Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya
tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara
berkembang di daerah tropis. Diare dan Typhoid abdominalis (demam thypoid,
entric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran, penyebab penyakit ini adalah Salmonela
Thyphosa (Ngatsiyah, 236 : 2005).
Typhus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus
halus. Sinonim dari typhus abdominalis adalah demam typhoid, typhoid dan
para typhoid dan enteric fever. Typhus abdominalis disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan
salmonella paratyphi C.
Penyakit typhus adalah penyakit yang mengancam hidup seseorang
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Di US sekitar 400 kasus
terjadi setiap tahun, dan 75% terjadi ketika sedang traveling keluar negeri.
Penyakit typhus masih muncul di negara berkembang, yang menjangkiti
hampir 21.5 juta orang setiap tahun.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem
atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang
berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di
temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan
sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang
dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini
kedalam hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis
adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative
lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.

Insiden infeksi Typhus abdominalis tertinggi terjadi pada usia 1- 4


tahun. Kenyataannya sekarang penderita penyakit typhus di RS Roemani masih
tinggi khususnya pada tahun 2008-2009 tercatat penderita typhus mencapai
70%, terdiri dari 50% penderita laki-laki , 20% penderita perempuan dan pada
tahun 2009 , sampai april mencapai 414 penderita untuk kasus ini masuk dalam
kategori 10 jenis penyakit terbesar Typhus abdominalis adalah penyakit
infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan
manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh karena itu penyakit ini
disebut juga penyakit demam enterik. Penyebabnya adalah kuman Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain demam enterik kuman ini
dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia
(tidak menyerang usus).
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup
kemungkinan untuk orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran,
urine manusia, dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar kuman
yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama
thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa
jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.
Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 810
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986
bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000 kematian) disebabkan oleh demam
enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun penderita
belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat menularkan
penyakitnya kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan
untuk menjadi carrier 3 kali lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber
penularan utama ialah penderita demam enterik itu sendiri dan carrier, yang
mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam
tinja dan tinja inilah yang merupakan sumber pencemaran.
Kuman

tersebut

masuk

melalui

saluran

pencernaan,

setelah

berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa,

masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat
terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke
pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau
thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus
abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.

B. Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pencegahan dan pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui
apa- apa saja yang menjadi dasar dari penyebab penyakit Thypus ini.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui
penyebab timbulnya penyakit Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa
mengetahui pencegahan apa saja yang bisa kita lakukan agar terhindar dari
penyakit Thypus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Menurut Suriadi, 2006, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu
minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
Sedangkan menurut Wikipedia, 2000, Thypoid fever, also known as
thypoid is a common worldwide illness, transmitted by the ingestion of food or
water contaminated with the feces of an infected person, which contain the
bacterium Salmonella Typhi.
Jadi, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella
typhi.
Typhoid fever (Demam Tifoid) yang biasa juga disebut typhus atau
types

oleh

orang

awam,

merupakan

penyakit

yang

disebabkan

bakteri Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi (S.


Typhi)yang menyerang bagian saluran pencernaan (Anonim_a, 2009).
Typhus merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada
anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak.
Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa.
Menurut

Darmowandowo,

selama

terjadi

infeksi

bakteri S.

typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan


dilepaskan ke aliran darah (Anonim_b, 2007).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,

gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Pada paratipus jenis tipus


yang lebih ringan mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika
diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir
kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah
lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa
membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi
sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang
di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu
tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.
Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya
muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan
disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut
mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan
pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus
secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah.
Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji
Widal).
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang
yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler).
Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia
masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut
vaksinasi.

B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para
typhii A, dan Salmonella paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O,
antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan

fakultatif anaerob pada suhu 15 41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan


6 8.
1.

Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu:
a. Antigen O (somatic, terdiri dar izat komplek liopolisakarida)
b. Antigen H (flagella)
c. Antigen V1 dan protein membrane hialin.

2.

Salmonella parathypi A

3.

Salmonella parathypi B

4.

Salmonella parathypi C

5.

Feces dan Urin dari penderita thypus

FAKTOR RESIKO
1.

Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi syarat kesehatan

2.

Lingkungan yang kotor

3.

Daya tahan tubuh yang rendah

Penyakit Typhus dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang


tercemar dengan kuman Typhus. Bila anda sering menderita penyakit ini
kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar
bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam
yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang
mengandung bakteri Typhus , Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing
dari penderita Typhus.

C. Manifestasi Klinis
Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih
berat dibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4
hari jika infeksi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika
infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal

yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, nafsu makan
berkurang,dan tidak bersemangat.
Gejala klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remitens dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu
badan berangsur-angsur naik setia hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu badan
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu keempat.

2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak
sedap (halitosis), bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan.
Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.

3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun


tidak dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah

(kecuali

penyakitnya

berat

dan

terlambat

mendapatkan

pengobatan).

4. Disamping gejala diatas, pada punggung atau anggota gerak dapat


ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit terutama ditemukan pada minggu pertama demam.
Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis.
D. Patofisiologi
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman
Salmonella Typhosa masuk kedalam lambung, selanjutnya lolos dari sistem
pertahanan lambung, kemudian masuk ke usus halus, melalui folikel limpa

masuk kesaluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik, sehingga terjadi


bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang Sistem Retikulo Endoteleal
(RES) yaitu : hati, lien dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh
organ di dalam tubuh antara lain sistem syaraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.
Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati masuk ke kandung empedu
sehingga terjadi Kolesistitis. Cairan empedu akan masuk ke Duodenum dan
dengan virulensi kuman yang tinggi akan menginfeksi intestin kembali
khususnya bagian illeum dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong dan dalam.
Masuknya kuman ke dalam intestin terjadi pada minggu pertama dengan tanda
dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari
dan akan menurun menjelang pagi hari.
Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu
yang tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping
peningkatan suhu tubuh juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan
motilitas suhu, namun ini tidak selalu terjadi dapat pula terjadi sebaliknya.
Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi
sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tandatanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan
hepatomegali. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi
dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah
dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus ( demam kontinue ), lidah
kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan
absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman,
pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis dengan
tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena,
syock dan penurunan kesadaran.

E. Penularan
1. Kuman tipes masuk/ menular melalui mulut dengan makanan atau minuman
yang tercemar.
2. Pencemaran kuman tipes dapat terjadi :

a. Dengan perantaraan lalat.


b. Melalui aliran sungai.

F. Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan
e. Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
f. Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik (memenuhi
syarat kesehatan)
g. Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar
pembuatan jamban yang baik).
2. Usaha terhadap individu
a. Imunisasi
b. Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

G. Komplikasi
1. Kompilikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik

2 Komplikasi ekstra intestinal


a. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah

Anemia hemolitik, trombositopenia, disseminated


coaguilation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.

intravascular

c. Komplikasi paru
Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefretis dan perinefretis.

f. Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis
g. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, menengitis, polineuritis perifer, sindrom
Guillain Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
H. Pengobatan
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat
tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan
terhadap komplikasi yang mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah
antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg
diberikan selama 7 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup
sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau
lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai
habis ( 7 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh
pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu
aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa
minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita.
Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika
menderita penyakit ini).

10

Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang
benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah
ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy
hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk
menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman
3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1
Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat
Typus).

11

BAB III
ASKEP TYPHUS ABDOMINALIS

A. Pengkajian
1. Biodata
1.1. Usia ( sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa juga pada semua usia )
1.2. Jenis kelamin ( tidak ada pebedaan yang nyata antara insidensi demam
tifoid pada pria dan wanita )
1.3. Pendidikan ( kebersihan makanan atau minuman )

2. Keluhan utama
2.1. Minggu pertama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi/diare peraaan tidak enak di perut, batuk dan
epitaksis.
2.2. Minggu kedua : pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun
secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


3.1. Gejala yang timbul pada penyakit types/ tifoid : Panas (suhu380C pada
hari pertama ), Pasien mengigil.
3.2. Pada hari ketiga panas meningkat , pucat nyeri pada abdomen, tekanan
darah menurun , pemeriksaan laboratorium positif.

4. Riwayat Penyakit Dulu


Pasien sebelumnya pernah mengalami febris, DB, diare.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam salah satu anggota keluarga tersebut ada yang menderita types, diare,
DB, pada waktu bersamaan atau sebelum pasien mengalami penyakit
tersebut (Arief Mansjoer, M Sjaifoellah Noer, Nursalam).

12

6. Pola Fungsi Kesehatan


6.1. Pola Manajemen Kesehatan
Tindakan pertama kali dilakukan yaitu mengukur suhu tubuh, kompres,
mengkonsumsi banyak cairan.
6.2. Pola Nutrisi Kesehatan
Memperbanyak volume pemasukan cairan, memberikan makanan yang
halus seperti bubur halus. Pemberian vitamin dan mineral juga
mendukung untuk memperbaiki keadaan umum pada pasien.
6.3. Pola Istirahat Tidur
Pasien harus tirah baring mulai hari pertama sampai minimal hari
ketujuh.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien
berubah-ubah(mual, muntah, konstipasi, diare, nyeri kepala, lemah)
dan untuk menghindari dekubitus.
Pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena ada rasa tidak enak
pada perut, pusing, mual.
6.4. Pola aktivitas
Pasien tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti biasa karena tirah
baring (bedrest) selama fase pertama. Mobilisasi dilakukan secara
bertahap karena keadaan pasien lemah.
6.5. Pola Eliminasi
Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam penyakit yaitu
konstipasi dan diare.
Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.
Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimbang.
6.6. Pola Hubungan Peran
Pasien tidak bisa bersosialisasi dengan keadaan sekitar sehubungan
dengan

penyakitnya.

Keluarga

penyembuhan pasien.

13

juga

ikut

aktif

dalam

upaya

B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien merasa lemah, panas, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher : Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal,
leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Sistem respirasi : Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan
dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler : Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif,
hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen : Kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.
f. Sistem gastrointestinal : Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering,
lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia. Di daerah abdomen ditemukan
nyeri tekan. Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan
perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
g. Sistem eliminasi : Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N
-1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal : Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan
adanya kelainan.
i. Sistem endokrin : Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan : Kesadaran klien penuh.

C. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan


1. Hipertermi b.d proses infeksi usus halus
1.1.Tujuan : Suhu tubuh klien kembali secara normal.
1.2.Kriteria hasil :

14

Mengidentifikasi faktor-faktor resiko hipertermi


Suhu tubuh relatif normal
Menurunkan faktor- faktor resiko hipertermi.

1.3.Intervensi dan rasional :


1.3.1. Pantau suhu klien
Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses
peningkatan infeksius akut
1.3.2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat
tidur sesuai dengan indikasi
Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,
mempertahankan suhu mendekati normal
1.3.3. Berikan kompres mandi hangat
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam
1.3.4. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional: Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
hipotalamus

2. Perubahan rasa nyaman ( nyeri) b.d proses infeksi salmonella typhi.


2.1.Tujuan : klien menyatakan peredaan setelah suatu tindakan peredaan
yang memuaskan.

2.2.Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri
Menyebutkan intervensi yang efektif
Menyatakan bahwa orang lain memastikan bahwa nyeri memang ada

2.3.Intervensi dan rasional :


2.3.1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan intensitas (skala 0-10),
lamanya, dan lokasi

15

Rasional

Memberikan

informasi

sebagai

dasar

dan

pengawasan keefektifan intervensi


2.3.2. Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh
relaksasi progresif
Rasional

Meningkatkan

kemampuan

koping

dalam

manajemen nyeri
2.3.3. Lakukan kompres dingin/es sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan edema, menurunkan sensasi nyeri
2.3.4. Berikan obat sesui indikasi : analgesik
Rasional : Diberikan untuk menurunkan nyeri.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d malarbsorpsi nutrisi.


3.1.Tujuan : Intake makanan terpenuhi dan adanya keseimbangan output
(pengeluaran).

3.2.Kriteria hasil :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah disediakan.
Adanya keseinbangan intake dan output.

3.3.Intervensi:
3.3.1. Dorong tirah baring
Rasional:

Menurunkan

kebutuhan

metabolic

untuk

meningkatkan penurunan kalori dan simpanan energi


3.3.2. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
makan
3.3.3. Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3.3.4. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan

16

Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan


konduktif untuk makan
3.3.5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
3.3.6. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
Rasional:

Program

ini

mengistirahatkan

gastrointestinal, sementara memberikan nutrisi penting.

17

saluran

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram
negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurangkurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

B. Saran
Melalui makalah ini saya selaku penyusun makalah ini berharap agar
pembaca senantiasa memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan
sekitarnya agar terhindar dari penyakit menular khususnya penyakit Typhus
dengan melakukan pencegahan sejak dini sehinnga penyakit ini tidak menjadi
suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).

18

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Sutedjo. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books
Vietha. 2009.http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatananak-dengan-typhus-abdominalis/. Diperoleh tanggal 15-10-2010.
Yoga. 2009. http://yogabimantoro.blogspot.com/2009/09/typhusabdominalis.html. Diperoleh tanggal 15-10-2010.
http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm
http://www.infokesehatan.co.id

19

Anda mungkin juga menyukai