Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen :Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd

Disusun oleh:

Hanifah Fauziah Amaliah

Hary Handika Pratama

Intan Widyasari Paramitha

Novia Puspita Sari

Ratu Alkhar Sahbana Putri

Reischa Delvi Octavia

Selvy Lazuarti

Tika Herlia

POLITEKNIK KESEHATANKEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN HIPOTIROID” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun
yang tidak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki.Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Tujuan.........................................................................................................................3
C. Sistematika Penulisan..................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI....................................................................................................5
A. Pengertian....................................................................................................................5
B. Anatomi Fisiologi........................................................................................................5
C. Etiologi........................................................................................................................9
D. Patofisiologi..............................................................................................................11
f. Patoflowdiagram.......................................................................................................12
E. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)......................................................................13
F. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)...................................................13
G. Penatalaksanaan Medis..............................................................................................14
H. Komplikasi................................................................................................................16
I. Konsep Dasar Keperawatan.......................................................................................16
1. Pengkajian.....................................................................................................................16
BAB III......................................................................................................................25
PENUTUP.................................................................................................................25
A. Kesimpulan...............................................................................................................25
B. Saran.........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.Lebih dari
95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.

Dengan adanya berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan hipotiroidisme, maka
sangat penting bagi kita sebagai seorang tenaga keperawatan bisa menerapkan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan tepat pada klien dengan gangguan hipertiroidisme .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan memberikan konsep Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin dari metabolik
(hipotiroid dan hipertiroid)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hipotiroid.
b. Mengetahui anatomi fisiologi Hipotiroid.
c. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hipotiroid.
d. Mengetahui patofisiologi penyakit Hipotiroid.
e. Mengetahui patoflowdiagram penyakit Hipotiroid.
f. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hipotiroid.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipotiroid.
h. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit Hipotiroid.
i. Mengetahui komplikasi penyakit Hipotiroid.
j. Mengetahui konsep dasar keperawatan (pengkajian, diagnosa dan
intervensi) penyakit Hipotiroid.
k. Studi kasus singkat penyakit Hipotiroid.

3
C. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga (3) BAB dengan sistematika penulisan yaitu
BAB I Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan. BAB II Tinjauan Teori tentang Hipertiroid dan Hipotiroid mulai dari
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan
gejala (manifestasi klinis), pemeriksaan penunjang (pemeriksaan diagnostik),
penatalaksanaan medis, komplikasi, konsep dasar keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa dan intervensi. Terakhir BAB III Kesimpulan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Hipotiroid atau Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid kurang


aktif dan gagal untuk mengeluarkan cukup hormon ke dalam aliran
darah.Hipotiroid berarti kelenjar tiroid yang kurang aktif sehingga produksi
hormon tiroid rendah. Kelenjar tiroid mengeluarkan hormon untuk mengatur
proses metabolisme, termasuk pertumbuhan dan pengeluaran energi. Ada
banyak gejala hipotiroid termasuk lemas, depresi, sembelit dan lain-lain

B. Anatomi Fisiologi
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago

krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih
kurang 18 gram.

Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh
isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2
cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang
di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini
terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar
tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea
inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal
dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus
kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan
dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf
adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus
vagus.

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin

5
dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini
adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang
dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif
ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini
disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion
sianat.

Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang


kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan
DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan
membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).

Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:

a) Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya


meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi
panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis

b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi
waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam
darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.

c) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya


pertumbuhan saraf dan tulang

d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin

e) Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah


kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.

f) Merangsang pembentukan sel darah merah

g) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh


terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.

h) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan


sasaran

tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan


menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi
sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang

6
rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan
kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan
adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:

1. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal
sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa
Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh
pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K
yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.

2. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.
Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan
residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada
molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh
kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka
akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di
intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan
lebih banyak daripada T4.

3. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT)


yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling)
sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen
tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui
iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam
tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam
koloid melalui proses eksositosis granula.

4. Penimbunan (storage

Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3
dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

5. Deiodinasi

7
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin
serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian
iodium.

6. Proteolisis

TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan


vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH,
lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang
menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.

7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin
(TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam
keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan
TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar
hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa
berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi
suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas
karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang
lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein
binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

Efek Primer Hormon Tiroid

Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh.
Efek primer hormon tiroid adalah:

a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan


metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.

b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi


bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan
laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh
setiap sel.

c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga


meningkatkan frekuensi jantung.

d) meningkatkan responsivitas emosi.

8
e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan
kecepatan kontraksi otot rangka.

f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal


semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

Pengaturan Faal Tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)

Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)

TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid
(TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping,
peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi
hormon meningkat.

3. Umpan balik sekresi hormon

Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon


tiroid. Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang
menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar
tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu,
maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika
kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa
mengeluarkan lebih banyak TSH.

C. Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3%
sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang
lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya
meningkat sesuai dengan umur.

9
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena :

1. Operasi, Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau


lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi
hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah
jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.

2. Radiasi, Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme


menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun.
Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme
sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52%
20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis
radiasi.

3. Tiroiditis autoimun, Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di


mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin
(antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen
meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres
mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-
atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis
Hashimoto tidak permanen.

4. Tiroiditis subakut, (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam,


menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes
masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan
didahului dengan hipotiroidisme sepintas.

5. Dishormogenesis, Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-


langkah proses hormogenesis (pembentukan hormon). Keadaan ini diturunkan,
bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada
skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia
lanjut.

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Hipotiroid primer

Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone


yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,

10
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi
kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

2. Hipotiroid sekunder

Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai


dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone
(TSH) meningkat.Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus.Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.

3. Hipotiroid tertier/ pusat

Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi


tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary
untuk mengeluarkan TSH.Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi
destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter
sederhana yaitu endemic dan sporadic.Goiter endemic prinsipnya disebabkan
oleh nutrisi, defisiensi iodine.Ini mengalah pada “goiter belt” dengan
karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.

Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan


oleh:

a. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .

b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam,
kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida.

c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (Propylthiracil) thocarbomen,


(Aminothiazole, tolbutamid).

D. Patofisiologi
1.) .Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah defekasi normal yang disertai


pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak .
Hipotiroid yang mengakibatkan masalah Keperawatan Konstipasi disebabkan
oleh gangguan organ kelenjar tiroid dan gangguan pada hipotalamus dan
Hipofisis,yang mengakibatkan menurunnya laju metabolisme dalam tubuh
manusia yang secara tidak lansung membuat fungsi pencernaan terganggu dan
mengakibatkan tekanan peristaltic menurun. Karna menurunnya tekanan

11
peristaltic maka penyerapan cairan diusus juga akan meningkat sehingga
mengakibatkan feses keras dan susah BAB (Konstipasi).

2.) Nyeri akut

Nyeri akut didefinisikan adalah pegalaman sensorik atau


emosionalyangberkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional
dengan konsep mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlansung kurang dari 3 bulan . Hipotiroid yang mengakibatkan masalah
Keperawatan Nyeri akut disebabkan oleh gangguan organ kelenjar tiroid dan
gangguan pada hipotalamus dan Hipofisis yang mengakibatkan menurunnya laju
metabolisme dalam tubuh manusia,yang mengakibatkan produksi ATP
(Adenosin Tifosfat) dan ADP (Adenosin Difosfat) Menurun Sehingga
transportasi energi intraseluler untuk berbagai proses metabolisme termasuk
reaksi biosintesis, motilitas, dan pembelahan sel juga ikut menurun,yang secara
tidak lansung kadar oksigen dalam otot juga ikut menurun,sehingga terjadinya
penumpukan asam laktat pada tubuh ,yang mengakibatkan Nyeri Akut.

3.) Pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat. Hipotiroid yang mengakibatkan masalah
Keperawatan Pola nafas tidak efektif disebabkan oleh gangguan organ kelenjar
tiroid dan gangguan pada hipotalamus dan Hipofisis. yang mengakibatkan
menurunnya laju metabolisme dalam tubuh manusia,sehingga menurunnya
fungsi pernapasan pada manusia, dan mengakibatkan depresi venitilasi dan sesak
nafas dan mengakibatkan masalah keperawatan Pola nafas tidak efektif.

