Anda di halaman 1dari 12

Salmonella thypi

OLEH:
AGUSTIN WAHYU PRABANDARI
P07124214041
D-IV KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES
YOGYAKARTA
2014/2015
Salmonella thypi
A.    Latar Belakang

Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat. Apabila


lingkungan sehat maka bakteri dan virus akan lebih sedikit berkembang biak
disana. Bakteri dan virus akan lebih banyak terdapat pada lingkungan yang kotor
dan tingkat perilaku hidup bersih sehat sangat kurang sehingga kuman tersebut
akan banyak terdapat disana. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan
rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih sehat akan
menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri, khususnya lingkungan mereka
akan lebih rentan terkena penyakit.

Demam thypoid  menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di


negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan
kekurangan air bersih yang dapat diminum.  Demam thypoid merupakan suatu
penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di
daerah tropis dan subtropis. Salmonella thypi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar. Penularan Salmonella thypi dapat
ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan
melalui feses.Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).

Apabila demam thypoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat
dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujuang pada kematian, seperti
perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia
(peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah
terjadinya demam thypoid dan menurunkan angka kejadian, harus memperhatikan
sanitasi lingkungan, pola makan yanjg sehat dan rajin mencuci tangan terutama
sebelum dan setelah makan.

B. Epidemiologi

Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat Vietnam khususnya di delta


Sungai Mekong, diperoleh angka insidensi 198 per 100.000 penduduk dan di
Delhi India sebesar 980 per 100.000 penduduk. Pada beberapa dekade terakhir
demam thypoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap
menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia, seperti bekas
negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika.
Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu
diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus kematian
itu menimpa penderita demam thypoid di Asia.

Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam thypoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat
inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi
3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan
proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539
dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak., di Paseh,Jawa Barat tahun


2009, insidens rate demam thypoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah
357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden demam thypoid bervariasi di tiap
daerah dan biasanyaterkait dengan sanitasi lingkungan; di daerah Jawa Barat,
terdapat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan di daerah urban di temukan
760-810 per 100.000 penduduk.

C. Gejala dan tanda

Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa
sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinis demam thyoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga
yang berat. Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada
anak-anak. Bakteri yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan
gejala. Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih
cepat bila kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman.

Gejala klinik demam thypoid pada anak biasanya memberikan gambaran


klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar,
tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain :

1. Demam  lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun


Menjelang malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak
di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam
beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan
rasa sakit di perut.
6. Pingsan. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah
seringkali terjadi gangguan kesadaran.
D. Diagnostik

Penyebab dari demam thypoid:

1. 96 % disebabkan oleh Salmonella typhi, basil gram negatif yang bergerak


dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3
macam antigen, yaitu :

- Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)

- Antigen H (flagella)

- Antigen VI dan protein membran hialin.

2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feses dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Wong ,2003).

Sifat Salmonella typhi:

1. Berbentuk batang, termasuk bakteri gram negatif, fakultatif aerob,


bergerak dengan flagel pertrich.
2. Mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan
yang mengandung empedu.
3. Sebagian besar Salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan
merupakan sumber infeksi pada manusia.
4. Di alam bebas Salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah
atau pada bahan makanan. Di dalam feses diluar tubuh manusia dapat
bertahan hidup 1-2 bulan.

Diagnosa

Untuk keakuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dilakukan


beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana.
Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia),
jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap penyebab thypus.
Widal positif jika titer O (1/160) atau lebih dan atau menunjukkan
kenaikan progresif menggunakan metode “Tube Aglutination Test”.

Reaksi Widal

Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu O antigen (somatik


antigen) H antigen (flagellar antigen) dan Vi antigen (virulensi antigen). Pada
reaksi aglutinasinya :

·      Aglutinasi O berbentuk butir-butir pasir yang tidak hilang bila dikocok.

·      Aglutinasi H berbentuk butir-butir yang hilang bila dikocok.

·      Aglutinsi Vi berbentuk awan.

Reaksi widal adalah suatu reaksi serum(sero-tes)untuk mengetahui ada tidaknya


antibodi terhadap Salmonella tyhpi, dengan jalan mereaksikan serum seseorang
dengan antigen O, H, dan Vi dari  laboratorium. Bila terjadi aglutinasi, dikatakan
reaksi widal posItif yang berarti serum orang tersebut mempunyai antibodi
terhadap Salmonella tyhpi, baik setelah vaksinasi, setelah sembuh dari
penyakit  thypus ataupun sedang menderita thypus. Reaksi widal negatif artinya
tidak memiliki antibodi terhadap Salmonella thypi. Reaksi widal dipakai untuk
menegakkan diagnosa penyakit thypus abdominalis. Peninggian titer aglutinin O
menunjukkan adanya infeksi yang aktif, peninggian titer aglutinin H menunjukkan
disebabakan vaksinasi, peninggian titer aglutini Vi menunjukkan karier.

3. Diagnosa demam thypoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu


dengan ditemukannya Salmonella typhi dalam darah saat minggu pertama
dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan feses. Sampel urine dan
feses dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita
telah benar-benar sembuh. Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit
yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa
banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, terdapat kemungkinan
selain demam thypoid yaitu penyakit infeksi lain seperti paratifoid A, B
dan C, demam berdarah , influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan
infeksi paru (Pneumonia).

E. Patogenesis

Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang


tercemar oleh Salmonella thypi (biasanya >10.000 basil). Sebagian dapat
dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil
Salmonella thypi akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di
ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. Salmonella typi  masuk tubuh
manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian
dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di
tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.
Salmonella thypi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella thypi masuk ke aliran darah
melalui ductus thoracicus. Salmonella thypi lain mencapai hati melalui sirkulasi
portal dari usus.

Salmonella thypi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-


bagian lain sistem retikuloendotelial. Pada awalnya demam dan gejala-gejala
toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian
berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam
thypoid. Endotoksin Salmonella thypi berperan pada patogenesis demam thypoid,
karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempat Salmonella thypi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan
karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat
pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika


mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui
ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus. Hati
membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, Salmonella thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
dan gangguan mental koagulasi).

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar


plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi
usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian,
terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi


antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain yang tertelan. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).
F. Penjabaran

Salmonella thypi adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif


berbentuk tongkat/batang yang menyebabkan tifus, paratifus, dan
penyakit foodborne. Spesies-spesiesnya dapat bergerak bebas dan menghasilkan
hidrogen sulfida. Salmonella thypi dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli
patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal
akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun
1885 pada tubuh babi. Habitat Inang bagi Salmonella thypi adalah usus halus
manusia dan hewan. Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan
mekanisme transmisi dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella thypi bisa
berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke
dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak
mencapai dosis infekti.

Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai


tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram
negatif, ukuran 2- 4 mikrometer x 0.5-0.8 mikrometer dan bergerak. Adapun
bakteri salmonella dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

- Kelas               : Psilopsida
- Ordo                : Psilotales
- Family             : Psilotaceae
- Genus              : Salmonella
- Species            : Salmonella typhi

Habitat inang bagi Salmonella typhi adalah usus halus manusia dan hewan.
Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi
kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi.Salmonella typhi bisa
berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke
dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang
biak mencapai dosis infekti.

Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi
mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif.

G. Pencegahan

Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan tingaktan


penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin
yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia
telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :
- Vaksin oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin
ini kontraindiksi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang
mengkonsumsi antibiotik. Lama proteksi 5 tahun.
- Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin
yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-
Phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml
dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4
minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan
nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat
demam pada pemberian pertama.
- Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin
diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi
pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2
tahun.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
mendiagnosis demam thypoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam thypoid, yaitu :

- Diagnosis klinik

- Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman

- Diagnosis serologik.

Pencegahan sekunder dapat berupa :

- Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha


surveilans demam tifoid.

-  Perawatan umum dan nutrisi yang cukup.

-  Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti mikroba (antibiotik) segera diberikan


bila diagnosa telah dibuat. pada wanita hamil, terutama pada trimester III karena
dapat menyebabkan partus prematur, serta janin mati dalam kandungan. Oleh
karena itu obat yang paling aman diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin
atau amoksilin.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari
penyakit demam thypoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat,
sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi
ulang demam thypoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu
dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.
H. Kesimpulan

Salmonella thypi adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan


melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya menyebabkan penyakit
pada organ pencernaan. Salmonella thypi  bisa berada dalam air, es, debu, sampah
kering yang bila organisme ini masuk ke dalam perantara yang cocok (daging,
kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infeksi.

Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan


kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci
tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai