OLEH:
AGUSTIN WAHYU PRABANDARI
P07124214041
D-IV KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES
YOGYAKARTA
2014/2015
Salmonella thypi
A. Latar Belakang
Apabila demam thypoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat
dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujuang pada kematian, seperti
perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia
(peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah
terjadinya demam thypoid dan menurunkan angka kejadian, harus memperhatikan
sanitasi lingkungan, pola makan yanjg sehat dan rajin mencuci tangan terutama
sebelum dan setelah makan.
B. Epidemiologi
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam thypoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat
inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi
3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan
proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539
dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa
sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinis demam thyoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga
yang berat. Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada
anak-anak. Bakteri yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan
gejala. Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih
cepat bila kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman.
- Antigen H (flagella)
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feses dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Wong ,2003).
Diagnosa
Reaksi Widal
E. Patogenesis
- Kelas : Psilopsida
- Ordo : Psilotales
- Family : Psilotaceae
- Genus : Salmonella
- Species : Salmonella typhi
Habitat inang bagi Salmonella typhi adalah usus halus manusia dan hewan.
Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi
kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi.Salmonella typhi bisa
berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke
dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang
biak mencapai dosis infekti.
Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi
mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif.
G. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin
yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia
telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :
- Vaksin oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin
ini kontraindiksi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang
mengkonsumsi antibiotik. Lama proteksi 5 tahun.
- Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin
yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-
Phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml
dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4
minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan
nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat
demam pada pemberian pertama.
- Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin
diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi
pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2
tahun.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
mendiagnosis demam thypoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
- Diagnosis klinik
- Diagnosis serologik.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari
penyakit demam thypoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat,
sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi
ulang demam thypoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu
dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.
H. Kesimpulan