Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

“INITIAL ASSESSMENT”

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN EKA LESTARI

NIM : PO.71.20.3.18.016

SEMESTER : V.A

DOSEN MATA KULIAH : Ns.Sapondra Wijaya,S.kep,M.kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas berkah dan rahmatnya penulis telah
berhasil menyusun makalah tentang konsep gawat darurat , Makalah ini dibuat untuk
menunjang proses pembelajaran keperawatan.
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami
sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII Keperawatan
karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yangh disempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang Keperawatan Gawatdarurat.

Lubuklinggau , 02 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Definisi......................................................................................................................................5
B. Proses Initial Assessment........................................................................................................5
C. Pengkajian Awal KegawatDaruratan.....................................................................................5
D. Primary Survey........................................................................................................................6
E. Kegawatan Airway (JalanNapas)............................................................................................7
a. Sumbatan JalanNapas.........................................................................................................8
b. Pembebasan Jalan Napas....................................................................................................8
c. Obstruksi jalan nafas.........................................................................................................10
d. Pembebasan Jalan Napas TanpaAlat...............................................................................10
e. Pembebasan Jalan Napas DenganAlat.............................................................................11
f. Membersihkan jalan nafas................................................................................................12
F. Pengkajian Breathing (Pernafasan)......................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar


pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten
dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap
penderita gawat darurat sangat Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau
informasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat
harus berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan
pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan
ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk
pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan
maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut
dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan ataukematian.

Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi :A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan
menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan
dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek
sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis;
E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia
(Holder,2002).

B. Tujuan

1. Untuk pengetahui pengakajian kegawatdaruratan.


2. Untuk mengetahui pengkajian primer dan pengkajiansekunder
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma disertai
pengelolaan yang tepat guna untuk menghindari kematian. Pengertian lain initial
assessment adalah proses evaluasi secara tepat pada penderita gawat darurat yang langsung
diikuti dengan tindakan resusitasi. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu
diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan initial
assessment (penilaian awal).
Pada penderita trauma, waktu sangat penting, oleh karena itu diperlukan adanya
suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai initial assesment
(penilaian awal). Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma
disertai pengelolaan yang tepat guna untuk menghindari kematian. Pengertian lain initial
assessment adalah proses evaluasi secara tepat pada penderita gawat darurat yang langsung
diikuti dengan tindakan resusitasi. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu
diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan initial
assessment (penilaian awal) dan meliputi persiapan, triage, survey primer, resusitasi,
survey sekunder, pengawasan dan evaluasi ulang, serta terapi definitif.

B. Proses Initial Assessment


Proses initial assessment meliputi :

a. Persiapan
b. Triage
c. Survey primer
d. Resusitasi
e. Survey Sekunder
f. Pengawasan dan evaluasi ulang
g. Terapi definitif
C. Pengkajian Awal KegawatDaruratan
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas
dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek
pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C:
Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability,
mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita
tapi cegah hipotermia (Holder,2002).
Pengkajian yang dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan akan
menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat pasien sebaik mungkin. Dalam
melakukan pengkajian dibutuhkan kemampuan kognitif, psikomotor, interpersonal,
etik dan kemampuan menyelesaikan maslah dengan baik dan benar. Perawat harus
memastikan bahwa data yang dihasilkan tersebut harus dicatat, dapat dijangkau, dan
dikomunikasikan dengan petugas kesehatan yang lain. Pengkajian yang tepat pada
pasien akan memberikan dampak kepuasan pada pasien yang dilayani.
(Kartikawati,2012)
Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan atau
ketrampilan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhankeperawatan gawat darurat
untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial
mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan
keberhasilan Asuhan Keperawatan pada sistem kegawatdaruratan pada pasien dewasa.
Dengan Pengkajian yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Aspek – aspek yang dapat dilihat dari mutu pelayanan keperawatan yang dapat dilihat
adalah kepedulian, lingkungan fisik, cepat tanggap, kemudahan bertransaksi,
kemudahan memperoleh informasi, kemudahan mengakses, prosedur dan harga.
(Joewono,2003).
D. Primary Survey
Primary Survey, merupakan penilaian cepat oleh tenaga kesehatan terhadap
keadaan yang mengancam nyawa. Tujuan dari Primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan.
Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1) Airway maintenance dengan cervical spine protection

2) Breathing danoxygenation

3) Circulation dan kontrol perdarahaneksternal

4) Disability-pemeriksaan neurologissingkat

5) Exposure dengan kontrollingkungan

Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey


bahwa setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah
berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan
berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai
sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti airway,
circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian
waktu dalam keterlibatan mereka (American College of Surgeons, 1997).
E. Kegawatan Airway (JalanNapas)

Kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah ke otak dan organ vital
lainnya merupakan penyebab kematian tercepat pada penderita gawat. Oleh sebab itu
pencegahan kekurangan oksigen jaringan (hipoksia) yang meliputi pembebasan jalan
napas yang terjaga bebas dan stabil, ventilasi yang adekuat, serta sirkulasi yang normal
(tidak shock) menempati prioritas pertama dalam penanganan kegawatdaruratan.

Sifat gangguan yang terjadi pada jalan napas bisa mendadak oleh karena
sumbatan total, atau bisa juga perlahan oleh karena sumbatan parsial (dengan berbagai
sebab). Sumbatan pada jalan napas dapat terjadi pada pasien tidak sadar atau pasien
dengan kesadaran menurun atau korban kecelakaan yang mengalami trauma daerah
wajah dan leher. Penanganan airway mendapat prioritas pertama karena jika tidak
ditangani akan mengakibatkan kematian yang cepat, dan penanganan segera perlu
dilakukan. Pembebasan jalan napas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa alat
(manual) maupun dengan alat. Alat bantu pembebasan jalan napas yang digunakan ada
berbagai macam disesuaikan dengan jenis sumbatan dan tingkat kesadaran pasien yang
pada intinya bertujuan mempertahankan jalan napas agar tetap bebas.

a. Sumbatan JalanNapas
Ada beberapa keadaan di mana adanya sumbatan jalan napas harus diwaspadai,
yaitu:
1)Trauma padawajah

2)Fraktur ramus mandibula, terutama bilateral, dapat menyebabkan


lidah jatuh ke belakang dan gangguan jalan napas pada
posisiterlentang.

3)Perlukaan daerah leher mungkin menyebabkan gangguan jalan


napas karena rusaknya laring atau trakea atau karena perdarahan
dalam jaringan lunak yang menekan jalannapas.

4)Adanya cairan berupa muntahan,darah, atau yang lain dapat


menyebabkan aspirasi

5)Edema laring akut karena trauma, alergi, atauinfeksi


b. Pembebasan Jalan Napas
Pembebasan jalan napas adalah tindakan untuk menjamin pertukaran udara
secara normal dengan cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia dan atau hiperkarbia.Prioritas utama dalam manajemen
jalan napas adalah membebaskan jalan napas dan mempertahankan agar jalan
napas tetap bebas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal
sehingga menjamin kecukupan oksigen tubuh. Pengelolaan jalan napas dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan alat dan tanpa alat (cara manual). Cara
manual dapat dilakukan di mana saja, dan kapan saja, walaupun hasil lebih baik
bila menggunakan alat namun pertolongan cara manual yang cepat dan tepat
dapat menghindarkan resiko kematian atau kecacatan permanen. Pada
kasus trauma, pengelolaan jalan napas tanpa alat dilakukan dengan tetap
memperhatikan kontrol tulangleher.
Langkah yang harus dikerjakan untuk pengelolaan jalan napas yaitu:
1. Pasien diajak berbicara. Jika pasien dapat menjawab dengan jelas itu berarti
jalan napasnya bebas. Pasien yang tidak sadar berpotensi terjadi sumbatan
jalan napas sehingga memerlukan tindakan pembebasan jalan napas.
Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya
pangkal lidah kebelakang.
2. Berikan oksigen.
Oksigen diberikan dengan sungkup muka (simple masker) atau
masker dengan reservoir (rebreathing/non rebreathing mask) atau
nasal kateter atau nasal prong walaupun belum sepenuhnya jalan
napas dapat dikuasai dan dipertahankan bebas. Jika memang
dibutuhkan pemberian ventilasi bisa menggunakan jackson- reese
atauBVM.
3. Nilai jalan napas.
Sebelum melakukan tindakan untuk membebaskan jalan napas
lanjut maka yang harus dilakukan pertama kali yaitu memeriksa jalan
napas sekaligus melakukan pembebasan jalan napas secara manual
apabila pasien tidak sadar atau kesadaran menurun berat (coma).
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan,
menilai jalan napas sekaligus fungsipernapasan:

L – Look (lihat) Lihat pengembangan dada, adakah retraksi sela iga


otot-otot napas tambahan lain, warna mukosa/kulit dan kesadaran.
Lihat apakah korban mengalami kegelisahan (agitasi), tidak dapat
berbicara, penurunan kesadaran, sianosis (kulit biru dan keabu-
abuan) yang menunjukkan hipoksemia. Sianosis dapat dilihat pada
kuku, lidah, telinga, dan bibir.

L – Listen (dengar). Dengar aliran udara pernapasan. Adanya suara


napas tambahan adalah tanda ada sumbatan parsial pada jalan napas.
Suara mendengkur, berkumur, dan stridor mungkin berhubungan
dengan sumbatan parsial pada daerah faring sampai laring. Suara
parau (hoarseness, disfonia) menunjukkan sumbatan pada faring.

F – Feel (rasakan). Rasakan ada tidaknya udara yang hembusan


ekspirasi dari hidung dan mulut. Hal ini dapat dengan cepat
menentukan apakah ada sumbatan pada jalan napas. Rasakan adanya
aliran udara pernapasan dengan menggunakan pipi penolong.

c. Obstruksi jalan nafas


Obstruksi jalan napas dibagi macam, obtruksi parsial dan obstruksi total:
 Obstruksi partial ,dapat dinilai dari ada tidaknya suara napas tambahanyaitu:
a. Mendengkur (snoring), disebabkan oleh pangkal lidah yang jatuh ke
posterior. Cara mengatasinya dengan head tilt, chin lift, jaw thrust,
pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal,
pemasangan Masker Laring (Laryngeal MaskAirway). Suara berkumur
(gargling), penyebabnya adalah adanya cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi: finger sweep, suction atau pengisapan
b. Crowing Stridor, oleh karena sumbatan di plika vokalis biasanya
karena edema.
Cara mengatasi: cricotirotomi,trakeostomi.

 Obstruksi total, dapat dinilai dari adanya pernapasan “see saw” pada menit-
menit pertama terjadinya obstruksi total, yaitu adanya paradoksal breathing
antara dada dan perut. Dan jika sudah lama akan terjadi henti napas yang
ketika diberi napas buatan tidak ada pengembangan dada. Menjaga stabilitas
tulang leher, ini jika ada dugaan trauma leher, yang ditandai dengan
adanya trauma wajah/maksilo-facial, ada jejas di atas clavicula, trauma
dengan riwayat kejadian ngebut (high velocity trauma), trauma dengan defisit
neurologis dan multipletrauma.

d. Pembebasan Jalan Napas TanpaAlat.


Pada pasien yang tidak sadar, lidah akan terjatuh ke posterior, yang jika
didengarkan seperti suara orang ngorok (snoring). Hal ini mengakibatkan
tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Untuk penanganannya ada tiga cara yang
lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt, chin lift dan jaw
thrust.
1)Head Tilt
Dilakukan dengan cara meletakkan 1 telapak tangan pada dahi pasien,
pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi ke arah
belakang sehingga kepala menjadi sedikit tengadah (slight Extention).
2)Chin Lift
Dilakukan dengan cara menggunakan jari tengah dan jari telunjuk
untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong
tulangnya ke depan. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari
telunjuk dan diletakkan di bawah dagu, jangan terlalu menengadahkan
kepala.Chin lift dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal
lidah ke depan. Tindakan ini sering dilakukan bersamaan dengan
tindakan head tilt. Tehnik ini bertujuan membuka jalan napas
secaramaksimal.
Perhatian :Head Tilt dan Chin Lift sebaiknya tidak dilakukan
pada pada pasien dengan dugaan adanya patah tulang leher; dan
sebagai gantinya bisa digunakan teknik jawthrust.
3)JawThrust
Jika dengan head tilt dan chin lift pasien masih ngorok (jalan
napas belum terbuka sempurna) maka teknik jaw thrust ini harus
dilakukan. Begitu juga pada dugaan patah tulang leher, yang dilakukan
adalah jaw thrust (tanpa menggerakkan leher). Walaupun tehnik ini
menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk pasien
trauma dengan dugaan patah tulangleher.Caranya adalah dengan
mendorong sudut rahang kiri dan kanan kearah atas sehingga barisan
gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. Tetap pertahankan mulut
korban sedikit terbuka, bisa dibantu dengan ibu jari.
e. Pembebasan Jalan Napas DenganAlat
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat yaitu secara manual tidak
berhasil sempurna atau pasien memerlukan bantuan untuk mempertahankan
jalan napas dalam jangka waktu lama bahkan ada indikasi pasien memerlukan
definitive airway. Alat yang digunakan bermacam-macam sesuai dengan jenis
sumbatan dan tingkat kesadaran pasien yang intinya bertujuan mempertahankan
jalan napas agar tetapterbuka.

1)Oropharyngeal Tube (pipaorofaring)


2)Nasopharyngeal Tube (pipanasofaring)
3)EndotrachealTube
4)Laringeal Mask Airway(LMA)
f. Membersihkan jalan nafas
Untuk memeriksa jalan napas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan
teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan
sapuan jari(finger sweep). Kegagalan membuka napas dengan cara ini perlu
dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan napas di daerah faring atau adanya
henti napas (apnea). Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada
sumbatan total pada jalan napas dan dilakukan pijatjantung.
1) Membersihkan Jalan Napas karenaCairan

 Membersihkan Jalan Napas Secara Manual (Finger Sweep)


Membersihkan jalan napas secara manual dapat dilakukan dengan
sapuan jari (finger sweep). Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti
gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan
napas hilang (tersumbat).
 Mengatasi Sumbatan Jalan Napas Karena Benda Padat (Sumbatan
Total) Dapat digunakan tehnik manualthrust

1.Abdominalthrust.

2.Chestthrust.

3.Backblow.

F. Pengkajian Breathing (Pernafasan)

Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
(Wilkinson & Skinner, 2000).

Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :

1) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
1. Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah adatanda-
tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest,
sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.

2. Palpasiuntukadanya:pergeserantrakea,frakturrulingiga, subcutan
eous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.

Auskultasi untuk adanya : suara abnormal padadada.


2) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jikaperlu.

3) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasanpasien.
4) Penilaian kembali status mental pasien.

5) Dapatkan bacaan pulse oksimetri jikadiperlukan

6) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan atau oksigenasi:

1. Pemberian terapi oksigen Bag-ValveMasker

2. Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang


benar), jikadiindikasikan
3. Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advancedairway

procedures

7) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan
terapi sesuaikebutuhan.
Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan
terapi sesuai kebutuhan. Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien
dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya
pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada
proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada
dan diafragma.

 Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi:

a. pergerakandada

b. adanya bunyinafas

c. adanya hembusan/aliran udara

Sangat penting bagi pemeriksa untuk mengenal tanda – tanda


pernafasan yang tidak adekuat. Tanda pernafasan tidak adekuat adalah
:

1. Hitung frekuensi (laju) pernafasan dalam setengah menit, lalu


kalikan angka 2. Pernafasan yang pasti tidak adekuat apabila kurang
dari 8x / menit pada orang dewasa, kurang dari 10x / menit pada anak
atau kurang dari 20x / menit padabayi.

2. Sesak : Meningkatnya usaha dalam bernafas. Pernafasan normal


adalah tanpa usaha. Penggunaan otot perut secara berlebihan untuk
bernafas, karena penderita memakai diafragma (sekat rongga dada)
untuk memaksa udara keluar – masuk dari paru –paru.

3. Sianosis : adalah perubahan warna atau kebiru – biruan pada kulit


dan lapisan selaput lendir (dapat dilihat pada bibir dan selaput lendir
mata). Sianosis berarti terlalu banyak CO2. Sianosis yang jelas
terutama akan terlihat padakuku.

4. Perubahan kesadaran. Apabila otak tidak menerima O2, maka


pertama – tama penderita akan sangat gelisah, tetapi lebih lanjut
penderita akan kehilangan kesadarannya (pingsan). Denyut jantung
yang lambat atau sangat cepat yang disertai dengan jumlah pernafasan
yanglambat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi : A:Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan
menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan
dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek
sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis;
E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegahhipotermia.
B. Saran
Semoga dengan adanya penjelasan seperti ini bisa membuat perawat ataupun tim
medis lebih benar dan terstruktur dalam bekerja dalam situasi apapun dan dapat
memberikan contoh terhadap masiarakat agar proses gawat darurat atau bencana alam
terjadi tim kesehatan maupun masiarakat bisa saling membantu untuk proses
penanggulangan bencana terutama korban akibat bencana
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-kgd-2-pdf-free.html
https://pdfcoffee.com/makalah-kgd-kelompok-2-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai