PENDAHULUAN
1
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang
mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor
resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun,
gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan.
Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring
pertambahan usia .
Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi
akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan
hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis. Diabetes
meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria, femoralis
dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua
kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
2
terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun
wanita.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang stroke
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian stroke
b. Mengetahui etiologi stroke
c. Mengetahui patofisiologi stroke
d. Mengetahui manifestasi klinis stroke
e. Mengetahui pathway stroke
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
g. Mengetahui penatalaksanaan stroke
h. Mengetahui asuhan keperawatan stroke
3
BAB II
PEMBAHASAN
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin,2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun(Smeltzer et al,
2002)
b. Stroke Hemoragik
4
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi,
pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,2008)
2.2 ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu :
a) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain.
a) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,riwayat
stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
2.3 PATOFISIOLOGI
5
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
6
2.4 Pathway
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.
7
4. Menurun atau hilangnya rasa
8. Gangguan persepsi
2.6 Klasifikasi
a. Stroke hemoragi
8
2). perdarahan subaraknoid
pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkimotak. pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan Vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur ataudi pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik
a. TIK (trans iskemik Attack gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 2% jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. proses dapat berjalan 2%
jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
2.7 Komplikasi
9
1. Berhubungan dengan immobilisasi → infeksi pernafasan, nyeri padadaerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT)
3. CT scan
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
10
6. Pemeriksaan laboratoriuma
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan.
11
pengobatan Konservatif
Pengobatan Pembedahan
12
2.10 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
klien ditemukan oleh keluarga dalam kondisi tidak sadar dan muntah di
tempat tidur. kemudian klien dibawa ke RSUD Sidoarjo selama 1 hari.
karena tidak ada perubahan, maka oleh keluarga klien dipindahkan ke RSUD
dr.soetomo dengan keluhan lemas separuh badan kanan, sulit diajak
13
berkomunikasi, dan mengalami penurunan kesadaran, GCS : E2M5V afasia
Sebelum dilakukan pengkajian di unit Stroke pada tanggal 20 oktober 2019
pada Ny. R telah dilakukan tindakan di UGD yaitu diberikan infus RL 20
tpm, terapi oksigen tambahan 3L/menit, pemeriksaan EKG (Hasilnya sinus
takikardia), CT-scan, dan photothoraks. Terapi injeksi dan oral dilanjutkan di
dalam ruang unit Stroke
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa seperti Ny.R
C. GENOGRAM
Laki-laki
Perempuan
Klien
Tinggal serumah
14
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Suhu : 35°C
Kepala-Leher :
• Kepala : normocephal
Thorak:
• Auskultasi : pulmo : VBS, rh -/-, wh -/-. Cor : BJ I dan II regular, M (-), G(-)
Abdomen :
15
• Auskultasi : bising usus (+)
E. STATUS NEUROLOGIS
Rangsang meningeal :
• Brudzinsky I : (-)
• Brudzinski II : -/-
• N I : tidak dilakukan
• N IX : tidak dilakukan
• N X : tidak dilakukan
• N XI : tidak dilakukan
16
• N XII : defiasi lidah ke arah kiri (parese N XII kiri)
Pemeriksaan motorik :
Tungkai : normotonus
• Kekuatan :
5 0
5 0
F. Pemeriksaan sensorik :
G. Pemeriksaan Reflek
Kanan Kiri
Biceps N Meningkat
Triceps N Meningkat
Brachioradialis N Meningkat
17
Patella N Meningkat
Achilles N Meningkat
H. Pemeriksaan Integumen
Warna kulit Turgor Mukosa bibir Capilar Kelainan
refill time
Pigmentasi, kulit merata, Turgor kulit Mukosa bibir > 2 detik Tidak ada
warna coklat, tekstur cukup lembab
halus elastis
I. pemeriksaan nutrisi
a. antropometri
sebelum masuk rumah sakit :
BB : sulit dinilai TB : sulit dinilai LILA : sulit dinilai
Saat dirawat :
BB : 65 kg TB : 165 cm LILA : 25 cm
J. Pemeriksaan Mobilisasi
Skor norton 13 (kemungkinan kecil terjadi)
1. kondisi fisik umum: baik (4)
2. kesadaran : somnolent (2)
3. aktivitas : tiduran (1)
4. mobilitas : sangat terbatas (2)
5. inkontinensia : tidak terjadi (4)
Kategori skor :
16-20 : kecil sekali/ tidak terjadi
12-15 : kemungkinan kecil terjadi
<12 : kemungkinan besar terjadi
18
II. Analisa Data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : - Perfusi jaringan serebral Interupsi aliran darah :
DO : tidak efektif hemoragik serebral
- GCS E4 M5 V afasia
- Tingkat kesadaran
somnolent
- Kekuatan otot
ekstremitas superior
ka=ki 0/5, ekstremitas
inferior ka=ki 0/5
- Hemiplegi ektremitas
dextra
- Capillar, refill > 2dtk
- CT scan kepala tanpa
kontras
DS : - Kerusakan mobilitas fisik Kerusakan
DO : neoromuskuler, penurunan
- Penampilan umum kekuatan otot
lemah
- Kekuatan otot
ekstremitas superior
ka=ki 0/5. Ekstremitas
inferior ka=ki 0/5
- Hemiplegi ekstremitas
dextra
- Indeks KATZ = G
(tidak mandiri untuk
semua aktivitas sehari-
hari)
19
DS : - Kerusakan komunikasi Penurunan sirkulasi
DO : verbal serebral, parese N VII
- Ketidakmampuan
berbicara menyebutkan
kata-kata (afasia)
- Kontak mata tidak ada
- Parese nervus kranial
VII dekstra sentral dan
XII dekstra sentral
- CT Scan kepala tanpa
kontras
20
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mendiri
Penyebab :
1. kerusakan integritas struktur tulang
2. penurunan kekuatan otot
3. gangguan muskuloskeletal
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
1. mengeluh sulit mengerakan ekstremitas
Objektif
2. kekuatan otot menurun
3. rentang gerak (ROM) menurun
Tanda dan gejala minor
Subjektif
1. nyeri saat bergerak
2. enggan melakukan pergerakan
3. merasa cemas saat bergerak
Objektif
1. sendi kaku
2. gerakan tidak terkoordinasi
3. gerakan terbatas
4. fisik lemah
D.0119 Kategori : relasional
Subkategori : interaksi sosial
Definisi : penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan
untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan
sistem simbol, menunjukkan respon tidak sesuai
Penyebab :
1. penurunan sirkulasi serebral
2. gangguan neuromuskuler
3. gangguan muskuloskeletal
Gejala dan tanda mayor :
Objektif
1. tidak mampu berbicara atau mendengar
21
2. menunjukkan respon tidak sesuai
Gejala dan tanda minor :
objektif
1. afasia
2. pelo
3. sulit memahami komunikasi
4. sulit mempertahankan komunikasi
22
5. kecemasan dari skala 2 2. cegah terjadinya kejang
(cukup meningkat) menjadi 3. pertahankan suhu tubuh
skala 4 (cukup menurun) normal
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian sedasi
dan anti konfulsan
2. kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
3. kolaborasi pemberian
pelunak tinja
2. L.05042 Tujuan : 1.05173 Dukungan mobilisasi :
Setelah dilakukan Observasi
perawatan selama 1x24 1. identivikasi adanya nyeri
jam, diharapkan mobilitas atau keluhan fisik lainnya
fisik dapat teratasi dengan 2. identifikasi toleransi fisik
kriteria hasil sebagai melakukan pergerakan
berikut: 3. monitor frekuensi jangtung
1. pergerakan ekstermitas dan tekanan darah sebelum
dari skala 2 (cukup memulai mobilisasi
menurun) menjadi 4 (cukup 4. monitor kondisi umun
meningkat ) selama melakukan mobilisasi
2. kekuatan otot dari skala 2 Terapeutik
(cukup menurun) menjadi 1. fasilitasi aktivitas mobilisasi
skala 4 (cukup meningkat) dengan alat bantu
3. gerakan tidak 2. fasilitasi melakukan
terkoordinasi dari skala 2 pergerakan
(cukup meningkat) menjadi 3. libatkan keluarga untuk
4 (cukup menurun) membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Edukasi
23
1. jelaskan tujuan prosedur
mobilisasi
2. anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
24
4. ulangi apa yang
disampaikan pasien
Edukasi
1. anjurkan berbicara perlahan
2. ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologi yang berhubungan
dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
V. Implementasi
Implementasinya adalah melakukan semua tindakan keperawatan yang
telah direncanakan sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi pasien.
VI. Evaluasi
1. risiko perfusi serebral tidak efektif dapat kembali normal
2. Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
3. Gangguan komunikasi verbal dapat teratasi
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu
Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan
cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat.
Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan
tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus
menyisihkan sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta
pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan
banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain
pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga
juga sangat menentukan.
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan yaitu bagi penderita jantung agar
melakukan pemeriksaan selalu guna untuk mengetahui sejauh mana
kondisi dan seberapa parah penyakitnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27