Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Penyakit

menular yang paling sering terjadi di negara berkembang adalah penyakit pada

saluran pencernaan dan pernafasan. Salah satu diantaranya ialah kejadian Demam

Tifoid. Demam Tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya, Salmonella Typhi (Alba, 2016).

Menurut Nurzzaman (2015), anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid

karena daya tahan tubuh yang tidak kuat seperti orang dewasa atau bisa juga karena

kurang bisa menjaga kebersihan saat makan maupun minum, misalnya tidak

mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar atau buang air kecil ( Kitan

Reizani, 2020).

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan

oleh Salmonella typhi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C.

Penularan emam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Widoyono, 2011).

Demam tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia dan umumnya pada

negara dengan tingkat kesehatan yang rendah. Dari 100.000 populasi, demam tifoid

yang terjadi pada negara maju kurang dari 15 kasus. Hal ini berbeda dengan negara

berkembang dimana diperkirakan tingkat kejadiannya lebih besar yaitu 100 hingga

1
1.000 kasus per 100.000 populasi (Ahmad, Banu, Kanodia, Bora, & Ranhotra,

2016).

Menurut data World Health Organization (WHO, 2018) memperkirakan

angka kejadian diseluruh dunia terdapat sekitar 21 juta kasus dengan 128.000

sampai 161.000 kematian setiap tahun, kasus terbanyak terdapat di Asia Selatan

dan Asia Tenggara. Di Indonesia penyakit tifoid bersifat endemik, penyakit ini

mencapai 81% per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2013). Pada tahun 2011 angka

kesakitan tifoid di indonesia dilaporkan sebesar 8, 17 per 100.000 penduduk,

dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0 - 1 tahun),

148,7/100.000 penduduk (2 – 4 tahun), 18,03/100.000 (5-15 tahun), dan

51,2/100.000 (≥ 16 tahun), angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak

adalah pada kelompok usia 2-15 tahun (Purba, 2018 yang dikutib Safitri, 2020)

Berdasarkan data kasus di rumah sakit besar di Indonesia, penyakit tifus

menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata

kesakitan 500/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) antara 0,6-5%

atau 3-25/100.000. Angka prevalensi penyakit menurut provinsi maka Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam menduduki peringkat pertama (2.600/100.000)

selanjutnya Provinsi Bengkulu (2.500/100.000), dan Provinsi Gorontalo

(2.400/100.000). Beberapa provinsi dengan prevalensi (Muhamad, 2020).

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Aceh tahun 2007,

prevalensi kejadian tifoid di Provinsi Aceh adalah 3% dan tersebar di seluruh

kabupaten/kota dengan rentan 0,6-0,7%, dimana daerah dengan prevalensi tifoid

tertinggi yaitu sekitar 0,7% berada di Aceh Utara (Disky, 2019).

2
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan

kasus DemamTifoid ini sebagai bahan studi kasus untuk menyelesaikan tugas

praktek di Akper Kesdam Iskandar Muda Lhokseumawe dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien An. M Dengan Demam Tifoid di Ruang Teuku

Umar RS TK IV IM 07.01 Lhokseumawe”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan pengalaman yang

nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam

Tifoid Abdominalis dengan proses pendekatan keperawatan yang di lakukan

secara komprehensif.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengakjian pada pasien An. M dengan Demam Tifoid

Mampu merusmuskan diagnosa keperawatan pada pasien An. M dengan

Demam Tifoid

b. Mampu melakukan intervensi pada pasien An. M dengan Demam Tifoid

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatann pada pasien An. M

dengan Demam Tifoid.

d. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien An. M

dengan Demam Tifoid.

3
C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi

mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan Typhoid

2. Manfaat Praktis

a. Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menangani kasus

Typhoid.

b. Perawat

Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Typhoid.

c. Perpustakaan

Menambah jumlah pustaka dan sebagai bahan pembanding dengan asuhan

keperawatan lain guna kemajuan ke arah yang lebih baik.

d. Pembaca

Sumber informasi dan pengetahuan mengenai Typhoid serta penanganannya

sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah

selanjutnya

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Demam Typoid

1.Pengertian

Demam Tifoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam Tifoid

disebabkan oleh infeksi salmonella typhi (Lestari, 2016).

Demam Tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi

akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari seminggu, gangguan pada pencernaan dan juga kesadaran (Price &

M.wilson 2015). Tifoid fever atau demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut

pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran (sari,

2013).

Kesimpulan dari pengertian diatas dapat disimpulkan, typhoid

merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri usus halus

Salmonella typhi dengan ditandai panas berkepanjanga dan dapat pula

menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan serta gangguan kesadaran,

yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

5
3. Etiologi

Penyebab utama demam Tifoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri.

berupa basil gram negatif, mempunyai flagela, bergerak dengan rambut getar, tidak

berspora, dapat hidup di dalam air, sampah dan debu mempunyai tiga macam

antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),

antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat

(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana

aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41℃ (optimum 37℃) dan pH

pertumbuhan 6-8. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 70 ℃ selama 15-

20 menit. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, 6 sistem imun yang rendah,

feses, urin, makanan minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya

(Lestari, 2016)air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016).

4. Manifestasi Klinis

Dewi dan Meira (2016) mengungkapkan gejala klinis penyakit typhoid pada

anak biasanya lebih ringan dibandingkan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata

10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui

makanan. Sedangkan, jika infeksi melalui minuman mana tunas terlama

berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal,

yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat,

yang kemudian disusul dengan gejala – gejala klinis sebagai berikut :

a. Demam

Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat

febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat

6
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam

hari. Minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Minggu ketiga

suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup

selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia,

mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung, hepatomegali, dan

splenomegli, kadang normal, dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor,

koma, atau gelisah. (Ardiansyah, 2012)

5. Patofisiologi

Istilah system fagosit makrofag, system sel histiosit, system retikulo – histiosit

dan system RES adalah istilah lama yang merupakan sebutan kolektif untuk semua

sel fagosit yang dapat hidup lama diseluruh jaringan tubuh. Sekarang system itu

disebut system fagosit makrofag. Dalam hal ini system makrofag memiliki peran

penting dalam penyebaran dari kuman Salmonella typhi yang merupakan bakal

penyakit typhoid. (Baratawidjaja dan Iris, 2012)

Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui

makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dilambung

dan sebagian lagi lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila

respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan

menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di

lamina propia kuman berkembang biak dan difagositkan oleh sel-sel fagosit

7
terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak didalam magrofag

dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah

bening mesentrika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di

makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama

yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan 17 limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit

dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya

masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya

dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama

cairan empedu di eksresikan secara intermitten ke dalam usus halus. Sebagian

kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi

setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag yang

telah teraktvasi, hiperaktif; maka saat fogositosis kuman Salmonella terjadi

pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala

reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,

gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.

