Disusun Oleh :
Agus Rustom Bantono 215120036
Irma
Fitri Diana Astuti 215120066
Wahyu
Sanusih
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Informasi Keperawatan yang Menjaga Kualitas Asuhan Keperawatan dan Patient
Safety“.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata
kuliah Sistem Informasi Keperawatan di Magister Keperawatan Fitkes Universitas
Jenderal Achmad Yani Cimahi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini
masih belum sempurna, hal ini dikarenakan keterbatas dan kemampuan yang kami
miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas mata kuliah ini dapat bermanfaat. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................4
2.1. Definisi..............................................................................................................4
2.2. Standar Keselamatan Pasien.........................................................................11
2.3. Sasaran Keselamatan Pasien.........................................................................16
2.4. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien..........................................................26
2.5. Pelaporan Insiden...........................................................................................27
2.6. Analisis Matriks Grading Risiko...................................................................32
2.7. Pengisian Laporan Insiden Keselamatan Pasien.........................................34
BAB III CONTOH KASUS...........................................................................................38
3.1. Kronologis.......................................................................................................38
3.2. Root Cause Analysis.......................................................................................41
BAB IV............................................................................................................................49
SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
keselamatan “bisnis” rumah sakit terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan.
Program WHO dalam keselamatan pasien adalah “ WHO patients safety” dimulai
tahun 2004 dengan visi: Every patient receives safe health care, every time, every
improvements around the world by: being a leader and advocating for change;
1
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai
dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum,
non nocere (first, do not harm). Dengan semakin berkembangnya ilmu dan
Di ruamh sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
safer health system. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah
dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau adverse event sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya
meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44,000 – 98,000 per tahun.
KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara
2
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada tahun 2005, kemudian berubah menjadi
Institut Keselamatan Pasien Rumah Sakit (IKPRS). Pada tahun 2012 untuk
Keselamatan pasien telah menjadi bagian dari kesadaran dan kebutuhan bersama
pasien yang lebih komprehensif dengan melibatkan berbagai kalangan, karena itu
1.2. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
PMK No 1691 Tahun 2011 tentang Keselatan Pasien Rumah Sakit dan Pedoman
sebagai berikut:
perubahan
3. Keselamatan Pasien / Patient Safety: Pasien bebas dari harm /cedera yang
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi
dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih
aman.
4
Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko
pasal 43)
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
seharusnya dilakukan.
penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang
Kematian".
keadaan
5
c. Penderitaan/Suffering: Pengalaman/ gejala yang tidak
agitasi,dan ketakutan
seharusnya terjadi.
8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss: Suatu Insiden yang belum
pasien.
tidak timbul reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi
6
10. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” kondisi yang
kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada
keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah,
yang berlaku.
dimaksud pada ayat di atas dapat disebabkan oleh hal lain selain Insiden.
7
Embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan kematian /
kerusakan neurologis,
Penculikan bayi,
Bayi tertukar,
pengunjung.
lainnya,
tindakan kekerasaan.
8
menetapkan definisi operasional kejadian sentinel paling sedikit
meliputi:
Bunuh diri
9
yang ada atau kejadian yang menurut pandangan rumah sakit harus
setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD)
atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera (KPC)
diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak
cedera (KTC) atau Sentinel Event yang terjadi pada pasien, setelah
prosedur
10
15. Analisis Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA): Adalah suatu proses
spekulasi.
rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
Rumah Sakit.
1. Hak pasien
insiden. Kriteria:
pelayanan.
11
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik
12
Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
dan efektif.
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
13
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
Rumah Sakit”.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
Sakit“.
mengurangi insiden.
14
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
keselamatan pasien.
secara jelas.
Kriteria:
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
15
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
pasien
eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. Kriteria:
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
16
dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem
yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada
Standar SKP I
situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
17
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi
rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
darah.
tindakan/prosedur.
18
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
Standar SKP II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
atau ICU.
19
Elemen Penilaian Sasaran II
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
20
sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50%
atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak
atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
farmasi.
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara
sengaja/kurang hati-hati.
elektrolit konsentrat.
21
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).
Standar SKP IV
ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak
dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
22
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara
konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang
belakang).
prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto
23
tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
penandaan.
prosedur/tindakan pembedahan.
kamar operasi.
Standar SKP V
24
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood
ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca
pelayanan kesehatan.
25
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Standar SKP VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
rumah sakit.
26
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko: mengembangkan
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya
dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi
untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien.
selanjutnya.
27
1. Mengapa pelaporan insiden penting?
2. Bagaimana memulainya ?
dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara
laporan.
28
terlambat. Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya menyalahkan
(blame culture)
sebagai berikut:
Departemen / Unit).
maksimal 1 minggu.
29
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
terulang kembali.
Direksi
30
Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing –
masing
terjadi pada pasien dan telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh
www.buk.depkes.go.id
31
2.6. Analisis Matriks Grading Risiko
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan
g. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal ( tabel 1).
32
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands
risiko.
33
SKOR RISIKO = Dampak x Probabilitas
dampak.
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi
34
2.7. Pengisian Laporan Insiden Keselamatan Pasien
maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan berisi : data pasien,
35
36
37
38
BAB III
CONTOH KASUS
3.1. Kronologis
bagian tubuh sebelah kiri, keadaan umum baik dan masih sadar. Saat itu Tn B
Jam 23.00 Tn G komplain karena bel tempat tidur pasien rusak sehingga harus
keluar kamar mencari perawat untuk memberitahukan cairan infus habis. Dari
hasil investigasi ternyata keluhan ”bel yang rusak” sudah berlangsung 1 minggu
di beberapa kamar Bangsal Rawat inap VIP Mawar dan sudah diinformasikan ke
bagian Teknik tetapi sampai saat ini belum ada solusinya. Hasil investigasi ke
menunggu persetujuan Direksi karena tidak ada stock penggantian bel yang rusak.
harus masuk kerja dan tidak ada keluarga lain yang bisa mendampingi Tn B. Istri
Saat itu di bangsal Perawatan sedang penuh, Jumlah perawat yang bertugas
seharusnya 5 orang per shift tetapi saat itu perawat yang bertugas hanya 3 orang
karena 1 perawat sedang cuti hamil (belum ada penggantinya) dan 1 orang lagi
39
Jam 07.00, Supervisor Perawat melaporkan kebutuhan tenaga di Bangsalnya
diupayakan karena belum ada perawat yang bisa dikontrak sementara. Sedangkan
untuk perawat yang sakit segera dicarikan pengganti sementara dari bangsal
Melati. Tetapi ternyata perawat dari bangsal melati baru bisa membantu pada jam
14.00 karena bangsalnya juga sedang penuh karena sedang banyak kasus Demam
Berdarah. Diperkirakan setelah jam 14.00 sudah ada beberapa pasien yang bisa
pulang.
Jam 08.00 Perawat melakukan ronde keliling untuk memeriksa keadaan pasien,
tensi, nadi, respirasi dan suhu dan membagikan obat termasuk ke Tn B. Tanda
Jam 09.00 Petugas Ajun datang menggantikan sprei dan bantal. Tn B sedang
menonton Televisi dan minta tempat tidur sedikit dinaikkan dan menurunkan
pembatas tempat tidur agar lebih leluasa. Petugas Ajun membantu memposisikan
kembali tempat tidur dengan menekan ”bel”. Petugas Ajun dan Tn B tidak
40
Jam 11.00 Petugas Cleaning Service masuk dan ingin membersihkan kamar, Tn B
sudah merasa kelelahan dengan posisi setengah duduk dan ingin menurunkan
posisi tempat tidur ke posisi semula karena Tn B sudah mencoba sejak tadi
menekan bel untuk memanggil perawat, tetapi tidak ada jawaban dan tidak ada
perawat yang datang (karena bel sedang rusak). Petugas Cleaning segera keluar
kamar untuk memanggil perawat. Saat itu pasien sedang penuh dan semua
perawat sedang sibuk menangani pasien di ruangan lain sehingga tidak ada
sudah terjatuh dari tempat tidur. Petugas cleaning segera kembali mencari
sudah tidak sadarkan diri. Perawat segera meminta bantuan ”Kode Biru”. Setelah
mencari akar masalah agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Kejadian pasien
jatuh dari tempat tidur sudah pernah terjadi 3 tahun yang lalu.
41
3.2. Root Cause Analysis
Ka. SDM
i. Observasi langsung
j. Dokumentasi
Catatan perawat
Jobdesk POS
Laporan kerusakan
Kunjungan teknisi
42
Permintaan alat / bel
k. Interview
Cleaning service
Bagian pengadaan
Staf SDM
43
4. Langkah 4: Petakan kronologi kejadian
WAKTU / 13 Agustus 13 Agustus 14 Agustus 14 Agustus 14 Agustus 14 Agustus 14 Agustus 14 Agustus 15 Agustus
KEJADIAN Pkl 19.00 Pkl 23.00 Pkl 06.00 Pkl 07.00 Pkl 08.00 Pkl 09.00 Pkl 11.00 Pkl 11.05 Pkl 10.00
KEJADIAN Tn. B masuk Tn G komplain Tn G Supervisor Perawat ronde POS Petugas CS Petugas CS Tn B meninggal
RS. D/ Stroke menitipkan Tn perawat lapor periksa vital mengganti alat membersihkan kembali ke
B ke perawat kebutuhan sign dan tenun kamar 306 kamar 306
tenaga pembagian
obat
INFORMASI Keadaan tubuh Infus habis Tn G harus Banyak pasien Tn B stabil Tn B minta Tn B meminta Tn B tidak Tn B
TAMBAHAN baik, sadar, masuk kerja, high hanya sedikit dinaikkan CS memanggil sadarkan diri perdarahan otak
tubuh kiri tidak ada dependence lelah tempat tidur perawat untuk
lumpuh, pasien keluarga dan turunkan mengembalikan
diantar menunggu, pembatas posisi tempat
anaknya Tn G. bangsal penuh tempat tidur tidur
GOOD Masalah bel Kepala Petugas CS Petugas CS Direktur
PRACTICE sudah ruangan segera segera menindaklanjuti
dilaporkan ke menindak memanggil memanggil membentuk
bagian teknik lanjuti perawat perawat. Tim RCA
dan sudah permintaan Perawat
diproses tenaga yang meminta
diajukan 1 bantuan kode
bulan yang lalu biru
MASALAH Bel rusak 1 Perawat Kurang tenaga POS merubah Tidak ada Tn B jatuh dari
PELAYANAN minggu kurang perawat posisi tempat perawat di tempat tidur
tidur
44
(melakukan nurse station
pekerjaan
diluar job desk
nya).
Pasien dan
POS tidak tahu
bel rusak
(komunikasi
antara perawat
– POS – pasien
tidak adekuat
45
5. Langkah 5: Identifikasi CMP (Care Management Problem)
CMP TOOLS
Bel rusak 1 minggu 5 Why
Kurang tenaga perawat Analisa perubahan
5 Why
POS merubah posisi tempat tidur Analisa perubahan
(melakukan pekerjaan di luar 5 Why
wewenangnya)
Pasien dan POS tidak tahu bel rusak 5 Why
(komunikasi tidak adekuat)
Tn B jatuh dari tempat tidur Fish bond
ganti
direksi
46
dalam proses
Pasien high Perawat hanya 3 Ya
dependence: 1 orang
pasien satu perawat
(harus 5 perawat)
kebutuhan tenaga
tenaga keperawatan
tugas / wewenangnya
batasan wewenang)
47
f. Fish bone
48
7. Langkah 7: Rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement
Akar masalah Tindalan Tingkat Penanggung Waktu Sumber daya yang Bukti penyelesaian Paraf
rekomendasi jawab dibutuhkan
Belum ada Buat kebijakan Direktorat Direksi 3 hari - SK Direktur
kebijakan stok pengadaan stok
barang operasional barang-barang
operasional
Birokrasi terlalu Buat tindakan Direktorat Direksi 3 hari - SK Direktur
panjang untuk pendelegasian
pengadaan barang wewenang
operasional pembelian barang
operasional
Petugas SDM Pelatihan petugas Tim Diklat 2 hari Dana Rp .... Sertifikat / SDM
belum mengerti SDM tentang telah membuat
perencanaan perencanaan perencanaan
kebutuhan tenaga kebutuhan tenaga kebutuhan tenaga
Belum ada SPO Buat SPO informasi Tim Ka. Perawatan 1 hari - SOP informasi
penjelasan fasilitas fasilitas kamar pada fasilitas kamar
kamar pada pasien pasien baru
baru
POS belum tahu Edukasi uraian Tim Ka RT 3 hari - Notulen dan absensi
uraian tugasnya tugas seluruh POS bahwa POS sudah
(tugas, wewenang diedukasi
dan batasan
wewenang)
49
BAB IV
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
50
DAFTAR PUSTAKA
Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. (eds), 2000. Committee in Health Care
Quality in America, Institute of Medicine. To Err is Human: Building a
Safer Health System. Washington DC, National Academy Press.
Gunawan, D., & Tutik Sri Hariyati, R. (2019). The implementation of patient
safety culture in nursing practice. Enfermeria Clinica, 29, 139–145.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.05.007
iv
Akinleye, D. D., McNutt, L. A., Lazariu, V., & McLaughlin, C. C. (2019).
Correlation between hospital finances and quality and safety of patient care.
In PLoS ONE (Vol. 14, Issue 8). Public Library of Science.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0219124
Fujita, S., Wu, Y., Iida, S., Nagai, Y., Shimamori, Y., & Hasegawa, T. (2019).
Patient safety management systems, activities and work environments related
to hospital-level patient safety culture: A cross-sectional study. Medicine
(United States), 98(50). https://doi.org/10.1097/MD.0000000000018352
Singh, H., Meyer, A. N. D., & Thomas, E. J. (2014). The frequency of diagnostic
errors in outpatient care: Estimations from three large observational studies
involving US adult populations. BMJ Quality and Safety, 23(9), 727–731.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2013-002627