PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
menular yang paling sering terjadi di negara berkembang adalah penyakit pada
saluran pencernaan dan pernafasan. Salah satu diantaranya ialah kejadian Demam
Tifoid. Demam Tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
Menurut Nurzzaman (2015), anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid
karena daya tahan tubuh yang tidak kuat seperti orang dewasa atau bisa juga karena
kurang bisa menjaga kebersihan saat makan maupun minum, misalnya tidak
mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar atau buang air kecil ( Kitan
Reizani, 2020).
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
Penularan emam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia
Demam tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia dan umumnya pada
negara dengan tingkat kesehatan yang rendah. Dari 100.000 populasi, demam tifoid
yang terjadi pada negara maju kurang dari 15 kasus. Hal ini berbeda dengan negara
berkembang dimana diperkirakan tingkat kejadiannya lebih besar yaitu 100 hingga
1
1.000 kasus per 100.000 populasi (Ahmad, Banu, Kanodia, Bora, & Ranhotra,
2016).
angka kejadian diseluruh dunia terdapat sekitar 21 juta kasus dengan 128.000
sampai 161.000 kematian setiap tahun, kasus terbanyak terdapat di Asia Selatan
dan Asia Tenggara. Di Indonesia penyakit tifoid bersifat endemik, penyakit ini
mencapai 81% per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2013). Pada tahun 2011 angka
adalah pada kelompok usia 2-15 tahun (Purba, 2018 yang dikutib Safitri, 2020)
kesakitan 500/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) antara 0,6-5%
2
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan
kasus DemamTifoid ini sebagai bahan studi kasus untuk menyelesaikan tugas
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
secara komprehensif.
2. Tujuan khusus
Demam Tifoid
3
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Typhoid.
b. Perawat
c. Perpustakaan
d. Pembaca
selanjutnya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Pengertian
Demam Tifoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari seminggu, gangguan pada pencernaan dan juga kesadaran (Price &
M.wilson 2015). Tifoid fever atau demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
2013).
merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri usus halus
yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
5
3. Etiologi
Penyebab utama demam Tifoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri.
berupa basil gram negatif, mempunyai flagela, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, dapat hidup di dalam air, sampah dan debu mempunyai tiga macam
antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana
aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41℃ (optimum 37℃) dan pH
pertumbuhan 6-8. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 70 ℃ selama 15-
20 menit. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, 6 sistem imun yang rendah,
feses, urin, makanan minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya
(Lestari, 2016)air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016).
4. Manifestasi Klinis
Dewi dan Meira (2016) mengungkapkan gejala klinis penyakit typhoid pada
anak biasanya lebih ringan dibandingkan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata
10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat,
a. Demam
febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat
6
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Minggu ketiga
suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga.
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia,
mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung, hepatomegali, dan
c. Gangguan kesadaran
5. Patofisiologi
Istilah system fagosit makrofag, system sel histiosit, system retikulo – histiosit
dan system RES adalah istilah lama yang merupakan sebutan kolektif untuk semua
sel fagosit yang dapat hidup lama diseluruh jaringan tubuh. Sekarang system itu
disebut system fagosit makrofag. Dalam hal ini system makrofag memiliki peran
penting dalam penyebaran dari kuman Salmonella typhi yang merupakan bakal
dan sebagian lagi lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagositkan oleh sel-sel fagosit
7
terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak didalam magrofag
dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
terutama hati dan 17 limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi
setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag yang
reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat,
hyperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi
akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis
patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus,
8
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus. Melalui
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati
dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak
6. Pathway
Gambar 2.2
Pathway Typoid
9
7. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan
kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak
c. Pemeriksaan uji widal Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody
adanya aglutinin dalam serum penderita demam Tifoid. Akibat adanya infeksi
d. Kultur
3) Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
salmonella typhi, karena antibody ig M muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
8. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
10
b. Farmakologi
dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan dosis 100
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
9. Komplikasi
hemolitik
11
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
polyneuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia (Lestari, 2016).
