Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasien Safety

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Anna Sunita, SKM. M.Epid

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Aulia Anugrah (P17320320050)
Chindy Anzellica (P17320320051)
Chindy Triza Kinanti (P17320320052)
Daimatul Falah (P17320320053)
.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


D3 KEPERAWATAN BOGOR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Standar Keselamatan Pasien”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Anna
Sunita, SKM. M.Epid pada progam studi D3 Keperawatan Bogor, Mata Kuliah Pasien Safety.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Anna Sunita, SKM. M.Epid,
selaku dosen Pasien Safety D3 Keperawatan Bogor yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai cara pembuatan makalah dengan benar.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan petunjuk dan
keistiqomahan dalam menjalankan setiap urusan kita, serta memberikan kekuatan dan kesabaran
kepada kita semua dalam menghadapi segala tantangan.

Bogor, 23 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pasien Safety...................................................................................................3
2.2 Prinsip Pasien Safety.........................................................................................................3
2.3 Komponen Pasien Safety..................................................................................................4
2.4 6 Sasaran Pasien Safety.....................................................................................................5
2.5 Standar Pasien Safety........................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................10
KASUS..........................................................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................13
PEMBAHASAN............................................................................................................................13
BAB V...........................................................................................................................................14
KESIMPULAN..............................................................................................................................14
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
5.2 Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang, seperti Indonesia. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di
rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) masih
langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktik”, yang belum tentu sesuai
dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKESELAMATAN PASIEN-RS). Komite tersebut telah
aktif melaksanakan langkah langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit
dengan mengembangkan laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena itu dilaksanakannya
asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya
tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya
dilaksanakan secara normatif.
Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka,
jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit
dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya)
dapat dikurangi semaksimal mungkin.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pasien safety, yang
mana menjelaskan dan memberikan pemahaman tentang standar keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasien safety
2. Mengetahui prinsip pasien safety
3. Mengetahui komponen pasien safety
4. Mengetahui 6 sasaran pasien safety
5. Mengetahui standar pasien safety
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini yaitu analisis pelaksanaan sasaran keselamatan pasaien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2 Pengertian Pasien Safety
Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem pelayanan
kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan kesehatan
yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety Institute,
2017).  Menurut Kemenkes  RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu
sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi
pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden,
serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko.
Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut
dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu
disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara
sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan
cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden
keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
3 Prinsip Pasien Safety
Pertama, kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dari kondisi
baik menjadi sangat baik. Kedua, komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient
safety dari kondisi baik tetap pada kondisi baik. Ketiga, kemampuan mengidentifikasi faktor
risiko penyebab insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi kurang.
Keempat, kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang
menjadi baik. Kelima, kemampuan berkomunikasi yang efektif tentang faktor risiko insiden
terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Keenam, kemampuan
mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait patient safety dari kondisi sangat kurang
menjadi baik. Ketujuh, kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi
untuk mencegah kejadian berulang dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Kondisi 7
prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit di tim patient safety sebelum intervensi
berada pada kondisi kurang. Hal ini disebabkan karena 5 dimensi dari 7 prinsip masih berada
pada kondisi kurang dan sangat kurang. Namun demikian terdapat 2 dimensi yaitu kesadaran
(awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dan komitmen pelayanan yang
berorientasi patient safety yang sudah berada pada kondisi baik.
Menurut Bobine (2010), kesadaran karyawan tentang kondisi yang terjadi di lingkungan
mereka penting dalam pelaksanaan program yang ditetapkan. Kondisi ini tidak terlepas
perjalanan program patient safety di rumah sakit yang sudah cukup lama, sehingga kesadaran
dan komitmen tentang nilai keselamatan pasien sudah terbentuk. Peranan manajemen dalam
hal ini adalah tetap berupaya menjaga kesadaran dan komitmen ini pada kondisi yang baik
bahkan jika memungkinkan ditingkatkan dalam kondisi sangat baik.
Kesadaran dimulai dengan adanya pengetahuan, perhatian terhadap program patient
safety. Sehingga penyebaran informasi terbaru (transfer knowledge) tentang patient safety
perlu dilakukan untuk semakin meningkatkan kesadaran. Komitmen dibangun dengan selalu
menjaga kondusifitas lingkungan kerja dan menciptakan program kerja yang menarik
khususnya terkait patient safety, sehingga tim memiliki ketertarikan terhadap program patient
safety, dan mau berperan aktif di dalamnya. Hal ini senada dengan pernyataan Greenberg
(1993), bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan
yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi
organisasi.
Karakteristik berdasarkan status kepegawaian, lama bekerja dirumah sakit, tingkat
pendidikan dan variasi tingkat pendidikan yang di ada pada tim tidak jauh berbeda antara
satu tim dengan tim yang lain. Demikian pula dengan kondisi komitmen dan kesadaran
(awareness) tim berada pada kondisi baik dan sangat baik. Semua hal ini dapat menjadi
faktor pendukung bagi keberhasilan tim dalam melaksanakan proses PSC. Jika terdapat tim
yang mampu melaksanakan seluruh solusi yang telah disusun, kemungkinan besar karena
faktor kepemimpinan (leadership) dalam tim yang berbeda. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut,
karena faktor leadership tidak diteliti dalam penelitian ini. Lauris (2008) dalam jurnalnya
menyatakan bahwa banyak kendala dalam pelaporan insiden yang terjadi, dan peranan
seorang pemimpin meyakini staff untuk mengatasi kendala tersebut.
4 Komponen Pasien Safety
Komponen dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ketepatan sasaran dalam
memberikan asuhan keperawatan,Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk
diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Rumah Sakit
merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan
rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sehat dan sakit
sehingga risiko kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan dan penularan penyakit sangat
tinggi.

5 6 Sasaran Pasien Safety


1. Ketetapan Identifikasi Pasien
Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau
memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti identifikasi
sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya.

Salah satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang identitas pasien.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi bisa berjalan
dengan efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan akurat, sehingga
informasinya bisa diterapkan secara konsisten.

3. Peningkatan Keamanan Obata tau High Alert yang Harus Diwaspadai


Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien.
Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi dan
penyimpanannya.

4. Kepastian terhadap Lokasi, Prosedur dan Pasien Operasi


Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan
tindakan operasi.

5. Pengurangan terhadap Risiko Setelah Menggunakan Pelayanan Kesehatan


Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai
dengan pedomannya.

6. Pengurangan Risiko Jatuh


Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk
memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk
memastikan keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan menimpa
pasien yang tengah dirawatnya.

6 Standar Pasien Safety


Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perumahsakitan di Indonesia. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar
yaitu :
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan tau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Rumah Sakit harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan keperawatan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien. Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD (Kecelakaan Tidak Diharapkan),
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui penerapan “7
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program mengurangi KTD.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan” ( Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden. misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala
terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Standarnya
adalah:
a. RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
BAB III
KASUS
Skenario Roleplay
Pada senin malam sekitar pukul 11.00 malam di ruang IGD RS. Sunan Gunung Jati
kedatangan pasien baru. Pasien anak bernama F berusia 2 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan kejang dan disertai muntah-muntah.
Pasien :”Ah, mama aku gak mau”
Ibu Pasien :”Gak apa-apa biar cepat sembuh”
Pasien :”Gak mau ma, aku gak mau”
Ibu pasien :”Permisi suster ini status pasien”
Perawat IGD :”Baik ibu, mari saya antar” (perawat mengantar pasien ke kamar pasien
menggunakan kursi roda) Setelah tiba di kamar pasien
Perawat IGD :”Ayo adek, suster bantu turun ya”
Pasien :”iya suster”
Perawat IGD :”Sekarang kamu istirahat dulu ya” (perawat memasangkan selimut ke pasien,
kemudian kembali ke IGD)
Pasien :”Iya, makasih ya suster”
Perawat Natalia dan Revina akan melakukan pengkajian kepada pasien An.L
Perawat 1 :”Suster Revina, ayo kita lakukan pengkajian ke pasien yang baru datang”
Perawat 2 :”ayo suster natali”
Perawat 1 dan Perawat 2 memasuki ruangan pasien
Perawat 1&2 :”Permisi, selamat malam ibu , adek”
Perawat 1 :”Perkenalkan saya suster Natalia”
Perawat 2 :”Perkenalkan saya suster Revina”
Perawat 1 :”Disini kami akan melakukan pengkajian dahulu terhadap anak ibu, karena adek
ini baru dipindahkan ke ruangan ini setelah dari IGD. Jadi harus dilakukan pengkajian terlebih
dahulu ya ibu, adek”
Ibu Pasien :”Oh iya, silahkan suster”
Pasien :”Ah mama, gak mauuuu”
Kakak Pasien :”Permisi, saya kakak pasien”
Perawat 2 :”Silahkan masuk”
Pasien :”Kakak, adek takut kak”
Kakak pasien :”Tenang aja disini kan ada mama, kakak, sama suster. Silahkan dilanjutkan
suster”
Perawat 2 :”Baik, Ibu. Apakah benar pasien ini bernama adek Lisa?” (kemudian
memeriksa gelang pasien) Ibu Pasien :”Iya benar”
Perawat 2 :”Saat masuk IGD keluhan utamanya apa, bu?”
Ibu Pasien :”Panas sudah 3 hari, saat jam 10 anak saya kejang dan muntah kemu dian saya
bawa ke rumah sakit”
Perawat 1 :”Tadi ibu bilang adek ini panas/demam, apakah sebelum dibawa ke RS sudah
diberi obat?”
Kakak Pasien :”Sebelum dibawa ke RS sudah ibu saya beri Paracetamols us, tapi panasnya
tidak turun-turun”
Perawat 1 :”Tadi saat ibu memberikan obat penurun panas, kira-kira jam berapa ya bu?” Ibu
Pasien :”Tadi saya beri obat jam 8, sus”
Perawat 1 :”Ibu, anaknya terlihat rewel. Apakah sebelum sakit anak ibu seperti ini?”
Ibu Pasien : Tidak suster, anak saya aktif”
Kakak Pasien :”Iya suster, adek saya sebelumnya tidak seperti ini”
Perawat 2 :”Ibu, anak ibu demam dan sebelumnya kejang-kejang. Berdasarkan pengkajian
yang kami lakukan, adek Lisa ini beresiko untuk jatuh. Jadi saya akan memasang gelang kuning
ini, tujuannya jika nanti ada tim kesehatan lainnya akan mengetahui jika adek Lisa ini beresiko
untuk jatuh. Nanti gelang ini jangan di lepas ya dek, ibu dan kakak juga harus pantau Lisa ya”
Pasien :”Iya suster”
Kakak Pasien :”Iya silahkan dipasang”
Perawat 1 :”Ibu, adek. Saya akan memasang tanda resiko jatuh pada tempat tidur adek ya.
Ini sebagai tanda jika adek Lisa ini beresiko untuk jatuh, kemudian saya akan memasang
penghalang kasur agar adek Lisa tidak terjatuh dari tempat tidur ya”
Pasien :”Iya suster”
Ibu Pasien :”Iya suster, silahkan dipasang”
Perawat 1 :”Bagaimana adek rasanya setelah dipasang pengaman agar tidak jatuh?”
Pasien :”Adek jadi gak takut jatuh suter”
Perawat 1 :”Jangan takut lagi ya dek, karena sekarang sudah terpasang pengaman untuk
mencegah kamu jatuh”
Pasien :”iya makasih ya suster, adek jadi gak takut lagi”
Kakak Pasien :”Begitu dong, jangan takut lagi ya dek”
Pasien :”Iya kak, ade gak takut lagi. Kakak jangan pergi ya, jagain adek disini”
Kakak Pasien :”Iya kakak akan jagain kamu, tapi kamu harus nurut ya biar cepet sembuh”
Pasien :”Iya kakak”
Perawat 2 :”Baiklah, Sekarang sudah terpasang tanda bahwa adek Lisa ini beresiko
jatuh. Selanjutnya adek Lisa ini jangan di tinggal-tinggal sendirian ya, karena takutnya adek
Lisa ini tiba-tiba jatuh dari tempat tidurnya”
Ibu Pasien :”Iya suster, terimakasih”
Kakak Pasien :”Makasih ya suster”
Perawat 2 :”Iya, sama-sama. Jikaadek atau keluarga membutuhkan bantuan perawat lagi silahkan
tekan bel di sebelah kanan tempat tidur ya, nanti kami akan datang atau bisa juga datang ke
ruangan perawat”
Ibu Pasien :”Iya suster, terimakasih atas informasinya”
Perawat 1 :”Kami berdua izin untuk keluar ya. Selamat malam, cepat sembuh ya dek”
Perawat 2 :”Permisi ya bu, kakak, adek” Kakak Pasien :”Iya, silahkan. Makasih suster”
Perawat 1&2 :”Iya sama-sama”
BAB IV
PEMBAHASAN
Mutu pelayanan yang ada sekarang bukan lagi hanya dinilai dari tingkat kepuasan pasien
dan pengadaan fasilitas rumah sakit saja tetapi lebih berfokus pada keselamatan pasien. Patient
safety lahir dari tuntutan eksternal baik dari masyarakat maupun rumah sakit lainnya sehingga
penerapannya saat ini merupakan keharusan bagi setiap pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit. Penerapan patient safety adalah untuk menjaga agar pelayanan kesehatan baik medis ,
paramedis dan non medis pada semua unit rumah sakit dapat terselenggara dengan baik
berdasarkan standar pelayanan yang bermutu. Diperlukan adanya suatu standard baku yang
dapat menjadi acuan rumah sakit dalam menerapkan patient safety sehingga terdapat kesamaan
penerapannya antar rumah sakit yang satu dengan yang lainnya. Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) mengakreditasi setiap rumah sakit di
Amerika Serikat dengan mengacu pada new Patient Safety standards yang efektif sejak Juli
2001. Di Indonesia sendiri KARS (Komisi Akredita Rumah Sakit, DepKes) menyusun standar
Keselamatan Pasien Rumah Sakit melalui Tim terdiri dari PERSI dan Depkes pada Maret 2006
berbentuk "Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit".
Setiap pegawai yang terlibat dengan pelayanan klinik pasien harus memahami prosedur
yang dapat mencegah terjadinya risiko akibat penatalaksanaan klinik. Di sini harus dimulai dari
timbulnya kesadaran dan pengakuan bahwa pegawai haruslah mengupayakan usaha medik
yang terbaik kepada setiap pasien yang terbaik agar diperoleh hasil yang paling baik
bagipenderita. Dalam konteks ini juga terkandung makna bahwa risiko akibat penetapan
jenis upaya medik haruslah dipilih yang seminimal mungkin dengan penggunaan biaya yang
seefektif mungkin dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Oleh sebab itu dalam
menetapkan jenis upaya medis dituntut rasa tanggung jawab yang besar dengan senantiasa
mengupdate ilmu dan kemampuan kliniknya.
BAB V
KESIMPULAN
6. Kesimpulan

Keselamatan pasien (Patient safety) merupakan hak setiap pasien yangmendapatkan


pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan. Pelaksanan Patient safety yang dilakukan oleh perawat dalam
pelayanan kesehatan sudah dilakukan dengan baik di Rumah sakit Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi, meskipun belum dapat dikatakan terpenuhinya secara maksimal. Di Rumah
sakit sudah ada peraturan tentang peran perawat dalam pelaksanaan Patient safety dan
juga sudah dilakukan sosialisasi, akan tetapi dalam pelaksanan realisasinya di pelayanan
kesehatan belum sepenuhnya berdasarkan ketentuan peratutan tersebut.

7. Saran

1. Bagi Perawat
Perawat harus menanamkan budaya keselamatan pasien sesuai dengan standar
asuhan keperawatan dan menggunakan alat pelindung diri ketika memberikan
tindakan kepada pasien dengan menegakkan prinsip aseptik. Selain itu, ketika ada
mahasiswa praktek yang melakukan tindakan keperawatan yang beresiko harus
didampingi oleh perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam keselamatan pasien.
2. Bagi Kepala Ruangan
Bagi kepala ruangan diharapkan untuk memotivasi perawat akan pelaksanaan
patient safety di rumah sakit untuk wajib dilakukan pada setiap tindakan yang akan
diberikan kepada pasien serta diharapkan melakukan pengkajian ulang tentang
komposisi tugas dari perawat khususnya ruang rawat inap sehingga dapat mengambil
kebijakan yang sesuai dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.
3. Bagi peneliti lainnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti masalah yang sama, disarankan agar
meneliti variabel lain yang dianggap berhubungan (diantaranya, masa kerja,
komunikasi efektif, kepemimpinan, dll) atau dengan menggali informasi yang lebih
mendalam, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA
http://merita.staff.umy.ac.id/2020/01/02/keselamatan-pasien-patient-safety-incident-dan-
klasifikasinya/#:~:text=Menurut%20Kemenkes%20RI%20(2015)%2C,pada%20pasien%20jauh
%20lebih%20aman.&text=Sistem%20tersebut%20dimaksudkan%20untuk%20menjadi,yang
%20disebabkan%20oleh%20kesalahan%20tindakan.
https://www.researchgate.net/publication/336429729_Komponen_kebijakan_keselamatan_pasie
n
https://gelangpasien.com/pentingnya-6-sasaran-keselamatan-pasien/amp/
https://id.scribd.com/doc/110027355/Tugas-Kasus-Patient-Safety

Anda mungkin juga menyukai