Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MANAJEMEN SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disaster Nursing
Dosen Pengampu : Ns. Asnah, S.Kep., M.Pd

Disusun Oleh :

Kevin Yogi Bhaskara (P07220117056)

Tiara Rizki Fitriani (P07220117076)

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang menunjang. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Makalah ini
berasal dari berbagai sumber. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin..

Balikpapan, 12 Januari 2020

Kelompok 16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................2

BAB I....................................................................................................3

PENDAHULUAN................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................5

BAB II..................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................5
A. MANAJEMEN SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM
BENCANA..............................................................................................................5
B. JENIS INFORMASI DAN WAKTU PENYAMPAIAN.................................8
C. SISTEM KOMANDO DALAM BENCANA................................................11
D. TAHAPAN PEMBENTUKAN KOMANDO DALAM BENCANA............12
E. AKTIVASI SISTEM MANAJEMEN DAN KOMANDO.............................13
F. ALAT KOMUNIKASI DALAM BENCANA...............................................14

BAB III...............................................................................................15

PENUTUP..........................................................................................15
A. KESIMPULAN...............................................................................................15
B. SARAN...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah persitiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Negara tercinta kita Indonesia seolah-olah tidak pernah berhenti
menerima cobaan berupa bencana alam yang silih berganti terjadi di seluruh
wilayah Indonesia dalam periode waktu yang berdekatan. Masih segar dalam
ingatan kita ketika headline seluruh surat kabar dalam negeri memuat berita-
berita bencana tersebut. Mulai dari bencana meletusnya gunung merapi,
banjir, maupun gempa dan tsunami. Terdapat satu persamaan dari isi berita-
berita tersebut adalah adanya korban-korban yang seharusnya dapat dihindari
jika bencana tersebut dideteksi lebih awal sebelum terjadi. Selain
pendektisian dini faktor yang tidak kalah penting ketika bencana terlanjur
terjadi adalah penanganan paska bencana yang tepat, cepat dan
berkesinambungan.
Informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat diperlukan
bagi managemen dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam lingkup
bencana. Sebuah jalur informasi yang efisien dan sistematis berbasis
teknologi sangat diperlukan pada saat terjadinya bencana dengan tujuan
mendapatkan informasi yang sahih. Informasi yang sahih diperlukan untuk
membantu penanganan bencana yang menghendaki kecepatan dalam
membantu korban, mendorong berbagai masyarakat ikut andil dalam
memberikan bantuan. Bencana apapun, kebutuhan akan informasi menjadi
sangat kritis, media yang digunakan baik elektronik maupun cetak (e-maile-
mail dan SMSSMS, dll) berisikan pertanyaan mengenai kondisi wilayah,
kondisi korban, mencari sanak saudara, mencari bantuan, mencari
pertolongan. Di sisi lain, para relawan yang berusaha membantu juga tidak
kalah pusingnya mencari lokasi yang membutuhkan pertolongan, mencari
alamat tempat pengiriman bantuan, pengiriman makanan, obat-obatan,
mencari lokasi longsor, menemukan penampungan pengungsi, semua serba
simpang siur tidak ada sumber informasi yang terpusat, tidak ada komunikasi
yang reliable. Oleh karena itu, kita akan membutuhkan sebuah sistem
informasi yang memungkinkan korban, sanak saudara maupun relawan,
pemerintah, tim SARSAR saling berinteraksi dan berkoordinasi satu sama
lain. Masukan ke sistem dapat berupa laporan dari tim SARSAR, relawan
ORARIORARI, bahkan masyarakat melaluiHP HP maupun telepon.
Perbaikan koordinasi dan manajemen penanggulangan di daerah
rawan bencana merupakan salah satu prioritas upaya kesiapsiagaan. Sistem
infromasi manajemen penanggulangan bencana, dapat disajikan sebagai salah
satu wadah yang berperan dalam pengkoordinasian tindakan tanggap darurat
bencana. Dengan adanya koordinasi dan kerja sama yang baik antar lintas
sektor diharapkan penanggulangan bencana dapat lebih terkoordinir dengan
baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem informasi dan komunikasi?
2. Apa saja jenis informasi dan komunikasi dalam bencana?
3. Bagaimana sistem komando dalam bencana?
4. Bagaimana tahapan pembentukan komando dalam bencana?
5. Bagaimana aktivasi manajemen dan komando?
6. Apa saja alat komunikasi dalam bencana?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang manajemen sistem informasi dan komunikasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui manajemen sistem informasi dan komunikasi.
b. Untuk mengetahui jenis informasi dan komunikasi.
c. Untuk mengetahui sistem komando dalam bencana.
d. Untuk mengetahui tahapan pembentukan komando dalam bencana.
e. Untuk mengetahui aktivasi manajemen dan komando.
f. Untuk mengetahui alat komunikasi dalam bencana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Sistem Informasi dan Komunikasi dalam Bencana

Upaya penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang


mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam lingkup “Siklus
Penanggulangan Bencana” Disaster Management Cycle).

Siklus diatas dimulai pada waktu sebelum terjadinya bencana berupa


kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan
kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan
tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana
berupa kegiatan pemulihan dan rekonstruksi (Nick Carter, 2006), maka
upaya penanggulangan bencana harus didukung oleh suatu sistem
informasi yang memadai.
Sistem ini diharapkan mampu untuk:
1. Meningkatkan kemampuan perencanaan penanggulangan bencana bagi
semua mekanisme penanngulangan bencana, baik pada tingkat pusat
maupun daerah pada semua tahapan penanggulangan bencana.
2. Mendukung pelaksanaan pelaporan kejadian bencana secara cepat dan
tepat, termasuk di dalamnya proses pemantauan dan perkembangan
kejadian bencana, dan
3. Memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak
yang terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana baik di
Indonesia maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global.

Konsep Komunikasi Bencana

Istilah komunikasi bencana belum menjadi konsep popular dalam


bidang komunikasi maupun bidang kebencanaan. Meski penelitian
komunikasi bencana sendiri telah banyak dilakukan, namun di Indonesia
kajian komunikasi terkait bencana baru banyak dilakukan setelah peristiwa
bencana alam gempa dan tsunami Aceh tahun 2014. Meski demikian,
kesadaran akan pentingnya komunikasi dalam penanganan bencana semakin
tinggi belakangan ini. Salah satu titik penting yang menjadi perhatian terkait
komunikasi dalam bencana adalah masalah ketidakpastian. Menurut Frank
Dance (dalam Littlejohn, 2006: 7), salah satu aspek penting di dalam
komunikasi adalah konsep reduksi ketidakpastian.
Komunikasi itu sendiri muncul karena adanya kebutuhan untuk
mengurangi ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara efektif demi
melindungi atau memperkuat ego yang bersangkutan dalam berinteraksi
secara individual maupun kelompok. Dalam penanganan bencana, informasi
yang akurat diperlukan oleh masyarakat maupun lembaga swasta yang
memiliki kepedulian terhadap korban bencana. Komunikasi dalam bencana
tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi juga penting pada
saat dan pra bencana. Sebagaimana dikatakan bahwa komunikasi adalah
cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi bencana, persiapan, respon, dan
pemulihan situasi pada saat bencana. Kemampuan untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan tentang bencana kepada publik,
pemerintah, media dan pemuka pendapat dapat mengurangi resiko,
menyelamatkan kehidupan dan dampak dari bencana (Haddow and Haddow,
2008: xiv).
Menurut Haddow dan Haddow (2008: 2) terdapat 4 landasan utama
dalam membangun komunikasi bencana yang efektif yaitu:

1. Costumer Focus, yaitu memahami informasi apa yang dibutuhkan oleh


pelanggan dalam hal ini yaitu masyarakat dan relawan. Harus dibangun
mekanisme komunikasi yang menjamin informasi disampaikan dengan
tepat dan akurat.
2. Leadership commitment, pemimpin yang berperan dalam tanggap
darurat harus memiliki komitmen untuk melakukan komunikasi efektif
dan terlibat aktif dalam proses komunikasi.
3. Situational awareness, komunikasi efektif didasari oleh pengumpulan,
analisis dan diseminasi informasi yang terkendali terkait bencana.
Prinsip komunikasi efektif seperti transparansi dan dapat dipercaya
menjadi kunci.
4. Media partnership, media seperti televisi, surat kabar, radio, dan
lainnya adalah media yang sangat penting untuk melakukan kerjasama
dalam menyampaikan informasi secara tepat kepada publik.

Komunikasi bencana harus melibatkan semua pihak dari unsur masyarakat,


akademisi dan pemerintah. Dimana, tidak bisa hanya mengandalkan
pemerintah karena informasi dari pemerintah belum sepenuhnya dipakai
oleh masyarakat.

B. Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian

1. Pra Bencana
Jenis informasi yang dibutuhkan pada tahap pra bencana meliputi:
a. Peta daerah rawan bencana
b. Data sumber daya:tenaga, dana, sarana dan prasarana
c. Informasi dikumpulkan setahun sekali pada bulan juli – agustus
(format sesuai from kesiapsiagaan).

2. Saat dan Pasca Bencana


a. Informasi pada awal terjadinya bencana
Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana
disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui, meliputi:
1) Jenis bencana dan waktu kejadian bencana yang terdiri dari
tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa kejadian tersebut
terjadi.
2) Lokasi bencana yang terdiri dari desa, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi bencana terjadi.
3) Letak geografis dapat diisi di pegunungan, pulau/kepulauan,
pantai dan lain-lain
4) Jumlah korban yang terdiri dari korban meninggal, hilang, luka
berat, luka ringan dan pengungsi.
5) Lokasi pengungsian
6) Akses ke lokasi bencana meliputi akses dari :
a) Kabupaten/kota ke lokasi dengan pilihan mudah/sukar,
waktu tempuh berapa lama dan sarana transportasi yang
digunakan
b) Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan
c) Keadaan jaringan listrik
d) Informasi tanggal dan bulan serta tanda tangan pelapor dn
lokasinya.

b. Informasi penilaian kebutuhan cepat


Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisis akibat bencana
dilakukan segera setelah informasi awal diterima. Informasi yang
dikumpulkan meliputi:
1) Jenis bencana dan waktu kejadian bencana
2) Tingkat keseriusan dari bencana tersebut
3) Tingkat kelayakan, yaitu luar dari dampak yang ditimbulkan
dari bencana tersebut
4) Kecepatan perkembangan, misalnya konflik antar suku di satu
daerah, bila tidak cepat dicegah maka dpat dengan cepat
meluas atau berkembang ke daerah lain.
5) Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
6) Letak geografis terdiri dari pegunungan, pantai,
pulau/kepulauan dan lain-lain
7) Jumlah penduduk yang terancam
8) Jumlah korban meningal, hilang, luka berat, luka ringan,
pengungsi, lokasi pengungsian, jumlah korban yang dirujuk ke
Puskesmas dan Rumah Sakit
9) Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga bagian
yaitu informasi mengenai kondisi fasilitas kesehatan,
ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
10) Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/sukar, waktu
tempuh dan transportasi yang dapat digunakan
11) Kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi
penampungan pengungsi.
12) Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan kesehatan
13) Upaya penanggulangan yang telah dilakukan
14) Bantuan kesehatan yang diperlukan
15) Rencana tindak lanjut
16) Tanggal bulan, dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan

c. Informasi perkembangan kejadian bencana


Informasi perkembangan kejadian bencana dikumpulkan setiap kali
terjadi perkembangan informasi.
Informasi perkembangan kejadian bencana meliputi:
1) Tanggal/bulan/tahun kejadian
2) Jenis bencana
3) Lokasi bencana
4) Waktu kejadian bencana
5) Jumlah korban keadaan terakhir, terdiri dari: meninggal, hilang,
luka berat, luka ringan, pengungsi, dan jumlah korban yang
dirujuk
6) Upaya penanggulangan yang telah dilakukan
7) Bantuan segera yang diperlukan
8) Rencana tindak lanjut
9) Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.

C. Sistem Komando dalam Bencana


Sistem Komando Bencana adalah suatu standar penanganan
darurat bencana yang mengintegrasikan pengerahan fasilitas, peralatan,
personil, prosedur dan komunikasi dalam suatu struktur organisasi.
Pengertian lain dari komando bencana adalah organisasi penanganan
tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan dan
dibantu oleh staf komando dan staf umum, memiliki struktur organisasi
standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis
komando yang jelas. Staf Komando adalah pembantu Komandan Tanggap
Darurat Bencana (KTDB) dalam menjalankan tugas kesekretariatan,
hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan
keamanan. Staf Umum adalah pembantu KTDB dalam menjalankan fungsi
utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan, bidang logistik
dan bidang peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk
penanganan tanggap darurat. Hal-hal yang terkait dengan tanggap darurat
meliputi kemudahan akses dalam pengerahan SDM, peralatan dan logistik;
kemudahan akses berupa komando dan sistem komando; pos komando
tanggap darurat; pos komando lapangan tanggap darurat; dan penyusunan
rencana operasi tanggap darurat dalam bencana.

D. Tahapan Pembentukan Komando dalam Bencana

Komando Tanggap Darurat Bencana dibentuk dengan tahapan sebagai


berikut :
1. Informasi awal kejadian bencana.
2. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB/BPBD
3. Hasil kaji cepat dan masukan dari para pihak terkait disampaikan
kepada Kepala BPBD Kab/Kota/Provinsi/BNPB.
4. Masukan dan usulan dari Kepala BPBD Kab/Kota/Provinsi/BNPB
kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Presiden untuk menetapkan
status/tingkat bencana
5. Penetapan status atau tingkatan bencana oleh
Bupati/Walikota/Gubernur/Presiden.
6. Penunjukkan Komandan Penanganan Darurat Bencana oleh
Bupati/Walikota/Gubernur/Presiden.
7. Kepala BPBD Kab/Kota/Provinsi/BNPB meresmikan pembentukan
Komando Tanggap Darurat Bencana yang dilakukan dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Pembentukan Komando Tanggap
Darurat Bencana serta melakukan mobilisasi SDM, Peralatan, logistik,
dan dana Dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.
Sebagai langkah awal upaya Penanggulangan Bencana adalah
mengumpulkan informasi awal kejadian bencana. Pokok-pokok informasi
awal ini meliputi :
a. Apa (jenis bencana)
b. Kapan (waktu kejadian bencana)
c. Dimana (lokasi kejadian bencana)
d. Berapa (besaran dampak kejadian bencana)
e. Bagaimana (upaya penanganan)
Di BNPB dan BPBD, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota
mempunyai satu tim yang disebut Tim Reaksi Cepat (TRC). Tugas TRC
ini adalah melakukan pengkajian bencana dan dampaknya secara cepat dan
tepat, serta pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.
Dalam setiap kegiatan mesti ada evaluasi dan pelaporan. Komandan
Tanggap Darurat Bencana melakukan rapat evaluasi setiap hari dan
membuat rencana kegiatan hari selanjutnya. Hasil evaluasi menjadi bahan
laporan harian kepada Kepala BNPB/BPBD dengan tembusan kepada
Pimpinan Instansi/Lembaga terkait. Untuk pelaporan dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Instansi/lembaga/organisasi terkait dalam penanganan darurat bencana
wajib melaporkan kepada Kepala BNPB/BPBD sesuai kewenangannya
dengan tembusan kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.
b. Pelaporan meliputi pelaksanaan Komando Tanggap Darurat Bencana,
jumlah/kekuatan sumber daya manusia, jenis dan jumlah
peralatan/logistik, serta sumber daya lainnya termasuk sistem
distribusinya secara tertib dan akuntabel.
c. Komandan Tanggap Darurat Bencana sesuai tingkat kewenangannya
mengirimkan laporan harian, laporan khusus, dan laporan insidentil
pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana kepada Kepala
BNPB/BPBD dengan tembusan kepada instansi/ lembaga/organisasi
terkait.
d. Kepala BPBD melaporkan kepada Bupati/Walikota/Gubernur dan
Kepala BNPB, Kepala BNPB melaporkan kepada Presiden.

E. Aktivasi Sistem Manajemen dan Komando

Setelah memiliki komitmen dari sebuah instansi, maka mulailah


menilai kemampuan mereka untuk bekerja bersama, berlatih bersama, dan
berkomunikasi melalui radio, telepon, dan lain-lain. Kemampuan
memberikan perintah secara efektif mengenai sebuah insiden
menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses penanganan
kondisi darurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal
sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang
dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu
tertentu. Dalam kondisi darurat, petugas hanya dapat secara efektif
menagani 3 sampai 7 orang.
Apabila unit pertama datang maka karyawan perusahaan yang
bertugas bertanggung jawab sampai atasan mengambil alih. Jika unit
pertama kewalahan dalam melakukan upaya penyelamatan, maka
karyawan perusahaan dapat menunda mendirikan pos komando formal
dengan meninggalkan pesan kepada karyawan perusahaan berikutnya.
Karena kejadian pertama telah berada di bawah kendalinya, maka petugas
masih memegang komando yang efektif di lapangan meskipun pusat
komando resmi belum didirikan. Ketika kondisi darurat berlangsung,
sumber daya tambahan akan dikerahkan dan divisi, kelompok, atau sektor
akan didirikan, masing-masing oleh petugas sendiri. Setiap saat jaringan
komando ditambah, pergunakan kesempatan untuk meneruskan komando
pada level diatasnya. Para komandan segera membangun sistem piramida
yang memungkinkan setiap petugas hanya berinteraksi dengan 3 sampai 7
orang.
F. Alat Komunikasi dalam Bencana

Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang mengalami


kondisi tidaklah mudah. Idealnya diharapkan kejadian berlangsung di
tempat di mana semua badan mampu menangkap berbagi frekuensi radio.
Pada beberpa kejadian ada juga yang kehabisan baterai untuk semua radio
portabelnya. Polisi, pemadam kebakaran, EMS, dan instansi pekerjaan
umum tidak secara rutin berbicara dengan satu sama lain, namun pada
insiden tertentu kemampuan untuk menentukan apakah orang tersebut
harus ada di lokasi dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati.
Informasi dapat disampaikan melalui radio, telepon selular, faks, dan
pencitraan digital.
Kendaraan personil komunikasi dapat mengatur perintah
komunikasi dan membantu koman dan operasi dengan menetapkan giliran
kelompok2 dalam menggunakan jalur komunikasi. Hal ini dapat
meminimalkan chatter (gangguan) pada sinyal radio. EOC dapat didirikan
dalam kendaraan khusus komunikasi atau bangunan dekat lokasi darurat,
tetapi sering misi pengolahan informasi (menerima, menyampaikan,
perencanaan, logistik, keuangan, dan tugas lainnya) dapat dilakukan di
lokasi terpencil. Telepon panggilan masuk dapat disaring dan diarahkan
pada individu yang tepat atau, jika tidak bersifat darurat dapat dihentikan
sementara. Seperti sering terjadi pihak yang merespon panggilan dapat
melalui frekuensi radio yang berbeda. Ini harus ditentukan dan diatur di
awal tahap perencanaan, sehingga tidak terjadi kekacauan pada system
transmisi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem informasi manajemen bertujuan untuk mengumpulkan, memproses,


menyimpan hingga menganalisa informasi dan kemudian disebarkan untuk
tujuan yang spesifik. Manajemen sistem informasi berguna sebagai acuan
untuk pengambilan keputusan.
Sistem komunikasi adalah satu kesatuan atau susunan kompleks dari
sebuah sistem komunikasi yang meliputi berbagai elemen-elemen yang
terkait dengannya.

B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan agar
makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Pakar Komunikasi. 2019. Fungsi Komunikasi Dalam Manajemen Bencana.


(https://pakarkomunikasi.2019.com/fungsi-komunikasi-dalam-manajemen-
bencana)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.00 WITA

Kembar Pro. 2016. Bencana Kesehatan.


(https://bencanakesehatan.net/images/file/3.%20materi%20inti
%203_modul%20sistim%20informasi%20dan%20komunikasi%20dr.
%20christrijogo_edit.pdf)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.10 WITA

Ernisusiyawati. 2013. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Sistem


Informasi Manajemen.
(https://ernisusiyawati.wordpress.com/2013/05/28/teknologi-informasi-
dan-komunikasi-untuk-sistem-informasi-manajemen-2/)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.15 WITA

Academia Edu. 2018. Materi Sistem Informasi Manajemen SIM.


(https://www.academia.edu.2018/23186704/MATERI_SISTEM_INFOR
MASI_MANAJEMEN_SIM)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.20 WITA

Dianayuc. 2016. Tanggap Darurat Bencana dalam Disaster.


(http://dianayuc.blogspot.com/2016/10/tanggap-darurat-bencana-dalam-
disaster.html)
Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.25 WITA
Idayoce. 2016. Pengorganisasian Komunikasi.
(http://idayoce.blogspot.com/2016/07/pengorganisasian-komunikasi-
pembagian_30.html)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.35 WITA

Maxmanroe. 2018. Manajemen Sistem Informasi.


(https://www.maxmanroe.com.2018/vid/manajemen/sistem-informasi-
manajemen.html)

Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 19.40 WITA

Anda mungkin juga menyukai