Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPHOID

Analysis Of Risk Factors Of Typhoid Fever

La Rangki, Fitriani
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
email: rangki1979@gmail.com. 081242338398

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
bakteri Salmonellathypi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap dan
kebiasaan makan diluar rumah merupakan factor risiko kejadian demam typhoid di RSUD
Kab.Muna. Responden padapenelitian ini berjumlah 39 orang kelompok kasus dan 39 orang
kelompok kontrol. Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi dan kuesioner.
Uji statistic yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%. Data
diolah secara univariat, bivariat, dan nilai odds ratio. Dari hasil penelitian menunjukan sikap
dengan nilai OR=10,286, lower limit= 3,551,dan upper limit= 29,795. Kebiasaan makan di
luar rumah dengan nilai OR= 2,970, lower limit= 1,161, dan upper limit= 7,599. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa factor sikap dan kebiasaan makan diluar rumah merupakan factor
risiko terjadinya demam tiphiod.

Kata kunci : Sikap, Kebiasaan makan di luar rumah, Demam Typhoid

ABSTRACT

Typhoid is an acute infectious disease of the small intestine caused by the bacterium
Salmonella thypi. This study aims to determine the effect of attitudes and habits of eating
outside home, on the incidence of typhoid fever in Muna hospital. This study used analytical
research design with case-control study approach. Respondents in this study were 39 cases
and 39 controls. The method of data collection was done by observation and questionnaires.
Statistical test used is the chi-square test with a significance level of 95%. From the results
of the study showed significant effect between the Attitudes to the value of OR = 10.286,
lower limit = 3.551, and the upper limit = 29.795. The habit of eating snack with a value of
OR = 2.970, lower limit = 1.161, and the upper limit = 7.599. Increased knowledge and
awareness through counseling patients and healthy hygienic behavior is needed for
prevention and control of typhoid fever occurrence in Muna District Hospital.

Keywords: Attitudes, habits of eating outside home and typhoid fever

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 1


PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit demam typhoid
WHO (World Health Organization) merupakan penyakit endemis dan
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta menyebabkan kematian sebesar 3,3 % dari
kematian terjadi tiap tahun akibat penyakit seluruh kematian di Indonesia, dan keadaan
ini. Asia menempati urutan tertinggi pada ini ada hubungannya dengan tingkat
kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus kesehatan dan sanitasi yang jelek. Insidensi
terjadi tiap tahunnya. Di Indonesia demam typhoid di Indonesia diperkirakan
diperkirakan antara 800-100.000 orang yang antara 350 – 810/ 100.000 ribu penduduk
terkena penyakit demam thypoid sepanjang pertahun atau 600.000 sampai 1,5 juta kasus
tahun. Kasus thypoid di derita oleh anak – pertahun (Litbangkes, 2008)
anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan Demam thypoid merupakan masalah
angka kematian 20.000 pertahunnya (WHO, kesehatan masyarakat yang penting karena
2010) penyebarannya berkaitan erat dengan
Penyakit menular yang paling sering urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
terjadi dinegara berkembang adalah lingkungan, sumber air dan sanitasi yang
penyakit pada saluran pernafasan dan buruk serta standar kebersihan industry
pencernaan. Salah satu diantaranya adalah pengolahan makanan yang masih rendah.
Penyakit demam tifoid merupakan Penularan penyakit ini hampir selalu melalui
penyakit yang berada pada usus makanan dan minuman yang terkontaminasi
halus dan dapat menimbulkan gejala terus (Pawito, 2008).
menerus, ditimbulkan oleh Salmonella Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013
thyposa. Pada tahun 2008 demam tifoid memperlihatkan bahwa gambaran 10
diperkirakan 216.000-600.000 kematian. penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
Kematian tersebut, sebagian besar terjadi rumah sakit, prevalensi kasus demam
di Negara-negara berkembang dan 80% thypoid sebesar 5,13% . Penyakit ini
kematian terjadi di Asia. Kematian di termasuk dalam kategori penyakit dengan
rumah sakit berkisar antara 0-13,9%. Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%,
Prevalensi pada anak-anak kematian pada laporan Riset Kesehatan Dasar
berkisar antara 0-14,8%. (WHO, 2013). Nasional Tahun 2014 memperlihatkan
Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta bahwa prevalensi demam thypoid di Jawa
kasus demam tifoid 200.000diantaranya Tengah sebesar 1,61% yang 2 tersebar di
meninggal dunia setiap tahun. (WHO, 2014) seluruh Kabupaten dengan prevalensi yang
berbeda beda di setiap tempat. Demam
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 2
thypoid menurut karakteristik responden data tahun 2012 sebanyak 1.049 orang anak
tersebar merata menurut umur dan merata yang mengidap penyakit demam thypoid
pada umur dewasa, akan tetapi prevalensi selain itu ada data yang diperoleh dari dinas
demam thypoid banyak ditemukan pada kesehatan provinsi pada tahun 2014, pasien
umur (5–19 tahun) sebesar 1,9% dan paling anak yang menderita demam thypoid
rendah pada bayi sebesar 0,8%. Prevalensi sebanyak 1172. Kejadian penyakit demam
demam thypoid menurut tempat tinggal thypoid meningkat dalam 5 tahun terakhir,
paling banyak di pedesaan dibandingkan hal ini disebabkan karena kurangnya perilaku
perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan hidup bersih dan sehat (PHBS). Standar
dengan jumlah pengeluaran rumah tangga PHBS yaitu sebesar 38,7% (Dinkes Sultra,
rendah (Depkes, 2012) 2010)
Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan Faktor-faktor yang sangat erat
sudah sembuh namun penderita belum hugungannya dengan kejadian demam
dikatakan sembuh total karena masih dapat thypoid adalah hygiene perorangan yang
menularkan penyakitnya kepada orang lain rendah meliputi kebiasaan cuci tangan, dan
(bersifat carrier). Demam typhoid dan kebiasaan makan dan minum. Sanitasi
paratyphoid bersifat endemic di Indonesia lingkungan merupakan salah satu penyebab
Penyakit ini jarang ditemukan secara terjadi kejadian demam thypoid terlihat dari
epidemic, Pada perempuan kemungkinan keadaan sanitasi lingkungan secara
untuk menjadi carrier tiga kali lebih besar keseluruhan di Kota Kendari yang belum
dibandingkan laki–laki. Penyebaran penyakit memadai seperti kepemilikan sarana sanitasi
demam typhoid tidak ada perbedaan dimana dasar meliputi kepemilikan tempat sampah
laki-laki maupun perempuan akan persentase 59,7%, dan pengelolaan air
mempunyai resiko untuk terkena penyakit limbah sebesar 40,3 %, jenis sarana air
ini, penyakit ini banyak diderita pada anak– bersih yang digunakan kebanyakan
anak namun tidak tertutup kemungkinan penduduk Kota Kendari menggunakan air
untuk orang muda/ dewasa. Dari hasil sumur bor yakni sebesar 83,3%.
penelitian bahwa 70 – 80 % penderita Di propinsi Sulawesi Tenggara penyakit
demam typhoid sedikit pada pasien yang demam typhoid ini merupakan penyakit
berumur di atas 80 tahun (Mansyoer, 2005) dengan prevalensi tertinggi ke 2 untuk
Menurut laporan Dinas Kesehatan kategori penyakit infeksi pencernaan setelah
Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa tahun diare dengan jumlah 12672 kasus sedangkan
2011 anak yang menderita demam thypoid untuk Kota Kendari sebesar 1150 (Dinkes
sebanyak 991 penderita, sedangkan menurut Sultra, 2010).

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 3


Data profil kesehatan indonesia 2008 membantu keluarga mencari pemecahan
demam typhoid berada pada urutan ke 15, dari masalah tersebut dengan cara mencegah
22 penyakit penyebab kematian pada semua penyakit demam typhoid ini menjangkiti
umur di indonesia sebesar dari hasil surveilans anggota keluarga yang lain.
penyakit Dinas kesehatan kab muna Tahun Dari uraian di atas mendorong penulis
2013, distribusi penderita demam typhoid di untuk melakukan penelitian dengan judul
kab Muna masih cukup tinggi. “Studi retrospektif penyakit demam typhoid
Berdasarkan observasi awal yang telah pada pasien rawat inap di RSUD Kab
dilakukan oleh peneliti kepada 15 responden Muna Tahun 2014”
penderita penyakit demam typhoid yang
pernah dirawat inap RSUD Kab Muna tahun METODE
2013 Menyatakan bahwa, yang erat Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kaitannya dengan kejadian demam typhoid analitik observasional dengan desain case
adalah personal hygiene atau kebersihan control. Rancangan ini mempelajari
perorangan, yang meliputi lingkungan kotor, hubungan antara paparan (faktor penelitian)
kebiasaan makan makanan serta minuman dan penyakit dengan cara membandingkan
yang telah terkontaminasi oleh kuman kelompok kasus dan kelompok control
Salmonella Thypi. berdasarkan status paparannya (Arikunto,
Berdasarkan data pencatatan medical 2007)
record di RSUD Kab Muna menunjukan data Penelitian ini menggunakan pendekatan
kasus kejadian demam typhoid pada orang retrospektif, yaitu efek (penyakit atau status
,tahun 2010 laki-laki 56 orang perempuan 46 kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,
,tahun 2011 laki-laki 51 orang perempuan kemudian faktor resiko diidentifikasi ada
42 orang, tahun 2012 laki-laki 50 orang, atau terjadinya pada waktu yang lalu
sedangkan perempuan 49 orang. tahun 2013 (Notoatmojo, 2010) Populasi dalam
laki-laki berjumlah 43 orang sedangkan penelitian ini adalah pasien yang pernah
perempuan 55 orang. Tahun 2014 januari dirawat inap karena menderita demam di
sampai bulan April laki-laki 26 orang dan RSUD Kab Muna tahun 2014 periode
perempuan 13 orang. Dari rekapitulasi data Januari sampai dengan bulan April tahun
tersebut diatas menempatkan demam typhoid 2014 dengan jumlah populasi sebanyak 78
berada pada urutan ke 4 dari 10 penyakit orang yang menderita demam. Metode
yang paling banyak di RSUD Kab Muna, Pengambilan sampel dalam penelitian ini
maka peran sebagai fasilitator dan pemberi adalah menggunakan teknik total sampling
asuhan keperawatan sangat besar dalam yaitu sebanyak 39 orang .yang berada di

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 4


wilayah kecamatan Katobu Penelitian ini responden yang paling banyak adalah
telah dilaksanakan di RSUD Kab Muna. yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 45
orang (58%) dan yang berjenis kelamin
HASIL perempuan sebenyak 23 orang (42%).
1. Karakteristik Responden 2. Analisis Univariat
1) Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kelompok Umur. 1) Distribusi sikap Resopnden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
Berdasarkan Kelompok Umur pada pasien berdasarkan Sikap pada Pasien Rawat
Rawat Inap di RSUD Kab Muna tahun Inap Di RSUD Kab Muna tahun 2014.
2014. Kategori Frekuensi Prosentase
Sikap (f) (%)
Umur(th) Frekuensi Persentase Baik 44 56,4%
(f) (%) Kurang 34 43,6&
1-12 38 48,7% Jumalah 78 100%
13-24 19 24,4% Data : Primer 2014
25-36 11 14,1%
37-48 6 7,7% Berdasarkan data pada tabel diatas
>49 5 6,4%
Jumlah 78 100% menunjukan bahwa dari 78 responden yang
Berdasarkan hasil dari tabel diatas mempunyai sikap dengan kategori baik
menunjukan bahwa dari 78 responden adalah 34 orang (43,6%), sedangkan sikap
yang diteliti diketahui bahwa responden dengan kategori kurang adalah 44 orang
yang paling banyak adalah pada 56,4%).
kelompok umur 1-12 tahun yaitu sebesar 2) Distribusi kebiasaan makan di luar
38 orang (48,7%) dan yang paling sedikit Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
adalah pada kelompok umur >49 tahun Berdasarkan kebiasaan makan di luar
rumah pada Pasien Rawat Inap di RSUD
yaitu 5 orang (6,4%). Kab Muna tahun 2014
2) Distribusi Frekuensi Responden
Kategori Frekuensi Persentase
Berdasarkan Jenis Kelamin. Personal (f) (%)
Hygiene
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Baik 46 71,6%
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kurang 32 28,2%
pada pasien Rawat Inap di RSUD Kab Jumlah 78 100%
Muna Kabupaten Muna tahun 2014 Data: Primer 2014

Jenis Frekuensi Persentase


Berdasarkan data pada Tabel diatas
Kelamin (f) (%) menunjukan bahwa dari 78 responden yang
Laki-laki 45 58%
Perempuan 23 42% mempunyai kebiasaan makan diluar rumah
Jumlah 78 100%
Data : Primer 2014 dengan kategori kurang adalah 46 orang
Berdasarkan data dari tabel diatas (71,6%), sedangkan tingkat pengetahuan
menunjukan bahwa dari 78 responden dengan kategori baik adalah 32 orang
yang diteliti diketahui bahwa jumlah (28,2%).

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 5


3. Analisis Bivariat
1. Pengaruh sikap terhadap kejadian demam typhoid.
Tabel 3. Pengaruh sikap terhadap kejadian demam typhoid pada pasien Rawat
Inap Di RSUD Kab Muna Muna Tahun 2014

Responden
Jumlah 95% CI
Sikap Kasus Kontrol OR
n % n % N % Low Upp
Kurang 32 41,0 12 15,4 44 56,4 10,28
3,551 29,795
6
Baik 7 8,9 27 34,6 34 43,6
Total 39 50 39 50 78 100

Pada tabel pengaruh sikap terhadap sesuai dengan ketentuan jika nilai lower
kejadian demam typhoid diketahui bahwa limit dan upper limit lebih besar atau lebih
pengaruh sikap terhadap kejadian demam kecil dari angka 1 atau dengan kata lain
typhoid dengan Odds Ratio adalah sebesar tidak melewati angka 1, maka pengaruh
10,286 jauh lebih besar dari angka 1. Hal sikap terhadap kejadian demam typhoid
ini menunjukkan bahwa sikap signifikan. Artinya bahwa, resoponden
berpengaruh terhadap kejadian demam yang sikapnya kurang, memilki resiko
typhoid sedangkan tingkat signifikan 10,286 kali untuk menderita demam
melalui lower limit dan upper limit typhoid dibanding dengan responden yang
menghasilkan angka masing-masing 3,551 sikapnya baik.
dan 29,795 jauh lebih besar dari angka 1,
2. Pengaruh kebiasaan makan di luar rumah terhadap kejadian demam typhoid
Tabel 4. Pengaruh Kebiasaan Makan Di Luar Rumah Terhadap Kejadian Demam
TyphoidDi RSUD Kab MunaMuna Tahun 2014.

Responden
Kebiasaan Jumlah 95% CI
Kasus Kontrol OR
Makan
n % N % N % Low Upp
Ya 21 26,9 11 14,1 32 41,0
2,970 1,161 7,599
Tidak 18 23,0 28 35,9 46 59,0
Total 39 50 39 50 78 100

Pada tabel pengaruh kebiasaan makan di di luar rumah berpengaruh terhadap


luar rumah terhadap kejadian demam kejadian demam typhoid sedangkan
typhoid dengan Odds Ratio adalah sebesar tingkat signifikan melalui lower limit dan
2,970 jauh lebih besar dari angka 1. Hal upper limit menghasilkan angka masing-
ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan masing 1,161 dan 7,599 jauh lebih besar

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 6


dari angka 1, sesuai dengan ketentuan jika motivasi yang berarti dinamis menuju suatu
nilai lower limit dan upper limit lebih tujuan atau berusaha mencapai tujuan
besar atau lebih kecil dari angka 1 atau tersebut.
dengan kata lain tidak melewati angka 1, Berdasarkan hasil analisis odds ratio
maka pengaruh kebiasaan makan di luar pada variabel sikap responden terhadap
rumah terhadap kejadian demam typhoid demam typhoid didapatkan hasil yaitu OR >
signifikan. Artinya bahwa, resoponden 1 (10,286>1) pada (CI : 95%), dengan lower
yang memiliki kebiasaan makan di luar limit 3,551 dan upper limit 29,795 angka ini
rumah, memiliki resiko 2,970 kali untuk menunjukkan bahwa pengaruh sikap
menderita demam typhoid dibanding terhadap kejadian demam tiphoid signifikan
dengan responden yang kebiasaan makan artinya bahwa responden yang memiliki
di luar rumah jarang. sikap yang kurang terhadap pencegahan
demam typhoid memiliki resiko 10,286 kali
PEMBAHASAN untuk terkena demam typhoid dibandingkan
1. Pengaruh sikap terhadap kejadian dengan responden yang pengetahuannya
demam typhoid baik resiko untuk terkena penyakit demam
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa typhoid kurang maka H₁ diterima dan H₀
sikap yang baik dari seseorang tentang ditolak. Ini berarti ada pengaruh antara
demam typhoid juga akan mewujudkan sikap terhadap kejadian demam typhoid
tindakan yang positif pula. Menurut pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
(Notoatmojo, 2007), sikap sering diperoleh Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
dari pengalaman hidup dan diterima dari semakin baik sikap responden terhadap
teman atau orang yang menjadi panutan. demam typhoid maka semakin rendah pula
Sikap adalah kondisi awal yang membuat resiko untuk menderita demam typhoid
seseorang menerima atau menolak akan demikian pula apabila sikap responden
tawaran suatu motivasi, sikap juga membuat kurang maka resiko untuk terkena demam
seseorang mendekati atau menjauhi sesuatu. typhoid semakin tinggi. Karena sikap
Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh merupakan suatu reaksi atau respon yang
suatu tindakan dalam hal ini masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
pendokumentasian asuhan keperawatan stimulus atau objek, maka untuk
sangat tergantung oleh tinggi rendahnya mengetahuinya adalah dengan observasi
pengetahuan dan pengalaman seseorang terhadap apa yang dilakukan oleh
tentang suatu objek. Sikap mempunyai segi seseorang. Berdasarkan hasil penelitian ini

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 7


diketahui bahwa semakin kurang nilai dimana jumlah kasus yang sering makan di
sikap, maka semakin kurang pula respon luar berjumlah 21 dan jumlah control 11
seseorang terhadap demam typhoid. responden dan yang tidak memiliki
Berdasarkan hasil pengamatan yang kebiasaan makan jajan atau makan di uar
didapatkan dilapangan bahwa responden rumah sebanyak 46 responden. Dimana
memiliki sikap yang negatif terhadap untuk responden penderita demam typhoid
kegiatan sehari-hari yang diketahui bahwa lebih banayak pada kelompok yang
seseorang mahasiswa memiliki banyak memiliki kebisaan jajan atau makan di luar
tugas yang harus diselesaikan di kampus, penyediaan rumah, yaitu sebesar 53 % dan
hal ini yang membuat mahasiswa yang untuk responden yang tidak memiliki
dalam hal ini adalah responden memilki kebiasaan jajan/ makan di luar penyediaan
sikap yang kurang baik dikarenakan rumah sebesar 46%.
responden sering mengonsumsi makanan Berdasarkan analisi dengan uji odds ratio
yang tidak sehat misalnya makan makanan di dapatkan nilai OR = 2,975 dengan nilai
yang berada di pinggiran jalan yang belum lower limit 1,161 dan upper limit 7,599.
diketahui tingkat kesehatan bagaimana, Angka ini menunjukan bahwa kebiasaan
didapatkan pula dari hasil diketahui makan di luar rumah terhadap kejadian
responden yang tidak memperhatikan demam typhoid di RSUD Kab Muna
higiene perseorangan hal ini yang membuat signifikan , artinya bahwa responden yang
dapat menyebabkan terjadinya demam punya kebiasaan makan di luar rumah
thypoid pada responden yang berdasarkan memiliki resiko 2,970 kali untuk terkena
contoh dilapangan responden tidak mencuci demam typhoid di bandingkan dengan
tangan menggunakan sabun sebelum responden yang tidak sering makan di luar
mengonsumsi makanan yang akan rumah dengan kejadian demam typhoid.
dikonsumsi hal ini yang menyebabkan Kebiasaan makan ialah suatu kebiasaan
adanya responden yang mengalami demam yang mengacu kepada mengapa dan
thypoid. bagaimana orang makan, apa saja yang
2. Pengaruh kebiasan makan di luar mereka makan dan dengan siapa mereka
rumah terhadap kejadian demam makan, serta memperoleh makanan tersebut
typhoid (Sudarjo, 2003)
Dari hasil penelitian diketahui bhwa Kebiasaan makan remaja di pengaruhi
responden yang memiliki kebiasaan makan oleh banyak faktor. Pertumbuhan remaja
di luar rumah sebanyak 32 responden meningkatkan partisipasi dalam kehidupan

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 8


sosial dan aktifitas remaja sehingga dapat baru dibasahi oleh air hujan sehingga tidak
menimbulkan dampak terhadap apa yang perlu dicuci padahal kontaminasi langsung
dimakan remaja tersebut. Remaja mulai makanan mentah dengan Salmonella typhi
dapat membeli dan mempersiapkan dapat terjadi dari tempat. Dan Hasil
makanan untuk mereka sendiri, dan penelitian ini menunjukan ada hubungan
biasanya remaja lebih suka makanan serba antara kebiasaan makan di luar rumah
instan yang berasal dari luar rumah seperti dengan kejadian demam tifoid dengan OR
fast food (Wortington, 2007). 5,000. Artinya, responden yang mempunyai
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kebiasaan makan di luar rumah ≥3 kali
yang lain dalam hasil penelitianya dalam seminggu mempunyai resiko 5,000
mengatakan bahwa dari hasil uji statistik kali lebih besar terkena demam tifoid dari
diperoleh hasil signifikan 0,000 berarti responden yang tidak memiliki kebiasaan
<0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima makan di luar rumah ≥3 kali dalam
yang artinya ada hubungan kebiasaan seminggu.
makan dengan kejadian tifoid di pondok Menurut Addin, (2009), yang
pesantren Tebuireng Jombang. Dimana menyatakan bahwa penularan tifus
dipengaruhi oleh faktor kebiasaan makan, dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
kebersihan makan, kebersihan lingkungan, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan
dll.Pengetahuan dan motivasi yang tinggi di luar rumah atau di tempat-tempat umum,
pada santri dapat mendukung upaya apabila makanan atau minuman yang
memperbaiki pola makan sehingga tidak dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga
terjadi tifoid. Dengan mengatur gaya hidup disebabkan karena makanan tersebut
yang sehat seperti sering berolahraga, disajikan oleh seorang penderita tifus
membersihkan tempat tidur dan kamar, yang kurang menjaga kebersihan saat
memakan makanan yang bergizi dan memasak. Dapat juga disebabkan karena
memperhatikan kebersihan makanan makanan tersebut disajikan oleh
(Maarisit CL, 2014) seorang penderita tifus laten (tersembunyi)
Hasil penelitian lain menunjukkan yang kurang menjaga kebersihan saat
bahwa ada hubungan kebiasaan makan memasak. Seseorang dapat membawa
dengan kejadian demam tifoid. Apalagi, ada kuman tifus dalam saluran
responden yang menyatakan alasan tidak pencernaannya tanpa sakit, ini yang
mencuci bahan makan mentah sebelum disebut dengan penderita laten. Penderita
dikonsumsi karena tampak bersih bahkan ini dapat menularkan penyakit tifus ini ke

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 9


banyak orang, apalagi jika dia sedini mungkin tentang pola pencegahan
bekerja dalam menyajikan makanan kejadian demam typhoid.
bagi banyak orang seperti tukang masak
di restoran. Upaya kesehatan yang DAFTAR PUSTAKA
harus dilakukan adalah memberikan Addin. (2009). Pencegahan dan
pengetahuan bagi masyarakat dengan cara Penanggulangan Penyakit. Bandung.
penyuluhan kepada masyarakat tentang Depkes. (2012). Profil Kesehatan
pengendalian kejadian demam tifoid. Indonesia.
salah satunya yaitu jangan Litbangkes. (2008). data 20 besar penyakit
membiasakan makan di warung makan yang di indonesia.
kurang terjamin kebersihannya dan Maarisit CL, dkk. (2014). Hubungan
memberikan penyuluhan kepada Pengetahuan Orang Tua Tentang Demam
pedagang supaya selalu menjaga Thypoid Dengan Kebiasaan Jajan Pada
kebersihan dagangannya. Baik dari Anak DiwilayahKerja.
pencucian alat, bahan dan sampai Mansyoer. (2005). kapita selekta.
dengan penyediaan makanannya. Notoatmojo. (2007). metodologi penelitian
kesehatan.
KESIMPULAN Notoatmojo. (2010). metodologi penelitian
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kesehatan.
bahwa sikap merupakan faktor risiko S, A. (2007). prosedur penelitian.
kejadian demam typhoid di RSUD Sudarjo. (2003). sosio budaya gizi.
Kabupaten Muna dan kebiasaan makan Sultra, D. P. (2010). Profil Kesehatan
diluar rumah merupakan factor risiko Provinsi Sulawesi Tenggara.
terhadap kejadian demam typhoid di RSUD WHO. (2010). Background Document: The
Kabupaten Muna. Diagnosis Treatment and Prevention of
SARAN Typhoid Fever.
Tenaga kesehatan dapat melakukan WHO. (2014). diarhoeal disease.
penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar untuk Wortington. (2007). Nutrition Troughout
sosialisasi pencegahan penyakit typhoid. The Life Cycle. The MacGraw-Hill
Dengan penekanan pada menghindari atau nternational Edition:
mengurangi jajan diluar rumah serta
memberikan pemahaman kepada anak

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 2. September 2019 10

Anda mungkin juga menyukai