Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN TYPOID PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :
RADIAH AQILLA (SDK191005)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DATU


KAMANRE
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada saluran cerna bagian bawah (usus halus)
dengan gejala demam kurang lebih satu minggu disertai gangguan saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. penyakit inidisebabkan oleh Salmonella thypi A, B , dan C.
Demam tifoid atau thypus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita,
baik diperkotaan maupun dipedesaan. Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan kualitas
yang mendalam dari hygiene pribadi dan sanitasi lingkugan seperti higieneperorangan, dan
hygiene penjamah makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat
umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung perilaku sehat. Demam
tipoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhii yang ditularkan
melalui makanan yang tercemar oleh tinja dan urine penderit. Demam thypoid disebabkan oleh
kuman salmonella thypi. Penularan kemanusia melaluimakan atau minuman yang tercemar
dengan feces manusi yang mengandung bakteri salmonella. Setelah melewati lambung kuman
mencapai usus dan dan invasi ke jaringan limfoid yang merupakan tempat predileksi untuk
berkembang biak. Kuman salmonella thypi menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks
lipoposakarida dan dianggap berperan penting pada pato genesis dalam thypoid.endotoksin
bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella. Penyakit
demam tipoid atau thypus abdominalis sangat erat hubungannya dengan perilaku masyarakat
yang kurang bersih baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan dan juga sanitasi msyarakat
seperti lingkuan kumuh, sumber air bersih yang tidak memadai. Penyebab utamanya adalah
bakteri salmonella thypi yang masuk melalui mulut dan berkembang biak didalam usus dan
masuk ke pembulu darah. Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara
hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa,
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. WHO
memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus demam
thypoid. Thypoid terdapat diseluruh dunia terutama dinegara-negara yang sedang berkembang
didaerah tropis. Penyakit ini telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Sebagian gambaran dapat
kita simak dijamestown Virginia USA, dimana dilaporkan lebih 6000 kematian akibat wabag
thypoid pada priode 1607sampai dengan 1624.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Thypoid ?
2. Apa saja etiologi dari Thypoid ?
3. Apa saja patofisiologi dari Thypoid ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Thypoid ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Thypoid ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Thypoid ?
7. Apa saja komplikasi dari Thypoid ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Thypoid
2. Untuk mengetahui etiologi dri Thypoid
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Thypoid
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Thypoid
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Thypoid
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Thypoid
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Thypoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Thypoid
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
salmonella thipi. Penyakit ini ditandai dengan panas berkepanjangan, ditopang dengan
bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothelelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multipaksi kedalam sel fagosip monocular dari hati, limpa, kelenjar limpa, limfe usus dan
peyer’s patcah dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi.Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran,dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13tahun (70% -
80%), pada usia 30 - 40tahun ( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak
(5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010). Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran. Thipoid adalah
penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonellaThypi. Organisme ini masuk
melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis.

B. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi
(S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela,
dapat hidup dalamair, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu
600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi
atau aglutinin yaitu :
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari flagel
kuman).
3. AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigenVi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid.

C. Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati.
Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamine H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada
sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di
ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran
kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan
RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe Setelah melalui
periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi
kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan keluar dari habitatnya dan melalui
duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai
organ manapun, akantetapi tempat yang disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung
empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu.
Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga
endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma
usus halus dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain.
Produk darimakrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vascular yang tidak
stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi
sistem imunologik

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan
syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeriperut
6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeriotot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit demam
akut dengan disertai syok dan hipotermia

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella typhi.
Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi,
karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam.

F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh KUman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) paracatamol
2. keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7hari

G. Komplikasi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeriperut
dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang, dan
nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis,kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri
dan juga pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga pusing,
berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien
merasa sakit diperut dan juga diare, klien mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama (penularan).
c. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
1) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor,dankoma
2) Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
3) Tanda-tanda vital,normalnya: Tekanan darah : 95 mmHg, Nadi : 60-120
x/menit, Suhu : 34,7-37,3 0C, Pernapasan : 15-26 x/menit

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipovolemia
b. Devisit nutrisi
c. Hiportermia
d. Termoregulasi tidak efektif
e. Nyeri
f. Intoleransi aktivitas
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Intervensi

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


o
1. Hipovolemia Tujuan : Manajemen hipovolemia
Setelah dilakukan pengkajian Tindakan
selama 1 x 24 jam masalah O:
hipovolemia dapat teratasi. - Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil : hipovolemia (mis.
-Turgor kulit Frekuensi nadi meningkat,
-Output urine madi teraba
-Berat badan lemah,tekanan darah
Perasaan lemah menurun, turgor kulit
-Membran mukosa menurun,membrane
-Kadar Hb mukosa kering,hematokrit
-Kadar Ht meningkat,haus,lemah)
-Suhu tubuh - Monitor intake dan
output cairan
T:
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan
- Berikan posisi modified
Trendelenburg
E:
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
K:
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonic (mis.
RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (
mis.glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid
(mis.albumin, plasmaneta)
- Kolaborasi pemberian
produk darah
Pemantauan Cairan
Tindakan
O:
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor elastisitas atau
turgor kulit
- Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor kadar albumin
dan protein total
T:
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

2. Devisit Nutrisi Tujuan : Manajemen Nutrisi


Setelah dilakukan pengkajian Tindakan :
1 x 24 jam masalah devisit O:
nutrisi dapat teratasi. - Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil : - Identifikasi alergi dan
-Berat badan intoleransi makanan
-Nafsu makan - Identifikasi makanan
-Membran mukosa yang disukai
-Diare - Identifikasi kebutuhan
-Verbalisasi keinginan untuk kalori dan jenis nutrient
meningkatkan nutrisi - Monitor asupan makanan
-Pengetahuan tentang standar - Monitor hasil pemeriksan
asupan nutrisi yang tepat laboratorium
T:
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tingi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan,jika perlu
E:
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
K:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Manajemen Reaksi
Alergi
Tindakan
O:
- Identifikasi dan
mengelola respon alergi
- Monitor gejala dan tanda
reaksi alergi
- Monitor selama 30 menit
setelah pemberian
agen farmakologis (mis.
antibiotik)
T:
- Pasang gelang tanda
alergi pada lengan
- Hentikan paparan alergi
- Lakukan tes alergi
E:
- Informasikan tentang
alergi yang dialami
- Ajarkan cara
menghindari dan
mencegah
paparan alergen dari
lingkungan atau lainnya
K:
- Kolaborasi pemberian
obat-obat anti alergi
3. Hipotermia Tujuan : Manajemen Hipotermia
Setelah dilakukan pengkajian Tindakan
1x 24 jam masalah hipotermia O:
dapat teratasi - Monitor suhu tubuh
Kriteria Hasil : - Identifikasi penyebab
-Pucat hipotermia
Vasokonstriksi perifer - Monitor tanda dan gejala
-Pengisian kapiler akibat hipotermia
-Tekanan darah T:
- Sediakan lingkungan
yang hangat (mis. atur
suhu ruangan)
- Lakukan penghangatan
aktif eksternal
- Lakukan penghangatan
aktif internal
E:
- Anjurkan makan/minum
hangat
4. Nyeri Akut Tujuan : Manajemen Muntah
Setelah dilakukan pengkajian Tindakan
selam 1x24 jam masalah O:
nyeri akut dapat teratasi - Identifikasi karakteristik
Kriteria Hasil : muntah ( mis. warna
-Gelisah konstitensi,adanya darah,
-Kesulitan tidur waktu, frekuensi dan
-Muntah durasi)
-Mual - Periksa volume muntah
- Identifikasi factor
penyebab muntah
Monitor efek manajemen
muntah secera
menyeluruh
T:
- Kontrol faktor
lingkungan penyebab
muntah
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab
muntah
- Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
- Bersihkan mulut dan
hidung
- Berikan kenyamanan
selama muntah
E:
- Anjurkan membawah
kantong plastic untuk
menampung muntah
- Anjurkan memperbanyak
istirahat
- Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengelolah muntah
K:
- Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
5. Intoleransi Aktivitas Tujuan : Terapi Aktivitas
Setela dilakukan pengkajian Tindakan :
selam 1x24 jam masalah O:
intoleransi aktivitas dapat - Identifikasi deficit
teratasi tingkat aktivitas
Kriteria Hasil : - Identifikasi kemampuan
-Perasaan lemah berpartisipasi dalam
-Kekuatan tubuh bagian atas aktivitas tertentu
-Kekuatan tubuh bagian - Identifikasi sumber daya
bawah untuk aktivitas yang
-Tekanan darah diinginkan
Frekuensi napas - Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
- Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja)
dan waktu luang
- Monitor respon
emosional, fisik, sosial dan
spiritual terhadap aktivitas
T:
- Fasisilatsi focus pada
kemampuan , bukan
deficit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih
aktivita dan tetapkan
tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan
fisik, psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemelihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna yang
dipilih
- Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas rutin,
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas
pengganti bsaat
mengalami
keterbatasi waktu, energy,
atau gerak
- Fasilitasi tingkat motorik
kasar untuk pasien
hiperatif
- Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas
motorik untuk merelaksasi
otot
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
- Jadwalkan aktivitas
dalam rute nitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
E:
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika
perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
K:
- Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komonitas, jika perlu
6. Termoregulasi Tidak Tujuan : Regulasi Temperature
Efektif Setelah dilakukan pengkajian Tindakan :
selama 1x24 jam masalah O:
termogulasi tidak efektif - Monitor suhu tubuh anak
dapat teratasi tiap dua jam, jika
kriteria hasil : perlu
- Pucat - Monitor tekanan darah,
- Vasokonstiksi frekuensi pernafasan
perifer dan nadi
- Kadar glukosa darah - Monitor warna dan suhu
- Tekanan darah kulit
- Pengisian kapiler - Monitor dan catat tanda
- Suhu tubuh gejala hipotermia atau
hipetermia
T:
- Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jka perlu
- Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang
adekuat
- Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan
pasien
E:
- Jelaskan cara pencegahan
heat exhaustion dan
heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena
terpapar udara dingin
K:
- Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah kategori dari
prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
dperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun
demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
lansung setelah pengkajian

5. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk
kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum,
evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengambilan data : 20 juni 2019 ( Jam 09.00 WIB )


MRS : 19 juni 2019 ( Jam 10.00 WIB )
Ruang : Rawat Inap Anak
No MR : 522605

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.Z
Tempat/ tanggal lahir : Bukittinggi/ 4 Januari 2011
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah/Ibu : Afrizal/Afdariati
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Jl.Manggis aur kuning
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Biaya ditanggung oleh : Umum

2. Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan pasien demam < 1 minggu yang lalu, sebelum di bawa kerumah
sakit pasien mengalami mencret 3x mencret berlendir dan sedikit hampas, nafsu makan
pasien berkurang dan apa yang di makan pasien keluar kembali, dan klien mengalami
mual dan muntah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 1 minngu yang lalu, saat ini pasien
mengatakan tubuhnya merasa lelah, dan semalam pasien gelisah tidak bisa tidur, tadi pagi
pasien mengatakan mencret sedikit dan pasien makan hanya sedikit dan hanya
mengahabiskan 1/4 dari porsinya. Suhu pasien 35,6 C, konjungtiva pasien tampak anemis,
nadi 116 x/i, pernafasan 37 x/i, TD 96/79 mmhg. Nafsu makan pasien berkurang dan juga
kurang minum, mukosa mulut pasien tampak kering dan suhu tubuh pasien tidak stabil
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan kalau pasien belum pernah di rawat dan baru kali ini masuk
rumah sakit dan menderita penyakit demam typoid.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien, ibu juga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit lainnya seperti DM, hipertensi, asma dan jantung.
4. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki : Meninggal : Satu Rumah

: Perempuan ? : Tidak Diketahui

: Klien : Garis pernikahan : Garis keturunan

Ibu pasien mengatakan beliau anak keempat dari 6 bersaudara,


orang tua laki-laki ibu pasien sudah meninggal. Dan ayah pasien
memiliki 1 saudara perempuan, ayah pasien merupakan anak
pertama dan oarang tua ayah pasien yang perempuan sudah
meninggal dan tinggal yang laki-laki. Pasien memiki 3 saudara,
pasien merupakan anak ke dua. Pasien tinggal serumah dengan ibu,
ayah, kakak dan adeknya.
6. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Ibu pasien mengatakan keadaannya saat hamil tidak ada masalah, ibu hamil selama 9
bulan dan ibu periksa kehamilan1 kali 1 bulan ke puskesmas dan ibu juga di beri vitamin
saat hamil. Selama kehamilan ibu mengalami mual muntah pada trimester pertama dan
pada trimester kedua ibu mengalami kontraksi dan tidak ada pendarahan, pada trimester
ketiga ibu mengalami udem pada ektremitas bawah. Proses melahirkan ibu dibantu oleh
bidan dengan BB janin waktu lahir 2,9 kg dengan panjang 45 cm, lingkar kepala 35 cm,
lingkar dada 32 cm dan lingkar lengan 12 cm. ibu mengatakan keadaan bayi waktu lahir
dalam keadaan normal dan tidak ada masalah.
7. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh : Ayah dan Ibu pasien
2) Hubungan dengan anggota keluarga : Ibu pasien mengatakan hubungan
dengankeluarga baik yaitu anak dapat berinteraksi dengan ayah dan ibunya
sebaliknya juga dengan keluarga - keluarga yang lain.
3) Hubungan dengan teman sebaya : Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan
teman sebayanya sangat baik, seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama
teman sebayanya.
4) Pembawaan secara umum : Pasien tampak kurang kooperatif dengan perawat
dikarenakan kondisi pasien.
5) Lingkungan rumah : Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, orang tua pasien juga
mengatakan lingkungan sekitar rumah padat dengan lingkungan yang bersih.
8. Kebutuhan Dasar
1) Makanan yang disukai.
Ibu mengatakan An.Z sewaktu dirumah sangat suka sekali makan ayam goreng dan
tidak suka makan ikan laut, ketika dirumah sakit ibu mengatakan An.Z tidak ada
nafsu makan, dan jika dikasih makan pasien muntah, orang tua pasien mengatakan
susah untuk makan dan pasien tampak susah untuk makan.
2) Pola tidur.
Ibu mengatakan An.Z waktu dirumah tidurnya teratur pada siang dan malam hari,
selama dirumah sakit An.Z susah tidur karena sakit yang dialami dan sering
kebangun pada malam hari.
3) Mandi.
Ibu mengatakan waktu dirumah An.Z mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore, dan
sedang di rumah sakit An.Z mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.
4) Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An.Z sangat aktif bermain dan sangat banyak
aktifitas yang dilakukannya dirumah seperti mengaji d sore hari. Selama di rumah
sakit An.Z hanya bisa berbaring di tempat tidur karena tubuhnya merasakan pegal
dan lemah.
5) Eliminasi.
Ibu mengatakan waktu di rumah BAB An.Z lebih kurang 5x perhari sejak SMRS
konsistensi encer dan BAK An.Z 7 kali/hari. Sedangkan waktu di rumah sakit 1x dari
pagi tadi konsistensi encer bercampur lender dan BAK An. Z 1x/hari.
6. Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
BB/TB :20 kg /124 cm
Tanda-tanda vital
Suhu :37,5°C
Nadi :90 x/menit
Pernafasan :28 x/menit
Tekanan darah :128/85 mmHg

1) Kepala.
 Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada lesi.
 Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva normal,pupil
isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
 Telinga
Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan telinga pasien
simetris kiri dan kanan.
 Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terdapat polip, pernafasan 28x/menit.
 Mulut dan gigi
Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri dan kanan, dan
tidak ada kelainan.
2) Leher.
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.
3) Thorax.
 Paru-Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan oto bantu
pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan 28x/menit
 P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
P : Sonor
A : Irama pernafasan vesikuler
 Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
4) Abdomen.
I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi
P : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik.
P : Timpani
A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
5) Punggung.
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada tulang punggung
pasien.
6) Ekstremitas.
 Atas : Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan bawah 18 tetes/menit.
 Bawah : Pada ekstremitas bawah kaki kanan pasien terpasang tensimeter yang
terhubung ke monitor.
 Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555

7) Genetalia.
Tidak terpasang kateter, pasien menggunakan pempers,pempers pasien di ganti 3x sehari
oleh keluarga.
8) Integumen.
Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT kurang dari 3
detik.
7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.
1) Kemandirian Dalam Bergaul.
An.Z bisa akrab dengan perawat dan semua anggota keluarga yang ada di ruangan.
2) Motorik Halus.
An.Z mampu merespon pada saat An.Z mau diberikan obat secara IV dan An.Z menarik
tangan sendiri
3) Kognitif dan Bahasa.
An.Z sudah menolak hal-hal yang tidak disukai dan sudah bisa menunjukkan ekspresi
wajah. An.Z belum mampu melawan pembicaraan lawan bicara dengan bahasa yang
jelas.
4) Motorik Kasar.
An.Z belum mampu melakukan pergerakan semua anggota tubuh masih dibantu oleh
keluarga.

B. Analisa Data

N Data Masalah Etiologi


o
1. Data Subjektif Defisit nutrisi Faktor psikologis
Ibu mengatakan nafsu (keengganan untuk makan)
makan pasien menurun
Ibu mengatakan BB pasien
turun
Ibu mengatakan pasien
hanya makan satu sendok
kemudian muntah
Data Objektif
Pasien tampak tidak
menghabiskan porsi
makanannya
BB pasien tampak menurun
18 kg saat ditimbang
Pasien menolak saat diberi
makan
Mukosa bibir pasien tampak
pucat
TD : 100/70 mmHg
N : 81 kali/menit
P : 24 kali/menit
S : 37,5oC
IMT : BB / TB2
18 / (124)2 = 11,7
Status nutrisi pada An. Z
adalah gizi kurang.

2. Data Subjektif Termogulasi Tidak Proses penyakit (mis.


Ibu mengatakan suhu tubuh Efektif infeksi)
pasien naik pada pagi hari
dan turun pada malam hari
Ibu mengatakan tubuh
pasien hangat
Data Objektif
Pasien tampak pada pagi
hari suhunya 38,1oC dan pada
malam hari suhunya
36,5oC
Pasien tampak pucat
Pasien tubuhnya teraba
Hangat
3. Data Subjektif Intoleransi Aktifitas Kelemahan
Ibu mengatakan aktifitas
pasien dibantu sebagian
Ibu mengatakan pasien
lelah
Ibu mengatakan tubuh
pasien pegal - pegal
Data Objektif
Pasien tampak aktifitasnya
dibantu sebagian
Pasien tampak lemah
Pasien tampak hanya
berbaring ditempat tidur

4. Data Subjektif Resiko Muntah


Ibu pasien mengatakan ketidakseimbangan
pasien lemas elektrolit
Ibu mengatakan pasien
mual dan muntah
Data Objektif
Pasien tampak lemah
terlihat dari aktifitas yang
dibantu oleh keluarga
Pasien tampak muntah
sedikit dan mengeluarkan
makanan yang baru saja
dimakannya
Leukosit pasien tampak
rendah 4,19 pada hari kedua
leukosit pasien 3,86 dan
pada hari ketiga leukosit
pasien menjadi 7,23

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis ditandai dengan BB menurun dan nafsu makan
menurun
2. Termoregulasi Tidak Efektif b.d Proses penyakit (mis. infeksi) ditandai dengan suhu
tubuh fluktuatif dan pucat
3. Intolerans Aktifitas b.d Kelemahan ditandai dengan perasaan mengeluh lelah dan
merasa lemah
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d Diare ditandai dengan mual dan muntah

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria intervensi


Keperawatan Hasil
1. Devisit Nutrisi b/d Tujuan : Manajemen Nutrisi
faktor psikologis Setelah dilakukan Tindakan :
(keengganan untuk intervensi O:
makan) ditandai 3x24 jam maka devisit Identifikasi status nutrisi
dengan nutrisi Identifikasi makanan yang disukai
nafsu makan menurun membaik dengan Monitor asupan makanan
dan BB menurun Kriteria Hasil : Monitor hasil pemeriksan
Berat badan membaik laboratorium
Frekuensi makan T:
membaik Sajikan makanan secara menarik
Pengetahuan tentang dan suhu yang
pilihan makanan yang sesuai
sehat meningkat Berikan suplemen makanan,jika
Porsi makan yang perlu
dihabiskan meningkat Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika
perlu
E:
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
K:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan, jika perlu
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum
makan, jika perlu

2. Termoregulasi Tidak Tujuan Regulasi Temperature


Efektif b/d proses Setelah dilakukan Tindakan :
penyakit (mis. infeksi) intervensi O:
ditandai dengan suhu selama 3x24 jam maka Monitor suhu tubuh anak tiap dua
tubuh fluktuatif dan termogulasi tidak jam, jika
pucat efektif perlu
membaik dengan Monitor tekanan darah, frekuensi
kriteria hasil : pernafasan
Pucat menurun dan nadi
Vasokonstiksi perifer Monitor dan catat tanda gejala
menurun hipotermia atau
Kadar glukosa darah hipetermia
membaik T:
Tekanan darah Tingkatkan asupan cairan dan
membaik nutrisi yang
Pengisian kapiler adekuat
membaik E:
Suhu tubuh membaik Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena
terpapar udara dingin
K:
Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu
3. Intoleransi Aktivitas Tujuan : Terapi Aktivitas
b/d kelemahan Setela dilakukan Tindakan :
ditandai intervensi O:
dengan perasan selam 3x24 jam maka Identifikasi kemampuan
mengeluh lelah dan intoleransi aktivitas berpartisipasi dalam
merasa lemah membaik aktivitas tertentu
dengan Kriteria Hasil : Monitor respon emosional, fisik,
Perasaan lemah sosial dan
menurun spiritual terhadap aktivitas
Kekuatan tubuh T:
bagian atas meningkat Koordinasikan pemelihan
Keluhan lelah aktivitas sesuai usia
menurun Fasilitasi aktivitas rutin, sesuai
Tekanan darah kebutuhan
membaik Tingkatkan aktivitas fisik untuk
Frekuensi nafas memelihara
membaik berat badan, jika sesuai
Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
Jadwalkan aktivitas dalam rute
nitas sehari-hari
E:
Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan
positif atas partisipasi dalam
aktivitas
K:
Rujuk pada pusat atau program
aktivitas
komonitas
4. Resiko Tujuan : Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan Setelah dilakukan Tindakan :
elektrolit b/d Diare intervensi O:
ditandai dengan mual selama 3x24 jam maka Identifikasi kemungkinan
dan muntah resiko penyebab
ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit
elektrolit Monitor kadar elektrolit serum
membaik dengan Monitor mual, muntah dan diare
kriteria Monitor kehilangan cairan, jika
hasil : perlu
Serum natrium T:
membaik Atur interval waktu pemantauan
Serum kalium sesuai dengan
membaik kondisi pasien
Serum klorida Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
Serum kalsium E:
membaik Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

E. Implementasi dan evaluasi

N Hari/tangg Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


o al
1. Kamis / 20 Defisit Nutrisi 14.0 Mengidentifikasi S:
Juni berhubungan 0 alergi dan Ibu pasien
2019 dengan faktor intoleransi makanan mengatakan nafsu
psikologis Dari hasil makan pasien
(keengganan identifikasi, menurun
untuk pasien tidak Ibu pasien
makan) ditandai memiliki mengatakan pasien
dengan nafsu riwayat alergi hanya makan satu
makan menurun makanan sendok kemudian
dan BB menurun tetapi memiliki muntah
intoeransi Ibu pasien
makanan seperti mengatakan BB
mual pasien turun
setelah makan O:
Mengidentifikasi Pasien tampak tidak
makanan menghabiskan porsi
yang disukai makannya
Dari hasil BB pasien 18 kg
identifikasi, saat ditimbang
pasien suka makanan Pasien menolak saat
seperti diberi makan
ayam goreng A : defisit nutrisi tetap
Memonitor asupan P:
makanan Monitor asupan
Memonitor BB makanan
BB pasien turun, BB Monitor hasil
pasien pemeriksaan
sewaktu sehat 23 kg, laboratorium
sewaktu sakit dan Berikan suplemen
ditimbang makanan
BB pasien 18 kg
1. Kamis / 20 Termoregulasi 16.0 Memonitor suhu S:
Juni Tidak Efektif 0 tubuh anak Ibu mengatakan
2019 berhubungan tiap dua jam, ( S : suhu tubuh pasien
dengan proses 37,5 C ) tidak stabil
penyakit (mis. Memonitor tekanan Ibu mengatakan
infeksi) ditandai 16.0 darah, pasien lelah
dengan suhu 3 frekuensi pernafasan O:
tubuh dan Suhu tubuh pasien
fluktuatif dan nadi ( TD : 100/70 tampak tidak stabil
pucat mmHg, Pasien tampak
pernafasan : 24 x/m ) lemah
Memonitor dan TD : 110/70 mmHg
catat tanda Pernafasan : 26
16.1 gejala hipotermia x/menit
0 atau Suhu : 36,3°C
hipetermia A : Termoregulasi tidak
( hipotermi: efektif masih
yang dirasakan P:
pasien, Monitor suhu tubuh
badan pasien dingin, anak tiap dua jam,
akral jika perlu
dingin, menggigil. Monitor tekanan
Hipertermi : yang darah, frekuensi
dirasakan pernafasan, dan nadi
pasien badan terasa
hangat,
akral hangat, )
16.2 Jelaskan cara
5 pencegahan
hipotermi karena
terpapar udara dingin
( jagalah tubuh
agar tetap kering,
gunakan
pakaian sesuai
dengan
kondisi cuaca yang
dirasakan pasien,
gunakan
topi, syal, sarung
tangan,
kaus kaik,dan sepatu
bot ketika akan
beraktivitas
Kamis / 20 Intoleransi 14.3 Mengidentifikasi S:
Juni Aktifitas 6 kemampuan Ibu pasien
2019 berhubungan berpartisipasi mengatakan badan
dengan dalam aktivitas pasien terasa lelah
kelemahan tertentu ( dan letih
ditandai dengan pasien tidak ada Ibu mengatakan
perasaan semangat aktifitas pasien
mengeluh dalam melakukan dibantu sepenuhnya
lelah dan merasa aktifitas) Ibu mengatkan
lemah Memonitor respon badan pasien teras
14.4 emosional, fisik, pegal
0 sosial dan O:
spiritual terhadap Pasien tampak
aktivitas ( lemah, lesu
pasien tidak ada Pasien tampak
respon aktifitasnya dibantu
emosional, fisik, ibu
sosial, Pasien hanya
maupun spiritual tampak berbaring d
dalam tempat tidur
melakukan aktifitas TD : 100/80 mmHg
15.0 apapun) Pernafasan : 23
0 Mengkoordinasika x/menit
n Suhu : 37,9°C
pemilihan aktivitas A : Intoleransi aktifitas
sesuai masih tetap
usia ( mengajarkan P:
pada ibu Monitor pola dan
pasien bagaimana jam tidur
cara
Monitor kelelahan
melempar,
fisik dan emosional
menangkap, dan
15.3 Monitor tanda vital
mengenggam suatu
5 benda ) Terapi aktifitas
Memfasilitasi
aktivitas
rutin, sesuai
kebutuhan (
Menanyakan pada
pasien
aktifitasa apa yang
bisa
dilakukannya sesuai
dengan
15.4 apa yang
0 dibutuhkannya )
Meningkatkan
aktivitas fisik
untuk memelihara
16.0 berat
3 badan, jika sesuai
Melibatkan
keluarga dalam
16.1 aktivitas, jika perlu
5 Menjadwalkan
aktivitas
dalam rutenitas
sehari-hari
16.3 Menjelaskan
6 metode
aktivitas fisik sehari-
hari,
jika perlu
16.5 Mengajarkan cara
2 melakukan aktivitas
yang
dipilh

2. Jumat / 21 Defisit Nutrisi 08.1 Memonitor asupan S:


juni berhubungan 0 makanan Ibu pasien
2019 dengan faktor Pasien sudah mau mengatakan pasien
psikologis makan sudah mau makan
(keengganan 1/3 porsi dengan tapi hanya sedikit
untuk makanan Ibu pasien
makan) ditandai kesukaannya mengatakan pasien
dengan nafsu Anjurkan posisi hanya mau makan
makan menurun 09.0 duduk dengan makanan
dan BB menurun 7 kesukaannya
Ibu pasien
mengatakan BB
pasien turun
O:
Pasien tampak
sudah mau makan
kira-kira 3 sendok
Pasien tampak mau
makan dengan
makannan
kesukaannya
BB pasien masih 18
kg
A : defisit nutrisi, pasien
sudah mau makan dan
menghabiskan 1/3 porsi
makanannya
P:
Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Berikan suplemen
makanan
Ajarkan diet yang
Diprogramkan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
Jumat / 21 Termoregulasi Memonitor suhu S:
juni Tidak Efektif tubuh Ibu mengatakan
2019 berhubungan anak tiap dua jam, suhu tubuh pasien
dengan proses (S: sudah stabil
penyakit (mis. 37,5 C ) Ibu mengatakan
infeksi) ditandai Memonitor tekanan pasien sudah tidak
dengan suhu darah, lelah lagi
tubuh frekuensi pernafasan O :
fluktuatif dan dan Suhu tubuh pasien
pucat nadi ( TD : 100/70 tampak normal
mmHg, 37,5oC
pernafasan : 24 x/m ) Pasien tampak
Memonitor dan sudah bergerak
catat tanda TD : 110/70 mmHg
gejala hipotermia Pernafasan : 26
atau x/menit
hipetermia Suhu : 36,3°C
( hipotermi: A : Termoregulasi tidak
yang dirasakan efektif mulai
pasien, berkurang
badan pasien dingin, P :
akral Monitor suhu tubuh
dingin, menggigil. anak tiap dua jam,
Hipertermi : yang jika perlu
dirasakan Monitor tekanan
pasien badan terasa darah, frekuensi
hangat, pernafasan, dan nadi
akral hangat
Jumat / 21 Intoleransi Memonitor respon S :
juni Aktifitas emosional, fisik, Ibu pasien
2019 berhubungan sosial dan mengatakan pasien
dengan spiritual terhadap sudah mulai
kelemahan aktivitas ( bergerak
ditandai dengan pasien tidak ada Ibu mengatakan
perasaan respon pasien sudah bisa
mengeluh emosional, fisik, makan sendiri
lelah dan merasa sosial, Ibu mengatkan
lemah maupun spiritual badan pasien sudah
dalam membaik
melakukan aktifitas O:
apapun) Pasien tampak
Mengidentifikasi sudah beraktifitas
kemampuan Pasien tampak
berpartisipasi menyuap
dalam aktivitas makanannya sendiri
tertentu ( Pasien tampak
pasien tidak ada sudah bisa duduk
semangat TD : 100/80 mmHg
dalam melakukan Pernafasan : 23
aktifitas) x/menit
Mengkoordinasika Suhu : 37,9°C
n A : Intoleransi aktifitas
pemilihan aktivitas dapat diatasi
sesuai P:
usia ( mengajarkan Monitor pola dan
pada ibu jam tidur
pasien bagaimana Monitor tanda vital
cara
Terapi aktifitas
melempar,
menangkap, dan
mengenggam suatu
benda
Meningkatkan
aktivitas fisik
untuk memelihara
berat badan, jika
sesuai
Menjadwalkan
aktivitas
dalam rutenitas
sehari-hari
Mengajarkan cara
melakukan aktivitas
yang
dipilh

Jumat / 21 Resiko Memonitor kadar S:


juni ketidakseimbanga elektrolit Ibu pasien
2019 n serum mengatakan pasien
elektrolit Didapatkan hasil : lemas
berhubungan Kalium 3,10 mEq/I Ibu pasien
dengan muntah Natrium 123,5 mengatakan pasien
ditandai dengan mEq/I mual dan muntah
mual dan muntah Klorida 94,0% Ibu pasien
Memonitor mual, mengatakan pasien
muntah sakit pada perutnya
dan diare Ibu pasien
Memonitor mengatkan pasien
kehilangan seringkali pusing
cairan O:
Mengatur interval Pasien tampak lemah
waktu terlihat dari
pemantauan sesuai aktifitas yang
dengan dibantu oleh
kondisi pasien keluarga
Mendokumentasik Pasien tampak
an hasil meringis dan
pemantauan mengatakan sakit
Menjelaskan tujuan perut kepada ibunya
dan prosedur Pasien tampak
pemantauan gelisah dan
menangis karena
pusing
A : resiko
ketidakseimbanganelektro
lit
masih tetap
P:
Monitor kadar
elektrolit serum
Monitor mual,
muntah dan diare
Monitor kehilangan
Cairan
3. Sabtu / 22 Devisit Nutrisi Memonitor asupan S:
juni b/d makanan Ibu pasien
2019 faktor psikologis mengatakan pasien
(keengganan sudah mau makan 1/3
untuk porsi
makan) ditandai Ibu pasien
dengan nafsu mengatakan pasien
makan menurun hanya mau makan
dan BB menurun dengan makanan
kesukaannya
Ibu pasien
mengatkan BB
pasien masih 18 kg
O:
Pasien tampak
sudah mau makan
1/3 porsi
Pasien tampak mau
makan dengan
makanan
kesukaannya
BB pasien masih 18
kg
A : defisit nutrisi, pasien
sudah menghabiskan
setengah porsi makanan
nya
P : Intervensi dihentikan
Sabtu / 22 Termoregulasi Memonitor suhu S:
juni Tidak Efektif tubuh anak Ibu mengatakan
2019 berhubungan tiap dua jam, ( S : suhu tubuh pasien
dengan proses 37,5 C ) sudah normal
penyakit (mis. Memonitor tekanan Ibu mengatakan
infeksi) ditandai darah, pasien sudah tidak
dengan suhu frekuensi pernafasan lelah lagi
tubuh dan O:
fluktuatif dan nadi ( TD : 100/70 Suhu tubuh pasien
pucat mmHg, tampak normal
pernafasan : 24 x/m ) 37,5oC
Memonitor dan Pasien tampak
catat tanda sudah bergerak
gejala hipotermia TD : 110/70 mmHg
atau Pernafasan : 26
hipetermia x/menit
( hipotermi: Suhu : 36,3°C
yang dirasakan A : Termoregulasi tidak
pasien, efektif teratasi
badan pasien dingin, P : Intervensi dihentikan
akral
dingin, menggigil.
Hipertermi : yang
dirasakan
pasien badan terasa
hangat,
akral hangat
Sabtu / 22 Resiko Memonitor mual, S:
juni ketidakseimbanga muntah Ibu pasien
2019 n dan diare mengatakan pasien
elektrolit Memonitor sudah tidak lemas
berhubungan kehilangan lagi
dengan muntah cairan Ibu pasien
ditandai dengan Mengatur interval mengatakan pasien
mual, dan muntah waktu sudah tidak mual
pemantaun sesuai dan muntah lagi
dengan Ibu pasien
kondisi pasien mengatakan pasien
Mendokumentasik sudah tidak sakit
an hasil perut lagi
pemantauan Ibu pasien
mengatakan pasien
sudah tidak pusing
O:
Pasien tampak lebih
tenang
A : resiko
ketidakseimbangan
elektrolit masih
P : Intervensi dioverkan
kepada perawat lain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhus abdominalalis atau demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan
kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun tanda dangejalanya adalah
demam sudah lebih satu minggu, nyeri kepala dan perut, mual dan muntah.

B. Saran

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangan ilmu kesehatan keperawatan


anak kepada peserta didik sehingga pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik
lagi kedepannya dan akan dapat membantu dalam mendukung untuk bahan pengajaran ilmu
keperawatan anak kedepannya. Diharapkan pihak rumah sakit khususnya ruangan Anak dapat
memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas kesehatan khususnya perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan pada anak yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai