Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu


Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan cacat
jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat. Keluarga para
pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan
perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan
sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si
penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk
mempercepat kesembuhannya. Selain pengawasan intensif dari tim dokter
yang merawat, perhatian keluarga juga sangat menentukan.

Stroke merupakan salah satu penyebab


kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar
kejadian stroke tersebut adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik
mempunyai banyak faktor resiko. Salah satunya adalah dislipidemia, yaitu
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol.
Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan daripada kematian.
Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang
terjadi pada penyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko yang paling
penting untuk stroke, terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti bahwa
wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke
sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam
populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan
tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering dikaitkan dengan
kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang
tinggi, stroke lebih sering terjadi.

1
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang
mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor
resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun,
gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan.
Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring
pertambahan usia .

Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi
akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan
hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis. Diabetes
meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria, femoralis
dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua
kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.

Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa


darah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien
tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada
kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita.
Namun, pada kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan
kesehatan, melalui peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa
dan lain-lain. Pola obesitas juga memegang peranan penting, dimana obesitas
sentral dan penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan
dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam keluarga
penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi
epidemiologi masih kurang. Merokok merupakan faktor resiko tinggi
terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak, baik akibat stroke
sumbatan maupun perdarahan.

Pada meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi di atas,


perokok memegang peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin
dan semua golongan usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50%
secara keseluruhan, bila dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko

2
terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun
wanita.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian stroke


2. Bagaiamana etiologi stroke
3. Bagaimana patofisiologi stroke
4. Bagaiamana manifestasi stroke
5. Bagaiamana pathway stroke
6. Bagaiamana pemeriksaan penunjang stroke
7. Mengetahui penatalaksanaan stroke
8. Bagaiamana asuhan keperawatan stroke
1.3 Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang stroke
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian stroke
b. Mengetahui etiologi stroke
c. Mengetahui patofisiologi stroke
d. Mengetahui manifestasi klinis stroke
e. Mengetahui pathway stroke
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
g. Mengetahui penatalaksanaan stroke
h. Mengetahui asuhan keperawatan stroke

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stroke

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus


ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin,2008)

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang


cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 2% jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain Vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin,2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun(Smeltzer et al,
2002)

Stroke diklasifikasikan menjadi dua :

a. Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahanyang


ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggotagerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kaburdan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagimenjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari,2008).

b. Stroke Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya


perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah

4
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi,
pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,2008)

2.2 ETIOLOGI

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu :

a) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.

b) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain.

c) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak

d) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan


ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentiansuplai darah


ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,
berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:

a) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,riwayat
stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.

b) Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan


alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokritmeningkat.

2.3 PATOFISIOLOGI

Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti


yangterjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian seldan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit(non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteriserebral dan arteri
karotis Interna.

5
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :

a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitansehingga


aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat,selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.

b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah


kekejaringan (hemorrhage).

c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan


otak.

d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruanginterstitial


jaringan otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan


pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas
kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusisuatu arteri otak
akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya
yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah
melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada
korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole.
Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa
ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara
pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral
sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan
terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

6
2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis

Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi


(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa
karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.

1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.

3. Tonus otot lemah atau kaku

7
4. Menurun atau hilangnya rasa

5. Gangguan lapang pandang "Homonimus Hemianopsia”

6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)

7. Disartria (bicara pelo atau cadel)

8. Gangguan persepsi

9. Gangguan status mental

10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala

2.6 Klasifikasi

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,yaitu:


(Muttaqin, 2008).

a. Stroke hemoragi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.


Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. kesadaran pasien umumnya menurun.

perdarahan otak dibagi dua, yaitu

1) perdarahan intraserebra pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama


karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,membentuk
massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering
dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

8
2). perdarahan subaraknoid

pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkimotak. pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan Vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)

b. Stroke Non Hemoragi

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur ataudi pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik

2.Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:

a. TIK (trans iskemik Attack gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 2% jam.

b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. proses dapat berjalan 2%
jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.

2.7 Komplikasi

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,


komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

9
1. Berhubungan dengan immobilisasi → infeksi pernafasan, nyeri padadaerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis → nyeri pada daerah punggung,dislokasi sendi,


deformitas dan terjatuh.

3. Berhubungan dengan kerusakan otak → epilepsi dan sakit kepala.

4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Angiografi serebral Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


perdarahan atau obstruksi arteri.

2. Single photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT)

3. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,


adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar terjadinya


perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.

