Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

DEMAM TYPHOID PADA ANAK

OLEH :

DINA ERPIANA
MERTY WAHIDA KURNIASIH
AWALIA SEPTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM B
2022/2023

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan

Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasihnya Kepada Penulis sehingga penulisan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Demam Typhoid

Pada Anak, dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Depan
Halaman Kata Pengantar........................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah......................................................................................................................
Tujuan Penelitian.......................................................................................................................
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian.....................................................................................................................
Bagi Penulis
Bagi Tempat Penulis..................................................................................................................
Bagi Tempat Perkembangan Ilmu Keperawatan.......................................................................

BAB 2 PENDAHULUAN
Konsep Dasar Demam Typhoid............................................................................................................
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Pathway
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................................
Penatalaksanaan
Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................................
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
BAB I

PENDAH

ULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra

sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5- 11 tahun) hingga remaja (11-

18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan lain

mengingat latar belakang anak berbeda. (Hidayat, Alimul Aziz A.

2009).

Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan,

perkembangan dan rentang sakit. Pertumbuhan berkaitan dengan

masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran, atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa

di ukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran, panjang (cm,

meter). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur. Dalam proses berkembangnya anak memiliki ciri fisik,

kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. (Cahyaningsih,

Sulistyo Dwi, 2011).

Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan


bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak

berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal,

sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur

dalam menilai status

1
2

kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam

batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik

secara langsung maupun tidak langsung (Hidayat, Alimul Aziz A,

2009).

Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit

menular tropis tersebut adalah demam tifoid, yang disebabkan oleh

Salmonella typhi. Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan

masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini

sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang kurang,

hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari dan

Handayani, 2017).

Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada

individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak

mendapat pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR)

diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia

lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus

yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga

20%.

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 memperlihatkan bahwa

gambaran 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah

sakit, prevalensi kasus demam thypoid sebesar 5,13%.

Di Indonesia insidensi kasus demam typhoid masih termasuk

tinggi di Asia, yakni 81 kasus per 100.000 populasi per tahun.

Prevalensi Demam Tifoid Anak di Indonesia lebih sering pada anak


3

kelompok usia Sekolah yaitu Dimana demam typoid pada kelompok

usia Sekolah yaitu 62.0% (98 orang)


4

dan prasekolah sekitar 38.0%. (60 orang). Berdasarkan jenis kelamin

didapatkan laki-laki yaitu 57.6% sedangkan perempuan 42.4%.

(Rachman Yudhistira Nugraha, 2017). Sedangkan untuk angka

insidensi terbanyak Demam tifoid di Indonesia adalah usia 2 – 15

tahun (Purba, dkk., 2016).

Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular

penyebab kematian di Indonesia (6% dengan n = 1.080), khusus pada

kelompok usia 5– 14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab

kematian pada kelompok tersebut (Retnosari & Tumbelaka, 2000;

Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016).

Penyakit tifoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka

kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Kalimantan Timur, pada

tahun 2012 menempati urutan ke 7 dari 10 penyakit yang tercatat.

Meskipun hanya menempati urutan ke 7, penyakit tifoid menemukan

perawatan yang komprehensif, mengingat penularan Salmonella

thypi ada satu sumber penularan Salmonella thypi yaitu pasien yang

menderita demam tifoid namun masih mengeksresikan Salmonella

thypi dalam tinja selama lebih dari satu tahun (Depkes, 2012). Dari

data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota (2012) menunjukkan

kasus typoid mencapai 911 kasus, yang terjadi pada anak usia 6-12

tahun.

Kondisi Kalimantan Timur mendukung penyebaran infeksi

Demam tifoid. Dengan kepadatan penduduk 17 juta/km2 dan

mayoritas penduduk bertempat tinggal di daerah urban (62.08%)

serta masih kurangnya sanitasi yang memenuhi standar layak


5

(Rumah tangga 57.8% dan tempat umum 59.63%). Pada kota

samarinda faktor resiko ini lebih meningkat karena kota Samarinda


6

merupakan kota terpadat di Kalimantan Timur (20.47%) serta

persentase rumah tangga ber – PHBS nya yang masih terhitung

rendah dibandingkan dengan kota lainnya (Samarinda 56%,

Balikpapan 73%, Mahulu 81%)

(DINKES KALTIM, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei Pendahuluan di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, jumlah penderita

demam tifoid anak yang di rawat inap pada tahun 2014 adalah 184

penderita dari 1.046 pasien rawat inap anak (17.5%), pada tahun

2015 adalah 153 penderita dari 1.442 pasien rawat inap anak (10.6%)

dan pada tahun 2016 bulan januari hingga april adalah 37 pasien

dari 908 pasien rawat inap anak (4.07%).

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam

tentang proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus

asuhan keperawatan dengan anak demam typhoid dengan pendekatan

karya tulis ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada anak

dengan demam typhoid.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada anak


7

dengan demam typ


BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep Dasar Demam Thypoid

a. Definisi

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam

lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella

typhi. (Lestari Titik, 2016).

Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut

pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih

disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan

kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).

b. Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella

typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif,

bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga

macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat

kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.

Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan

fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37

derajat
6
7

celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah

lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,

makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain

sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

c. Manifestasi klinis

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang

dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi

terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang

terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala

prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala,

pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis

yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)

1) Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu

bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan

normal kembali.

2) Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering

dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,

ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan

keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai


8

nyeri dan peradangan.


9

3) Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai

samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali

penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala

yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak

dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik kemerahan karena

emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu

pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan

epistaksis.

4) Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam

thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat.

Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan normal

kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps

terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak

dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

d. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut

melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella

(biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat

dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke

usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang

baik, maka basil salmonella akan menembus sel- sel epitel (sel m)
10

dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang


11

biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar

getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening

mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran

darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke

seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum

tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik,

2016).

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat

plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan

pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman

salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah

lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda

dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).

(Lestari Titik, 2016).

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.

Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,

serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil

menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan

komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,

pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama

timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul


12

kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak

peyeri
13

pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan

terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks

(jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui

berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan),

Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui

Feses. (Lestari Titik, 2016).


14

Kuman salmonella
typhi

Masuk melalui makanan/ Minuman,jaritangan/kuku,


muntuhan, lalat dan feses

Masuk ke mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Kuman mati Lambung Kuman hidup

Lolos dari asam lambung

Bakteri masuk ke dalam usus halus

Peredaran darah dan masuk ke retikulo endothelia terutama h

Inflamasi pada hati dan limfa Masuk kealiran darah

Endotoksi
Hematomegali
Spenomegali

Nyeri tekan Penurunan mobilitas usus


Mengakibatkan komplikasi seperti neuropsikiatrik, kardiovaskuler, perna

Nyeri
Merangsang melepas sel perogen

Penurunan peristaltik
usus

Konstipasi Peningkatan
Mempengaruhi
asam
pusat
lambung
thermoregulerator
Resiko kekurangan Anoreksia, mual
di hipotalamus
volume cairan dan muntah
Hipertermia

Defisit nutrisi
15

e. Komplkasi

1) Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.

2) Komplikasi extra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi

(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia

dan syndroma uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :

hepatitis, dan kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal :

glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis,

spondilitis dan arthritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium,

meninggiusmus, meningitis, polineuritis perifer,

sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.

(Lestari Titik, 2016).

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid


antara lain:

1) Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa


16

demam typhoi d terdapat leukopenia dan

limposistosis relatif tetapat kenyataannya


17

leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,

pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa

demam typhoid.

2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali

meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya

typhoid.

3) Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan

demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak

menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

g. Penatalaksanaan

Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada

demam typhoid yaitu:

1) Perawatan

 Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

 Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai

dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi


18

perdarahan.

2) Diet

 Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

 Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.

 Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari


lalu nasi

3) Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit

typhoid. Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu

hingga satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin,

kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan

ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid

di negara-negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:

1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari,

terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena,

selama 14 hari.

2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol,

diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi

dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat

minum obat, selama 21 hari.

3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.

Pemberian oral/intravena selama 21 hari.

4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam

2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.

5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50


19

m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80

mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.


20

6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan

antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan

fluoroquinolon.

Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama

tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan

30 % dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit

tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan

manifestasi nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis

tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB, intravena perlahan

(selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis

1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.

Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan

penyulit perforasi usus.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Demam Typhoid

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam

memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan

data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,

menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan status

kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh

klien. (Hutahaean Serri, 2010).

Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain:
21

b. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.


22

1) Keluhan utama

Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala,

pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang

(terutama selama masa inkubasi). Pada kasus yang khas,

demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten,

dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,

suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam

keadaan demam. Saat minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan

normal kembali pada akhir minggu ke tiga.

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak

berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang

terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping

gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.

Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epitaksis pada

anak besar.

2) Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata

dan warna rambut.

2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.

3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan


23

reflek pupil mengecil ketika terkena sinar.


24

4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir

kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput

putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna

kemerahan dan jarang disertai tremor.

5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.

6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa

terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.

9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung

dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik

kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang

dapat ditemukan pada minggu pertama demam).

3) Pemeriksaan laboratorium

o Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang

sakit.

o Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.

o Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan

dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya

lebih sering ditemukan dalam urine dan feses.

o Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan

ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200


25

atau lebih
26

menunjukkan kenaikan yang progresif (Nursalam

Susianingrum, Rekawati Utami, Sri, 2008).

c. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan

melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang

dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi

pelayanan kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2010)

Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016 diagnosa keperawatan yang

muncul yaitu :

 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrisi.

 Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan.

 Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,

lingkungan yang asing, prosedur-prosedur tindakan.

 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.


27

d. Intervensi

Berdasarkan NANDA NIC NOC 2016, intervesi keperawatan

antara lain adalah:

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Hipertermia NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
berhubungan dengan Outcome Classification) :
proses penyakit. Classification) : Kaji warna kulit
Batasan karakteristik: Kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
 Konvulsi  Suhu tubuh dalam minimal tiap 2 jam.
 Kulit kemerahan rentang normal, Monitor TD, N dan RR.
 Peningkatan suhu antara 36,5 - 37,5 Identifikasi adanya
tubuh di atas derajat celsius. penurunan tingkat
kisaran normal.  Nadi dan pernafasan kesadaran.
 Kejang dalam rentang Tingkatkan intake cairan
 Takikardi normal. dan nutrisi.
 Takipnea  Tidak ada Beri kompres hangat pada
 Kulit terasa perubahan warna sekitar axilla dan lipatan
hangat. kulit dan tidak ada paha.
pusing. Beri pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
Kolaborasi pemberian oabt
antiperetik.

2. Nyeri akut NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


berhubungan dengan Outcome Classification) :
agen pencedera Classification) : Lakukakan pengkajian
fisiologis. Kriteria hasil : nyeri
Batasan karakteristik :  Mampu secara komprehensif
 Perubahan selera mengontrol nyeri termasuk lokasi,
makan.  Melaporkan nyeri karakteristik, durasi,
 Perubahan berkurang dengan frekuensi, kualitas
tekanan darah menggunakan dan faktor
 Perubahan menegemen nyeri. presipitasi.
frekuensi  Mampu Observasi reaksi non verbal
pernafasan. mengenali dari
 Perilaku distraksi nyeri. ketidaknyamanan.
(berjalan  Menyatakan rasa Gunakan
mondar-mandir). nyaman setelah komunikasi
nyeri berkurang.
28

 Mengekpresikan terapeutik untuk


perilaku (gelisah, mengetahui
meringis). pengalaman nyeri
 Masker wajah pasien.
(mata kurang Kontrol lingkungan
bercahaya, yang dapat
gerakan mata mempengaruhi nyeri
berpencar atau seperti suhu
tetap pada satu ruangan,
fokus meringis). pencahayaan dan
 Sikap kebisingan.
melindungi Ajarkan tehnik non
nyeri. farmakologi.
 Melaporkan Kolaborasi pemberin obat
nyeri secara analgetik.
verbal.
 Perubahan posisi
untuk
menghindari
nyeri.

3. Defisit nutrisi NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


berhubungan dengan Outcome Classification) :
ketidakmampuan Classification) : Kaji adanya alergi
mengabsorbsi nutrisi  Adanya makanan.
Batasan karakteristik : peningkatan berat Monitor adanya penurunan
 Nyeri abdomen badan. berat badan.
 Menghindari  Mampu Monitor interaksi anak
makanan. mengidentifikasi dengan orang tua.
 Diare kebutuhan nutrisi, Monitor kulit kering, turgor
 Bising usus tidak ada tanda kulit.
hiperaktif. malnutrisi. Catat jika ada mual dan
 Kurang minat  Tidak terjadi muntah.
pada makanan. penurunan berat Anjurkan makan sedikit
 Membran mukosa badan berarti. tapi sering
pucat. Kolaborasi dengan ahli gizi
 Cepat kenyang untuk menentukan jumlah
setelah makan kalori dan nutrisi yang
 Kelemahan otot dibutuhkan.
menelan.
 Kelemahan otot
mengunyah.

4. Konstipasi NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


berhubungan dengan Outcome Classification) :
29

ketidakcukupan Classification) : Identfikasi faktor penyebab


asupan cairan.  Mempertahankan dari konstipasi.
Batasan karakteristik : bentuk feses yangMonitor bising usus.
 Nyeri abdomen lunak 1-3 hari. Monitor feses,
 Anoraksia  Bebas dari frekuensi, konsistensi dan
 Perubahan pada ketidaknyamanaan volume.
pola defekasi. dari konstipasi. Anjurkan
 Rasa rektal penuh.  Feses lunak dan klien/keluarga untuk
 Feses keras dan berbentuk. mencatat warna,
berbentuk.  Mengidentifikasi volume, frekuensi
 Masa abdomen indikator untuk dan konsistensi tinja.
yang dapat diraba. mencegah Kolaborasi pemberian obat
 Perkusi pekak. konstipasi. laktasif.
 Nyeri saat
defekasi.
 Bising usus
hipoaktif.
 Mengejan pada
saat defekasi.

5. Cemas berhubungan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


dengan perpisahan Outcome Classification) :
dengan orang tua, Classification) : Gunakan
lingkungan asing,  Anak istirahat pendekatan yang
prosedur-prosedur dengan tenang menenangkan.
tindakan.  Anak Pertahankan sikap yang
Batasan karakteristik : mendiskusikan tenang dan menyakinkan.
 Gelisah prosedur dan Jelaskan prosedur dan
 Melihat sepintas aktivitas tanpa aktivitas kain sebelum
 Kontak mata yang adanya kecemasan memulai.
buruk Jawab pertayaan dan
 Ketakutan jelaskan tujuan
 Berfokus pada diri aktivitas.
sendiri Anjurkan orang terdeekat
 Peningkatan bagi anak untuk tetap
kewaspadaan bersama anak sebanyak
 Wajah tegang mungkin.
 Gemetar Memenuhi kebutuhan
bermain.
 Penigkatan
keringat
 Jantung berdebar
6. Resiko kekurangan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
volume cairan Outcome Classification) :
berhubungan dengan Classification) : 6.1. Kaji status cairan
intake yang tidak  Tekanan darah, termasuk intake dan
30

adekuat dan nadi, suhu tubuh output.


peningkatan suhu dalam batas Monitor vital sign.
tubuh. normal. Monitor status
Batasan karakteristik :  Tidak ada tanda- dehidrasi (kelembaban
 Kehilangan cairan tanda dehidrasi, membran mukosa).
secara aktif. elastisitas turgor Dorong keluarga
 Kurang kulit baik, untuk membantu
pengetahuan. membram mukosa pasien makan.
 Berat badan lembab, tidak ada Kolaborasi pemberian
ekstrem. rasa haus yang berikan cairan IV
 Kegagalan fungsi berlebihan.
regulator.
 Kehilangan cairan
melalui rute
abnormal (slang
menetap).

e. Implementasi

Implementasi adalah proses membantu pasien untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah

rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan

yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan.

Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan

kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi

koping klien (Hutahaean Serri, 2010).

Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak

demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan

keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien

memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji

intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan

asupan kepada klien.


f. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan

merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan

keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan

perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk

melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa

dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-

macam evaluasi:

1) Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien

segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan

ditulis pada catatan perawatan.

2) Evaluasi sumatif SOAP

Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai

waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan

suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan

membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua

mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan

selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan pemeriksaan tanda-tanda


vital pasien.

BAB V

KESIMPULAN DAN

SARAN

A. Kesimpulan

Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan

bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak

berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal,

sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur

dalam menilai status


DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta:


Ar-ruzz Media.
Apriyadi dan Sarwili. (2018). Perilaku Higiene Perseorangan dengan
Kejadian Demam Tyfoid. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia Vol. 8 No. 1.
Bahar, dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kesembuhan Paien Penderita Demam Typoid Di Ruang Perawatan
Interna RSUD Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis
Volume 5 Nomor 6.

Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak


dan Remaja. Jakarta : Tim.

Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.


http:www.depkes.go.id/Downloads/profil-kesehatan-indonesia-
2013.pdf.
Tanggal 17 Desember 2018.
Dinkes Kaltim. (2015). Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/Downloads/6472_Kaltim_Kota_Samarind
a_2015
%20baru.pdf. Tanggal 27 November 2018.
Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.

Hutahaean Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan.


Jakarta: Tim.

Kallo, dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian


Demam Typoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumaratas ejournal
Keperawatan (e- Kp) Volume 3. Nomor 2.
Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha
Medika. Mutiarasari dan Handayani. (2017). Karakteristik Usia,
Jenis Kelamin, Tingkat
Demam, Kadar Hemoglobin, Leukosit dan Trombosit Penderita
Demam tipoid Pada Pasien Anak Di RSU Anutapura Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2

Anda mungkin juga menyukai