu menjadi
kenyataan dalam hidupnya.
Dukacita, Maladaptif : klien akan mengidentifikasikan makna
kehilangan , mengenali efek yang membahayakan dalam hidupnya, dan
mencari atau menerima bantuan professional sbagai cara untuk
membantu proses berduka.

Intervensi
Bimbingan perawat membantu klien mengkaji dan membuat perubahan pada
setiap dimensi. Perubahan menunjukkan pergerakan ketika klien berjalan dengan
langkah yang berat melewati suatu rute, kadang kala menemui langkah yang
menyakitkan pada satu waktu dan berakhir seprti melintas tanah yang sangat lapang
saat hasil melewati jalan berliku dalam proses tersebut.

Intervensi Tentang Persepsi Kehilangan


Respon kognitif dalam berduka secara signifikan berhubungan dengan
gangguan emosional yang kuat, yang terjadi dalam berduka. Misalnya, dalam
gambaran kasus, kekecewaan Morrison terhadap orang-orang yang tidak bersedia
datang setelah kematian suaminya menambah derita yang besar dalam kehilangan. Ia

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 16


Asuhan Keperawatan Jiwa

mengharapkan mereka datang ketika ia menghadapi kematian james. Suatu


pergeseran kognitif terjadi ketika ia menyadari bahwa mereka tidak akan datang, yang
berarti ia sendirian dan mereka tidak lagi peduli. Ia merasa diabaikan kemudian ia
mengalami dua kehilangan : kematian james dan menyadari bahwa orang-orang yang
ia harapkan tidak datang.
Mengkaji persepsi klien dan makna kehilangannya merupakan langkah
pertama yang dapat membantu mengurangi derita yang disebut oleh beberapa orang
sebagai beban emosional awal yang berlebih dalam berduka. Dengan menggunakan
contoh Morrison, akan bermanfaat untuk menanyakan apa arti baginya bahwa ia
mengalami kesendirian dan mengkaji kemungkinan orang lain mendukungnya.
Pengkajian lebih lanjut dapat berfokus pada persepsinya bahwa mereka yang
mengabaikannya tidak lagi peduli mungkin ia berpikir bahwa kebutuhannya untuk
diperhatikan dapat dipenuhi oleh orang lain. Ia mungkin mulai berpikir bahwa
ketakutan atau rasa tidak nyaman terhadap kematian yang membuat teman lamanya
menjauhkan diri. Pada kenyataanya, hanya dengan cara ini ia dapat menerima
perhatian beberapa teman dam melupakan pentingnya mereka yang tidak akan atau
tidak dapat datang untuknya. Dalam situasi ini, mengkaji persepsi dan makna
kehilangan membantu individu yang berduka membuat pergeseran kognitif yang
memiliki dampak penting pada pengalaman emosionalnya.
Ketika kematian atau kehilangan terjadi, terutama jika hal itu terjadi dengan
tiba-tiba dan tanpa peringatan, mekanisme pertahanan kognitif berupa penyangkalan
berfungsi sebagai media untuk mengurangi dampak. Respons verbal yang khas antara
lain, Saya tidak percaya hal ini terjadi, ini tidak benar. Ada kesalahan.
Penyangkalan adaptif, ketika klien secara bertahap menyesuaikan diri
dengan realitas kehilangan, dapat membantu klien membantu pergeseran kognitif
bahwa perlu melupakan persepsi sebelumnya (sebelum kehilangan)ketika
menciptakan cara pemikiran baru tentang dirinya orang lain, dan dunia. Misalnya,
Morrison harus menghadapi kenyataan bahwa walaupun ia percaya bahwa seorang
pendeta, karena ia pendeta akan peduli terhadap dirinya yang sendirian diruang
tunggu operasi, pendeta itu benar-benar hanya peduli untuk memperoleh surat kabar.
Hanya dengan secara bertahap ia melupakan asumsu tentang pendeta ini.
Keterampilan komunikasi yang efektif dapat bermanfaat dalam membantu klien yang
melakukan penyangkalan adaptif menuju penerimaan.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 17


Asuhan Keperawatan Jiwa

Perawat mendengar laporan bahwa Nn.Morrison menerima kabar tentang


operasi pemotongan kakinya yang akan dijalaninya. Ia memasuki kamar Nn.Morrison
dan melihatnya menangis, dengan nampan penuh berisi makanan yang tidak disentuh.
Perawat : Anda pasti sangat kecewa dengan kabar yang Anda terima dari dokter
tentang operasi. (refleksi, mengasumsikan klien menangis sebagai respons berduka
yang diharapkan. Memfokuskan pada operasi merupakan pendekatan tidak langsung
terhadap bahasan amputasi).
Klien: Saya tidak akan menjalani operasi. Anda salah orang. (penyangkalan).
Perawat: Saya lihat anda menangis dan ingin tahu apa yang membuat anda kecewa.
Saya ingin mengetahui apa yang anda rasakan. (memfokuskan pada perilaku dan
mengungkapkan observasi ketika menunjukkan perhatian dan menerima
penyangkalan klien).
Klien: Saya Cuma tidak lapar. Saya tidak nafsu makan dan tidak mengerti apa yang
dokter itu katakan. (memfokuskan pada respons fisiologis; mengakui kunjungan
dokter, tetapi tidak yakin apa yang dikatakannya mulai menyesuaikan secara
kognitif dengan realitas kondisi).
Perawat: Saya pikir bila anda tidak ingin makan ada hubungannya dengan
perasaan Anda. Apakah Anda sering tidak nafsu makan dan merasa kecewa dengan
sesuatu? (mengajukan hubungan antara respons fisiologis dan perasaan; meningkatkan
penyangkalan adaptif)
Klien: Yah, terus terang memang begitu. Tapi saya tidak tahu apa yang membuat
saya kecewa. {mengakui hubungan antara perilaku dan perasaan; terus menyangkal
realitas).
Perawat: Anda mengatakan bahwa Anda tidak mengerti apa yang dikatakan dokter.
Saya pikir bila hal itu tidak dimengerti karena Anda kecewa mendengar apa yang
dikatakan dokter sehingga malam ini Anda tidak nafsu makan. (menggunakan
pengalaman klien ketika menghubungkan kabar dari dokter dengan respons fisiologis
dan perilaku klien).
Klien: Yang dikatakan dokter, apakah Anda mengetahuinya? {meminta informasi
memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan lagi sambil terus menyesuaikan
dengan realitas).
Pada contoh ini, perawat dengan hati-hati tetapi terus-menerus memandu klien
untuk mengakui realitas kehilangan yang akan terjadi.

Intervensi Tentang Dukungan yang Adekuat


Perawat dapat membantu klien mendapatkan dan menerima apa yang orang
lain ingin berikan dalam mendukung proses berdukanya.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 18


Asuhan Keperawatan Jiwa

Perawat : Siapa di dalam hidup Anda yang akan benar-benar ingin mengetahui apa
yang Anda baru dengar dari dokter? (mencari informasi tentang dukungan
situasional bagi klien).

Klien: Oh, sebenarnya saya hidup sendiri. Saya tidak menikah.

Perawat: Tidak seorang pun akan peduli tentang kabar ini? (menyatakan keraguan)

Klien: Oh, mungkin seorang teman yang saya telepon sekali.

Perawat: Maukah anda saya bawakan buku telepon dan Anda dapat meneleponnya
sekarang? (melanjutkan menawarkan kehadiran, sumber dukungan segera, dan
mengusulkan rencana tindakan untuk memberikan dukungan lebih lanjut)

Intervensi Tentang Perilaku Koping yang Adekuat

Ketika berusaha memfokuskan Nn. Morrison pada realitas operasinya, perawat


membantu Nn. Morrison bergeser dari mekanisme penyangkalan yang tidak disadari
ke koping yang didasari terhadap realitas. Perawat menggunakan ketrampilan
komunikasi untuk mendorong Nn. Morrison melihat pengalaman dan perilakunya
sebagai cara yang mungkin dalam melakukan koping terhadap kabar kehilangan.
Pendekatan logis Morrison dan James terhadap kehidupan yang memungkinkan
mereka melakukan koping dengan terus bersenang senang bersama sambil
mengikuti program pengobatan ketika mereka menghadapi realitas kematian james
yang akan terjadi.

Intervensi mencakup memberi klien kesempatan untuk membandingkan dan


membedakan caranya melakukan koping terhadap kehilangan yang segnifikan di
masa lalu, membantunya meninjau kekuatan dan memperbarui kesadaran akan
kemampuan personal. Mengingat dan mempratekkan perilaku masa lalu dalam situasi
yang baru dapat menimbulkan percobaan dengan metode yang baru dan memahami
diri sendiri. Memiliki perspektif historis meringankan proses berduka individu dengan
memungkinkan perubahan cara berfikir tentang dirinya, kehilangan, dan mungkin
makna kehilangan dalam hidupnya. Praktik keagamaan Morrison antara lain berdoa
dan membaca buku spiritual membantunya menemukan kedalaman makna dan tujuan
hidup yang baru.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 19


Asuhan Keperawatan Jiwa

Mendorong klien merawatnya dirinya sendiri adalah intervensi lain yang


membantu klien melakukan koping. Perawat dapat menawarkan makanan tanpa
memaksa klien untuk makan. Menjaga makan, tidur cukup, olahraga, dan meluangkan
waktu untuk aktifitas yang menyenangkan adalah cara yang dapat klien lakukan untuk
merawat dirinya. Seperti seorang penjalan kaki yang lelah perlu berhenti, beristirahat,
dan mengembalikan kekuatannya, demikian juga dengan individu yang berduka harus
beristirahat sejenak dari proses berduka yang melelahkan. Kembali melakukan
rutinitas pekerjaan atau memfokuskan pada anggota keluarga yang dapat memberikan
waktu istirahat tersebut.aktifitas suka rela membantu secara sukarela di suatu hospice
atau kebun raya, mengambil bagian dalam aktifitas gereja, atau berbicara kepada
kelompok penyuluhan individuyang berduka, misalnya dapat menguatkan talenta dan
kemampuan klien serta dapat memperbarui rasa harga diri.

Komunikasi dan keterampilan interpersonal adalah alat perawat yang efektif,


sama seperti stetoskop, gunting, dan sarung tangan. Klien percaya bahwa perawat
akan memiliki apa yang diperlukan untuk membantunya dalam proses yang sulit ini.
Selain keterampilan yang disebutkan diatas, alat ini mencakup :

Menggunakan pertanyaan yang sederhana dan tidak menghakimi untuk


mengakui kehilangan : saya ingin anda tahu saya memikirkan anda.
Menyebut nama orang atau benda yang dicintai telah kehilangan (jika
dapat diterima dalam budaya lain)
Kata-kata yang diperlukan; sentuhan ringan pada siku, bahu, atau
tangan atau sekedar berada di sisi klien akan menunjukkan kepedulian.
Menghormati proses berduka klien yang unik.
Menghormati keyakinan personal klien.
Menunjukkan sikap dapat dipercaya klien : jujur, dapat diandalkan,
dan konsisten.

Senyum yang ramah dan kontak mata dari klien selama percakapan yang
akrab menunjukkan sikap perawat yang dapat dipercaya.

Intervensi Untuk Klien yang Berduka

Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya.


Izinkan penyangkalan yang adaptif.
Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 20


Asuhan Keperawatan Jiwa

Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu
dan saat ini.
Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.

Gunakan komunikasi yang efekif :

Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka.


Gunakanpertanyaan terbuka.
Dorong penjelasan.
Ungkapkan hasil observasi.
Gunakan refleksi.
Cari validasi persepsi.
Berikan informasi.
Nyatakan keraguan.
Gunakan teknik keraguan.
Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang
tersirat

Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :

Kehadiran yang penuh perhatian.


Menghormati proses berduka klien yang unik
Menghormati keyakinan personal klien.
Menunjukkan sikap dapat dipercaya : jujur, dapat diandalkan, konsisten.
Inventori diri secara periodic akan sikap dan masalah yang berhubungan
dengan kehilangan.

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 21


Asuhan Keperawatan Jiwa

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

KEHILANGAN DAN BERDUKA Page 22

Anda mungkin juga menyukai