Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan

Dosen Pengampu: Ir Ir Khairiyah, SST., M.Keb

Disusun Oleh:
1. Rahmah Nur Fauziah
2. Siti Hindun Nurjannah
3. Zahra Khaerunnisa

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya, serta usaha penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sasaran Keselamatan Pasien”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Ir Ir Khairiyah, SST., M. Keb. Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang sasaran keselamatan pasien bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir Ir Khairiyah, SST., M. Keb,


selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan, yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 19 Januari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Sasaran Keselamatan Pasien..................................................................... 3
1. Pengertian Patient Safety ...................................................................... 3
2. Sasaran Keselamatan Pasin (SKP)/ International Patient Safety Goals
(IPGS)................................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat sehingga mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 32 Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, yaitu pasien mempunyai
hak memperoleh keamanan serta keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
(Priwardana & Rosadi, 2019).

Keselamatan pasien merupakan tidak adanya bahaya yang mengancam keselamatan


pasien selama proses pelayanan kesehatan merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan
agar pasien menjadi lebih aman di rumah sakit. Sistemnya terdiri dari identifikasi risiko,
penilaian risiko, pelaporan dan analisis insiden risiko keselamatan pasien, dan tindak lanjut
serta implementasi solusi untuk menimalisir timbulnya risiko keselamatan pasien. Joint
Commusion, melaporkan berdasarkan data pada tahun 2017 menyatakan bahwa
communication error merupakan salah satu akar penyebab utama kejadian kesalahan medis
yang dilaporkan dari tahun 2011 hingga 2013. Menurut studi 2015 di Amerika Serikat,
sekitar 30% dari semua kejadian malpraktik yang mengakibatkan 1.774 kematian dengan
kerugian disebabkan communication error pada saat memberikan pelayanan kesehatan
sehinngga WHO merancang world alliance for patient safety program untuk meningkat
keselamatan pasien Melihat pentingnya keselamatan pasien dalam mencegah terjadinya
insiden atau cedera yang dapat merugikan baik secara materil maupun imateril bagi pasien
(Priwardana & Rosadi, 2019).

Maka dari itu, diambil kesimpulan bahwa keselamatan pasien adalah hal yang sangat
penting dalam mencegah terjadinya insiden atau cedera, kelalaian prosedur yang dapat
merugikan baik secara materil maupun imateril bagi pasien, praktisi kesehatan maupun
pihak rumah sakit.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Patient Safety ?


2. Bagaimana Penerapan sasaran Patient Safety?

C. Tujuan

1. Mampu memahami pengertian patient safety


2. Mampu memahami penerapan sasaran keselamatan pasien Patient Safety

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sasaran Keselamatan Pasien

1. Pengertian Patient Safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidentalatau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksuddengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakityang
memberikan pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian
mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjutiinsiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnyarisiko. Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors), kejadian yang tidak
diharapkan (adverse event ), dan nyaris terjadi (near miss).
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimanarumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesmentresiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko.Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di
sebabkan oleh kesalahan akibatmelaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (Kusumastuti et al., 2021).

2. Sasaran Keselamatan Pasin (SKP)/ International Patient Safety Goals (IPGS)

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah


sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRSPERSI), dan dari
Joint Commission International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit
pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup

3
dan telah mempunyai berbagai peralatancanggih yang memadai dan telah terakreditasi
Joint Commission International(JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat

Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan


ketelitian dalam mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien bisa
terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang terbius/tersedasi,disorientasi, tidak sadar,
bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau
akibat situasi yang lain. Adapun maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua
kali pengecekan dalam setiap kegiatan pelayanan ke pasien.

Pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akanmenerima pelayanan


atau pengobatan dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut. Kebijakan atau prosedur yang dilakukansecara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi khususnya pada proses
pengidentifikasian pasien ketika pemberian obat, darah,atau produk dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan atau
prosedur tersebut memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien
seperti nama pasien,nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan
bar-code, dan lain-lain.

Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakanatau prosedur


agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi dengan
tepat dan cepat.Adapun elemen penilaian untuk sasaran ini adalah sebagai berikut :

a. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitassedikitnya


dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam medik).
b. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukandengan
ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,merah untuk pasien
yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien denganrisiko jatuh (risiko jatuh telah
diskoring dengan menggunakan protap penilaian skor jatuh yang sudah ada).
c. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
d. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimenlain untuk
pemeriksaan klinis.e.Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dantindakan/prosedur.

4
Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi


yangefektif antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan secara efektif,
akurat, tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh pasien
akanmengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasiyang mudah menimbulkan kesalahan persepsi kebanyakan terjadi pada saat
perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.Rumah sakit
secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan
dan telepon termasuk mencatat perintah yang lengkap atauhasil pemeriksaan oleh
penerima perintah, kemudian penerima perintahmembacakan kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan dan melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian
juga menjelaskan bahwadiperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back)
bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat.
Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan ”READ BACK‟ pada saat menerima permintaan secaralisan atau
menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ‟SIGN HERE” sebagai pengingat
dokter harus tanda tangan.
b. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkankeadaan
pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand off) dan
melaksanakan serah terima pasien antar ruangan dengan menggunakansingkatan yang
telah ditentukan oleh manajemen.

Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian

Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaikikeamanan


obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert ). Bila obat-obatan menjadi bagian dari
rencana pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus berperansecara kritis untuk
memastikan keselamatan pasien agar terhindar dari resikokesalahan pemberian obat.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan

5
suatukebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan atau prosedur jugadapat
mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,seperti di IGD
atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar padaelektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasiakses, untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja atau kurang hati-hati. Elemen yang merupakan standar penilaian
sasaran III adalah sebagai berikut:

a. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike (LASA) atau
Nama Obat Rupa Mirip (NORUM)

b. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap distribusi obat
dan pemberian obat pada masing-masing instansi pelayanan.

c. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yangaman
dan diperlakukan dengan perlakuan khusus.

d. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat(Benar


Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,Cara, dan
Dokumentasi).

Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien danTindakan Operasi

Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk


memastikanpemberian pelayanan dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan
tepatpasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi adalah sesuatuyang
menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah sakit. Kesalahanmerupakan akibat
dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuatantara anggota tim bedah,
kurangnya melibatkan pasien di dalam penandaanlokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.samping itu, pemeriksaan pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatanmedis yang kurang tepat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim bedah atau operasi, permasalahan yang
berhubungan dengan tulisantangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan
pemakaian singkatan adalahfaktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
atauprosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkanini.

6
Digunakan juga keadaan yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan diaSurgical
Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission's
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dandilakukan atas satu pada tanda
yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakansecara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator yang akanmelakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan
sadar jikamemungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan
lokasioperasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur(jari
tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang belakang).
Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk memverifikasi lokasi, prosedur,
danpasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasilpemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi label dengan baik serta dipampangdan
melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implantimplant yang
dibutuhkan. Tahapan “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkansemua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan dengan baik dan tepat. Time outdilakukan di tempat dimana
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakandimulai, dan melibatkan seluruh tim
operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimanaproses itu didokumentasikan secara ringkas,
misalnya menggunakan checklist dansebagainya.
Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi tanda
spidolskin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat dengan cara
yangjelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed Consent).
a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapatdimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
b. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lainuntuk memverifikasi saat
praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur,dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yangdiperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur"sebelum insisi / time-
out" tepat sebelum dimulainya suatuprosedur / tindakan pembedahan.
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukungkeseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepatprosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dantindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luarkamar operasi.
Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksiyang terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan
7
pengendalianinfeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan
danpeningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanankesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi pasien maupun
paraprofesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya 20 dijumpai dalam semuabentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada alirandarah dan
pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lainadalah kegiatan
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygienebisa dibaca di kepustakaan
WHO, dan berbagai organisasi nasional daninternasional. Rumah sakit mempunyai
proses kolaboratif untuk mengembangkankebijakan atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk handhygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu dirumah sakit.
Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah sebagai berikut :
a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman Six Moment HandHygiene dan
digunakan dalam tatanan kesehatan untuk pelayanan ke pasien.
b. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan dan melakukan pelatihan cuci tangan
efektif.
c. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas
setiapmelakukan prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain).
Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko
pasiendari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai
penyebabcedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks masyarakat yang
dilayani,pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya rumah sakit perlu
mengevaluasiresiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko
cedera bilasampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah pasien
yang bermkemungkinan mengkonsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, sertaalat
bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Elemen Penilaian
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang bila diindikasikan terjadia perubahan kondisi atau pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.

8
d. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuka mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama
dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
aman.

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumahsakit


yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaranini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007)yang digunakan juga
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRSPERSI), dan dari Joint Commission
International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A
dengan sumber manusia (dokter,perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai
berbagai peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission
International(JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untukmenunjang


keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yangbermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dariakonsensus berbasis bukti dan keahlian
atas permasalahan ini.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan serta bahan bacaan kepustakaan
sebagai bahan referensi dalam memberikan asuhan di lapangan untuk selalu menjaga
keselamatan pasien. Semoga para tenaga kesehatan yang mengaplikasikannya di fasilitas
kesehatan agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah
di tentukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kusumastuti, D., Hilman, O., & Dewi, A. (2021). Persepsi Pasien dan Perawat tentang Patient
Safety di Pelayanan Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(2), 526–536.
https://doi.org/10.31539/jks.v4i2.1974

Priwardana, A. R., & Rosadi, D. S. (2019). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di


Poliklinik Kebidanan Rawat Jalan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2019.

Fatimah, S. N. (2016). Sasaran Keselamatan Pasien. Scribd, 18.


GRHASIA, R. J. (2014). Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jogja:
grhasia.jogjaprov.go.id.

11

Anda mungkin juga menyukai