Didalam plak payeri makrofag hiperaktif menimbukan reaksi hyperplasia

jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat,

hyperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi

akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis

dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses

patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus,

dan dapat mengakibatkan perforasi.

8
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat

timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular,

pernapasan, dan gangguan organ lainnya. (Widodo Djoko, 2009)

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus. Melalui

pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ

terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati

dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada

perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia) dan

menyebar ke seluruh tubuh terutama dalam kelenjar limfoid usus halus,

menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak

tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam

disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan

oleh kelainan pada usus. (Arfiana & Arum , 2016)

6. Pathway

Gambar 2.2
Pathway Typoid

9
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah perifer lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula

leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun

tanpa disertai infeksi sekunder

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan

kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak

memerlukan penanganan khusus

c. Pemeriksaan uji widal Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody

terhadap bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum penderita demam Tifoid. Akibat adanya infeksi

oleh salmonella typhi maka penderita membuat antibody (agglutinin)

d. Kultur

1) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

2) Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua

3) Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

e. Anti salmonella typhi ig M

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut

salmonella typhi, karena antibody ig M muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya

demam (Nurarif & Kusuma, 2015).

8. Penatalaksanaan

a. Non farmakologi

1) Bed rest

2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai

dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.

10
b. Farmakologi

1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,

oral atau IV selama 14 hari.

2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200

mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intervena saat belum

dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan dosis 100

mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21

hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3

kali pemberian oral selama 14 hari.

3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/kali

dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena,

selama 5-7 hari.

4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah

meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon. (Amin & Kusuma , 2015)

9. Komplikasi

Komplikasi intestinal : perdarahan usus halus , perporasi usus dan ilius

paralitik. Komplikasi extra intestinal :

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia

hemolitik

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinepritis.

11
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,

polyneuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia (Lestari, 2016).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan yang

mencangkup pengumpulan data yang sistematis, verifikasi data,

pengorganisasian data, interprestasi data, dan melakukan dokumentasi data.

Pengkajian adalah pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status

kesehatan pasien dan mengidentifikasi masalah kesehatan actual atau potensial.

Pengkajian juga merupakan kumpulan informasi subjektif dan objektif pasien

yang menjadi dasar rencana perawatan. Keefektifan dari perencanaan

keperawatan terhadap klien tergantung kepada kelengkapan data pengkajian

serta interprestasi yang akurat dari informasi data yang diterima. Tindakan

keperawatan yang salah dan keputusan yang tidak tepat terhadap klien

merupakan akibat dari pengkajian yang tidak lengkap serta tidak akurat.

(Siregar, 2021). Adapun langkah-langkah pada pengkajian adalah sebagai

berikut :

a. Identitas Klien

Meliputi nama, usia, berat badan, jenis kelamin, alamat umah agama

dan nama orang tua.

1) Riwayat Penyakit

12
Riwayat penyakit sekarang meliputi sejak kapan munculnya

demam, gejala lain yang menyertai peningkatan suhu tubuh seperti mual

muntah, nafsu makan menurun, nyeri otot dan abdomen dan lain-lain,

apakah anak menggigil, gelisah dan apa upaya yang harus di lakukan.

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan adalah riwayat

penyakit yang pernah di derita oleh anak maupun keluarga terutama

orang tua. Apakah dalam keluarga pernah memiliki riwayat penyakit

keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat

di rumah sakit.

Riwayat tumbuh kembang yaitu yang berhubungan denan

pertumbuhan serta perkembangan anak sesuai dengan kebutuhan anak

sekarang yang meliputi motoric kasar, motorik halus, perkembangan

kognitif atau bahasa serta kemandiran. Tanyakan kepada orang tua

apakah anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usia serta

jadwal pemberian dan efek samping dari pemberian imunisasi seperti

panas, alergi dan sebagainya.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Pola pengkajian

Pengkajian pola fungsi kesehatan menggunakan pola Gordon

dimana pendekatan dapat memungkinkan perawat untuk

mengumpulkan data secara sistematis dengan cara mengevaluasi

pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada

masalah khusus. Model konsep dan tipologi pola kesehatan

fungsional menurut Gordon :

13
1) Pola persepsi manajemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan serta penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan

kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang

praktek kesehatan.

2) Pola nutrisi metabolik

Menggambarkan nutrisi, balance cairan dan elektrolot, nafsu

makan, pola makan, diet, fluktasi BB dalam 6 bulan terakhir,

adanya mual muntah, masalah penyembuhan luka, dan makanan

kesukaan.

3) Pola eliminasi

Meliputi pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit,

kebiasaan serta masalah defekasi, masalah miksi, penggunaan

kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin dan

feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, aspirasi berlebih

dan lain-lain.

4) Pola latihan aktivitas

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan, dan

sirkulasi. Pentingnya latihan atau gerakan dalam keadaan sehat

dan sakit, kekuatan otot dan ROM, riwayat penyakit jantung,

frekuensi, irama, bunyi serta kedalaman napas.

5) Pola kognitif perseptual

Menjelaskan persepsi sensori kognitif. Yang meliputi pengkajian

fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau, dan

14
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif

didalamnya meliputi kemampuan daya ingat klien terhadap

peristiwa yang telah lama terjadi ataupun baru terjadi serta

kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama

orang atau benda. Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan

penanganan nyeri, kemampuan untuk menilai nyeri dengan skala

0-10, adanya penggunaan alat bantu dengar, melihat, kehilangan

fungsi dan bagian tubuh, tingkat kesadaran, orientasi klien,

adanya gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori,

penciuman dan lain-lain.

6) Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang

energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur.

7) Pola konsep diri persepsi diri

Menggambarkan sikap persepsi tentang kemampuan dan sikap

tentang diri sendiri. Kemampuan konsep diri antaranya

gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.

8) Pola peran hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan peran anak terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.

9) Pola reroduksi seksual

Menggambarkan riwayat penyakit, dan pemeriksaan genital.