5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

10
6. Pemeriksaan laboratoriuma

a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan


yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(Xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.

e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

2.9 Penatalaksanaan Medis

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan


melakukan tindakan sebagai berikut:

1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha


memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan.

11
pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS) secara percobaan, tetapi


maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi


pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya


trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitudengan membuka


arteri karotis di leher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya


paling dirasakan oleh pasien TIA.

c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

12
2.10 Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian Keperawatan

1. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 25 Juni 2009

Tanggal pengkajian: 06 Juli 2009

Nomor register : 60596XXX

Diagnosa Medis : Stroke

A. IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny. R Agama : islam

Umur: 68 tahun Penanggung jawab klien

Alamat: Sidoarjo Nama : Tn. A

Jenis Kelamin: Perempuan Pendidikan : SMA

Status: Sudah menikah Pekerjaan : swasta

Pekerjaan: Ibu rumah tangga Alamat : sidoarjo

Pendidikan terakhir: SMA Hubungan dengan klien : suami

B. STATUS RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama : E4 M5 V afasia

2. Riwayat Penyakit Sekarang

klien ditemukan oleh keluarga dalam kondisi tidak sadar dan muntah di
tempat tidur. kemudian klien dibawa ke RSUD Sidoarjo selama 1 hari.
karena tidak ada perubahan, maka oleh keluarga klien dipindahkan ke RSUD
dr.soetomo dengan keluhan lemas separuh badan kanan, sulit diajak

13
berkomunikasi, dan mengalami penurunan kesadaran, GCS : E2M5V afasia
Sebelum dilakukan pengkajian di unit Stroke pada tanggal 20 oktober 2019
pada Ny. R telah dilakukan tindakan di UGD yaitu diberikan infus RL 20
tpm, terapi oksigen tambahan 3L/menit, pemeriksaan EKG (Hasilnya sinus
takikardia), CT-scan, dan photothoraks. Terapi injeksi dan oral dilanjutkan di
dalam ruang unit Stroke

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

keluarga mengatakan klien belum pernah mengalami stroke sebelumnya,


klien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. klien tidak
memiliki riwayat DM, jantung dan asma

4. Riwayat Penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa seperti Ny.R

C. GENOGRAM

Laki-laki

Perempuan

Klien

Tinggal serumah

14
D. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 140/100 mmhg

Nadi : 85x/ menit,teratur, teraba kuat

Respirasi : 20x/ menit, teratur, teraba kuat

Suhu : 35°C

Kepala-Leher :

• Kepala : normocephal

• Mata : CA -/-, SI -/-

• Hidung : dalam batas normal

• Telinga : dalam batas normal

• Mulut : dalam batas normal

• Leher : pembesaran KGB (-)

Thorak:

• Inspeksi : normothoraks, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela


iga -/-

• Palpasi : nyeri tekan (-)

• Perkusi : sonor seluruh lapang paru. jantung dalam batas normal

• Auskultasi : pulmo : VBS, rh -/-, wh -/-. Cor : BJ I dan II regular, M (-), G(-)

Abdomen :

• Inspeksi : pembesaran organ (-)

15
• Auskultasi : bising usus (+)

• Perkusi : timpani disebagian besar lapang abdomen

• Palpasi : nyeri tekan (-)

Ekstermitas : akral hangat, sianosi (-), edema (-)

E. STATUS NEUROLOGIS

Rangsang meningeal :

• Kaku kuduk : (-)

• Brudzinsky I : (-)

• Brudzinski II : -/-

• Kernig sign : kedua tungkai tidak terbatas

• Lasegue sign : kedua tungkai tidak terbatas

Pemeriksaan nervus kranialis :

• N I : tidak dilakukan

• N II : dalam batas normal

• N III , IV, VI : dalam batas normal

• N V : dalam batas normal

• N VII : defiasi (mulut) ke arah kanan( parese N VII kiri sentral)

• N VIII : dalam batas normal

• N IX : tidak dilakukan

• N X : tidak dilakukan

• N XI : tidak dilakukan

16
• N XII : defiasi lidah ke arah kiri (parese N XII kiri)

Pemeriksaan motorik :

• Inspeksi postur : asimetrisitas(-), gerakan involunter(-), atrofi(-)

• Tonus : lengan : normotonus

Tungkai : normotonus

• Trofi : dalam batas normal

• Kekuatan :