1. Pengkajian
serta interprestasi yang akurat dari informasi data yang diterima. Tindakan
keperawatan yang salah dan keputusan yang tidak tepat terhadap klien
merupakan akibat dari pengkajian yang tidak lengkap serta tidak akurat.
berikut :
a. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, berat badan, jenis kelamin, alamat umah agama
1) Riwayat Penyakit
12
Riwayat penyakit sekarang meliputi sejak kapan munculnya
demam, gejala lain yang menyertai peningkatan suhu tubuh seperti mual
muntah, nafsu makan menurun, nyeri otot dan abdomen dan lain-lain,
apakah anak menggigil, gelisah dan apa upaya yang harus di lakukan.
di rumah sakit.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Pola pengkajian
13
1) Pola persepsi manajemen kesehatan
praktek kesehatan.
kesukaan.
3) Pola eliminasi
dan lain-lain.
14
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur.
gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.
15
menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis,
stress.
b. Analisa Data
pengetahuan.
c. Perumusan Masalah
2. Diagnosis Keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
16
a. Diare berhubungan dengan malabsorpsi ditandai dengan defekasi l ebih
mengeluh mual.
merasa lemah
3. Intervensi Keperawatan
17
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Diare berhubungan dengan malabsorpsi ditandai SLKI : Eliminasi fekal Setelah SIKI : Manajemen
dengan defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam dilakukan tindakan keperawatan diare Observasi
selama ….. jam 1. identifikasi penyebab diare
diharapkan eliminasi fekal membaik 2. identifikasi riwayat
dengan kriteria hasil : pemberian makanan
a. Konsistensi feses 3. identifikasi gejala invaginasi
4. Monitor warna, volume,
Indikator 1,2,3,4,5 frekuensi, dan konsistensi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada tinja
(....) 5. Monitor tanda dan gejala
b. Frekuensi defekasi hypovolemia (mis.
Takikardi, nadi teraba
Indikator 1,2,3,4,5 lemah, mukosa mulut kering,
Dipertahankan/Ditingkatkan pada turgor kulit turun)
(....) 6. Monitor iritasi dan ulserasi
c. Peristaltik Usus kulit di daerah perianal.
Indikator 1,2,3,4,5 7. Monitor keamanan
penyiapan makanan.
Dipertahankan/Ditingkatkan pada Terapeutik
(....) 1. Berikan asupan cairan oral
(mis. Larutan garam,
Dengan Ekspektasi : oralit).
1. Memburuk 2. Pasang jalur intravena
2. Cukup Memburuk 3. Berikan cairan intravena
3. Sedang (mis.Ringer asetat, ringer
4. Cukup membaik laktat).
5. membaik 4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
18
lengkap dan elektrolit.
5. Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu.
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat).
2. Kolaborasi pemberian obat
3. pengeras feses (mis.
Atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera SLKI : Tingkat nyeri SIKI : Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
fisiologis berhubungan keperawatan selama …. Jam. 1. Identifikasi lokasi,
diharapakn tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan mengeluh nyeri. dengan kriteria hasil : frekuensi, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri Indikator 1,2,3,4,5 2. Identifikasi skala nyeri
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 3. Identifikasi respon nyeri
(…) non verbal
Dengan ekspektasi : 4. Identifikasi faktor yang
1. Menurun memperberat dan
2. cukup menurun memperingan nyeri
3. sedang 5. Identifikasi pengetahuan
4. cukup meningkat dan keyakinan tentang nyeri
5. meningkat 6. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
19
b. Meringis Indikator 1,2,3,4,5 7. Monitor keberhasilan terapi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada komplementer yang sudah
(…) diberikan
Dengan ekspektasi : 8. Monitor efek samping
1. Menurun penggunaan analgetik
2. cukup menurun Terapeutik
3. sedang 1. Berikan teknik
4. cukup meningkat nonfarmakologis untuk
meningkat mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Gelisa Indikator 1,2,3,4,5 Edukasi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 1. Jelaskan strategi
(…) meredakan nyeri.
Dengan ekspektasi : 2. Anjurkan memonitor
1. Menurun nyeri secara mandiri,
2. cukup menurun 3. Ajarkan teknik
3. sedang nonfarmakologis
4. cukup meningkat untuk mengurangi
5. meningkat rasa nyeri.
