PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya
tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara
berkembang di daerah tropis. Diare dan Typhoid abdominalis (demam thypoid,
entric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran, penyebab penyakit ini adalah Salmonela
Thyphosa (Ngatsiyah, 236 : 2005).
Typhus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus
halus. Sinonim dari typhus abdominalis adalah demam typhoid, typhoid dan
para typhoid dan enteric fever. Typhus abdominalis disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan
salmonella paratyphi C.
Penyakit typhus adalah penyakit yang mengancam hidup seseorang
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Di US sekitar 400 kasus
terjadi setiap tahun, dan 75% terjadi ketika sedang traveling keluar negeri.
Penyakit typhus masih muncul di negara berkembang, yang menjangkiti
hampir 21.5 juta orang setiap tahun.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem
atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang
berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di
temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan
sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang
dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini
kedalam hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis
adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative
lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
tersebut
masuk
melalui
saluran
pencernaan,
setelah
masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat
terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke
pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau
thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus
abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.
B. Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pencegahan dan pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui
apa- apa saja yang menjadi dasar dari penyebab penyakit Thypus ini.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui
penyebab timbulnya penyakit Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa
mengetahui pencegahan apa saja yang bisa kita lakukan agar terhindar dari
penyakit Thypus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Menurut Suriadi, 2006, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu
minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
Sedangkan menurut Wikipedia, 2000, Thypoid fever, also known as
thypoid is a common worldwide illness, transmitted by the ingestion of food or
water contaminated with the feces of an infected person, which contain the
bacterium Salmonella Typhi.
Jadi, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella
typhi.
Typhoid fever (Demam Tifoid) yang biasa juga disebut typhus atau
types
oleh
orang
awam,
merupakan
penyakit
yang
disebabkan
Darmowandowo,
selama
terjadi
infeksi
bakteri S.
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para
typhii A, dan Salmonella paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O,
antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu:
a. Antigen O (somatic, terdiri dar izat komplek liopolisakarida)
b. Antigen H (flagella)
c. Antigen V1 dan protein membrane hialin.
2.
Salmonella parathypi A
3.
Salmonella parathypi B
4.
Salmonella parathypi C
5.
FAKTOR RESIKO
1.
2.
3.
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih
berat dibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4
hari jika infeksi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika
infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, nafsu makan
berkurang,dan tidak bersemangat.
Gejala klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remitens dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu
badan berangsur-angsur naik setia hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu badan
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu keempat.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak
sedap (halitosis), bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan.
Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.
(kecuali
penyakitnya
berat
dan
terlambat
mendapatkan
pengobatan).
E. Penularan
1. Kuman tipes masuk/ menular melalui mulut dengan makanan atau minuman
yang tercemar.
2. Pencemaran kuman tipes dapat terjadi :
F. Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan
e. Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
f. Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik (memenuhi
syarat kesehatan)
g. Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar
pembuatan jamban yang baik).
2. Usaha terhadap individu
a. Imunisasi
b. Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
G. Komplikasi
1. Kompilikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
intravascular
c. Komplikasi paru
Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefretis dan perinefretis.
f. Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis
g. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, menengitis, polineuritis perifer, sindrom
Guillain Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
H. Pengobatan
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat
tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan
terhadap komplikasi yang mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah
antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg
diberikan selama 7 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup
sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau
lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai
habis ( 7 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh
pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu
aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa
minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita.
Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika
menderita penyakit ini).
10
Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang
benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah
ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy
hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk
menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman
3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1
Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat
Typus).
11
BAB III
ASKEP TYPHUS ABDOMINALIS
A. Pengkajian
1. Biodata
1.1. Usia ( sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa juga pada semua usia )
1.2. Jenis kelamin ( tidak ada pebedaan yang nyata antara insidensi demam
tifoid pada pria dan wanita )
1.3. Pendidikan ( kebersihan makanan atau minuman )
2. Keluhan utama
2.1. Minggu pertama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi/diare peraaan tidak enak di perut, batuk dan
epitaksis.
2.2. Minggu kedua : pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun
secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.
12
penyakitnya.
Keluarga
penyembuhan pasien.
13
juga
ikut
aktif
dalam
upaya
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien merasa lemah, panas, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher : Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal,
leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Sistem respirasi : Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan
dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler : Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif,
hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen : Kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.
f. Sistem gastrointestinal : Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering,
lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia. Di daerah abdomen ditemukan
nyeri tekan. Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan
perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
g. Sistem eliminasi : Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N
-1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal : Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan
adanya kelainan.
i. Sistem endokrin : Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan : Kesadaran klien penuh.
14
2.2.Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri
Menyebutkan intervensi yang efektif
Menyatakan bahwa orang lain memastikan bahwa nyeri memang ada
15
Rasional
Memberikan
informasi
sebagai
dasar
dan
Meningkatkan
kemampuan
koping
dalam
manajemen nyeri
2.3.3. Lakukan kompres dingin/es sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan edema, menurunkan sensasi nyeri
2.3.4. Berikan obat sesui indikasi : analgesik
Rasional : Diberikan untuk menurunkan nyeri.
3.2.Kriteria hasil :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah disediakan.
Adanya keseinbangan intake dan output.
3.3.Intervensi:
3.3.1. Dorong tirah baring
Rasional:
Menurunkan
kebutuhan
metabolic
untuk
16
Program
ini
mengistirahatkan
17
saluran
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram
negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurangkurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.
B. Saran
Melalui makalah ini saya selaku penyusun makalah ini berharap agar
pembaca senantiasa memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan
sekitarnya agar terhindar dari penyakit menular khususnya penyakit Typhus
dengan melakukan pencegahan sejak dini sehinnga penyakit ini tidak menjadi
suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).
18
DAFTAR PUSTAKA
19