DISUSUN OLEH:
SULISTIYAWATI (P07220117073)
TAHUN AJARAN
2017/2018
0
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sistem Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan di Indonesia”
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kosep Dasar Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur. Kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ns. Asnah, S.Kep,.M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan dan kepada segenap rekan-rekan
Mahasiswa D-III Keperawatan tingkat I.
Penyusun,
Kelompok 8
1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus dibidang kesehatan,
keterampilan hubungan antar manusia dan keteerampilan organisasi diterapkan dalam
hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga social demi untuk memelihara kesehatan masyarakat (Ruth B. Freeman 1961).
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan yang bertujuan mencapai
kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu
mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat atau
komunitas dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pelaksanaan perawatan kesehatan dibutuhkan system pelayanan kesehatan
yang maksimal guna menunjang keberhasilan perawatan kesehatan. Salah satu usaha
untuk mencapai pelayanan kesehatan yang maksimal dibutuhkan usaha untuk
pembangunan nasional, yang bertujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
3
10. Kecenderungan sistem pelayanan dan pendidikan di Indonesia
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang
diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
5
2. Nilai masyarakat
4. Ekonomi
5. Politik
6
berlaku. Terrnasuk didalarnnya anggaran Pernerintah Pusat, Propinsi dan
Kabupatent/Kota.
1. Sebelum Undang-Undang No. 22 tahun 1999
Undang-Undang No. 25 tahun 1999.
Secara rinci surnber dana dapat diuraikan sebagai berikut:
Pusat
APBN-DIP, Anggaran Pembangunan Sektoral.
APBN-DIK, Anggaran Rutin.
Inpres (Bantuan Pernbangunan Sarana Kesehatan).
Subsidi Daerah Otonomi (SDO).
Biaya Operasional Rurnah Sakit (OPRS).
Subsidi Bantuan Biaya Operasional (SBBO).
Bersurnber Non Depkes.
Bersurnber Bantuan Luar Negeri (BLN).
Propinsi (APBD Tingkat I)
DlPDA Tingkat I
DlKDA Tingkat I.
Kabupaten (APBD Tingkat II)
DlPDA Tingkat I1
DlKDA Tingkat II.
2. Setelah diberlakukan Undang- Undang No. 22 tahun 1999 Undang- Undang
No. 25 tahun 1999.
7
daerah rnenjadi otonom (mandiri). Pernerintah Pusat hanya memegang
kewenangan penetapan kebijakan, pengaturan, pedoman, perizinan, akreditasi,
bimbingan dan pengendalian serta sedikit pelaksanaan yang sebagainnya
harus dilimpahkan (dalam bentuk dekonsentrasi) kepada Propinsi.
Pendapatan Asli Daerah Dengan rnengacu pada UU No. 25 Tahun 2000. Bab
II pasal 3 tentang Dasar-dasar pernbiayaan Pemerintahan Daerah adalah sebagai
berikut:
8
2. Dana Perimbangan
a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan bangunan (90% untuk
daerah).
b. Bea perolehan hak atas Tanah dan Bangunan (80%) untuk daerah)
c. Penerimaan dari sumber daya alam; sector kehutanan, pertambangan umum
dan perikanan (80% untuk daerah); pertambangan minyak bumi (setelah
dikurangi pajak 15% untuk daerah); penarnbangan gas alam (setelah
dikurangi pajak 30% untuk daerah).
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan daerah keuangan antar
daerah untuk rnembiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia (Ridwan Malik)
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
5. Pinjaman Daerah
9
c. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai
Sumber dan Alur Anggaran Kesehatan pembangunan prasarana yang
merupakan asset daerah dan dapat mengahasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali pinjarnan, serta memberikan manfaat bagi pelayanan
rnasyarakat.
d. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus
kas dalam rangka pengelolaan kas Daerah.
D. UU Pelayanan Kesehatan
Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam Pasal
53 UU Kesehatan, yaitu:
10
Secara khusus dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit, rumah sakit
mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
Permasalahan utama pelayanan kesehatan saat ini antara lain adalah masih
tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan,
dan antara perkotaan dengan perdesaan. Secara umum status kesehatan penduduk
dengan tingkat sosial ekonomi tinggi, di kawasan barat Indonesia, dan di kawasan
perkotaan, cenderung lebih baik. Sebaliknya, status kesehatan penduduk dengan
sosial ekonomi rendah, di kawasan timur Indonesia dan di daerah perdesaan masih
tertinggal.
Permasalahan penting lainnya yang dihadapi adalah terjadinya beban ganda
penyakit, yaitu belum teratasinya penyakit menular yang diderita oleh masyarakat
seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, dan
diare, serta munculnya kembali penyakit polio dan flu burung. Namun, pada waktu
11
yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus dan kanker.
Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
juga masih rendah. Kualitas pelayanan menjadi kendala karena tenaga medis sangat
terbatas dan peralatan kurang memadai. Dari sisi jumlah, rasio tenaga kesehatan
terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani masih rendah. Keterjangkauan
pelayanan terkait erat dengan jumlah dan pemerataan fasilitas kesehatan.
Pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah. Dalam era
perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat makin rentan akibat
meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan. Ketersediaan, mutu, keamanan obat, dan
perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan
mudah oleh masyarakat. Selain itu, obat asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya
dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat besar.
Perilaku masyarakat juga sering tidak mendukung hidup bersih dan sehat. Hal
ini dapat terlihat dari meluasnya kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu
ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita,
serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (Napza), dan kematian akibat
kecelakaan.
Selain permasalahan mendasar seperti itu, terdapat lima isu penting di bidang
kesehatan yang perlu penanganan segera, yaitu penjaminan akses penduduk miskin
terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan
wabah penyakit menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan
jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan.
F. Provider Pelayanan Kesehatan
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan Dasar :
Puskesmas
Dokter Keluarga / Dokter Gigi Keluarga
Poliklinik Milik Institusi
12
Klinik 24 Jam
13
2. Pelayanan Kesehatan Lanjutan
a) Rawat Jalan
b) Rawat Inap
14
a) Kacamata ( 1 kali /2 tahun)
b) Gigi Tiruan (1 kali /2 tahun)
c) Alat Bantu Dengar (1 kali /2 tahun)
d) Kaki / tangan tiruan
e) Implant (alat kesehatan yang ditanam dalam tubuh) antara lain:
15
Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat, alkohol dan
atau zat adiktif lainnya.
Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan
sengaja menyakiti diri sendiri.
Kursi roda, tongkat penyangga, korset dan elastic bandage
Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu
Lain-lain:
o Biaya sewa ambulans
o Biaya pengurusan jenazah
o Biaya fotocopy
o Biaya telekomunikasi
o Biaya kartu berobat
o Biaya administrasi
Sejak 2004 telah disepakati oleh pimpinan negara- negara ASEAN bahwa
integrasi pelayanan sektor kesehatan merupakan prioritas integrasi menuju
komunitas ekonomi ASEAN. Artinya bahwa ke depan ada agenda bagi 10 negara-
negara Asia Tenggara untuk melakukan harmonisasi dalam hal :
16
baik itu pengusaha farmasi, dokter, perawat, rumah sakit, maupun pembuat
jamu akan dinilai kualitasnya oleh konsumen di kawasan Asia
Tenggara.Kompetisinya justru bukan di tataran domestik, melainkan di
tingkat regional.
Jika tidak, penduduk Indonesia akan termangu saja sementara penduduk negara
lain di ASEAN menikmati akses asuransi kesehatan yang memadai.
Pertama, dari segi keahlian, standar mutu pelayanan dari rumah sakit, apotek,
sampai keamanan produk obat dan layanan masih perlu ditingkatkan. Hal ini
tentu dimaksudkan tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-
pelosok Tanah Air. Kita bahkan belum bicara tentang standar kenyamanan
dalam mengakses pelayanan kesehatan (kenyamanan fasilitas, antrean,
digitalisasi data, dan lainnya), termasuk pelayanan yang bebas rasa sakit.
Kompetitor kita adalah Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Filipina
dan Thailand termasuk yang gigih mengejar ketertinggalan mereka di bidang
ini.
Kedua, ketika menyoroti cakupan penduduk yang menikmati asuransi
kesehatan, akan jelas tergambar betapa menyedihkan kondisi Indonesia.
Katakanlah seluruh pegawai negeri, Polri, dan TNI punya asuransi
kesehatan,maka jumlahnya sekitar 6 juta orang. Ditambah dengan pegawai
swasta yang ikut program asuransi kesehatan Jamsostek, katakanlah 15 juta
orang dan yang ikut program swasta 20 juta orang,maka total hanya sekitar 56
juta orang yang punya akses jaminan kesehatan.
17
Kartu ini hanya berlaku jika ada alokasi dana yang memadai dari pemerintah
pusat.
Artinya, lebih dari separuh penduduk Indonesia belum punya akses jaminan
kesehatan. Kita bisa belajar dari pengalaman Amerika Serikat,yang relatif lebih
kaya dan besar dibandingkan Indonesia. Amerika Serikat sekarang sedang pusing
karena sistem jaminan kesehatannya terancam ambruk akibat harga pelayanan
kesehatan yang sangat mahal, padahal jumlah orang yang tidak punya asuransi
kesehatan makin banyak. Amerika Serikat berangkat dari sudut pandang bahwa
negara hanya fokus memikirkan yang miskin.
Mereka yang dianggap tidak miskin diutamakan untuk punya pilihan sendiri
dalam membeli asuransi kesehatan pribadi. Problemnya, ketika perekonomian
negara secara makro memburuk, jumlah orang yang tidak sanggup membeli
asuransi kesehatan otomatis bertambah. Padahal negara terpaksa mengetatkan
anggaran belanja di bidang kesejahteraan. Akibatnya, sistem jaminan
kesehatannya menjadi tidak sehat lantaran jumlah yang mengklaim sakit menjadi
lebih banyak daripada yang membayar iuran.
18
H. Perkembangan Pelayanan Kesehatan
Perkembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Abad Ke-16 - Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar
dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 - Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak
berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888 - Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang
kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,
surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan
penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 - Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena
tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927 - STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947
berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam
menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia
Tahun 1930 - Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan
Tahun 1935 - Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi,
dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y.
Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang
intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan
preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO.
19
Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep
pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk
unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian
disebut Puskesmas.
Tahun 1952 - Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan
pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967 - Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar
ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A,
tipe B, dan C.
Tahun 1968 - Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai
dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah
kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas
ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi
dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan,
dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim.
20
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga
berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Sumber : Notoatmodjo, 2003
21
Pusat, walaupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan
pendidikankeperawatan belum tampak.
22
Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Konseptual
23
pendidikan, pembangunan bangsa, pembangunan sistem pendidikan tinggi
diindonesia dan profesionalisasi keperawatan di Indonesia.
i. Pendidikan Vokasional
24
Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada
pendidikan jenjang Tinggi, dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan
dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama
yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun
1985.
25
keterampilan dalam bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang
memadai.
26
Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan kesehatan di masa depan, bertolak pada pandangan bahwa
setiap saat dan tahap pengembangan perlu diupayakan untuk meningkatkan
relevansi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat, maka
dikembangkan pendidikan keperawatan pada jenjang spesialis. Pendidikan
jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam pengetahuan
dan keterampilan keprofesian. Sifat memperdalam ilmu pengetahuan
keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu keperawatan klinik,
namun tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan
kelompok-kelmpok ilmu dasar dan penunjang, termasuk ilmu dasar
keperawatan. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai
berikut:
27
1. Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja
puskesmas selain rumah sakit.
2. Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan
diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan
kesehatan rujukan.
Sistem Rujukan (Referal System)
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri
Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang
setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara
Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan
Nasional, yaitu:
1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada
tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services).
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit.
Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan
bahan-bahan pemeriksaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6.3.
28
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan
(health provider)
a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
b. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja
sama yang terjalin.
c. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
Insitusi pendidikan keperawatan harus dilakukan secara total antara lain dengan
tahapan langkah-langkah sebagai berikut :
a.Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan
keperawatan.
b.Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan
menggunakan bahasa inggris.
c.Menutup Insitusi Pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas.
d.Insitusi Pendidikan Keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang
memiliki latar belakang pendidikan keperawatan.
e.Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di
insitusi pendidikan keperawatan
f.Semua Dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus
mampu berbahasa inggris secara aktif.
g.Memberantas segala jenis KKN di isntitusi pendidikan dari mulai
perizinan, penerimaan mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta
proses kelulusan mahasiswa.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat
Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan : Ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, Nilai masyarakat, Aspek legal dan etik, Ekonomi, Politik
Pembiayaan Pelayanan Kesehatan :
- Sebelum Undang-Undang No. 22 tahun 1999
- Undang-Undang No. 25 tahun 1999.
- Setelah diberlakukan Undang- Undang No. 22 tahun 1999 Undang-
Undang No. 25 tahun 1999.
- UU No. 25 Tahun 2000, Bab Ill, pasal 3,
UU Pelayanan Kesehatan :
- Pasal 53 UU Kesehatan
- Pasal 54 UU Kesehatan
- Pasal 29 ayat (1) huruf (b)
Masalah sistem pelayanan kesehatan: masih tingginya disparitas status
kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antara perkotaan
dengan perdesaan, terjadinya beban ganda penyakit, Perilaku masyarakat juga
sering tidak mendukung hidup bersih dan sehat.
Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan
yang berupa:
30
DAFTAR PUSTAKA
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-pelayanan-
kesehatan.html
http://www.syedara.com/2016/09/pengertian-pelayanan-
keperawatan/
http://docplayer.info/307736-Industri-pelayanan-kesehatan.html
Departemen Kesehatan R.1 Biro Keuangan Indonesia, Analisis
Pembiayaan Kesehatan yang Bersumber dari APBN-Pusat Selama
Pelita VI (1994195-19981 1999). Jkt. 2001.
http://ikbalist.blogspot.co.id/2013/04/fasilitas-pelayanan-provider-
kesehatan.html
http://kimsinarpelita.blogspot.co.id/2011/04/perkembangan-
pelayanan-kesehatan.html
http://nieszvirgo.blogspot.co.id/2012/11/sistem-pelayanan-
kesehatan-di-indonesia.html
http://duniakeperawatan2011.blogspot.co.id/2011/05/tantangan-
dan-kecenderungan-peran.htm
31