Kelompok 1
Tujuan Umum :
Menganalisis kasus pada klien dewasa dengan Gagal Jantung berdasarkan evidence-
based practice secara kritis, logis dan sistematis.
Tujuan Khusus :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Overview Kasus
J.E., seorang wanita Hispanik berusia 70 tahun, dirawat di unit perawatan
menengah dengan: keluhan sesak nafas bertambah, mudah lelah, dan berat badan
bertambah. Dia memiliki sejarah hipertensi selama 20 tahun dan MI (infark
miokard) pada usia 58 tahun. Telah mengalami peningkatan sesak napas, kelelahan
dan kenaikan berat badan 5 kg yang tidak dapat dijelaskan selama 2 minggu
terakhir. Dia juga mengalami infeksi saluran pernapasan 2 minggu yang lalu;
memiliki batuk terus-menerus dan edema di kaki. Dia dijelaskan tidak dapat
menaiki tangga tanpa sesak napas, tidur dengan kepala ditinggikan tiga bantal. Dia
hidup sendiri, tidak selalu ingat untuk minum obat. Berdasarkan fisiknya
pemeriksaan didapatkan sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, frekuensi
nafas 36x/menit, murmur jantung sistolik, ronki bilateral di semua bidang, bibir dan
ekstremitas sianotik, kulit dingin dan yg mengeluarkan keringat. Menurut studi
diagnostik: Hasil rontgen dada: kardiomegali dengan kanan dan kiri hipertrofi
ventrikel; cairan di paru-paru bagian bawah. Hasil ekokardiogram: EF 20%.
Kolaboratif Perawatan: Furosemide (lasix) 40 mg IV bid, pottasium 40 mEq PO
bid, Enalapril (vasotec) 5 mg PO setiap hari, nesiritide (natrecor0 2 mcg/kg/bolus
IV diikuti dengan infus kontinu 0,01 mcg/kg/menit, pemantauan EKG terus
menerus, diet 2 g natrium, titrasi oksigen untuk menjaga saturasi oksigen lebih besar
than 93%, pantau asupan dan keluaran dan berat badan harian, 12 timbal harian,
elektrolit serum, enzim jantung.
Deskripsi Kerja
1. Kelompok dapat memulai diskusi dari identifikasi istilah yang belum dipahami
(missal Ejection Fraction, anggota lain dapat menjelaskan (singkat saja, disini
tujuannya hanya klarifikasi istilah, untuk menghindari perbedaan persepsi istilah)
2. Lalu kelompok dapat melanjutkan ke pertanyaan-pertanyaan pemicu, misal: kenapa
pasien mengalami sesak nafas, apakah ada kaitannya usia, jenis kelamin dan ras
terhadap keluhan yang dialami, bagaimanakah penatalaksanaannya, apa saja yang
perlu dikaji, kemungkinan diagnosanya, intervensi keperawatannya bagaimana?
tidak terbatas hal ini, dapat dikembangkan oleh kelompok.
3. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut, jawablah berdasarkan
sumbersumber terpercaya dan jurnal jurnal penelitian terkait
4. Buatlah kesimpulan dari yang telah didiskusikan
5. Susun laporan secara berkelompok
Kata sulit :
Penyebab dari gagal jantung yaitu kerusakan miokard, riwayat penyakit pasien
hipertensi, Infark Miokard dapat memicu gagal jantung, mengkonsumsi natrium
berlebih.
Beberapa tanda dan gejala gagal jantung yaitu adanya keluhan sesak napas, mudah
lelah dan kelebihan berat badan, edema di kaki, frekuensi napas 36x/mnt, murmur
jantung sistolik, pasien mengalami batuk terus menerus, infeksi saluran pernapasan,
kardiomegali, terdapat cairan, kulit dingin, keluar keringat terus menerus.
3. Apa hubungan kenaikan berat badan dengan penyakit gagal jantung?
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko menyebabkan risiko penumpukan plak
pada arteri semakin tinggi, tumpukan plak membuat resistensi tekanan dalam arteri
semakin tinggi, sehingga kerja pompa jantung semakin berat, lama kelamaan,
jantung membesar karena beban kerjanya.
Kelebihan kenaikan berat badan yang disebabkan oleh retensi cairan yang
terakumulasi dalam abdomen, ekstremitas dan paru-paru sehingga cairan yang
berada dalam paru-paru akan menekan ke arah jantung dan menghalangi kerja
jantung mengakibatkan disfungsi otot jantung karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung (aterosklerosis koroner) yang dimana merupakan awal terjadinya
gagal jantung kongestif.
Kenaikan berat badan berhubungan dengan penyakit gagal jantung, hal ini
disebabkan jika seseorang mengalami kenaikan berat badan dapat maningkatkan
tekanan darah ke jantung karena menyempitnya pembuluh darah lemak. Jantung
mengalami pembesaran pada ruang jantung dan kurangnya asupan oksigen dapat
mempengaruhi gagal jantung
Terjadinya gagal jantung diawali dengan adanya kerusakan pada jantung atau
miokardium. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya curah jantung. Bila curah
jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, maka jantung akan
memberikan respon mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung
agar tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut telah
secara maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi, maka
setelah itu akan timbul gejala gagal jantung. Kerusakan pada jantung (penurunan
kapasitas pompa jantung) yang disebabkan salah satunya oleh hipertensi infark
miokard dan infeksi saluran pernapasan, jika curah jantung menurun, tidak
menyukupi jebutuhan metabolik tubuh mekanisme kompensasi diaktifkan. Termasuk
respon neurohormonal. Yang membantu mekanisme meningkatkan kontraksi dan
mempertahankan integritas sirkulasi darah. Namun jika terus berlangsung akan
menyebabkan rekonfigurasi otot jantung, seperti tremodeling ventrikal kiri.
5. Adakah kaitannya usia, jenis kelamin dan ras terhadap keluhan yang dialami?
Karena di kasus terdapat bahwa klien wanita hispanik, dimana wanita hispanik
lebih mudah terserang gagal jantung. Pada jenis kelamin, diketahui wanita memiliki
resiko lebih tinggi mengalami peyakit jantung, wanita memiliki pembuluh darah lebih
kecil dan perbedaan saluran pembuluh darah yang mempengaruhi tingginya tekanan
darah. Pada usia, akrena usia lanjut lebih mudah terkena gagal jantung, pembuluh
darah mulai kaku, sehingga jantung memompa lebih kuat dan memicu gagal jantung,
usia lanjut memiliki kecenderungn presentasi lebih besar terhadap. Hubungan usia
dengan gagal jantung sangat mempengaruhi karena seiring meningkatnya usia dapat
berpengaruh pada struktur fungsional dari jantung dan pembuluh darah, sehingga
mempengaruhi kerja jantung jantung itu sendiri.
Penatalaksanaan:
Pemeriksaan penunjang:
1. EKG 12 lead
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan radionuklide
4. Angiografi
5. Katerisasi jantung tujuanya untuk membantu membedakan gagal jantung kanan dan
kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
6. Pemeriksaan fungsi ventrikel kiri.
7. Pemeriksaan urea dan kreatinin, bertujuan untuk melihat urea dan kreatini
rendah/tinggi karena pada urea dan kreatinin yang tinggi dapat memberikan
prognosis yang buruk pada gagal jantung.
Data Objektif:
Data Subjektif:
Diagnosis yang memungkinkan beserta tanda gejala mengurucut pada gagal jantung
Hal yang perlu dikaji yakni keluhan utama klien berupa sesak napas, kelemahan
dan kelelahan saat beraktivitas serta riwayat kesehatan terdahulu (hipertensi dan
infark miokardium).
Pada kasus pasien diatas terjadi edema karena saat jantung mulai gagal berfungsi,
salah satu atau dua bilik organ jantung kehilangan kemampuan memompa darah
secara efektif sehingga cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan
edema pada tungkai. Selain itu penyebab lain adalah konsumsi obat antihipertensi
juga dapat menyebabkan edema, contoh obat yang dikonsumsi pasien diantaranya
adalah Furosemide ( lasix ) dan enalapril.
Pengaturan posisi adalah salah satu tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk
memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau kenyamanan fisik
dan psikologis. Intervensi yang diberikan kepada pasien gagal jantung diantaranya
yaitu memposisikan pasien dengan semifowler untuk mengurangi dyspneu.
Meninggikan posisi kepala dengan 3 bantal pada kasus pasien gagal jantung bertujuan
untuk memposisikan pasien tidur dengan posisi semifowler 30°-45°. Pemberian posisi
semifowler ini bisa dilakukan untuk mempertahankan tirah baring guna mengatasi
sesak nafas pada saat istirahat, meningkatkan saturasi oksigen, menurunkan konsumsi
oksigen, meningkatkan ekspansi paru yang maksimal, dan mengatasi kerusakan
pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.
Selain itu, tidur dengan posisi semifowler pada pasien gagal jantung juga dapat
berpengaruh pada kenyamanan pasien sehingga pasien dapat tidur lebih cepat dengan
durasi yang lama dan lebih nyenyak (Isrofah et al., 2020).
10. Mengapa pasien mengalami sesak napas?
Pada kasus tersebut mengapa pasien mengalami sesak nafas yaitu disebabkan
karena adanya penambahan berat badan yang akan menambah beban ekstra ke
jantung dan memaksa jantung untuk bekerja lebih keras. Curah jantung yang tidak
adekuat akhirnya menyebabkan pasien mengalami sesak nafas.Pada kasus terdapat
ronki, sesak napas disebabkan oleh kongesti paru atau penumpukan cairan pada
rongga intertisal atau alveoli paru. Mekanisme sesak napas itu sendiri, dengan
adanya penurunan volume udara paru atau kapasitas vital saat udara digantikan oleh
darah atau cairan intersitisial dan kongesti paru ini dapat menguragi kapsitas vital
paru sampai kurang dari 1500ml.
2. Intoleransi aktivitas
b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kelemahan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi
jam diharapkan klien dapat deficit tingkat
DO: melakukan aktivitas aktivitas
- Adanya edema pada bertahap secara mandiri - Identifikasi
kaki dengan kriteria hasil: sumber daya
DS: 1. kemampuan melakukan untuk aktivitas
- Klien mengeluh aktifitas sehari-hari yang
sesak napas ketika meningkat diinginkan
menaiki tangga 2. Pasien Mampu berpindah - Identifikasi
- Klien tidur dengan dengan atau tanpa bantuan strategi
kepala ditinggikan 3 3. Pasien mangatakan meningkatkan
bantal dipsnea saat dan/atau partisipasi
- Klien mengeluhkan setelah aktifitas menurun dalam aktivitas
ia merasa lemah 4. Klien dapat melaksankan - Identifikasi
- Klien lupa ADl dengan mandiri makna aktivitas
mengkonsumsi obat 5. Klien tidak mengalami rutin (mis.
karena hidup sendiri kelemahan bekerja) dan
waktu luang
Monitor respon
emosional,
fisik, social,
dan spiritual
terhadap
aktivitas
- Identifikasi
gangguan
fungsi tubuh
yang
mengakibatkan
kelemahan
- Monitor
kelelahan fisik
- Lakukan
latihan rentang
gerak pasif
dan/atau aktif
- Kaji
kemampuan
klien dalam
beraktivitas
- Kaji respon
pasien terhadap
aktivitas
- Ajarkan tehnik
penghematan
energi
- Berikan
dorongan untuk
melakukan
aktivitas
bertahap jika
dapat
ditoleransi dan
berikan bantuan
sesuai
kebutuhan.
- Identifikasi
gangguan
fungsi tubuh
yang
mengakibatkan
kelelahan
- Monitor
kelelahan fisik
dan emosional
- Monitor pola
dan jam tidur
- Monitor lokasi
dan
ketidaknyaman
an selama
melakukan
aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
dalam aktivitas
tertentu.
Kolaborasi:
- Kolaborasi
dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program
aktivitas
3. Risiko tinggi penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
curah jantung b.d Penurunan dalam waktu 3x24 jam Observasi:
ventrikel kiri penurunan curah jantung - Identifikasi
DO: dapat teratasi dengan tanda/gejala
- murmur jantung kriteria hasil: primer
sistolik 1. Kekuatan nadi penurunan
- ronki bilateral periver meningkat curah jantung
- Hasil rontgen: 2. Tekanan darah (meliputi
kardiomegali dengan dalam batas normal dipsnea,
kanan dsn kiri 3. Dipsnea menurun kelelahan,
hipertrofi ventrikel, 4. Tidak ada bunyi edema)
EKG jantung abnormal - Monitor
DS: 5. Tidak terjadi tekanan darah -
- Sesak napas kardiomegali Monitor bb &
saturasi oksigen
- Monitor
keluhan nyeri
dada
- Monitor EKG
12 sadapan 6.
Monitor aritmia
(kelainan irama
dan frekuensi)
Terapeutik:
- Posisikan
pasien semi –
fowler atau
fowler dengan
kaki ke bawah
atau posisi
nyaman
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
stress (jika
perlu)
Edukasi:
- Anjurkan
beraktivitas
fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan
beraktivitas
fisik secara
bertahap
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia (jika
perlu)
- Rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung
12. Apakah kasus tersebut termasuk gagal jantung akut atau kronik?
Kasus tersebut termasuk pada gagal jantung kronik. Gagal jantung kronik
didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal
jantung berupa sesak, fatigue, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan
tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat. Pada kasus ditandai
dengan peningkatan sesak napas, kelelahan, edema di kaki, hipertensi, infrak
miokard, kenaikan berat badan, dan batuk.
Salah satu diet yang dianjurkan pasien gagal jantung adalah diet rendah natrium.
Dimana fungsi yang dirasakan terhadap diet natrium pada pasien gagal jantung yaitu
untuk meminimalkan kerja dan ketegangan otot jantung minimal dan diet rendah
garam ini berfungsi juga untuk menurunkan retensi cairan, menjaga kesehatan serta
menjaga kesehatan jantung. Selain itu, Pembatasan natrium ditujukan untuk
mencegah, mengatur dan mengurangi edema seperti pada hipertensi atau gagal
jantung. Saat tubuh kelebihan garam, ginjal akan menyesuaikan kadar cairan dalam
darah sehingga menyebabkan volume dan tekanan darah meningkat. Ini membuat
jantung harus bekerja lebih keras guna menyuplai darah segar ke tubuh.
B. Pembahasan
1. Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis yang diakibatkan oleh kelainan
struktur maupun fungsi jantung dengan ditandai oleh tanda-tanda sebagai berikut :
- Sesak napas, merasa lelah apabila beraktivitas, saat melakukan aktivitas
berat dapat muncul rasa lelah saat istirahat.
- Adanya tanda retensi cairan, seperti kongesti paru, edema di kaki.
- Muncul bukti objektif adanya kelainan stuktur atau fungsi jantung pada saat
istirahat.
2. Klasifikasi
- Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut ditandai dengan munculnya sesak napas secara cepat
(<24 jam) yang diakibatkan oleh kelainan fungsi jantung, adanya gangguan
fungsi sistolik, diastolik atau irama jantung, adanya kelebihan beban baik
beban awal (preload) maupun beban akhir (afterload), atau kontraktilitas.
- Gagal Jantung Kronik
Gagal jantung kronik terjadi karena adanya kelainan stuktural atau
fungsional yang mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah
atau pengisian jantung disertai dengan adanya keluhan seperti sesak, fatique
baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas.
3.Etiologi
4. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu :
5. Manifestasi Klinis
Secara umum, manifestasi klinis pada gagal jantung dapat dilihat dari derajat
latihan fisik yang diberikan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa toleransi penderita
gagal jantung terhadap latihan fisik akan semakin menurun sehingga gejala
gagal jantung akan muncul. Pada umumnya, gejala awal yang terjadi pada
penderita gagal jantung adalah sesak nafas, mudah lelah dan adanya retensi
cairan. Manifestasi klinis yang ditemui pada pasien gagal jantung berdasarkan
tipe gagal jantung itu sendiri, terdiri dari : (Lilly, 2011; Ignatavisius &
Workman, 2010; Patrick, 2014)
1. Gagal jantung kiri
Manifestasi pada gagal jantung kiri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
penurunan curah jantung dan kongesti pulmonal. Penurunan curah jantung
memberikan manifestasi berupa kelelahan, oliguria, angina, konfusi, gelisah,
pucat dan nadi perifer melemah. Kongesti pulmonal memberikan manifestasi
berupa batuk yang bertambah buruk, dispnea, krakels, takipnea serta
orthopnea.
2. Gagal jantung kanan
Manisfestasi pada gagal jantung kanan adalah kongesti sistemik yang berupa
edema menetap, bengkak pada tangan dan jari, peningkatan berat badan,
terjadinya peningkatan tekanan darah (karena kelebihan cairan) atau
penurunan tekanan darah (karena kegagalan pompa jantung), serta terjadi
pembesaran hati dan lien.
3. Gagal jantung kongestif
Manifestasi pada gagal jantung kongestif adalah terjadinya kardiomegali dan
regurgitasi mitral atau tricuspid sekunder yang berupa kelelahan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen Thorax ( dada)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya pembesaran ukuran
jantung, bayangan dapat menunjukan dilatasi atau hipertrofi bilik atau
perubahan pembuluh darah yang menunjukan peningkatan tekanan
pulmonalis.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogfrafi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk merekam perubahan aktivitas listrik jantung
saat terjadi gagal jantung atau mendeteksi gangguan irama jantung yang bisa
menjadi penyebab gagal jantung.
3. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur organ jantung lebih jelas
dengan bantuan gelombang suara berfrekuensi tinggi.
4. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi jenis protein yang kadarnya akan
meningkat bila terjadi gagal jantung, serta untuk mendeteksi penyakit yang
dapat menjadi penyebab gagal jantung.
5. Pemeriksaan Analisa Gas Darah ( AGD)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui kadar oksigen,
karbon dioksida dan tingkat asam basa (pH ) di dalam darah pasien.
6. Pemeriksaan Elektrolit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium dalam serum.
7. Pemeriksaan Ureum atau Blood Urea Nitrogen ( BUN)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kadar urea nitrogen dalam darah
yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein yang seharusnya dibuang
ke ginjal.
8. Pemeriksaan Kreatinin Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kadar kreatinin dalam darah.
9. Katerisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendesteksi penyumbatan pembuluh darah
pada jantung, Katerisasi jantung juga digunakan untuk mengukur terkanan
didalm jantung. Dimana tekanan abnormal merupakan sebuah pertanda dan
membantu membedakan gagal jantung kanan atau kiri, stenosis atau
insufisiensi, juga mendeteksi arteri koroner.
7. Patofisiologi
Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk memnuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan
akibat disfungsi sistolik dan diastolik. Gagal jantung diastolik dapatterjadi dengan
atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung diastolik sering terjadi akibat
hipertensi kronis. Ketika ventrikel harus memompa secara berkelanjutan
melawankelebihan beban yang sangat tinggi (peningkatan resistensi), sel otot
hipertrofi akan kaku. Kekakuan sel otot menyebabkan penurunan daya regang
ventrikel, sehingga menurunkan pengisian ventrikel.
Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel,
biasanya berasal dari infark miokardi. Terdapat kerusakan otot sehingga tidak mampu
berkontraksi secara penuh dan volume sekuncup akan menurun. Penurunan volume
sekuncup menyebabkan penurunan tekanan darah, yang segera diikuti dengan inisiasi
respons refleks menyesuaikan untuk mengembalikan ke kondisi sebelumnya. Karena
ventrikel yang rusak tidak mampu mengembalikan volume sekuncup, refleks tetap
berlanjut (Corwin, 2009).
Hipertrofi
ventrikel-kiri
Kebutuhan
O2 jantung
Prihatiningsih, D. and Sudyasih, T. (2018) ‘Perawatan Diri Pada Pasien Gagal Jantung’,
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2). doi: 10.17509/jpki.v4i2.13443.
Areifputra, A., dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Black, Joyce M, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk
Hasil yang Diharapkan edisi 8 vol.4. Nampira, Rizal A, dkk. Jakarta: Elseiver.
Wijaya & Putri. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Gagal
Jantung Dengan Masalah Penurunan Curah Jantung Di Ruang Aster. Journal of
Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Nurkhalis, N., & Adista, R. J. (2020). Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal
Jantung. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(3), 36-46.
Nurkhalis, N. and Adista, R.J., 2020. Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal
Jantung. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(3), pp.36-46.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Terjemahan oleh Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC. Edisi 3.