Kolaborasi
d. Kesulitan tiduri Indikator 1,2,3,4,5 Kolaborasi pemberian
Dipertahankan/Ditingkatkan pada analgetik, jika perlu
(…)
Dengan ekspektasi :
1. Menurun
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
5. meningkat
20
3 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit SLKI : Termoregulasi SIKI : Manajemen hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan Observasi
diatas nilai normal keperawatan selama …. Jam 1. identifikasi penyebab
diharapkan termoregulasi membaik hipertermia.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
a. Suhu tubuh Indikator 1,2,3,4,5 3. Monitor kada elektrolit.
4. Monitor haluaran urin
Dipertahankan/Ditingkatkan pada
5. Monitor komplikasi akibat
(…)
hipertermia.
b. Suhu kulit Indikator 1,2,3,4,5 Terapeutik
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 1. Sediakan lingkungan yang
dingin.
(…) 2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
Dengan ekspektasi : 3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan
1. Memburuk
eksternal.
2 Cukup memburuk Edukasi
3 Sedang - Anjurkan tirah baring.
4 Cukup membaik Kolaborasi
5 Membaik Kolaborasi pemberian cairan dan
4 Nausea berhubungan dengan factor psikologis SLKI : Tingkat Nausea SIKI : Manajemen muntah
ditandai dengan mengeluh Setelah dilakukan tindakan Observasi
mual. keperawatan selama … Jam 1. dentifikasi karakteristik
diharapakn tingkat nausea muntah (mis. Warna,
menurun dengan kriteria hasil : adanya darah, waktu, dan
a.Keluhan mual frekuensi)
Indikator 1,2,3,4,5 2. Identifikasi riwayat diet
21
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( (makanan yang tidak
…) disukai)
3. Monitor efek manajemen
b. Perasaan ingin muntah
muntah Indikator Terapeutik
1,2,3,4,5 1. Kurangi atau hilangkan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada keadaan penyebab muntah (
mis.kecemasan)
(…) 2. Atur posis untuk mencegah
aspirasi
3. Berikan dukungan fisik saat
Dengan ekspektasi : muntah (mis. Membantu
1 : Meningkat membungkuk atau
2 : Cukup meningkat 3 menundukkan kepala)
: Sedang 4. Berikan kenyamaman selama
4 : Cukup menurun 5 : Menurun muntah (mis. Sediakan
pakaian kering dan bersih)
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
istirahat Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (mis.
Relaksasi)
5 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah SLKI : SLKI : Toleransi Aktifitas SIKI : Manajemen energy
baring ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
merasa lemah intervensi keperawatan selama … 1. Identifikasi gangguan
jam diharapkan toleransi aktifitas fungsi tubuh yang
meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur
a. Frekuensi nadi Indikator 1,2,3,4,5 3. Monitor lokasi dan
22
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ketidaknyamanan selama
(…) melakukan aktifitas
b. Keluhan lelah Indikator 1,2,3,4,5 Terapeutik
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( … 1. Lakukan latihan rentan
gerak pasif dan aktif
) 2. Fasilitasi duduk ditempat
tidur, jika tidak dapat
Dengan ekspektasi berpindah atau berjalan
1 : Menurun/meningkat Edukasi
2 : Cukup menurun/cukup meningkat Anjurkan melakukan aktifitas
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat/cukup secara bertahap
menurun
5 : Meningkat/menurun
6 Resiko ketidakseimbangan cairan di tandai dengan SLKI : Keseimbangan cairan Setelah SIKI : Pemantauan cairan
disfungsi intestinal dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama … jam diharapkan 1. Monitor frekuensi dan
keseimbangan cairan meningkat, kekuatan nadi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi napas
e. Kelembaban membrane mukosa 3. Monitor tekanan darah
4. Monitor turgor kulit
Indikator 1,2,3,4,5
5. Monitor jumlah, warna, dan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada
berat jenis urin
(…)
6. Monitor intake dan output
Dengan ekspektasi :
cairan
6. Menurun
7. Identifikasi faktor resiko
7. cukup menurun
ketidakseimbangan cairan
8. sedang Terapeutik
9. cukup meningkat 1. Atur interval waktu
10. meningkat pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
23
f. Turgor kulit Indikator 1,2,3,4,5 a. Dokumentasi hasil
Dipertahankan/Ditingkatkan pada pemantauan
Edukasi
(…)
Jelaskan tujuan dan
Dengan ekspektasi :
1. Menurun
prosedur pemantauan
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
meningkat
7 Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan SLKI : Tingkat Infeksi SIKI : Pencegahan Infeksi
pertahan tubuh primer Setelah dilakukan tindakan intervensi
Observasi
keperawatan selama … jam. 1. Monitor tanda dan gejala
diharapkan tingkat infeksi menurun. infeksi
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
a. Nyeri 1. Cuci tangan sebelum dan
Indikator 1,2,3,4,5 sesudah kontak dengan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( pasien dan lingkungan pasien
…) 2. Berikan perawatan luka
b. Kadar sel darah putih Indikator 3.
Edukasi
1,2,3,4,5 1. Jelaskan tanda dan gejala
Dipertahankan/Ditingkatkan pada infeksi
(…) 2. Ajarkan cara memeriksa
Dengan ekspektasi : kondisi luka atau luka
1 : Memburuk/meningkat operasi
2 : Cukup memburuk/cukup 3. Anjurkan meningkatkan
meningkat asupan nutrisi dan cairan
3 : Sedang Kolaborasi
: Cukup membaik/cukup menurun 5 : 1. Kolaborasi pemberian
Membaik/menurun imunisasi, jika perlu
24
4. Implementasi Keperawatan
i. Tindakan observasi
lainnya.
25
kesehatan. Tindakan ini hanya dilakukan jika perawat memerlukan
5. Evaluasi Keperawatan
disusun)
yaitu :
atau kemajuan sama sekali bahkan muncul masalah baru dan perawat
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 6 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Lhokkuyun
No Register : 174825
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. R
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengeluh anak nya demam selama 3 hari yang lalu, sakit kepala,
27
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan sakit kepala, nyeri uluhati dan demam, Provokative
Keluarga mengatakan pasien pernah sakit seperti ini satu bulan setengah
dari puskesmas.
d. Lamanya di rawat
e. Alergi
28
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram Keluarga :
Keterangan :
: Perempuan : Pasien
7. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran
Penampilan
29
b. Berpakaian dan kebersihan umum : baik
b. Suhu : 38,50C
Antropometri
kelenjar tiroid
Berat badan : 20 Kg
Tinggi badan : 80 cm
Kepala : normal
8. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
30
Sebelum sakit An. M makan teratur, saat sakit nafsu makan berkurang (3-
4 sendok makan)
b. Cairan
Sebelum sakit frekuensi minum 2,1 liter atau 8 gelas sehari, setelah sakit
frekuensi minum 2.0 liter atau 7 gelas sehari dengan ukuran gelas 250 ml
c. Eliminasi bab/bak
Sebelum sakit An.M Buang Air Besar 2 kali sehari dengan konsistensi
lunak. Setelah sakit anak An.M Buang Air Besar 1 dengan konsistensi
keras
Sebelum sakit An.M Buang Air Kecil 4 kali sehari dan setelah sakit 5
kali sehari
e. Personal hygiene
Sebelum sakit An.M mandi 2 kali sehari. Setelah sakit An.M mandi 1
kali dengan cara di waslap.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
31
MCV 77.6 80.0-98.0 fL
MCH 25.7 28.0-33.0 Pg
MCHC 33.1 31.9-37.0 g/dl
RDW-C 14.4 11.5-14.5 %
RDW-SD 44.7 35.0-56.0 fL
Ranitidine / 8 jam
Ondansentron / 8 jam
Paracetamol 4x 150 mg/
Infus RL 20 tpm
32
berkurang selama dan air
sakit
- Ibu pasien mengatakan Masuk ke saluran pencernaan
sebelum sakit
frekuensi makan Pada lambung
anaknya 3 kali sehari
dihabiskan, dan Penurunan mobilitas usus
selama sakit hanya 1-
2 kali makan Penurunan paristaltik usus
- Ibu pasien mengatakan
sudah 1 minggu Peningkatan asam lambung
anaknya belum BAB
- Ibu pasien mengatakan
Iritasi pada gaster
anaknya mual dan
muntah
Merangsang CTZ di
hypotha
DO:
lamus
- Nampak makanan yang
Mual/muntah
diberikan masih
tersisa, hanya 3-4
sendok makan yang Rasa tidak enak pada mulut
dihabiskan
- Pasien nampak lemas Risiko Defisit Nutrisi
- Gerakan peristaltic: 6
kali permenit
- Pasien nampak tidak
selera makan ketika
diberikan makanan
DS: Kuman masuk kedalam Gangguan rasa nyaman
- Ibu pasien mengatakan tubuh (salmonella
anaknya sering thypi)
terbangun disaat tidur
kemudian menangis Proses infeksi
- Keluarga mengatakan
suhu ruangan agak Menyerang pusat panas
panas dihipotalamus
DO:
- Pasien nampak Suhu tubuh meningkat
berkeringat
- Nampak jumlah pasien Mengalami keringat berlebih
dalam kamar
berjumlah 4 orang
33
- Pasien nampak gelisah Hospitalisasi
- TTV:
N: 100 x/i Gangguan rasa nyaman:
S: 38,8 ˚C lingkungan
P: 26 x/meni
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
34
35
2. Intervensi Keperawatan
36
2. Porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan yang tinggi protein dan kalori
4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Kenyamanan lingkungan
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan status kenyaman 1. Idetifikasi sumber ketidaknyamanan
meningkat, dengan kriteria Terapeutik
hasil: 1. Berikan penerimaan dan dukungan kepindahan ke
1. Keluhan sulit tidur menurun lingkungan baru 2. Sediakan lingkungan
2. Pasien tidak gelisah yang tenang dan mendukung
3. Fasilitas kenyamanan lingkungan (mis. atur suhu, selimut,
dan kebersihan)
4. Jadwalkan kegiatan kunjungan
5. Atur posisi yang nyaman (mis. topang dengan bantal)
37
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dari manajemen lingkungan
38
3. Implementasi dan Evaluasi
Hari I
39
18.00 Wib 2. Mengidentifikasi status nutrisi Hasil: Ibu pasien makan selama sakit,
mengatakan anaknya kurang nafsu makan selama hanya makan 3-4
sakit sendok makan
3. Mengidentifikasi alergi makanan dan intoleransi O: Pasien nampak lemas
makanan Hasil: Ibu pasien mengatakan anaknya BB: 14,5 Kg
tidak ada alergi terhadap makanan A: Risiko defisit nutrisi
4. Mengidentifikasi makanan yang disukai Hasil: belum teratasi
Ibu pasien mengatakan anaknya menyukai makanan P: Lanjutkan intervensi
seperti mie, nuget dan telur manajemen nutrisi
5. Memonitor asupan makanan Hasil: Pasien sudah observasi BB dan
2 kali dan makanan yang masuk hanya 3-4 sendok intervensi terapeutik
makan setiap kali makan
Terapeutik
1. Menyaajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai Hasil: Pasien nampak tidak selera
makan
3 Gangguan aman Manajemen
11 September
Kenyamanan lingkungan Pukul 19.00 sampai 20.00 wib
nyaman 2023 S: Ibu pasien mengatakan
1.14.00
Mengidentifikasi
sampai sumber ketidaknyamanan Hasil: Ibu pasien anaknya masih gelisah
18.00 Wib mengatakan anaknya sering terbangun jika tidur O: Pasien nampak rileks
karena kepanasan setelah suhu ruangan
diatur
1. Memfasilitasi kenyamanan lingkungan (mis. atur suhu, selimut, dan A: Gangguan rasa nyaman
kebersihan) Hasil: Pasien nampak sedikit lebih belum teratasi
nyaman P: Lanjutkan intervensi
2. Atur posisi yang nyaman (mis. topang dengan bantal) Hasil: Pasien manajemen lingkungan
40
nampak nyaman jika leher di topang dengan bantal yaitu dengan observasi,
terapeutik dan edukasi
1. Menjelaskan tujuan dari manajemen lingkungan Hasil: Ibu pasien
mengatakan paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat anak
merasa lebih tenang
Hari II
41
2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Memonitor asupan makanan Hasil: Pasien S: Ibu pasien mengatakan
06.00 Wib nampak 1 kali makan dan makanan yang makanan yang diberikan
dihabiskan hanya 3 sendok makan kepada pasien sudah baik,
2. Memonitor berat badan Hasil: BB : 14,5 namun selera makan An.
kg (IMT : 20,1 kg/m2 ) N masih kurang
Terapeutik O: Pasien nampak masih
1. Menyajikan makanan secara menarik dan lemas
suhu yang sesuai Hasil: Nampak makanan A: Risiko defisit nutrisi
yang dihidangkan dengan suhu sedang belum teratasi
2. Memberikan makanan yang tinggi serat P: Lanjutkan intervensi
untuk mencegah konstipasi Hasil: Nampak manajemen nutrisi yaitu
makanan yang diberikan yaitu bubur, sayur dengan obeservasi,
wortel, telur dan buah pepaya terapeutik dan edukasi
3 Gangguan aman 12 September Manajemen kenyamanan lingkungan Pukul 07.00 sampai 08.00
nyaman 2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Mengidentifikasi sumber S: Ibu pasien mengatakan
06.00 Wib ketidaknyamanan Hasil : Pasien nampak anaknya masih sering
terbangun ketika ada suara yang ribut terbangun jika ada suara
Terapeutik ribut, dan jika kepanasan
1. Memberikan penerimaan dan dukungan O: Pasien nampak belum
kepindahan ke lingkungan baru Hasil: menerima lingkungan
Pasien nampak belum terbiasa dengan barunya
lingkungan yang nyaman membuat anak A: Gangguan rasa nyaman
merasa lebih tenang barunya belum teratasi
2. Menyediakan lingkungan yang tenang P: Lanjutkan intervensi
42
dan mendukung Hasil: Pasien nampak manajemen lingkugan
beristirahat yaitu observasi, terapeutik
3. Memfasilitas kenyamanan lingkungan dan edukasi
(mis. atur suhu, selimut, dan kebersihan)
Hasil: Pasien nampak nyaman
4. Menjadwalkan kegiatan kunjungan
Hasil: Keluarga pasien nampak keluar
ketika bukan jam kunjuangan Edukasi 1.
Menjelaskan tujuan dari manajemen
lingkungan Hasil: Ibu pasien mengatakan
paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat
anak merasa lebih tenang
Hari III
43
1. Menganjurkan untuk tirah baring Hasil: O: -TTV: S: 36,7 ºC, N:
Pasien nampak tenang dan nyaman 96x/menit, P:24x/menit -
Kolaborasi Pasien nampak lebih tenang
1. Memberikan obat paracetamol sirup Hasil: A: Hipertermia teratasi
Suhu :36,8 ºC P: Pertahankan intervensi
manajemen hipertermia
2 Defisit nutrisi 13 September Manajemen Nutrisi Pukul 07.00 sampai
2023 Observasi 08.00 wib
22.00 sampai 1. Memonitor berat badan Hasil: BB : 14,5 S: Ibu pasien
06.00 Wib kg (IMT : 20,1 kg/m2 ) mengatakan anaknya sudah
Terapeutik 2 kali makan dengan 4-5
1. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu sendok makan, namun
yang sesuai Hasil: Nampak makanan yang makanan masi belum
diberikan dengan suhu yang sesui dihabiskan dan ibu pasien
2. Memberikan makanan yang tinggi serat untuk mengatakan mengerti
mencegah konstipasi Hasil: Nampak terkait makanan yang
makanan yang diberikan yaitu bubur, sayur dianjurkan
daun hijau, ayam dan buah pisang O: Nampak makanan
Edukasi masih tersisa hanya 4
1. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu sendok yang dihabiskan
Hasil: Pasien nampak duduk saat makan A: Risiko defisit nutrisi
2. Menganjurkan diet yang diprogramkan Hasil: belum teratasi
Ibu pasien mengatakan akan berusaha agar P: Pertahankan
anaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi intervensi manajemen
serat, protein dan kalori nutrisi
3 Gangguan aman 13 September Manajemen kenyamanan lingkungan Pukul 07.00 sampai 08.00
44
nyaman 2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Mengidentifikasi sumber ketidaknyamanan S: - Ibu pasien
06.00 Wib Hasil : Pasien nampak lebih tenang mengatakan anaknya masih
Terapeutik kadang terbangun di
1. Menyediakan lingkungan yang tenang dan malam hari - Ibu pasien
mendukung Hasil: Nampak ruangan lebih mengatakan mengerti
tenang karena pasien sebagian sudah pulang terkait apa yang sudah
2. Memfasilitas kenyamanan lingkungan (mis. disampaikan
atur suhu, selimut, dan kebersihan) Hasil: O: Pasien nampak
Pasien nampak nyaman sedikit lebih tenang
3. Menjadwalkan kegiatan kunjungan Hasil: A: Gangguan rasa
Keluarga pasien nampak keluar ketika bukan nyaman belum teratasi
jam kunjuangan P: Pertahankan
Edukasi intervensi menajemen
1. Menjelaskan tujuan dari manajemen lingkungan
lingkungan Hasil: Ibu pasien mengatakan
paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat
anak merasa lebih tenang
45
BAB IV
PEMBAHASAN
keperawatan pada An.M dengan diagnosa medis demam thypoid di ruang Teuku
September 2023. Berdasarkan tujuan dari karya tulis ini yang akan dibahas
1. Pengkajian
dengan usia 6 tahun yang mengalami demam thypoid. Saat peneliti melakukan
perawatan hari kedua dan di dapatkan data dari Ny.R Selaku ibu klien bahwa
An.M telah menderita demam tinggi pada malam hari tiga hari yang lalu. Pada
saat peneliti melakukan pengkajian di dapatkan data klien sudah terpasang Klien
rumah sakit dengan masalah demam tinggi. Hal ini sesuai dengan teori
(Suprapto.2012) yang menyebutkan bahwa salah satu tanda dan gejala dari
penyakit demam thypoid adalah klien mengalami demam tinggi secara berturut
turut
2. Diagnosa keperawatan
respon manusia (kedaan sehat atau pola interaksi dari individu atau kelompok).
anak dengan kebutuhan rasa aman yaitu: Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan proses penyakit yaitu yang di dukung dengan data data sebagai berikut:
Data subjektif Ibu klien mengatakan anak nya suhu tubuhnya meningkat selama
3 malam berturut turut. Data objektif, Klien Nampak gelisah, Klien Nampak
lemah, Suhu tubuh meningkat, Nyeri tekan pada abdomen bawah, Turgor kulit
jelek, HGB: 10.0 g/d, HCT:35.4%, LED: 13 per jam, Tanda Tanda Vital S:38,5
3. Intervensi keperawatan
47
perawat yang didasarkan oleh pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
tujuan yang diharapkan Berikut intervensi yang dilakukan oleh peneliti setelah
membaik dengan kriteria hasil Pucat dari meningkat menjadi menurun Suhu
tubuh dari meningkat meningkat menjadi menurun Suhu kulit dari memburuk
4. Implementasi keperawatan
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu
dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang
kenaikan suhu tubuh adalah karena proses penyakit yaitu infeksi bakteri
48
melakukan kompres hangat. Anjurkan tirah baring pasien Telah dianjurkan tirah
Setelah diidentifiasi penyebab dari kenaikan suhu tubuh adalah karena proses
pakaian tampak pakaian dilepaskan. Basahi dan kipas permukaan tubuh tampak
penyebab dari kenaikan suhu tubuh adalah karena proses penyakit yaitu infeksi
melakukan kompres hangat. Anjurkan tirah baring pasien telah dianjurkan tirah
baring
5. Evaluasi
fasilitas yang ada jadi metode evaluasi yang digunakan yaitu metode SOAP
deman thypoid yaitu dengan pemberian kompres hangat pada pembuluh darah
49
melalui keringat dan dapat menurunkan suhu tubuh.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan masalah hipertermia yaitu: pasien nampak lemas, kulit teraba hangat, bibir
nampak pucat dan kering, kulit area wajah nampak memerah, suhu tubuh
didapatkan dengan nilai 38,8 ºC, denga pemeriksaan tes Widal : O: 1/640, H:
1/320 dan Ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak 4 hari yang lalu, ibu
malam hari.
2. Diagnosis keperawatan utama pada pasien demam thypoid ialah dengan masalah
utama hipertermia
5. Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien demam thypoid dengan
teratasi
6. Setelah dilakukan pemberian kompres bawnag merah pada pasien anak yang
bawang merah yaitu 38,8 ºC menurun menjadi 36,7 ºC dalam 104 waktu
51
diberikan kepada pasien yang mengalami hipertermia efektif mengatasi masalah
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Memberikan informed conset yang baik agar keluarga pasien mengerti terkait
2. Bagi perawat
52