OLEH :
DINA ERPIANA
MERTY WAHIDA KURNIASIH
AWALIA SEPTI
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Demam Thypoid Pada Anak, dapat
PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella
typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga
macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob
pada suhu 15-41 derajat Celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH
pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
2.1.4 Patifisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan
oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju
lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di
ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik,
2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran
darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh
organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan
limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella
thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit,
terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada
minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga. selanjutnya,
dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik, 2016).
2.1.5 Pathways
Kuman salmonella
typhi
Masuk ke mulut
Menuju ke saluran
pencernaan
Bakteri masuk ke
dalam usus halus
Endotoksi
Hematomegali
Spenomegali
Penurunan peristaltic usus
Nyeri tekan Penurunan mobilitas Mengakibatkan komplikasi seperti
usus neuropsikiatrik, kardiovaskuler,
pernafasan, dll.
Konstipasi Peningkatan asam
Nyeri
lambung Mempengaruhi pusat
Merangsang melepas sel
thermoregulerator di
perogen
Resiko kekurangan Anoreksia, mual hipotalamus
volume cairan dan muntah
Defisit nutrisi
2.1.6 Komplikasi
1. Komplikasi intestinal: perdarahan usus, perporasi usus dan ilius
paralitik.
2. Komplikasi extra intestinal:
a. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia dan
syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu: hepatitis, dan
kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal: glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meninggiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan
sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).
2.1.8 Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam thypoid
yaitu:
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit
thypoid. Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga
satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol,
trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan
untuk merawat demam thypoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol,
diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga
minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 %
dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung
macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik
menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian
disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang
waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan
pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Demam Thypoid Pada Anak
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data
tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat
menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah
yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010).
Teori pengkajian pada anak demam thypoid menurut (Rekawati,
Nursalam, 2013) yaitu :
1. Identitas
a. Pengkajian identitas anak berisi tentang: nama, anak yang ke,
tanggal lahir/umur, jenis kelamin, dan agama.
b. Pengkajian identitas Orang tua berisi tentang: nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, agama, dan alamat.
2. Alasan Dirawat
a. Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing,
nyeri kepala dan kurang bersemangat, serta nafsu makan
menurun (teutama pada saat masa inkubasi).
b. Riwayat Penyakit
1) Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
2) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat
menular dan menurun.
c. Riwayat Anak
1) Perawatan anak dalam masa kandungan.
2) Perawatan pada waktu kelahiran.
d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-
hari:
1) Bernafas: bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya
kesulitan bernafas yang dialami oleh anak, serta keluhan
lain yang dirasakan anak.
2) Pola Nutrisi (makan dan minum): tanyakan pada pasien atau
keluarga berapa kali makan dan minum dalam satu hari.
3) Eliminasi (BAB/BAK): kaji pola BAB dan BAK pad anak.
Pada BAB tinjau konsistensi, warna, bau, dan ada atau
tidaknya darah. Pada BAK tinjau volume, warna, bau.
4) Aktifitas: kaji permainan yang paling disukai pada anak,
dan kapan waktu bermainnya.
5) Rekreasi: kemana dan kapan biasanya anak diajak
berekreasi.
6) Istirahat dan tidur: kaji pola tidur anak pada siang dan
malam hari, dan berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur
yang dialami oleh anak.
7) Kebersihan diri: kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari,
ada membantu atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku
atau rambut.
8) Pengaturan suhu tubuh: Suhu anak diukur apakah normal,
hipotermi ataukah mengalami hipertermi.
9) Rasa nyaman: kaji kondisi dan keadaan anak saat
mengobrol dengan orang lain.
10) Rasa aman: kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah
sudah aman dari benda-benda tajam dan berbahaya.
Bagaimana pengawasan orang tua ketika anak sedang
bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua): kaji pengetahuan orang tua
dalam merawat dan mendidik anak.
12) Prestasi: kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak
mengenai tingkah laku social, gerak motoric harus, bahasa,
dan perkembangan motoric kasar.
13) Hubungan sosial anak: kaji bagimana hubungan anak
dengan orang tua, keluarga lain serta teman-temannya.
Siapakah orang yang paling dekat dengan anak.
14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan
terutama saat anak sakit): apa agama yang dianut dan
bagaimana pelaksanaan ibadah yang dilakukan oleh anak.
e. Pengawasan Kesehatan
Status Imunisasi Anak (1-5 tahun) Status imunisasi anak adalah
dimana anak pernah mendapatkan imunisasi seperti BCG,
difteri, pertussis, tetanus, polio dan campak atau tambahan
imunisasi lainnya yang di anjurkan oleh petugas. Penyakit Yang
Pernah Diderita Pada poin ini yang perlu dikaji adalah jenis
penyakit, akut/ kronis/ menular/ tidak, umur saat sakit, lamanya,
dan pertolongan.
f. Kesehatan Lingkungan: kaji bagaimana keadaan lingkungan
tempat tinggal anak mengenai ketersediaan air bersih dan
sanitasi/ventilasi rumah.
g. Perkembangan Anak (0-6 tahun) Perkembangan anak dilakukan
untuk mengkaji keadaan perkembangan anak usia 1 bulan – 72
bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan Kuisioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor
perkembangan pada anak yang meliputi : motoric kasar, motoric
halus, bicara / bahasa dan sosialisasi / kemandirian
(Kementerian kesehetan RI, 2016).
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan,
tekanan darah, warna kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
2. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala: kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi,
kebersihan kulit kepala, jenis rambut, tekstur rambut,
warna rambut dan pertumbuhan rambut.
b) Mata: kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan
pupil, konjungtiva, keadaan kornea, sclera, bulu mata,
ketajaman penglihatan, dan reflex kelopak mata.
c) Hidung: kaji mengenai kebersihan, adanya secret,
warna mukosa hidung, pergerakan/nafas cuping hidung,
juga adanya gangguan lain.
d) Telinga: Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran,
dan kelainan yang mungkin ada.
e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta
bibir kering dan pecahpecah. Lidah tertutup selaput
kotor yang biasanya berwarna putih, sementara ujung
tepi lidah berwarna kemerahan.
f) Leher: kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh
darah, kaku kuduk, pergerakan leher.
g) Thoraks: kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan,
tarikan otot bantu pernafasan, serta adanya suara nafas
tambahan.
h) Jantung: kaji bunyi serta pembesaran jantung pada
anak.
i) Persarafan: kaji reflek fisiologis atau reflek patologis
yang dilakukan oleh anak.
j) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung.
Bisanya terjadi konstipasi, atau diare dan bahkan bisa
saja normal, kulit teraba hangat dan kemerahan.
k) Ekstremitas: kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk,
reflex lutut dan adanya edema.
l) Pemeriksaan Genetalia, Alat kelamin: kaji mengenai
kebersihan dan adanya lesi. Anus: kaji mengenai
keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da nada
tidaknya infeksi.
m) Antropometri (ukuran pertumbuhan) Pengukuran
antopometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
b) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat
ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama
sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine
dan faeces.
c) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis,
pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti
terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.
4. Hasil Observasi Tuliskan respon umum anak dengan
keluarganya serta hal-hal baru yang diberikan kepadanya,
bentuk bentuk interaksi kepada orang lain, cara anak
mengungkapkan keinginannya, serta kontradiksi prilaku
yang mungkin ditunjukan anak.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
2. Pemberian obat
2 Nyeri akut (D.0077) Tujuan: Setalah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam karakteristik , durasi,
diharapkan nyeri teratasi. frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil: intesitas nyeri.
1. Mampu mengontrol 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri tahu penyebab 3. Identifikasi respon
nyeri, mampu nyeri non verbal
menggunakan tehnik 4. Identifikasi factor yang
nonfarmakologi untuk memperberat dan
mengurangi nyeri, memperingan nyeri
mencari bantuan.) 5. Indentiikasi
2. Melaporkan bahwa nyeri pengetahuan dan
berkurang dengan keyakinan tentang
menggunakan manjemen nyeri
nyeri. 6. Indentifikasi pengaruh
3. Mampu mengenali nyeri pada kualitas
nyeri(skala,intensitas, hidup
frekuensi, dan tanda 7. Monitor keberhasilan
nyeri) terapi komplementer
4. Menyatakan rasa yang sudah diberikan
nyaman setelah nyeri 8. Monitor efek samping
berkurang. penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan terapi
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istrahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyabab,
periode, dan pemicu
nyeri 2. Jelaskan
strategi merdakan
nyeri
2. Anjurkan memonitor
secara mandiri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
4. Anjarkan terapi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Defisit nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan Obeservasi
(D.0019) intervensi keperawatan 1. Identifikasi status
selama 3x24 jam nutrisi
diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan
nutrisi terpenuhi. Kriteria intoleransi aktifitas
hasil: 3. Identifikasi makanan
1. Adanya peningkatan yang disukai
berat badan sesuai 4. Identifikasi kebutuhan
dengan tujuan. kalori dan jenis
2. Berat badan ideal sesuai nutrient
dengan tinggi badan. 5. Identifikasi perlunya
3. Mampu mengidentifikasi penggunaan selang
kebutuhan nutrisi. nesogastrik
4. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor aspan nutrisi
malnutrisi 7. Monitor berat badan
5. Tidak ada penurunan 8. Monitor hasil
berat badan yang berarti pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygine
sebelum makan
2. Fasilitasi menentukan
pedoaman diet
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan sumplemen
makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
4 Resiko 1. Fluid balance Observasi
ketidakseimbangan 2. Hydration 1. Monior frekuensi dan
cairan (D. 0036) 3. Nutritional status: food kekuatan nadi, nafas,
and fluid intake Kriteria TD, dan BB
hasil: 2. Monitor waktu
1. Mempertahankan pengisian kapiler
urine output sesuai 3. Monitor elastisitas
dengan usia dan BB. atau turgor kulit
2. Tekanan darah, nadi, 4. Monitor jumlah,
suhu tubuh dalam warna dan berat jenis
batas normal. urine
3. Tidak ada tanda- 5. Monitor kadar
tanda dehidrasi, albumin dan protein
elastisitas turgor kulit total
baik,membranmukos 6. Monitor hasil
a lembab, tidak ada pemeriksaan serum
rasa haus yang 7. Monitor intake dan
berlebihan output cairan
8. Indentifikasi tanda-
tanda hipovolemia
dan hypervolemia
9. Identifikasi factor
resiko
ketidakseimabangan
cairan
Terapeutik
1. Atur intervensi waktu
pmantuan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
5 Konstipasi (D.0049) Tujuan: Setelah dilakukan Obsevasi
tindakan keperawatan 2x24 1. Identifikasi factor
jam diharapkan eliminasi resiko konstipasi
fekal membaik: Kriteria 2. Monitor tanda dan
hasil: gejala konstipasi
1. Mempertahankan 3. Identifikasi status
bentuk feses lunak kognitif untuk
setiap 1-3 hari mengkomunikasikan
2. Bebas dari kebutuhan
ketidaknyamanan dan 4. Identifikasi pengunaan
konstipasi obat-obatan yang
3. Mengidentifikasi menyebabkan
indikator untuk konstipasi
mencegah konstipasi
4. Feses lunak dan Terapeutik
berbentuk 1. Batasi minuman yang
mengandung kafein
dan alcohol
2. Jadwalkan rutinitas
BAK
3. Lakukan masase
abdomen
4. Berikan terapi
akupresur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan factor resiko
konstipasi 2. Anjurkan
minum air putih sesuai
dengan kebutuhan
2. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan berserat
3. Anjurkan
meningkatkan
aktivitas fisik sesuai
kebutuhan
4. Anjurkan berjalan 15-
20 menit 1-2 kali/hari
5. Anjurkan berjongkok
untuk memfasilitasi
proses BAB
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi