Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN


KEPERAWATAN DI INDONESIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Asnah, S.Kep.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

NOVIA KARTIKA SARI (P07220117063)

RATU ALKHAR SAHBANA PUTRI (P07220117068)

SULISTIYAWATI (P07220117073)

SUNDARI RIZKY YUSNIAR (P07220117074)

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN

2017/2018

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan di Indonesia”

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kosep Dasar Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur. Kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ns. Asnah, S.Kep,.M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan dan kepada segenap rekan-rekan
Mahasiswa D-III Keperawatan tingkat I.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Balikpapan, 10 September 2017

Penyusun,

Kelompok 8

(Novia, Ratu, Sulis, Sundari)

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan...................................5


B. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan................................................5
C. Pembiayaan (finance) Pelayanan Kesehatan..........................................................6
D. UU Pelayanan Kesehatan.....................................................................................10
E. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan.................................................................11
F. Provider Pelayanan Kesehatan.............................................................................12
G. Tantangan Pelayanan Kesehatan..........................................................................16
H. Perkembangan Pelayanan Kesehatan...................................................................19
I. Perkembangan Pendidikan Keperawatan.............................................................21
J. Kecenderungan Sistem Pelayanan dan Pendidikan di Indonesia.........................27
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus dibidang kesehatan,
keterampilan hubungan antar manusia dan keteerampilan organisasi diterapkan dalam
hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga social demi untuk memelihara kesehatan masyarakat (Ruth B. Freeman 1961).
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan yang bertujuan mencapai
kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu
mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat atau
komunitas dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pelaksanaan perawatan kesehatan dibutuhkan system pelayanan kesehatan
yang maksimal guna menunjang keberhasilan perawatan kesehatan. Salah satu usaha
untuk mencapai pelayanan kesehatan yang maksimal dibutuhkan usaha untuk
pembangunan nasional, yang bertujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?
3. Pembiayaan (finance) pelayanan kesehatan
4. UU yang mengatur Pelayanan Kesehatan
5. Masalah sistem pelayanan kesehatan
6. Provider pelayanan kesehatan
7. Tantangan dalam pelayanan kesehatan
8. Perkembangan di pelayanan kesehatan
9. Perkembangan pendidikan keperawatan

3
10. Kecenderungan sistem pelayanan dan pendidikan di Indonesia

C. Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu


memahami Apa Pengertian dari Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan,
Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, Pembiayaan (finance)
pelayanan kesehatan, UU yang mengatur Pelayanan Kesehatan, Masalah sistem
pelayanan kesehatan, Provider pelayanan kesehatan, Tantangan dalam pelayanan
kesehatan, Perkembangan di pelayanan kesehatan, Perkembangan pendidikan
keperawatan dan Kecenderungan sistem pelayanan dan pendidikan di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam


memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan :

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan adalah sebuah


sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat.

Menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang
diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Menurut Depkes RI (2009), Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang


diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun
masyarakat.

Pelayanan Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat


professional dalam memenuhi dasar kehidupan manusia meliputi bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang dapat ditunjuk pada individu dan masyarakat dalam
rentang sehat, sakit (Martini, 2007)

B. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

Mengingkat perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, maka


akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat
seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.

5
2. Nilai masyarakat

Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan


pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang
sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki
keasadaran yang lebih dalam pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan, demikian juga sebaliknya.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau


pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum dan
etika yang ada di masyarakat.

4. Ekonomi

Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih


diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan
ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam system pelayanan
kesehatan.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan semakin


berpengaruh sekali dalam system pemberian pelayanan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan. (Aziz, Alimul. 2008).
C. Pembiayaan (finance) Pelayanan Kesehatan
 Sumber Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah

Surnber pernbiayaan kesehatan oleh pernerintah adalah sernua surnber


anggaran yang dikeluarkan oleh pernerintah sesuai dengan sistem anggaran yang

6
berlaku. Terrnasuk didalarnnya anggaran Pernerintah Pusat, Propinsi dan
Kabupatent/Kota.
1. Sebelum Undang-Undang No. 22 tahun 1999
Undang-Undang No. 25 tahun 1999.
Secara rinci surnber dana dapat diuraikan sebagai berikut:
Pusat
 APBN-DIP, Anggaran Pembangunan Sektoral.
 APBN-DIK, Anggaran Rutin.
 Inpres (Bantuan Pernbangunan Sarana Kesehatan).
 Subsidi Daerah Otonomi (SDO).
 Biaya Operasional Rurnah Sakit (OPRS).
 Subsidi Bantuan Biaya Operasional (SBBO).
 Bersurnber Non Depkes.
 Bersurnber Bantuan Luar Negeri (BLN).
Propinsi (APBD Tingkat I)
 DlPDA Tingkat I
 DlKDA Tingkat I.
Kabupaten (APBD Tingkat II)
 DlPDA Tingkat I1
 DlKDA Tingkat II.
2. Setelah diberlakukan Undang- Undang No. 22 tahun 1999 Undang- Undang
No. 25 tahun 1999.

Sesuai dengan arnanat Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang


Pernerintahan Daerah dan Undang- Undang No.25 tahun 1999 tentang
Perirnbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah harus telah
dilaksanakan secara efektif selarnbat-lambatnya dalam waktu dua tahun sejak
ditetapkannya undang-undang tersebut yaitu awal Mei tahun 2001.

Dengan diberlakukannya kedua Undang-Undang tersebut, hampir semua


kewenangan termasuk penyelenggaraan urusan kesehatan, berada di daerah agar

7
daerah rnenjadi otonom (mandiri). Pernerintah Pusat hanya memegang
kewenangan penetapan kebijakan, pengaturan, pedoman, perizinan, akreditasi,
bimbingan dan pengendalian serta sedikit pelaksanaan yang sebagainnya
harus dilimpahkan (dalam bentuk dekonsentrasi) kepada Propinsi.

 Pembiayaan Kesehatan di Daerah

Pendapatan Asli Daerah Dengan rnengacu pada UU No. 25 Tahun 2000. Bab
II pasal 3 tentang Dasar-dasar pernbiayaan Pemerintahan Daerah adalah sebagai
berikut:

1. Penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi


dibiayai atas beban APBD.
2. Penyelenggaraan tugas Pernerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat
Daerah Propinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dibiayai atas
beban APBN.
3. Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat
Daerah dan Desa dalarn rangka Tugas Pembantuan dibiayai atas beban
APBN.
4. Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada
Gubemur atau penyerahan kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat
kepada Bupatil Walikota diikuti dengan pembiayaannya. Dengan demikian
bidang kesehatan juga mengikuti mekanisme sesuai dengan yang tercantum
dalarn UU tersebut di atas.

Sumber-sumber Penerimaan Daerah Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000,


Bab Ill, pasal 3, sumber-sumber penerimaan adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah


a. hasil pajak daerah
b. hasil retribusi daerah
c. hasil perusahaan rnilik Daerah dan hasil-pengelolaan kekayaan Daerah
lainnya yang dipisahkan
d. lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

8
2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersurnber dari penerimaan APBN


yang dialokasikan kepada Daerah untuk rnembiayai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari:

a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan bangunan (90% untuk
daerah).
b. Bea perolehan hak atas Tanah dan Bangunan (80%) untuk daerah)
c. Penerimaan dari sumber daya alam; sector kehutanan, pertambangan umum
dan perikanan (80% untuk daerah); pertambangan minyak bumi (setelah
dikurangi pajak 15% untuk daerah); penarnbangan gas alam (setelah
dikurangi pajak 30% untuk daerah).

3. Dana Alokasi Umum (DAU).

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan daerah keuangan antar
daerah untuk rnembiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia (Ridwan Malik)

4. Dana Alokasi Khusus (DUK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.

5. Pinjaman Daerah

Daerah diperbolehkan melakukan pinjaman atas persetujuan DPRD dengan


persyaratan seperti yang tercantum dalam pasal 11.

a. Daerah dapat rnelakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk


membiayai sebagian anggarannya.
b. Daerah rnelakukan pinjaman dari surnber luar negeri melalui Pernerintah
Pusat.

9
c. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai
Sumber dan Alur Anggaran Kesehatan pembangunan prasarana yang
merupakan asset daerah dan dapat mengahasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali pinjarnan, serta memberikan manfaat bagi pelayanan
rnasyarakat.
d. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus
kas dalam rangka pengelolaan kas Daerah.