5 0

5 0

F. Pemeriksaan sensorik :

• Sensasi taktil : tidak didapati anastesi

• Nyeri superfisial : tidak didapati analgesi

• Diskriminasi dua titik : tidak didapati anastesi

• Sensasi suhu : tidak dilakukan

• Arah gerak sendi : tidak didapati analgesi

• Sensasi getar : tidak didapati analgesi

• Hipersetesi pada kedua ekstermitas sebelah kiri

G. Pemeriksaan Reflek

Kanan Kiri
Biceps N Meningkat
Triceps N Meningkat
Brachioradialis N Meningkat

17
Patella N Meningkat
Achilles N Meningkat

H. Pemeriksaan Integumen
Warna kulit Turgor Mukosa bibir Capilar Kelainan
refill time
Pigmentasi, kulit merata, Turgor kulit Mukosa bibir > 2 detik Tidak ada
warna coklat, tekstur cukup lembab
halus elastis

I. pemeriksaan nutrisi
a. antropometri
sebelum masuk rumah sakit :
BB : sulit dinilai TB : sulit dinilai LILA : sulit dinilai
Saat dirawat :
BB : 65 kg TB : 165 cm LILA : 25 cm
J. Pemeriksaan Mobilisasi
Skor norton 13 (kemungkinan kecil terjadi)
1. kondisi fisik umum: baik (4)
2. kesadaran : somnolent (2)
3. aktivitas : tiduran (1)
4. mobilitas : sangat terbatas (2)
5. inkontinensia : tidak terjadi (4)
Kategori skor :
16-20 : kecil sekali/ tidak terjadi
12-15 : kemungkinan kecil terjadi
<12 : kemungkinan besar terjadi

18
II. Analisa Data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : - Perfusi jaringan serebral Interupsi aliran darah :
DO : tidak efektif hemoragik serebral
- GCS E4 M5 V afasia
- Tingkat kesadaran
somnolent
- Kekuatan otot
ekstremitas superior
ka=ki 0/5, ekstremitas
inferior ka=ki 0/5
- Hemiplegi ektremitas
dextra
- Capillar, refill > 2dtk
- CT scan kepala tanpa
kontras
DS : - Kerusakan mobilitas fisik Kerusakan
DO : neoromuskuler, penurunan
- Penampilan umum kekuatan otot
lemah
- Kekuatan otot
ekstremitas superior
ka=ki 0/5. Ekstremitas
inferior ka=ki 0/5
- Hemiplegi ekstremitas
dextra
- Indeks KATZ = G
(tidak mandiri untuk
semua aktivitas sehari-
hari)

19
DS : - Kerusakan komunikasi Penurunan sirkulasi
DO : verbal serebral, parese N VII
- Ketidakmampuan
berbicara menyebutkan
kata-kata (afasia)
- Kontak mata tidak ada
- Parese nervus kranial
VII dekstra sentral dan
XII dekstra sentral
- CT Scan kepala tanpa
kontras

III. Diagnosa Keperawatan


1. risiko perfusi serebral tidak efektif b.d penurunan sirkulasi darah ke otak
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
KODE DIAGNOSA
D.0017 Kategori : fisiologis
Subkategori : sirkulasi
Definisi : berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
Faktor resiko
1. penurunan kinerja ventrikel kiri
2. embolisme
3. hipertensi
Faktor klinis terkait
1. stroke
2. embolisme
3. hipertensi
D.0054 Kategori : fisiologi
Subkategori : aktivitas/istirahat

20
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mendiri
Penyebab :
1. kerusakan integritas struktur tulang
2. penurunan kekuatan otot
3. gangguan muskuloskeletal
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
1. mengeluh sulit mengerakan ekstremitas
Objektif
2. kekuatan otot menurun
3. rentang gerak (ROM) menurun
Tanda dan gejala minor
Subjektif
1. nyeri saat bergerak
2. enggan melakukan pergerakan
3. merasa cemas saat bergerak
Objektif
1. sendi kaku
2. gerakan tidak terkoordinasi
3. gerakan terbatas
4. fisik lemah
D.0119 Kategori : relasional
Subkategori : interaksi sosial
Definisi : penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan
untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan
sistem simbol, menunjukkan respon tidak sesuai
Penyebab :
1. penurunan sirkulasi serebral
2. gangguan neuromuskuler
3. gangguan muskuloskeletal
Gejala dan tanda mayor :
Objektif
1. tidak mampu berbicara atau mendengar

21
2. menunjukkan respon tidak sesuai
Gejala dan tanda minor :
objektif
1. afasia
2. pelo
3. sulit memahami komunikasi
4. sulit mempertahankan komunikasi

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


NO SLKI SIKI
KODE HASIL KODE HASIL
1 L.02014 Tujuan : 1.06194 Manajemen peningkatan
Setelah dilakukan tekanan intrakranial
perawatan selama 1x24 Intervensi :
jam, diharapkan perfusi Observasi
serebral dapat teratasi 1. identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil peningkatan TIK
sebagai berikut : (mis.lesi,gangguan
1. tingkat kesadaran dari metabolisme, edema selebral)
skala 2 (cukup menurun) 2. monitor tanda atau gejala
menjadi skala 4 (cukup peningkatan TIK (mis.
meningkat) Tekanan darah meningkat,
2. kognitif dari skala 2 tekanan nasi
(cukup menurun) menjadi melebar,bradikardia, pola
skala 4 (cukup meningkat) nafas ireguler, kesadaran
3. tekanan intra kranial dari menurun )
skala 2 (cukup meningkat) 3. monitor status pernapasan
menjadi skala 4 (cukup
menurun) Terapeutik
4. sakit kepala dari skala 2 1. minimalkan stimulus dengan
(cukup meningkat) menjadi menyediakan lingkungan yang
skala 4 (cukup menurun) tenang

22
5. kecemasan dari skala 2 2. cegah terjadinya kejang
(cukup meningkat) menjadi 3. pertahankan suhu tubuh
skala 4 (cukup menurun) normal

Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian sedasi
dan anti konfulsan
2. kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
3. kolaborasi pemberian
pelunak tinja
2. L.05042 Tujuan : 1.05173 Dukungan mobilisasi :
Setelah dilakukan Observasi
perawatan selama 1x24 1. identivikasi adanya nyeri
jam, diharapkan mobilitas atau keluhan fisik lainnya
fisik dapat teratasi dengan 2. identifikasi toleransi fisik
kriteria hasil sebagai melakukan pergerakan
berikut: 3. monitor frekuensi jangtung
1. pergerakan ekstermitas dan tekanan darah sebelum
dari skala 2 (cukup memulai mobilisasi
menurun) menjadi 4 (cukup 4. monitor kondisi umun
meningkat ) selama melakukan mobilisasi
2. kekuatan otot dari skala 2 Terapeutik
(cukup menurun) menjadi 1. fasilitasi aktivitas mobilisasi
skala 4 (cukup meningkat) dengan alat bantu
3. gerakan tidak 2. fasilitasi melakukan
terkoordinasi dari skala 2 pergerakan
(cukup meningkat) menjadi 3. libatkan keluarga untuk
4 (cukup menurun) membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Edukasi

23
1. jelaskan tujuan prosedur
mobilisasi
2. anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

3. L.13118 Tujuan : 1.13492 Promosi komunikasi : defisit


Setelah dilakukan bicara
perawatan selama 1x24 Intervensi :
jam, diharapkan Observasi
komunikasi verbal dapat 1. monitor kecepatan, tekanan,
teratasi dengan kriteria hasil kuantitas, volume, dan diski
sebagai berikut: bicara
1. kemampuan berbicara 2. monitor proses kognitif,
dari skala 2 (cukup anatomis, dan fisiologis yang
menurun) menjadi skala 4 berkaitan dengan bicara
(cukup meningkat ) 3. monitor frustasi, marah,
2. afasia dari skala 2 (cukup depresi, atau hal lain yang
meningkat) menjadi skala 4 mengganggu bicara
(cukup menurun) 4. identifikasi perilaku
3. pelo dari skala 2 ( cukup emosional dan fisik sebagai
meningkat ) menjadi skala 4 bentuk komunikasi
(cukup menurun) Terapeutik
1. gunakan metode komunikasi
alternatif
2. sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan
3. modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan

24
4. ulangi apa yang
disampaikan pasien
Edukasi
1. anjurkan berbicara perlahan
2. ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologi yang berhubungan
dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis

V. Implementasi
Implementasinya adalah melakukan semua tindakan keperawatan yang
telah direncanakan sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi pasien.
VI. Evaluasi
1. risiko perfusi serebral tidak efektif dapat kembali normal
2. Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
3. Gangguan komunikasi verbal dapat teratasi

25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu
Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan
cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat.
Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan
tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus
menyisihkan sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta
pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan
banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain
pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga
juga sangat menentukan.

3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan yaitu bagi penderita jantung agar
melakukan pemeriksaan selalu guna untuk mengetahui sejauh mana
kondisi dan seberapa parah penyakitnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Black & hawks.2014.keperawatan medical bedah edisi bahasa


Indonesia.Indonesia:pentasada media edukasi
Brunner & Suddarth.2015.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

27

Anda mungkin juga menyukai