4.) Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh adalah presepsi tentang penampilan,struktur dan fungsi


fisik individu. Hipotiroid yang mengakibatkan masalah Keperawatan Pola nafas
tidak efektif disebabkan oleh gangguan organ kelenjar tiroid dan gangguan pada
hipotalamus dan Hipofisis. Sehingga TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
mengsekresi lemak lebih banyak sehingga tejadi pembesaran pada kelenjar tiroid
yang mengakibatkan perubahan status kesehatan pada pasien yang akan
mengakibatkan masalah keperawatan Gangguan citra tubuh .

f. Patoflowdiagram

12
E. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:

Nafsu makan berkurang, Sembelit, Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat,
Suara serak, Berbicara lambat, Kelopak mata turun, Wajah bengkak, Rambut
tipis, kering, dan kasar, Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal, Denyut nadi
lambat, Gerakan tubuh lamban, lemah, Pusing, Capek, Pucat, Sakit pada sendi
atau otot, Tidak tahan terhadap dingin, Depresi, Penurunan fungsi indera
pengecapan dan penciuma, Alis mata rontok, Keringat berkurang.

Gambaran Klinis

1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat


2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh

F. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)


Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme
didapatkan hasil sebagai berikut:

1. T3 dan T4 serum rendah


2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
4. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
5. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat

13
6. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
7. Peningkatan kolesterol
8. Pembesaran jantung pada sinar X dada
9. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inverse

G. Penatalaksanaan Medis
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut).Yang banyak disukai
adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang
dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti


hormon tiroid.Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroid ialah memulihkan metabolisme


pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti
hormone yang hilang.Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid)
merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroid dan supresi penyakit
goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian hormonal berdasarkan pada
konsentrasi TSH  dalam serum pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang
digunakan karena sering menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan
kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme.

Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:

a. Pemeliharaan fungsi vital.


b. Gas darah arteri.
c. Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.

14
d. Infus larutan glukosa pekat.
e. Terapi kortikosteroid

Penatalaksanaan Keperawatan

Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan


tenaga dan letargi sedang hingga berat . Sebagai akibatnya,resiko komplikasi
akibat imobilisasi akan meningkat sehinga aktivitas pasien terbatas akibat
perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat
tiroidisme.Peran perawat yang penting adalah membantu perawatan dan
kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk melakukan
aktivitas yangmasih berada dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk
mencegah komplikasi imobilasasi.

Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda –tanda vital dan tingkat


kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan
awal terapi untuk mendeteksi : 1) kemunduran status fisik serta mental 2) gejala
peningkatan laju metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi
sistim kardiovaskuler dan pernapasan 3) keterbatasan dan komplisi mexedema
yang berkelanjutan.

Pengaturan suhu.Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita


inteloransi yang ekstrim terdapat hawa dingin ektra pakaian dan selimut dapat
diberikan, dan pasien harus dilindugi dari hembusan angin.

Dukungan emosional.Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat dapat


mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra
tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis yang sering dijumpai pada
penyakit ini. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala
tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan
bagian dari kelainan itu sendiri, sehingga pasien dan keluarga memerlukan
bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang
muncul

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.Pasien dan


keluarganya sering sangat perihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan
akibat hipotiroid. Sering kita harus menentramkan kembali pasioen dan

15
keluarganya dengan menjelaskan bahwa banyak diantara gejala tersebut akan
menghilang setelah terapi berhasil dilakukan selain itu pasien harus diberitahu
untuk terus minum obat seperti yang diresepkan meskipun gejala sudah
membaik, intruksi diet untuk meningkatkan penurunan berat badan begitu
pengobatan dimulai, untuk mempercepat pemulihan pola defekasi normal.
Menjelaskan tujuan terapi , program pengobatan serta efek samping harus
disampaikan kepada dokter.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :
1. Gondok 
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat
menyebabkan kelenjar membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan
dan saat menelan makanan.
2. Gangguanjantung 
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi
jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung.
3. Gangguan mental 
Misalnya depresi.
4. Peripheralneuropathy 
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan
saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema 
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan
pingsan. Pemicu myxedema coma adalah sedativ, infeksi dan stress.
6. Infertilitas 
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
7. Cacat lahir 
Mengalami gangguan mental maupun fisik.

16
I. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :

1. Anamnesis
Identitas klien :
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi.Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit  dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.

17
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri.Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari.Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban.Postur tubuh pendek.Kulit
kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.Nadi lambat dan suhu tubuh
menurun.Perbesaran jantung.Disritmia dan hipotensi.Parastesia dan reflek
tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi dan/ekspirasi yang


tidak memberikan ventilasi adekuat ditandai dengan dipsnea,bradipnea, fase
ekspirasi memanjang

Definisi Pola Nafas Tidak Efektif

Inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Gejala dan Tanda Mayor

Subyektif :

18
1.) Dispnea

Obyektif :

1.) Fase ekspirasi memanjang


2.) Pola napas abnormal (mis: takipnea, bradiknea, hiperventilasi,
kussmaul ,cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Minor

Obyektif :

1.) Ventilasi semenit menurun


2.) Kapasitas vital menurun
3.) Tekanan inspirasi menurun

Perencanaan keperawatan

1. Tujuan : perbaikan dan pola napas normal


2. Kriteria hasil : melaporkan dapat bernapas dengan efektif
3. Intervesi :
a. Pantau frekuensi kedalaman dengan efektif
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk

4. Rasional :
a. Mengidentifikasi hasi pemeriksaan dasar untuk
pemantauan perubahan selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi
b. Mencegah aktifitas dan meningkatkan aktivitas yang
adekuat

Evluasi

1. Perbaikan dan pola napas normal

19
b. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya oksigen pada otot ditandai
dengan mengeluh nyeri,tampak meringis,gelisah,

Definisi Nyeri Akut

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan keruskaan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

1.) Agen pencedera fisiolgois (mis:inflamasi, iskemia, neoplasma)


2.) Agen pencedera kimiawi (mis: Terbakar, bahan kimia iritan)
3.) Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Tanda dan Gejala Mayor

Subyektif :

1.) Mengeluh nyeri

Obyektif :

1.) Tampak meringis


2.) Bersikp protektif (mis: waspada, posisis menghindari nyeri)
3.) Gelisah
4.) Fruekensi nadi meningkat
5.) Sulit tidur

Tanda dan Gejala Minor

Subyektif :

1) Tidak tersedia

20
Obyektif :

1.) Pola nafas berubah


2.) Nafsu makan berubah
3.) Proses berpikir terganggu

Perencanaan keperawatan
1. Tujuan : pasien tidak mengaami nyeri
2. Kriteri hasil : mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri)
3. Intervensi :
a. Kaji nyeri
b. Ajarkan tekhnik relaksasi pada pasien
c. Berikan analgetik sesuai program
d. Observasi TTV
4. Rasional :
a. Mengethui skala nyeri, daerah nyeri,dan faktor pencetus
nyeri
b. Untuk mengajarkan pasien apabila nyeri timbul
c. Untuk mengurangi rasa nyeri
d. Untuk mengetahui kedaan umum pasien

Evaluasi

1. Rasa nyeri yang dirasakan pasien berkurang/hilang

c. Konstpasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem pencernaan ditandai


dengan pengeluaran veses lama dan sulit, peristatik usus menurun.

Definisi Konstipasi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak
tuntas serta feses kering dan banyak.

Penyebab
Fisiologis

21
1.) Penurunan motilitas gastrointestinal
2.) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3.) Ketidakcukupan diet
4.) Ketidakcukupan asupan serat
5.) Ketidakcukupan asupan cairan
6.) Aganlionik
7.) Kelemahan otot abdomen

Psikologis

1.) Konfusi
2.) Depresi
3.) Gangguan emosional

Situasional

1.) Perubahan kebiasaan makan (mis: jenis makanan, jadwal makan)


2.) Ketidakadekuatan toileting
3.) Aktifitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4.) Penyalahgunaan laksatif
5.) Efek agen farmakologis
6.) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7.) Kebiasaan menahan dorongan defekasi

Gejala dan Tanda Mayor

Subyektif:

1.) Pengeluaran feses lama dan sulit

Objektif:

1.) Feses keras


2.) Peristaltik usus menurun

Gejala dan Tanda Minor

22
Objektif:

1.) Kelemahan umum

Perencanaan keperawatan

1. Tujuan : hilanga dri konstipasi


2. Kriteria hasil : melaporkan pasase bentuk veses lunak
3. Intervensi :
a. Berikan makanan yang kaya serat
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis jens makanan
yang banyak mengandung air
c. Kolaborasi peberian obat pencahar dan enema bila
diperlukan
4. Rasional :
a. Meningkatkan masa veses dan vrekuensi BAB
b. Untuk penigkatan asupan cairan pada pasien agar
veses tidak keras
c. Untuk melunakan veses

Evaluasi

1. Hilangnya konstasi pada pasien

d. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh


ditandai dengan struktur tubuh berubah.

Definisi gangguan citra tubuh


perubahan persepsi tentang penampilan,struktur dan fungsi individu.

Gejala dan tanda mayor


Subjktifnya
i. Mengungapkan perubahan bagian tubuh

Objektifnya

23
1. Fungsi struktur tubuh berubah

Gejala dan tanda minor

Subjektifnya :

1. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh

Objektifnya :

1. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh


2. Vokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

Perencanaan keperawatan
1. Tujuan : Setelah diberikan  asuhan  keperawatan selama 3 x24 jam
diharapkan  gangguan citra tubuh klien  teratasi dengan kriteria hasil :
2. Kriteria hasil : Mampu beradaptasi dengan keterbatasan fungsional (skala
4 dari 1 – 5)
3. Intervensi :
a. Monitor frekuensi kalimat yang mengkritik diri sendiri
b. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan
meningkatkan penampilannya
c. Fasilitasi hubungan klien dengan individu yang mengalami
perubahan citra tubuh yang serupa
d. Identifikasi dukungan kelompok yang tersedia untuk klien
4. Rasional :
a. Untuk mengetahui seberapa besar klien mampu menerima
keadaan dirinya
b. Untuk meningkatkan percaya diri klien
c. Untuk meningkatkan percaya diri dan semangat klien
d. Untuk mengetahui kekuatan pribadi klien

Evaluasi

1. Pasien tidak mengeluh tentang citra tubuhnya

24
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh.Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang


mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.

Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid.Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.

Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.


Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.

25
DAFTAR PUSTAKA
SM Yunita Rahmi.2015. Asuhan Keperawatan Hipertiroid dan Hipotiroid. (online)
(http://yunaite.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-hipertiroid-dan.html)
Diunduh tanggal 04 September 2017

Raharia Ekky. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertiroid. (online)


(http://ekkyraharia.blogspot.co.id/2015/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html)
Diunduh tanggal 05 September 2017

Rahayu Puput. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroid. (online)
(http://a-puputrahayu.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html) Diunduh tanggal 05 September 2017

Setyaningsih Rina Nur. 2013. Hipotiroid. (online)


(http://rinanursetyaningsih.blogspot.co.id/2013/10/hipotiroid.html) Diunduh tanggal
05 September 2017

Syamsul Harjum. 2013. Askep Hipotiroidisme. (online)


(http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/askep-hipotiroidisme.html)
Diunduh tanggal 05 September 2017

Lestari. 2017. Intervensi dan rasional gangguan citra tubuh. (online)


(http://askepkita.com/tag/intervensi-rasional-gangguan-citra-tubuh/dan-)
diunduh tanggal 15 agustus 2017

http://rizkanurdi.blogspot.com/2013/10/hipotiroid.html (online)

di akses pada tanggal 14 oktober 2018 pukul 13.00

http://arlitaaji3.blogspot.com/2013/10/hipotiroidisme.html (online)

di akses pada tanggal 14 oktober 2018 pukul 13.00

26

Anda mungkin juga menyukai