6. Lain-lain penerimaan yang sah

Disamping tersebut di atas untuk keperluan mendesak dari daerah tertentu


diberikan Dana darurat yang berasal dari APBN. Prosedur dan tata cara
penyaluran Dana darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.

D. UU Pelayanan Kesehatan

Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam Pasal
53 UU Kesehatan, yaitu:

o Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan


penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
o Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
o Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.

Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan


kesehatan, yaitu:

o Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung


jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
o Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
o Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.

10
Secara khusus dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit, rumah sakit
mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.

Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di


rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU
Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf
(b) UU Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam
penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.

Melalui ketentuan UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit dalam hal ini


pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit,
memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan mencapai
hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana, baik dalam jumlah maupun mutunya, baik melalui mekanisme akreditasi
maupun penyusunan standar, harus berorientasi pada ketentuan hukum yang
melindungi pasien, sehingga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang
dinamis yang dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk
meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar bagi pelayanan kesehatan.

E. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan

Permasalahan utama pelayanan kesehatan saat ini antara lain adalah masih
tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan,
dan antara perkotaan dengan perdesaan. Secara umum status kesehatan penduduk
dengan tingkat sosial ekonomi tinggi, di kawasan barat Indonesia, dan di kawasan
perkotaan, cenderung lebih baik. Sebaliknya, status kesehatan penduduk dengan
sosial ekonomi rendah, di kawasan timur Indonesia dan di daerah perdesaan masih
tertinggal.
Permasalahan penting lainnya yang dihadapi adalah terjadinya beban ganda
penyakit, yaitu belum teratasinya penyakit menular yang diderita oleh masyarakat
seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, dan
diare, serta munculnya kembali penyakit polio dan flu burung. Namun, pada waktu

11
yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus dan kanker.
Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
juga masih rendah. Kualitas pelayanan menjadi kendala karena tenaga medis sangat
terbatas dan peralatan kurang memadai. Dari sisi jumlah, rasio tenaga kesehatan
terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani masih rendah. Keterjangkauan
pelayanan terkait erat dengan jumlah dan pemerataan fasilitas kesehatan.
Pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah. Dalam era
perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat makin rentan akibat
meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan. Ketersediaan, mutu, keamanan obat, dan
perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan
mudah oleh masyarakat. Selain itu, obat asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya
dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat besar.
Perilaku masyarakat juga sering tidak mendukung hidup bersih dan sehat. Hal
ini dapat terlihat dari meluasnya kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu
ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita,
serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (Napza), dan kematian akibat
kecelakaan.
Selain permasalahan mendasar seperti itu, terdapat lima isu penting di bidang
kesehatan yang perlu penanganan segera, yaitu penjaminan akses penduduk miskin
terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan
wabah penyakit menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan
jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan.
F. Provider Pelayanan Kesehatan
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan Dasar :

 Puskesmas
 Dokter Keluarga / Dokter Gigi Keluarga
 Poliklinik Milik Institusi

12
 Klinik 24 Jam

2. Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan :

 Rumah Sakit Umum Pemerintah


 RS Khusus Pemerintah ( jantung, paru, orthopedi, jiwa, kusta, mata,
infeksi, kanker dll)
 Rumah Sakit TNI/POLRI
 Rumah Sakit Swasta
 Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI
 Apotek/Instalasi Farmasi RS
 Optikal
 Balai Pengobatan Khusus (paru, mata, indera dll)
 Laboratrium Kesehatan
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan PT Askes
(Persero)

Apa Saja Jenis Pelayanan Yang Dijamin oleh Askes ?

1. Pelayanan Kesehatan Dasar

 Konsultasi, penyuluhan, pemeriksaan medis dan pengobatan.


 Pemeriksaan dan pengobatan gigi.
 Tindakan medis kecil/sederhana.
 Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana
 Pengobatan efek samping kontrasepsi
 Pemberian obat pelayanan dasar dan bahan kesehatan habis pakai.
 Pemeriksaan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup.
 Pelayanan imunisasi dasar.
 Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Perawatan/Puskesmas dengan
Tempat Tidur

13
2. Pelayanan Kesehatan Lanjutan

a) Rawat Jalan

 Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis


 Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/
Radiodiagnostik, Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih
sesuai ketentuan PT Askes (Persero).
 Tindakan medis poliklinik dan rehabilitasi medis
 Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan
ketentuan lain yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero).

b) Rawat Inap

 Rawat Inap di ruang perawatan sesuai hak Peserta.


 Pemeriksaan, pengobatan oleh dokter spesialis.
 Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/
Radiodiagnostik, Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan
canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero).
 Tindakan medis operatif.
 Perawatan intensif (ICU, ICCU,HCU, NICU, PICU).
 Pelayanan rehabilitasi medis.
 Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan
ketentuan lain yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero)

3. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua


hidup.

4. Pelayanan Transfusi Darah dan Cuci Darah.

5. Cangkok (transplantasi) Organ.

6. Pelayanan Canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero)

7. Alat Kesehatan diberikan untuk Peserta  dengan ketentuan sebagai berikut:

14
a) Kacamata  ( 1 kali /2 tahun)
b) Gigi Tiruan  (1 kali /2 tahun)
c) Alat Bantu Dengar  (1 kali /2 tahun)
d) Kaki / tangan tiruan
e) Implant (alat kesehatan yang ditanam dalam tubuh)  antara lain:

 IOL (lensa tanam di mata).


 Pen & Screw  (alat penyambung tulang).
 Mesh (alat yang dipasang setelah operasi hernia)

Pelayanan Apa Saja Yang Tidak Dijamin Oleh Askes ?

 Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti tata cara pelayanan yang


ditetapkan PT Askes (Persero)/Pelayanan kesehatan tanpa indikasi
medis.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas yang bukan jaringan
pelayanan kesehatan PT Askes (Persero), kecuali dalam keadaan gawat
darurat (emergency) dan kasus persalinan.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
 Obat-obatan diluar ketentuan PT Askes (Persero).
 Bedah plastik kosmetik, termasuk obat-obatan.
 Semua jenis pelayanan imunisasi diluar  “imunisasi dasar” bagi bayi
dan balita (DPT, Polio, BCG, Campak) dan bagi ibu hamil (TT)  yang
dilakukan di Puskesmas.
 Seluruh rangkaian pemeriksaan dalam usaha ingin mempunyai anak,
termasuk alat dan obat-obatnya.
 Sirkumsisi tanpa indikasi medis.
 Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan, tindakan persalinan,
masa nifas pada anak ketiga dan seterusnya.
 Usaha meratakan gigi (Orthodontie), membersihkan karang gigi
(scalling gigi) dan pelayanan kesehatan gigi untuk kosmetik.

15
 Gangguan kesehatan/penyakit akibat  ketergantungan obat, alkohol dan
atau zat adiktif lainnya.
 Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan
sengaja menyakiti diri sendiri.
 Kursi roda, tongkat penyangga, korset dan elastic bandage
 Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu
 Lain-lain:
o Biaya sewa ambulans
o Biaya pengurusan jenazah
o Biaya fotocopy
o Biaya telekomunikasi
o Biaya kartu berobat
o Biaya administrasi

G. Tantangan Pelayanan Kesehatan

Sejak 2004 telah disepakati oleh pimpinan negara- negara ASEAN bahwa
integrasi pelayanan sektor kesehatan merupakan prioritas integrasi menuju
komunitas ekonomi ASEAN. Artinya bahwa ke depan ada agenda bagi 10 negara-
negara Asia Tenggara untuk melakukan harmonisasi dalam hal :

1. standar pelayanan kesehatan,


2. kebijakan terhadap perusahaan farmasi,
3. standar manajemen industri bisnis di sektor kesehatan (yang mayoritas
merupakan industri kecil dan mikro),
4. model tata kelola oleh pejabat berwenang, serta
5. standar keamanan produk- produk farmasinya (termasuk untuk produk
herbal).
 Harmonisasi tersebut berarti dua hal.

Pertama,keahlian yang dimiliki Indonesia akan berhadapan dengan


keahlian serupa dari negara-negara tetangga. Para pelaku dunia kesehatan,

16
baik itu pengusaha farmasi, dokter, perawat, rumah sakit, maupun pembuat
jamu akan dinilai kualitasnya oleh konsumen di kawasan Asia
Tenggara.Kompetisinya justru bukan di tataran domestik, melainkan di
tingkat regional.

Kedua,masyarakat Indonesia harus sudah bisa memanfaatkan pelayanan


kesehatan secara optimal. Idealnya dengan akses asuransi kesehatan yang
menyeluruh bagi semua warga negara.

Jika tidak, penduduk Indonesia akan termangu saja sementara penduduk negara
lain di ASEAN menikmati akses asuransi kesehatan yang memadai.

 Pertama, dari segi keahlian, standar mutu pelayanan dari rumah sakit, apotek,
sampai keamanan produk obat dan layanan masih perlu ditingkatkan. Hal ini
tentu dimaksudkan tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-
pelosok Tanah Air. Kita bahkan belum bicara tentang standar kenyamanan
dalam mengakses pelayanan kesehatan (kenyamanan fasilitas, antrean,
digitalisasi data, dan lainnya), termasuk pelayanan yang bebas rasa sakit.
Kompetitor kita adalah Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Filipina
dan Thailand termasuk yang gigih mengejar ketertinggalan mereka di bidang
ini.
 Kedua, ketika menyoroti cakupan penduduk yang menikmati asuransi
kesehatan, akan jelas tergambar betapa menyedihkan kondisi Indonesia.
Katakanlah seluruh pegawai negeri, Polri, dan TNI punya asuransi
kesehatan,maka jumlahnya sekitar 6 juta orang. Ditambah dengan pegawai
swasta yang ikut program asuransi kesehatan Jamsostek, katakanlah 15 juta
orang dan yang ikut program swasta 20 juta orang,maka total hanya sekitar 56
juta orang yang punya akses jaminan kesehatan.

Wakil Menteri Kesehatan Prof Dr Ali Ghufron Mukti lebih optimistis. Ia


menghitung ada sekitar 117 juta penduduk Indonesia yang punya akses asuransi
kesehatan, termasuk 76 juta penduduk yang menerima kartu Jamkesmas.
Catatannya tentu bahwa para penerima kartu Jamkesmas ini bersifat temporer saja.

17
Kartu ini hanya berlaku jika ada alokasi dana yang memadai dari pemerintah
pusat.

Artinya, lebih dari separuh penduduk Indonesia belum punya akses jaminan
kesehatan. Kita bisa belajar dari pengalaman Amerika Serikat,yang relatif lebih
kaya dan besar dibandingkan Indonesia. Amerika Serikat sekarang sedang pusing
karena sistem jaminan kesehatannya terancam ambruk akibat harga pelayanan
kesehatan yang sangat mahal, padahal jumlah orang yang tidak punya asuransi
kesehatan makin banyak. Amerika Serikat berangkat dari sudut pandang bahwa
negara hanya fokus memikirkan yang miskin.

Mereka yang dianggap tidak miskin diutamakan untuk punya pilihan sendiri
dalam membeli asuransi kesehatan pribadi. Problemnya, ketika perekonomian
negara secara makro memburuk, jumlah orang yang tidak sanggup membeli
asuransi kesehatan otomatis bertambah. Padahal negara terpaksa mengetatkan
anggaran belanja di bidang kesejahteraan. Akibatnya, sistem jaminan
kesehatannya menjadi tidak sehat lantaran jumlah yang mengklaim sakit menjadi
lebih banyak daripada yang membayar iuran.

Pada waktu yang sama, perusahaan-perusahaan asuransi memainkan harga


premi dan cakupan tunjangan karena persaingan antarmereka pun meningkat pada
saat krisis. Negara juga tak punya kendali atas harga pelayanan kesehatan yang
ditetapkan oleh dokter dan harga obat. Harga pendidikan kedokteran juga telanjur
membubung tinggi. Akibatnya, ketika negara mewajibkan pembelian asuransi agar
sistemnya rasio yang membayar iuran dan pengklaim sehat lagi (yakni lewat
program Obamacare), yang muncul adalah protes yang meluas.

18
H. Perkembangan Pelayanan Kesehatan
 Perkembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
 Abad Ke-16 - Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar
dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
 Tahun 1807 - Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak
berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
 Tahun 1888 - Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang
kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,
surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan
penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
 Tahun 1925 - Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena
tingginya angka kematian dan kesakitan.
 Tahun 1927 - STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947
berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam
menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia
 Tahun 1930 - Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan
 Tahun 1935 - Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi,
dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
 Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y.
Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang
intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan
preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO.

19
Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep
pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk
unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian
disebut Puskesmas.
 Tahun 1952 - Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
 Tahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan
pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis.
 Tahun 1967 - Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar
ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A,
tipe B, dan C.
 Tahun 1968 - Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
 Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai
dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah
kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
 Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas
ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi
dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan,
dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim.

20
 Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga
berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Sumber : Notoatmodjo, 2003

I. Perkembangan Pendidikan Keperawatan


 Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Historikal
1. Periode 1945 – 1962

Diawali tahun 1945 – 1950 merupakan periode awal kemerdekaan yang


merupakan transisi pemerintahan Negara Indonesia, dengan masa tersebut
belum ada tanda-tanda perkembangan oleh karena sektor ketatanegaraan
yang perlu ditata, penggunaan tenaga keperawatan masih menggunakan
sistem pendidikan yang telah ada yakni perawat lulusan pendidikan belanda
(mulo + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B
untuk perawat jiwa, ada juga pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun
pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat.

Tahun 1953 baru dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan


menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas, tahun 1955 dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar SR ditambah
pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai
pengembangan SDK ditambah pendidikan satu tahun. Tantangan pendidikan
dan pengembangan keperawatan masih belum berubah, tahun 1962 telah
dibuka akademi keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang
bertempat di Jakarta di RS Cipto Mangunkusumo yang sekarang dikenal
dengan nama Akademi Keperawatan Kepkes di Jalan Kimia No 17 Jakarta

21
Pusat, walaupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan
pendidikankeperawatan belum tampak.

2. Periode 1963 – 1983

Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang


keperawatan walaupun sudah banyak perubahan pada pendidikan tingi, pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan
nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta, dengan
berdirinya organisasi profesi merupakan satu langkah maju oleh karena ada
arah kemajuan dalam bidang keperawatan dan peran organisasi profesi disini
dapat membantu dalam pembenahan pendidikan keperawatan, akhirnya
mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan
keperawatan melalaui kerja sama dengan CHS, Depkes dan organisasi
lainnya dan pada waktu itu telah dilaksanakan lokakarya keperawatan dan
disepakati bersama bahwa keperawatan sebagai profesi.

3. Periode 1984 – sekarang

Mulai tahun 1985 telah dibukanya pendidikan SI keperawatan dengan


nama Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia di Jakarta, sebagai institusi yang menghasilkan tenaga
keperawatan tingkat sarjana dengan membentuk kurikulum pendidikan
tenaga keperawatan jenjang Strata satu tahun 1992, keberadaan tenaga
keperawatan diakui sebagai profesi dalam UU No.23 tentang kesehatan tahun
1992 dan PP No 32 tahun 1996 sebagai penjabaran UU No 23. Tahun 1996
dibuka PSIK di Universitas Padjajaran Bandung, pada saat itu konsep model
praktek keperawatan diindonesia secara resmi diserahkan PPNI.

Tahun 1997 PSIK UI berubah statusnya menjadi fakultas ilmu


keperawatan dan terdapat evaluasi pengembangan kurikulum SI keperawatan
dan DIII keperawatan, guna meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998
kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan.

22
 Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Konseptual

Pemahaman keperawatan sebagai vokasional atau tenaga terampil menjadi


keperawatan sebagai profesi dan dari pelayanan keperawatan bagian dari
pelayanan medis bergeser menjadi praktek keperawatan professional mandiri
serta perkembangan pendidikan keperawatan dari dasar menengah menjadi
perkembangan pendidikan tinggi keperawatan, perubahan pemahaman
keperawatan sebagai profesi didasarkan atas ciri profesi keperawatan yaitu :

a. Mempunyai tubuh pengetahuan yang berbatas tegas ilmu keperawatan yang


terdapat dalam tubuh pengetahuan.
b. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.
c. Memberi pelayanan kepada masyarakat.
d. Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian.
e. Pemberlakuan kode etik keperawatan.
f. Bersifat altruistik (mengutamakan kepentingan masyarakat dari kepentingan
pribadi atau golongan).

 Perkembangan Kurikulum Keperawatan

Kurikulum pendidikan keperawatan saat ini sedang mengalami proses


perkembangan, program pendidikan keperawatan sudah mulai ditingkatkan,
adanya pembinaan program pendidikan keperawatan dan masuknya program
pendidikan tinggi keperawatan pada komisi disiplin illmu kesehatan (CHS),
adanya penyusunan kurikulum nasional yang telah disyahkan oleh Dirjen Dikti
melalui keputusan nomor 239/U/1999 tanggal 4 oktober tentang berlakunya
kurikulum nasional tahun 1999 bagi institusi penyelenggaran pendidikan DIII
keperawatan.

Dalam perjalanannya kedudukan dan peran pendidikan tinggi keperawatan


sangat berperan dalam pengembangan pendidikan tinggi.Untuk mencapai
kedudukan peran sebagaimana mestinya pendidkan keperawatan diarahkan pada

23
pendidikan, pembangunan bangsa, pembangunan sistem pendidikan tinggi
diindonesia dan profesionalisasi keperawatan di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan yang ada kurikulum pendidikan keperawatan


di Indonesia harus dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi
keperawatan serta menerapkan kedalam inovasi pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:

i. Pendidikan Vokasional

Yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk


memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah
Republik Indonesia.

ii. Pendidikan Akademik

Yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang


diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

iii. Pendidikan Profesi

Yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan


peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian
khusus dengan, sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.

Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang


dengan berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi
sejak tahun 1983 saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan
keperawatan indonesia yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh
komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah
kemendiknas dan kemenkes saat itu, serta difasilitasi oleh Konsorsium
Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan

24
Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada
pendidikan jenjang Tinggi, dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan
dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama
yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun
1985.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI serta bekerjasama dengan Kemendiknas


melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ),
memperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat
Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar
Pendidikan Ners, standar akreditasi pendidikan ners Indonesia, dan semua
standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah
diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan
kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia. Standar-standar yang
dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan,
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah.

 Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan di Indonesia

Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan


kesehatan dimasa datang, serta memperhatikan tuntutan pembangunan
keperawatan sebagai suatu profesi yang mandiri, system pendidikan keperawatan
(dengan pengertian dalam tatanan system pendidikan tinggi), dikembangkan
dengan berbagai jenis dalam berbagi jenjang pendidikan.

a) Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pada jenjang pendidikan, Diploma III bersifat pendidikan profesi,


menghasilkan Ahli Madya keperawatan (A.Md. Kep.) sebagai perawat
professional pemula. Pendidikan keperawatan pada jenjang diploma
dikembangkan terutama untuk menghasilkan lulusan / perawat yang
memiliki sikap dan menguasai kemampuan keperawatan umum dan dasar.
Pendidikan pada tahap ini lebih menekankan penguasaan sikap dan

25
keterampilan dalam bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang
memadai.

b) Program Pendidikan Sarjana Keperawatan

Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya


mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)Pendidikan pada
tahap ini bersifat pendidikan akademik professional (pendidikan
keprofesian), menekankan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu ilmu
keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan sikap
dan keterampilan professional dalam keperawatan. Pada jenjang
pendidikan ini, orientasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang bermakna bahwa arah pengembangan dan
pembinaan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat.
Kurikulum pendidikan dibangun dalam kerangka konsep yang kokoh.
Berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di
dalam tatanan yang relevan, khususnya pengalaman belajar praktik (PBP),
pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL).

c) Program Pendidikan Magister Keperawatan

Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat


gelar (M.Kep), dalam menghadapi tekanan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kebutuhan dan permintaan
masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat, pendidikan
pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini
diperlukan agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang keperawatan melalui berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan,
dan selanjutnya dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan. Program Pendidikan Magister Keperawatan yang ada saat ini
adalah Program Magister Manajemen Keperawatan.

d) Program Pendidikan Spesialis Bidang Keperawatan

26
Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan kesehatan di masa depan, bertolak pada pandangan bahwa
setiap saat dan tahap pengembangan perlu diupayakan untuk meningkatkan
relevansi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat, maka
dikembangkan pendidikan keperawatan pada jenjang spesialis. Pendidikan
jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam pengetahuan
dan keterampilan keprofesian. Sifat memperdalam ilmu pengetahuan
keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu keperawatan klinik,
namun tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan
kelompok-kelmpok ilmu dasar dan penunjang, termasuk ilmu dasar
keperawatan. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

 Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)


 Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
 Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
 Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
 Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
 Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai
berikut:

 Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5


 Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
 Magister keperawatan - Level KKNI 8
 Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
 Doktor keperawatan - Level KKNI 9

J. Kecenderungan Sistem Pelayanan dan Pendidikan di Indonesia

  Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia


Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan yang
berupa:

27
1.      Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja
puskesmas selain rumah sakit.
2.      Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan
diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan
kesehatan rujukan.
Sistem Rujukan (Referal System)
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri
Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang
setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara
Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan
Nasional, yaitu:
1)      Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada
tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2)      Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services).
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit.
Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan
bahan-bahan pemeriksaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6.3.

Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:


1.      Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)
a.       Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
b.      Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
c.       Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
2.      Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)
a.       Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang.
b.      Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.

28
3.      Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan
(health provider)
a.       Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
b.      Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja
sama yang terjalin.
c.       Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

Insitusi pendidikan keperawatan harus dilakukan secara total antara lain dengan
tahapan langkah-langkah sebagai berikut :
a.Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan
keperawatan.
b.Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan
menggunakan bahasa inggris.
c.Menutup Insitusi Pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas.
d.Insitusi Pendidikan Keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang
memiliki latar belakang pendidikan keperawatan.
e.Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di
insitusi pendidikan keperawatan
f.Semua Dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus
mampu berbahasa inggris secara aktif.
g.Memberantas segala jenis KKN di isntitusi pendidikan dari mulai
perizinan, penerimaan mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta
proses kelulusan mahasiswa.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat
 Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan : Ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, Nilai masyarakat, Aspek legal dan etik, Ekonomi, Politik
 Pembiayaan Pelayanan Kesehatan :
- Sebelum Undang-Undang No. 22 tahun 1999
- Undang-Undang No. 25 tahun 1999.
- Setelah diberlakukan Undang- Undang No. 22 tahun 1999 Undang-
Undang No. 25 tahun 1999.
- UU No. 25 Tahun 2000, Bab Ill, pasal 3,
 UU Pelayanan Kesehatan :
- Pasal 53 UU Kesehatan
- Pasal 54 UU Kesehatan
- Pasal 29 ayat (1) huruf (b)
 Masalah sistem pelayanan kesehatan: masih tingginya disparitas status
kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antara perkotaan
dengan perdesaan, terjadinya beban ganda penyakit, Perilaku masyarakat juga
sering tidak mendukung hidup bersih dan sehat.
 Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan
yang berupa:

1.      Pelayanan kesehatan dasar


2.      Pelayanan kesehatan rujukan

30
DAFTAR PUSTAKA

 http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-pelayanan-
kesehatan.html
 http://www.syedara.com/2016/09/pengertian-pelayanan-
keperawatan/
 http://docplayer.info/307736-Industri-pelayanan-kesehatan.html
 Departemen Kesehatan R.1 Biro Keuangan Indonesia, Analisis
Pembiayaan Kesehatan yang Bersumber dari APBN-Pusat Selama
Pelita VI (1994195-19981 1999). Jkt. 2001.
 http://ikbalist.blogspot.co.id/2013/04/fasilitas-pelayanan-provider-
kesehatan.html
 http://kimsinarpelita.blogspot.co.id/2011/04/perkembangan-
pelayanan-kesehatan.html
 http://nieszvirgo.blogspot.co.id/2012/11/sistem-pelayanan-
kesehatan-di-indonesia.html
 http://duniakeperawatan2011.blogspot.co.id/2011/05/tantangan-
dan-kecenderungan-peran.htm

31

Anda mungkin juga menyukai