10) Pola koping stress

Menggambarkan kemampuan untuk mengalami stress dan

penggunaan sistem pendukung. Penggunaan obat untuk

15
menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis,

kontak mata, metode koping, efek penyakit terhadap tingkat

stress.

b. Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

c. Perumusan Masalah

Setelah melakukan analisa data selanjutkan merumuskan beberapa

masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi

dengan masalah keperawatan da nada pula yang tidak. Kemudian disusun

diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang dapat

ditentukan berdasarkan kebutuhan menurut Maslow, yaitu : keadaan yang

mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi

tentang kesehatan, dan perawatan kesehatan.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas

terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul antaranya :

16
a. Diare berhubungan dengan malabsorpsi ditandai dengan defekasi l ebih

dari tiga kali dalam 24 jam.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis berhubungan

dengan mengeluh nyeri.

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu

tubuh diatas nilai normal

d. Nausea berhubungan dengan faktor psikologis ditandai dengan

mengeluh mual.

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring ditandai dengan

merasa lemah

f. Resiko ketidakseimbangan cairan di tandai dengan disfungsi intestinal

g. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh primer

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang di harapkan (SIKI, 2018).

17
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI

1 Diare berhubungan dengan malabsorpsi ditandai SLKI : Eliminasi fekal Setelah SIKI : Manajemen
dengan defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam dilakukan tindakan keperawatan diare Observasi
selama ….. jam 1. identifikasi penyebab diare
diharapkan eliminasi fekal membaik 2. identifikasi riwayat
dengan kriteria hasil : pemberian makanan
a. Konsistensi feses 3. identifikasi gejala invaginasi
4. Monitor warna, volume,
Indikator 1,2,3,4,5 frekuensi, dan konsistensi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada tinja
(....) 5. Monitor tanda dan gejala
b. Frekuensi defekasi hypovolemia (mis.
Takikardi, nadi teraba
Indikator 1,2,3,4,5 lemah, mukosa mulut kering,
Dipertahankan/Ditingkatkan pada turgor kulit turun)
(....) 6. Monitor iritasi dan ulserasi
c. Peristaltik Usus kulit di daerah perianal.
Indikator 1,2,3,4,5 7. Monitor keamanan
penyiapan makanan.
Dipertahankan/Ditingkatkan pada Terapeutik
(....) 1. Berikan asupan cairan oral
(mis. Larutan garam,
Dengan Ekspektasi : oralit).
1. Memburuk 2. Pasang jalur intravena
2. Cukup Memburuk 3. Berikan cairan intravena
3. Sedang (mis.Ringer asetat, ringer
4. Cukup membaik laktat).
5. membaik 4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah

18
lengkap dan elektrolit.
5. Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu.
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat).
2. Kolaborasi pemberian obat
3. pengeras feses (mis.
Atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera SLKI : Tingkat nyeri SIKI : Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
fisiologis berhubungan keperawatan selama …. Jam. 1. Identifikasi lokasi,
diharapakn tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan mengeluh nyeri. dengan kriteria hasil : frekuensi, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri Indikator 1,2,3,4,5 2. Identifikasi skala nyeri
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 3. Identifikasi respon nyeri
(…) non verbal
Dengan ekspektasi : 4. Identifikasi faktor yang
1. Menurun memperberat dan
2. cukup menurun memperingan nyeri
3. sedang 5. Identifikasi pengetahuan
4. cukup meningkat dan keyakinan tentang nyeri
5. meningkat 6. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup

19
b. Meringis Indikator 1,2,3,4,5 7. Monitor keberhasilan terapi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada komplementer yang sudah
(…) diberikan
Dengan ekspektasi : 8. Monitor efek samping
1. Menurun penggunaan analgetik
2. cukup menurun Terapeutik
3. sedang 1. Berikan teknik
4. cukup meningkat nonfarmakologis untuk
meningkat mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Gelisa Indikator 1,2,3,4,5 Edukasi
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 1. Jelaskan strategi
(…) meredakan nyeri.
Dengan ekspektasi : 2. Anjurkan memonitor
1. Menurun nyeri secara mandiri,
2. cukup menurun 3. Ajarkan teknik
3. sedang nonfarmakologis
4. cukup meningkat untuk mengurangi
5. meningkat rasa nyeri.
Kolaborasi
d. Kesulitan tiduri Indikator 1,2,3,4,5 Kolaborasi pemberian
Dipertahankan/Ditingkatkan pada analgetik, jika perlu
(…)
Dengan ekspektasi :
1. Menurun
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
5. meningkat

20
3 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit SLKI : Termoregulasi SIKI : Manajemen hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan Observasi
diatas nilai normal keperawatan selama …. Jam 1. identifikasi penyebab
diharapkan termoregulasi membaik hipertermia.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
a. Suhu tubuh Indikator 1,2,3,4,5 3. Monitor kada elektrolit.
4. Monitor haluaran urin
Dipertahankan/Ditingkatkan pada
5. Monitor komplikasi akibat
(…)
hipertermia.
b. Suhu kulit Indikator 1,2,3,4,5 Terapeutik
Dipertahankan/Ditingkatkan pada 1. Sediakan lingkungan yang
dingin.
(…) 2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
Dengan ekspektasi : 3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan
1. Memburuk
eksternal.
2 Cukup memburuk Edukasi
3 Sedang - Anjurkan tirah baring.
4 Cukup membaik Kolaborasi
5 Membaik Kolaborasi pemberian cairan dan

elektrolit intravena, jika perlu.

4 Nausea berhubungan dengan factor psikologis SLKI : Tingkat Nausea SIKI : Manajemen muntah
ditandai dengan mengeluh Setelah dilakukan tindakan Observasi
mual. keperawatan selama … Jam 1. dentifikasi karakteristik
diharapakn tingkat nausea muntah (mis. Warna,
menurun dengan kriteria hasil : adanya darah, waktu, dan
a.Keluhan mual frekuensi)
Indikator 1,2,3,4,5 2. Identifikasi riwayat diet

21
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( (makanan yang tidak
…) disukai)
3. Monitor efek manajemen
b. Perasaan ingin muntah
muntah Indikator Terapeutik
1,2,3,4,5 1. Kurangi atau hilangkan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada keadaan penyebab muntah (
mis.kecemasan)
(…) 2. Atur posis untuk mencegah
aspirasi
3. Berikan dukungan fisik saat
Dengan ekspektasi : muntah (mis. Membantu
1 : Meningkat membungkuk atau
2 : Cukup meningkat 3 menundukkan kepala)
: Sedang 4. Berikan kenyamaman selama
4 : Cukup menurun 5 : Menurun muntah (mis. Sediakan
pakaian kering dan bersih)
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
istirahat Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (mis.
Relaksasi)

5 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah SLKI : SLKI : Toleransi Aktifitas SIKI : Manajemen energy
baring ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
merasa lemah intervensi keperawatan selama … 1. Identifikasi gangguan
jam diharapkan toleransi aktifitas fungsi tubuh yang
meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur
a. Frekuensi nadi Indikator 1,2,3,4,5 3. Monitor lokasi dan

22
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ketidaknyamanan selama
(…) melakukan aktifitas
b. Keluhan lelah Indikator 1,2,3,4,5 Terapeutik
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( … 1. Lakukan latihan rentan
gerak pasif dan aktif
) 2. Fasilitasi duduk ditempat
tidur, jika tidak dapat
Dengan ekspektasi berpindah atau berjalan
1 : Menurun/meningkat Edukasi
2 : Cukup menurun/cukup meningkat Anjurkan melakukan aktifitas
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat/cukup secara bertahap
menurun
5 : Meningkat/menurun
6 Resiko ketidakseimbangan cairan di tandai dengan SLKI : Keseimbangan cairan Setelah SIKI : Pemantauan cairan
disfungsi intestinal dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama … jam diharapkan 1. Monitor frekuensi dan
keseimbangan cairan meningkat, kekuatan nadi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi napas
e. Kelembaban membrane mukosa 3. Monitor tekanan darah
4. Monitor turgor kulit
Indikator 1,2,3,4,5
5. Monitor jumlah, warna, dan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada
berat jenis urin
(…)
6. Monitor intake dan output
Dengan ekspektasi :
cairan
6. Menurun
7. Identifikasi faktor resiko
7. cukup menurun
ketidakseimbangan cairan
8. sedang Terapeutik
9. cukup meningkat 1. Atur interval waktu
10. meningkat pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien

23
f. Turgor kulit Indikator 1,2,3,4,5 a. Dokumentasi hasil
Dipertahankan/Ditingkatkan pada pemantauan
Edukasi
(…)
Jelaskan tujuan dan
Dengan ekspektasi :
1. Menurun
prosedur pemantauan
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
meningkat

7 Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan SLKI : Tingkat Infeksi SIKI : Pencegahan Infeksi
pertahan tubuh primer Setelah dilakukan tindakan intervensi
Observasi
keperawatan selama … jam. 1. Monitor tanda dan gejala
diharapkan tingkat infeksi menurun. infeksi
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
a. Nyeri 1. Cuci tangan sebelum dan
Indikator 1,2,3,4,5 sesudah kontak dengan
Dipertahankan/Ditingkatkan pada ( pasien dan lingkungan pasien
…) 2. Berikan perawatan luka
b. Kadar sel darah putih Indikator 3.
Edukasi
1,2,3,4,5 1. Jelaskan tanda dan gejala
Dipertahankan/Ditingkatkan pada infeksi
(…) 2. Ajarkan cara memeriksa
Dengan ekspektasi : kondisi luka atau luka
1 : Memburuk/meningkat operasi
2 : Cukup memburuk/cukup 3. Anjurkan meningkatkan
meningkat asupan nutrisi dan cairan
3 : Sedang Kolaborasi
: Cukup membaik/cukup menurun 5 : 1. Kolaborasi pemberian
Membaik/menurun imunisasi, jika perlu

24
4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan

keperawatan merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. (SDKI, 2018).

Tindakan keperawatan terdiri dari :

i. Tindakan observasi

Ditujukan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data status

kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata ‘periksa’,

‘identifikasi’, atau ‘monitor’.

ii. Tindakan terapeutik

Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan status

kesehatan pasien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan pasien.

Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata ‘berikan’, ‘lakukan’, dan

lainnya.

iii. Tindakan edukasi

Tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien merawat

dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru yang dapat

mengatasi masalah. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata ‘ajarkan’,

anjurkan atau latih.

iv. Tindakan kolaborasi

Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat lainnya

maupun dengan profesi kesehatan lainnya. Tindakan ini membutuhkan

gabungan pengetahuan, keterampilan, dan keterampilan dai berbagai profesi

25
kesehatan. Tindakan ini hanya dilakukan jika perawat memerlukan

penanganan lebih lanjut. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata

‘kolaborasi’, atau ‘rujuk.

5. Evaluasi Keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan

membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sasaran evaluasi yaitu sebagai berikut :

a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria atau rencana yang telah

disusun)

b. Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah

dirumuskan dalam rencana evaluasi. Terdapat 2 kemungkinan hasil evaluasi

yaitu :

1. Tujuan tercapai, apabila klien telah menunjukkan perbaikan atau

kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu dicari penyebab serta cara untuk mengatasinya.

3. Tujuan dikatakan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan perubahan

atau kemajuan sama sekali bahkan muncul masalah baru dan perawat

perlu mangkaji secara lebih dalam apakah terdapat data, analisis,

diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai menjadi

penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi kepada klien, semua

tindakan perlu didokumentasikan dengan benar dalam dokumentas.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : An. M

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Umur : 6 Tahun

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Belum Sekolah

Pekerjaan :-

Alamat : Lhokkuyun

Tanggal berobat : 09 September 2023

No Register : 174825

Tanggal Pengakajian : 11 September 2023

Diagnosa Medis : Demam Tifoid

PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. R

Hubungan Dengan Pasien : Ibu Kandung

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Keluhan Utama

Ibu klien mengeluh anak nya demam selama 3 hari yang lalu, sakit kepala,

badan terasa lemah serta sakit tenggorokan.

27
3. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu pasien mengatakan sakit kepala, nyeri uluhati dan demam, Provokative

(penyebab: infeksi pada usus halus), Quality (kualitas demam yang

dirasakan: Remitten/Naik turun), Region (lokasi: Seluruh tubuh), Safety

(Keamanan: mengganggu aktivitas), (Suhu tubuh 390C), Time ( Waktu:

Demam sejak 2 September 2023).

4. Riwayat Kesehatan Massa Lalu

a. Penyakit yang pernah dialami

Keluarga mengatakan pasien pernah sakit seperti ini satu bulan setengah

yang lalu tetapi sembuh dengan meminum obat

dari puskesmas.

b. Pengobatan dan tindakan yang di lakukan

Pasien berobat jalan ke puskesmas di desanya.

c. Pernah di rawat/ operasi

Keluarga mengatakan pasien belum pernah di rawat di Rumah Sakit.

d. Lamanya di rawat

Tidak ada (pasien belum pernah menjalani rawat inap).

e. Alergi

Keluarga mengatakan pasien tidak pernah mengalami alergi terhadap

obat-obatan atau makanan.

28
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit yang sama seperti yang diderita pasien saat ini.

Genogram Keluarga :

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal laki-laki

: Perempuan : Pasien

: Perempuan Meninggal : Tinggal satu rumah

6. Riwayat/ keadaan psikologi

An. M tinggal bersama kedua orang tuannya, ibu klien mengatakan

perkawinan nya harmonis. Hubungan antar keluarga baik

7. Pemeriksaan Fisik

Tingkat kesadaran

a. Keadaan umum klien : composimentis

Penampilan

a. Ekspresi wajah, bicara: baik

29
b. Berpakaian dan kebersihan umum : baik

Tanda tanda vital

a. Nadi : 120x/ menit

b. Suhu : 38,50C

c. Pernapasan : 24x/ menit

Antropometri

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada


pembesaran

kelenjar tiroid

Kulit : kemerahan, teraba panas, turgor kulit jelek,tidak ada


edema

Berat badan : 20 Kg

Tinggi badan : 80 cm

Kepala : normal

Bentuk wajah : bulat

Rambut : berwarna hitam tebal

Mata : simetris, tidak nampak cekung, reflex pupil normal

Telinga : simetris dan tidak ada pengeluaran cairan

Hidung : bersih dan tidak ada mucosa

Mulut : tampak bibir kering , lidah tertutup selaput kotor

Thorax : bentuk normal, pergerakan dinding dada normal

Abdomen : normal, ada nyeri tekan pada abdomen bawah

8. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi

30
Sebelum sakit An. M makan teratur, saat sakit nafsu makan berkurang (3-
4 sendok makan)

b. Cairan
Sebelum sakit frekuensi minum 2,1 liter atau 8 gelas sehari, setelah sakit
frekuensi minum 2.0 liter atau 7 gelas sehari dengan ukuran gelas 250 ml

c. Eliminasi bab/bak
Sebelum sakit An.M Buang Air Besar 2 kali sehari dengan konsistensi
lunak. Setelah sakit anak An.M Buang Air Besar 1 dengan konsistensi
keras

Sebelum sakit An.M Buang Air Kecil 4 kali sehari dan setelah sakit 5
kali sehari

d. Istrahat dan tidur


Sebelum sakit An.M cepat tidur pada jam 21:00-05:00 wita dan siang
tidur pada jam 12:00-13:00 wita namun setalah sakit An.M susah tidur.

e. Personal hygiene
Sebelum sakit An.M mandi 2 kali sehari. Setelah sakit An.M mandi 1
kali dengan cara di waslap.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

WBC 5.8 4.0-10.00 103/uL


NEU# 4.6 1.1-7.0 103/uL
NEU% 78.5 50.0-70.0 %
LYM# 0.8 0.7-5.1 103/Ul
LYM% 13.2 20.0-40.0 %
MON# 0.4 0.0-0.9 103/uL
MON% 6.7 3.0-8.0 %
EOS# 0.0 0.0-0.9 103/uL
EOS% 0.4 0.5-5.0 %
BAS# 0.1 0.0-0.2 103/uL
BAS% 1.2 0.0-1.0 %
RBC 4.56 4.50-5.50 103/uL
HGB 10.0 11.0-17.9 g/dl
HCT 35.4 37.0-48.0 %

31
MCV 77.6 80.0-98.0 fL
MCH 25.7 28.0-33.0 Pg
MCHC 33.1 31.9-37.0 g/dl
RDW-C 14.4 11.5-14.5 %
RDW-SD 44.7 35.0-56.0 fL

10. Penatalaksanaan Terapi Thypoid

a. Terapi saat ini


Pemberian ceftriaxon 65 mg/ 6 jam

Ranitidine / 8 jam
Ondansentron / 8 jam
Paracetamol 4x 150 mg/
Infus RL 20 tpm

11. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: Aktivitas antigen antibody Hipetermia
Ibu klien inflamasi disampaikan ke
mengatakan hipotalamus
anaknya demam 3
malam berturut
turut
Do: Demam
Klien tampak
Hipertermia
pucat Klien
tampak gelisah
N:112x/menit
S:38,5 0C
RR:24x/menit
Nyeri tekan
pada
abdomen bawah
Turgor kulit jelek

DS: Salmonella thypi Defisit Nutrisi


- Ibu pasien mengatakan 
nafsu makan anaknya Mengkotaminasi makanan

32
berkurang selama dan air
sakit 
- Ibu pasien mengatakan Masuk ke saluran pencernaan
sebelum sakit 
frekuensi makan Pada lambung
anaknya 3 kali sehari 
dihabiskan, dan Penurunan mobilitas usus
selama sakit hanya 1- 
2 kali makan Penurunan paristaltik usus
- Ibu pasien mengatakan 
sudah 1 minggu Peningkatan asam lambung
anaknya belum BAB

- Ibu pasien mengatakan
Iritasi pada gaster
anaknya mual dan

muntah
Merangsang CTZ di
hypotha
DO:
lamus 
- Nampak makanan yang
Mual/muntah
diberikan masih
tersisa, hanya 3-4 
sendok makan yang Rasa tidak enak pada mulut
dihabiskan 
- Pasien nampak lemas Risiko Defisit Nutrisi
- Gerakan peristaltic: 6
kali permenit
- Pasien nampak tidak
selera makan ketika
diberikan makanan
DS: Kuman masuk kedalam Gangguan rasa nyaman
- Ibu pasien mengatakan tubuh (salmonella
anaknya sering thypi)
terbangun disaat tidur 
kemudian menangis Proses infeksi
- Keluarga mengatakan 
suhu ruangan agak Menyerang pusat panas
panas dihipotalamus
DO: 
- Pasien nampak Suhu tubuh meningkat
berkeringat 
- Nampak jumlah pasien Mengalami keringat berlebih
dalam kamar 
berjumlah 4 orang

33
- Pasien nampak gelisah Hospitalisasi
- TTV: 
N: 100 x/i Gangguan rasa nyaman:
S: 38,8 ˚C lingkungan
P: 26 x/meni

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit d.d suhu tubuh diatas

nilai normal, badan teraba hangat

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makan

dibuktikan dengan nafsu makan menurun

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendelian

situasional/lingkungan d.d mengeluh sulit tidur dan gelisah

34
35
2. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 2 x 24 Observasi :
jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertemia
termoregulasi memebaik 2. Monitor suhu tubuh.
dengan kriteria hasil : 3. Manitor haluaran urine
1. Suhu tubuh membaik. 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Suhu kulit membaik.
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
2. Pemberian obat
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan Keadekuatan 1. Identifikasi status nutrisi
asuapan nutrisi untuk 2. Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan
memenuhi kebutuhan 3. Identifikasi makanan yang disukai
metabolisme membaik dengan 4. Monitor asupan makanan
kriteria hasil: 5. Monitor berat badan
1. Frekuensi makan membaik 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratoium

36
2. Porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan yang tinggi protein dan kalori
4. Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Kenyamanan lingkungan
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan status kenyaman 1. Idetifikasi sumber ketidaknyamanan
meningkat, dengan kriteria Terapeutik
hasil: 1. Berikan penerimaan dan dukungan kepindahan ke
1. Keluhan sulit tidur menurun lingkungan baru 2. Sediakan lingkungan
2. Pasien tidak gelisah yang tenang dan mendukung
3. Fasilitas kenyamanan lingkungan (mis. atur suhu, selimut,
dan kebersihan)
4. Jadwalkan kegiatan kunjungan
5. Atur posisi yang nyaman (mis. topang dengan bantal)

37
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dari manajemen lingkungan

38
3. Implementasi dan Evaluasi

Hari I

No Diagnosa Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi


Hipertermia 11 September Manajemen hipertermia Pukul 19.00 sampai 20.00
2023 Observasi wib
14.00 sampai 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia Hasil: S: Ibu pasien mengatakan
18.00 Wib Disebabkan oleh proses penyakit (bakteri suhu tubuh anaknya
salmonella thypi) yang menyerang usus halus sedikit menurun
2. Memonitor suhu tubuh Hasil:S: 38,8 ºC O: TTV: S: 38,4 ºC, N:
Teraputik 1. Menyediakan lingkungan yang dingin 100x/menit, P:26x/menit
Hasil : Pasien nampak lebih nyaman Pasien nampak lemas
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian A: Hipertermia belum
Hasil :Pasien nampak menggunakan pakaian yang teratasi
tipis dan merasa nyaman P: Pertahankan intervensi
3. Memberikan cairan oral Hasil: Pasien nampak manjemen hipertermia
legah dan cairan infus yang masuk 500 ml/8 jam observasi, terapeutik
Edukasi dan edukasi
1. Menganjurkan untuk tirah baring Hasil: Pasien
terlihat rileks
2. Mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena Hasil :Nampak terpasang cairan KAEN
3B 16 tpm
2 Manajemen
11 September
Nutrisi Pukul 19.00 sampai 20.00 wib
2023 Observasi S: Ibu pasien mengatakan
1.14.00
Memonitorsampai
berat badan Hasil: BB : 14,5 kg IMT : 20,1 kg/m2 anaknya kurang nafsu

39
18.00 Wib 2. Mengidentifikasi status nutrisi Hasil: Ibu pasien makan selama sakit,
mengatakan anaknya kurang nafsu makan selama hanya makan 3-4
sakit sendok makan
3. Mengidentifikasi alergi makanan dan intoleransi O: Pasien nampak lemas
makanan Hasil: Ibu pasien mengatakan anaknya BB: 14,5 Kg
tidak ada alergi terhadap makanan A: Risiko defisit nutrisi
4. Mengidentifikasi makanan yang disukai Hasil: belum teratasi
Ibu pasien mengatakan anaknya menyukai makanan P: Lanjutkan intervensi
seperti mie, nuget dan telur manajemen nutrisi
5. Memonitor asupan makanan Hasil: Pasien sudah observasi BB dan
2 kali dan makanan yang masuk hanya 3-4 sendok intervensi terapeutik
makan setiap kali makan
Terapeutik
1. Menyaajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai Hasil: Pasien nampak tidak selera
makan
3 Gangguan aman Manajemen
11 September
Kenyamanan lingkungan Pukul 19.00 sampai 20.00 wib
nyaman 2023 S: Ibu pasien mengatakan
1.14.00
Mengidentifikasi
sampai sumber ketidaknyamanan Hasil: Ibu pasien anaknya masih gelisah
18.00 Wib mengatakan anaknya sering terbangun jika tidur O: Pasien nampak rileks
karena kepanasan setelah suhu ruangan
diatur
1. Memfasilitasi kenyamanan lingkungan (mis. atur suhu, selimut, dan A: Gangguan rasa nyaman
kebersihan) Hasil: Pasien nampak sedikit lebih belum teratasi
nyaman P: Lanjutkan intervensi
2. Atur posisi yang nyaman (mis. topang dengan bantal) Hasil: Pasien manajemen lingkungan

40
nampak nyaman jika leher di topang dengan bantal yaitu dengan observasi,
terapeutik dan edukasi
1. Menjelaskan tujuan dari manajemen lingkungan Hasil: Ibu pasien
mengatakan paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat anak
merasa lebih tenang

Hari II

No Diagnosa Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi


1 Hipertermia 12 September Manajemen hipertermia Pukul 07.00 sampai 08.00
2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Memonitor suhu tubuh Hasil: 38,2ºC S: - Ibu mengatakan suhu
06.00 Wib 2. Memonitor komplikasi akibat hipertermia tubuh anaknya sedikit
Hasil: Pasien nampak lemas menurun
Terapeutik O: TTV: S: 37,8 ºC, N:
1. Menyediakan lingkungan yang dingin 90x/menit, P:26x/menit
Hasil : Pasien nampak nyaman dan tenang Pasien nampak lebih
2. Memberikan cairan oral Hasil: Pasien tenang
nampak legah A: Hipertermia belum
Kolaborasi teratasi
1. Memberikan obat paracetamol sirup Hasil: P : Pertahankan intervensi
Suhu :36,8 ºC manajemen hipertermia
yaitu dengan observasi,
Terapeutik dan edukasi
2 Defisit nutrisi 12 September Manajemen Nutrisi Pukul 07.00 sampai 08.00

41
2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Memonitor asupan makanan Hasil: Pasien S: Ibu pasien mengatakan
06.00 Wib nampak 1 kali makan dan makanan yang makanan yang diberikan
dihabiskan hanya 3 sendok makan kepada pasien sudah baik,
2. Memonitor berat badan Hasil: BB : 14,5 namun selera makan An.
kg (IMT : 20,1 kg/m2 ) N masih kurang
Terapeutik O: Pasien nampak masih
1. Menyajikan makanan secara menarik dan lemas
suhu yang sesuai Hasil: Nampak makanan A: Risiko defisit nutrisi
yang dihidangkan dengan suhu sedang belum teratasi
2. Memberikan makanan yang tinggi serat P: Lanjutkan intervensi
untuk mencegah konstipasi Hasil: Nampak manajemen nutrisi yaitu
makanan yang diberikan yaitu bubur, sayur dengan obeservasi,
wortel, telur dan buah pepaya terapeutik dan edukasi
3 Gangguan aman 12 September Manajemen kenyamanan lingkungan Pukul 07.00 sampai 08.00
nyaman 2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Mengidentifikasi sumber S: Ibu pasien mengatakan
06.00 Wib ketidaknyamanan Hasil : Pasien nampak anaknya masih sering
terbangun ketika ada suara yang ribut terbangun jika ada suara
Terapeutik ribut, dan jika kepanasan
1. Memberikan penerimaan dan dukungan O: Pasien nampak belum
kepindahan ke lingkungan baru Hasil: menerima lingkungan
Pasien nampak belum terbiasa dengan barunya
lingkungan yang nyaman membuat anak A: Gangguan rasa nyaman
merasa lebih tenang barunya belum teratasi
2. Menyediakan lingkungan yang tenang P: Lanjutkan intervensi

42
dan mendukung Hasil: Pasien nampak manajemen lingkugan
beristirahat yaitu observasi, terapeutik
3. Memfasilitas kenyamanan lingkungan dan edukasi
(mis. atur suhu, selimut, dan kebersihan)
Hasil: Pasien nampak nyaman
4. Menjadwalkan kegiatan kunjungan
Hasil: Keluarga pasien nampak keluar
ketika bukan jam kunjuangan Edukasi 1.
Menjelaskan tujuan dari manajemen
lingkungan Hasil: Ibu pasien mengatakan
paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat
anak merasa lebih tenang

Hari III

No Diagnosa Tanggal/ Jam Evaluasi


1 Hipertermia 13 September Manajemen hipertermia Pukul 07.00 sampai 08.00
2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Memonitor suhu tubuh Hasil: 37,1 ºC S: - Ibu pasien anaknya
06.00 Wib Terapeutik sudah tidak demam lagi
1. Menyediakan lingkungan yang dingin Hasil : - Ibu pasien
Pasien nampak nyaman mengatakan akan
2. Memberikan cairan oral Hasil: Pasien nampak melakukan terapi
legah kompres bawang merah
Edukasi apabila anaknya demam

43
1. Menganjurkan untuk tirah baring Hasil: O: -TTV: S: 36,7 ºC, N:
Pasien nampak tenang dan nyaman 96x/menit, P:24x/menit -
Kolaborasi Pasien nampak lebih tenang
1. Memberikan obat paracetamol sirup Hasil: A: Hipertermia teratasi
Suhu :36,8 ºC P: Pertahankan intervensi
manajemen hipertermia
2 Defisit nutrisi 13 September Manajemen Nutrisi Pukul 07.00 sampai
2023 Observasi 08.00 wib
22.00 sampai 1. Memonitor berat badan Hasil: BB : 14,5 S: Ibu pasien
06.00 Wib kg (IMT : 20,1 kg/m2 ) mengatakan anaknya sudah
Terapeutik 2 kali makan dengan 4-5
1. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu sendok makan, namun
yang sesuai Hasil: Nampak makanan yang makanan masi belum
diberikan dengan suhu yang sesui dihabiskan dan ibu pasien
2. Memberikan makanan yang tinggi serat untuk mengatakan mengerti
mencegah konstipasi Hasil: Nampak terkait makanan yang
makanan yang diberikan yaitu bubur, sayur dianjurkan
daun hijau, ayam dan buah pisang O: Nampak makanan
Edukasi masih tersisa hanya 4
1. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu sendok yang dihabiskan
Hasil: Pasien nampak duduk saat makan A: Risiko defisit nutrisi
2. Menganjurkan diet yang diprogramkan Hasil: belum teratasi
Ibu pasien mengatakan akan berusaha agar P: Pertahankan
anaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi intervensi manajemen
serat, protein dan kalori nutrisi
3 Gangguan aman 13 September Manajemen kenyamanan lingkungan Pukul 07.00 sampai 08.00

44
nyaman 2023 Observasi wib
22.00 sampai 1. Mengidentifikasi sumber ketidaknyamanan S: - Ibu pasien
06.00 Wib Hasil : Pasien nampak lebih tenang mengatakan anaknya masih
Terapeutik kadang terbangun di
1. Menyediakan lingkungan yang tenang dan malam hari - Ibu pasien
mendukung Hasil: Nampak ruangan lebih mengatakan mengerti
tenang karena pasien sebagian sudah pulang terkait apa yang sudah
2. Memfasilitas kenyamanan lingkungan (mis. disampaikan
atur suhu, selimut, dan kebersihan) Hasil: O: Pasien nampak
Pasien nampak nyaman sedikit lebih tenang
3. Menjadwalkan kegiatan kunjungan Hasil: A: Gangguan rasa
Keluarga pasien nampak keluar ketika bukan nyaman belum teratasi
jam kunjuangan P: Pertahankan
Edukasi intervensi menajemen
1. Menjelaskan tujuan dari manajemen lingkungan
lingkungan Hasil: Ibu pasien mengatakan
paham terkait apa yang telah dijelaskan
bahwa lingkungan yang nyaman membuat
anak merasa lebih tenang

45
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan asuhan

keperawatan pada An.M dengan diagnosa medis demam thypoid di ruang Teuku

Umar RSU TK IV IM 07.01 Lhokseumawe yang dilakukan pada tanggal 11-13

September 2023. Berdasarkan tujuan dari karya tulis ini yang akan dibahas

berdasarkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1. Pengkajian

Pada penelitian ini dilakukan proses asuhan keperawatan pada An.M

dengan usia 6 tahun yang mengalami demam thypoid. Saat peneliti melakukan

pengkajian pada An.M tanggal 11 September 2023, klien sedang menjalani

perawatan hari kedua dan di dapatkan data dari Ny.R Selaku ibu klien bahwa

An.M telah menderita demam tinggi pada malam hari tiga hari yang lalu. Pada

saat peneliti melakukan pengkajian di dapatkan data klien sudah terpasang Klien

tampak pucat Klien Nampak gelisah N:112x/menit S:38,5 RR:24x/menit.

Orang tua klien menuturkan bahwa sebelumnya belum pernah di rawat di

rumah sakit dengan masalah demam tinggi. Hal ini sesuai dengan teori

(Suprapto.2012) yang menyebutkan bahwa salah satu tanda dan gejala dari

penyakit demam thypoid adalah klien mengalami demam tinggi secara berturut

turut
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan

respon manusia (kedaan sehat atau pola interaksi dari individu atau kelompok).

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk menganlisis dan menyintesis data yang

telah di kelompokkan. Diagnosis keparawatan digunakan untuk

mengidentifikasi masalah, dan kemampuan klien untuk mencegah atau

memecahkan masalah (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

Masalah keperawatan yang didapatkan pada kasus demam thypoid pada

anak dengan kebutuhan rasa aman yaitu: Gangguan rasa nyaman berhubungan

dengan gejala penyakit, Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit Pada

kasus An.N peneliti menegakan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit yaitu yang di dukung dengan data data sebagai berikut:

Data subjektif Ibu klien mengatakan anak nya suhu tubuhnya meningkat selama

3 malam berturut turut. Data objektif, Klien Nampak gelisah, Klien Nampak

lemah, Suhu tubuh meningkat, Nyeri tekan pada abdomen bawah, Turgor kulit

jelek, HGB: 10.0 g/d, HCT:35.4%, LED: 13 per jam, Tanda Tanda Vital S:38,5

0C, N: 112x/ menit, RR: 24x/ menit. Peneliti memprioritaskan dignosa

keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dengan

gangguan kebutuhan keamanan karena kebutuhan keamanan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan Oleh manusia Dalam

mempertahankan keseimbangan fisiolgis maupun psikologis. Hal ini didasarkan

pada teori (hirarki maslow )

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

47
perawat yang didasarkan oleh pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

tujuan yang diharapkan Berikut intervensi yang dilakukan oleh peneliti setelah

dilakukan tindakan kompres hangat selama 3x24 jam. maka termogulasi

membaik dengan kriteria hasil Pucat dari meningkat menjadi menurun Suhu

tubuh dari meningkat meningkat menjadi menurun Suhu kulit dari memburuk

menjadi membaik. Hal ini didasarkan pada (SLKI,2017) 4.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan Seluruh pelaksanaan keperawatan yang

dilakukan dan pelaksanannya sesuai dengan rencana keperawatan. Sehingga

dalam pelaksanaan implementasi keperawatan tidak terdapat kesenjangan yang

berarti. Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

implementasi keperawatan selama 3 hari seusai dengan intervensi yang telah

dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang

yang telah ditentukan. Hal ini didasarkan pada (SIKI,2017)

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan oleh peneliti dari

tanggal 11-13 September 2023 yaitu: pada tanggal 09 September 2023

mengidentifikasi penyebab hipertermia Setelah diidentifiasi penyebab dari

kenaikan suhu tubuh adalah karena proses penyakit yaitu infeksi bakteri

salmonella typhi. longgarkan atau lepaskan pakaian Tampak pakaian

dilepaskan. Basahi dan kipas permukaan tubuh tampak sudah dibasah

menggunakan air hangat. Lakukan pengendalian suhu tubuh eksternal Perawat

48
melakukan kompres hangat. Anjurkan tirah baring pasien Telah dianjurkan tirah

baring Pada tanggal 10 September 2023. mengidentifikasi penyebab hipertermia

Setelah diidentifiasi penyebab dari kenaikan suhu tubuh adalah karena proses

penyakit yaitu infeksi bakteri salmonella typhi. longgarkan atau lepaskan

pakaian tampak pakaian dilepaskan. Basahi dan kipas permukaan tubuh tampak

sudah dibasahi menggunakan air hangat. Lakukan pengendalian suhu tubuh

eksternal Perawat melakukan kompres hangat. Anjurkan tirah baring pasien

Telah dianjurkan tirah baring Pada tanggal 11 September 2023 Evaluasi

keperawatan. mengidentifikasi penyebab hipertermia Setelah diidentifiasi

penyebab dari kenaikan suhu tubuh adalah karena proses penyakit yaitu infeksi

bakteri salmonella typhi. longgarkan atau lepaskan pakaian tampak pakaian

dilepaskan. Basahi dan kipas permukaan tubuh tampak sudah dibasahi

menggunakan air hangat. Lakukan pengendalian suhu tubuh eksternal Perawat

melakukan kompres hangat. Anjurkan tirah baring pasien telah dianjurkan tirah

baring

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan

fasilitas yang ada jadi metode evaluasi yang digunakan yaitu metode SOAP

(subyektif, obyektif, analisa, planning) Kompres hangat efektif menurunkan

deman thypoid yaitu dengan pemberian kompres hangat pada pembuluh darah

yang besar sehingga dapat memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sum-sum

tulang belakang. Saat reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus

dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal melalui keringat dan

vasodilator perifer. Terjadinya vasodilator menyebabkan pembuangan panas

49
melalui keringat dan dapat menurunkan suhu tubuh.

50
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian keperawatan yang didapatkan pada pasien dengan demam thypoid

dengan masalah hipertermia yaitu: pasien nampak lemas, kulit teraba hangat, bibir

nampak pucat dan kering, kulit area wajah nampak memerah, suhu tubuh

didapatkan dengan nilai 38,8 ºC, denga pemeriksaan tes Widal : O: 1/640, H:

1/320 dan Ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak 4 hari yang lalu, ibu

pasien mengatakan anaknya masih demam dan demamnya meningkat disaat

malam hari.

2. Diagnosis keperawatan utama pada pasien demam thypoid ialah dengan masalah

utama hipertermia

3. Intervensi keprawatan yang dilakukan pada pasien demam thypoid dengan

masalah hipertermia yaitu memberikan obat penurun panas

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien demam thypoid dengan

masalah hipertermia yaitu selama 3 hari beturut-turut

5. Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien demam thypoid dengan

masalah hipertermia dimana masalah keperewatan utama yaitu hipertermia dapat

teratasi

6. Setelah dilakukan pemberian kompres bawnag merah pada pasien anak yang

demam thypoid dengan masalah keperawatan hipertermia didapatkan hasil

masalah tertasi dengan pengukuran suhu tubuh sebelum pemberian kompres

bawang merah yaitu 38,8 ºC menurun menjadi 36,7 ºC dalam 104 waktu

pemberian 3 x 24 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa implementasi yang

51
diberikan kepada pasien yang mengalami hipertermia efektif mengatasi masalah

yang ada pada pasien.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Memberikan informed conset yang baik agar keluarga pasien mengerti terkait

terapi yang akan diberikan

2. Bagi perawat

Klien yang dirawat di Rumah Sakit pastinya mendapatkan terapi farmakologi,

agar mendapatkan hasil yang maksimal baiknya.

52

Anda mungkin juga menyukai