Oleh:
2018
GUILLAIN-BARRE SYNDROME
sistem imun yang menyerang sebagian sistem saraf periferal. Kondisi ini mungkin
jika tidak terobati secepatnya (Samiadi, 2016). Depkes (2011) Menjelaskan bahwa
GBS merupakan kumpulan gejala kelemahan pada anggota gerak dan kadang-
kadang dengan sedikit kesemutan pada lengan atau tungkai, disertai menurunnya
refleks. Selain itu kelumpuhan dapat juga terjadi di otot-otot penggerak bola mata
sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua yang dapat disertai gangguan
koordinasi anggota gerak. Penyakit GBS, sudah ada sejak 1859. Nama Guillain
Barre diambil dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain dan Barr yang menemukan dua
GBS termasuk penyakit langka dan terjadi hanya 1 atau 2 kasus per 100.000
di dunia tiap tahunnya (Depkes, 2011). Pithadia & Kakadia (2010) menyebutkan
bahwa kejadian GBS di Eropa adalah 1,2 - 1,9 kasus per 100.000, sedangkan di
seluruh dunia, kejadiannya adalah 0,6 - 4 kasus per 100.000. Kasus ini cenderung
insidensinya meningkat dengan usia dari 1 per 100.000 pada mereka yang berusia
lanjut di bawah 30 tahun menjadi sekitar 4 kasus per 100.000 pada mereka yang
menunjukkan pada periode tahun 2010-2011 tercatat 48 kasus GBS dalam satu
terkena infeksi paru dan sepsis akibat imobilisasi lama (Dexa medica, 2012).
Penyebab GBS awalnya tidak diketahui sehingga penyakit ini mempunyai nama
berasal dari kata “idiot” atau “tidak tahu”. Bersama jalannya waktu diketahui
gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang. Apabila banyak syaraf
yang terserang, di mana salah satunya adalah syaraf sistem kekebalan, sehingga
system kekebalan tubuh kita pun akan kacau, dengan tidak diperintah dia akan
diinginkan (Rahayu, 2012). GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang
gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh sendiri (auto imun),
yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang menyebabkan
infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
GBS salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hughes (2004) tentang
penggunaan kortikosteroid pada pasien GBS dinilai kurang bermanfaat hal ini
mungkin terkait dengan efek buruknya pada otot denervasi atau penghambatan
fungsi makrofag. Lukito et al, (2010) menjelaskan bahwa Pengobatan lain yang
kali dilaporkan pada tahun 1978 yang kemudian mengarah kepada enam uji klinis
yang didapat adalah terapi plasmaferesis terbukti efektif, sehingga pada tahun
Plasmaferesis dilakukan 3-5 kali dalam kurun waktu 5-10 hari, dengan dosis 40-
55 ml/kg/kali. Bahan pengganti plasma yang digunakan adalah albumin atau fresh
frozen plasma (FFP). Lukito et al, (2010) juga menyebutkan bahwa Pemberian
beberapa kelebihan yaitu sediaan lebih mudah didapat dan pemberiannya tidak
memerlukan alat khusus. Tidak ada obat untuk gangguan ini, tetapi beberapa
Kebanyakan orang pulih sepenuhnya bahkan dari kasus GBS yang paling parah
Dexa medica. (2012). Guillain Barre Syndrome (GBS) dan Myasthenia Gravis
(MG) Sama Berbahaya. disitasi tanggal 29 juni 2018 pukul 10.00. Retrieved
from http://www.dexa-medica.com/id/news-media/news-
update/0%2B618/Guillain Barre Syndrome %28GBS%29 dan Myasthenia
Gravis %28MG%29 Sama Berbahaya?language=id