Disusun Oleh :
18613229
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: (Muttaqin,
2008)
a. Stroke Hemoragi,
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
1) Perdarahan intraserebra
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
C. ETIOLOGI
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
a. Aterosklerosis
thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
d. Emboli
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
b. Haemorhagi
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
c. Hipoksia Umum
d. Hipoksia Setempat
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan
lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik,
atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema
ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah
yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih
dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-
60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan
terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
E. PATHWAY
Stroke Hemoragi Stroke Non Hemoragi
Peningkatan Tekanan
Trombus/ Emboli
Sistemik
di cerebal
Aneurisme
Suplai darah ke jaringan
cerebal tidak adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel
Kerusakan fungsi
N.VII Deficit Resiko Hambatan
perawatan diri kerusakan mobilitas fisik
integritas kulit
Gangguan Resiko trauma
komunikasi
verbal Resiko aspirasi
Resiko jatuh
F. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
8. Gangguan persepsi
G. KOMPLIKASI
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur
turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
Pengobatan Pembedahan
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi cerebral tidak efektif b.d aliran darah ke otak terhambat
Observasi
Subjektif:
1. Tidak tersedia
Objektif:
Subjektif:
1. Tidak tersedia
Objektif:
1. Afasia
2. Disfasia
3. Pelo
4. Gagap
5. Tidak ada kontak mata
6. Sulit memahami
komunikasi
Dislalia
3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama
b.d penurunan kesadaran 1x24 jam diharapkan klien mampu:
(D.0005) Managemen jalan nafas
1. Pola nafas membaik
Definisi: inspirasi dan atau 2. Tanda-tanda vital membaik Observasi:
ekspirasi yang tidak Tingkat kesadaran membaik Monitor pola nafas (frekwensi,
memberikan ventilasi kedalaman, usaha nafas)
adekuat Monitor bunyi nafas tambahan
Penyebab: (mengi, whezing, rokhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna
1. Depresi pusat aroma)
pernafasan Terapiutik
2. Hambatan upaya nafas
3. Deformitas dinding dada Posisikan semi fowler/semi fowler
4. Deformitas tulang dada Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Gangguan neurologis dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
(cidera kepala, trust jika curiga trauma servikal)
gangguan kejang) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Cidera pada medula Keluarka sumbatan benda padat
spinalis Edukasi
Gejala dan tanda mayor
Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
Subjektif jika tidak kontraindikasi
Ajarkan batuk efektif
1. Dispnea
Kolaborasi
Objektif
Kolaborasi pemberian bronkodilatori,
1. Penggunaan otot bantu ekspektorat, jika perlu
2. Fase ekspirasi Edukasi
memanjang
3. Pola nafas abnormal Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
(takipnea, bradipnea, informasi hasil pemantauan, jika
hiperventilasi) perlu
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernafasan cuping
hidung
2. Ventilasi semenit
menurun
3. Kapasitas vital menurun
4. Tekanan inspirasi
menurun
5. Ekskrusi dada berubah
Kondisi klinis terkait
7. Peningkatan tekanan
intragastrik.
8. Penurunan motilitas
gastrointestinal.
9. Sfingter esofagus bawah
inkompeten.
10. Perlambatan
pengosongan lambung.
11. Terpasang selang
nasogastrik.
12. Terpasang trakeostomi
atau endotracheal tube.
13. Trauma / pembedahan
leher, mulut, dan / atau
wajah.
14. Efek agen farmakologis.
15. Ketidakmatangan
koordinasi menghisap,
menelan dan bernafas.
Aesculapius FKUI
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. In DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Practice Nurse.