“ DEMAM TIFOID ”
NIM:
KELOMPOK 6
Pathway
6. Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan penyakit demam thypoid menurut Lestari (2016)
antara lain yaitu:
a. Perporasi usus, pendarahan pada usus dan illius paralitik
b. Anemia hemolitik
c. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
d. Pneumonia, empyeman dan pleuritis
e. Hepatitis, Koleolitis
Menurut Sodikin (2011) komplikasi untuk penyakit demam thypoid sering terjadi
pada bagi organ usus halus, untuk anak-anak komplikasi pada bagian usus halus jarang
terjadi apabila hal tersebut terkena pada anak-anak akan membahayakan atau berakibat
yang cukup fatal. Komplikasi yang terjadi pada usus halus terdapat beberapa sebagai
berikut yaitu:
a. Perdarahan usus
Pendarahan pada usus yang terjadi masih dalam jumlah yang sedikit dapat dilakukan
pemeriksaan feses dengan benzidin, namun jika pendarahan cukup banyak maka
dikhawatirkan akan terjadi melena yang bisa juga disertai dengan tanda nyeri perut.
b. Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai dengan gangguan peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu seperti pekak hati menghilang dan terdapat
adanya udara diantara diagfragma dan hati pada saat dilakukan foto rongten pada
bagian abdomen dengan keadaan posisi penderita tegak.
c. Peritonitis
Pada peritonitis yang sering terjadi biasanya menyertai gangguan perforasi usus, tetapi
ada juga yang terjadi tanpa perforasi usus, akan ditemukan gejala abdomen akut seperti
nyeri pada perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan terdapat
nyeri pada saat ditekan.
d. Komplikasi diluar usus
Komplikasi yang terjadi diluar usus ini merupakan terjadi akibat infeksi sekunder yaitu
dari bronkopnemonia, komplikasi yang terdapat lokalisasi peradangan yang diakibatkan
sepsis (bacteremia), yaitu seperti Meningitis, Kolesitisis, Ensefalopati.
7. Pencegahan
Pencegahan terhadap demam tifoid adalah dengan memperbaiki sanitasi, pengobatan
karier dan vaksinasi. Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi
makanan dan air oleh hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan Salmonella.
Hewan ternak, daging dan telur yang terinfeksi harus dimasak sampai matang. Carrier
tidak boleh diizinkan bekerja sebagai pemegang makanan dan mereka harus melakukan
tindakan pencegahan higienis yang ketat.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam thypoid yang dirawat
di rumah sakit terdapat pengobatan berupa suportif meliputi istirahat atau bedrest dan
pengaturan diet makanan yang dikonsumsi dan obat dalam pengobatan (medikamentosa).
Selama pasien di rawat ditempatkan akan ditempatkan di ruang isolasi kontak selama fase
akut infeksi, untuk proses pembuangan tinja dan urine pada penderita demam thypoid
harus dibuang secara aman hal tersebut dilakukan agar tidak bakteri yang terdapat dalam
kotoran tersebut tidak menginfeksi orang lain.
Pasien dengan demam thypoid diharuskan untuk istirahat hal ini berguna untuk
mencegah komplikasi penyakit yang lebih parah serta istirahat dapat mempercepat dalam
proses penyembuhan. Penderita harus menjalani istirahat tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 1 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, untuk program diet yang dikonsumsi serta terapi
penunjang lainnya, makanan yang diberikan pertama, pasien diberikan bubur saring,
selanjutnya diberikan bubur kasar dan nasi sesuai dengan tingkat kemampuan atau
kesembuhan pada pasien, selain itu juga pasien perlu untuk diberikan vitamin dan mineral
untuk mendukung keadaan umum pasien (Widodo, 2014).
Penderita penyakit thypoid yang berat, disarankan menjalani perawatan di rumah
sakit. Antibiotika yang umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid, saat waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Obat-obat pilihan pertama
adalah Kloramfenikol, Ampisilin/Amoksisilin dan Kotrimoksasol. Obat pilihan kedua
adalah Sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah Meropenem,
Azithromisin dan Fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
Kloramfenikol bekerja dengan mengikat ribosom dari kuman Salmonella, menghambat
pertumbuhannya dengan menghambat sintesis protein. Kloramfenikol memiliki spectrum
gram negatif dan positif, bila terdapat kontra indikasi pemberian Kloramfenikol, diberi
Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi 3-4 kali. Pemberian intravena saat
belum dapat minum obat selama 21 hari, atau Amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral
selama 14 hari.
Kasus demam thypoid berat dapat diberi Seftriakson dengan dosis 50 mg/hari/berat
badan dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/hari/berat badan sehari sekali, intravena,
selama 5-7 hari. Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama 3 minggu
sampai sebulan. Pengobatan penyakit tergantung macamnya, untuk kasus berat dan
dengan manifestasi neurologik menonjol, diberi deksametason dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/hari/berat badan, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/hari/berat badan dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7
kali pemberian.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Apriyadi dan Sarwili. (2018). Perilaku Higiene Perseorangan dengan Kejadian Demam
Tyfoid. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 8 No. 1.
Bahar, dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Paien Penderita
Demam Typoid Di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 6.
Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : Tim.
Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
http:www.depkes.go.id/Downloads/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Dinkes Kaltim. (2015). Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/Downloads/6472_Kaltim_Kota_Samarinda_2015%20baru.pdf
Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Hutahaean Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: Tim.
Kallo, dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Demam Typoid Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tumaratas ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor
2.
Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.
Mutiarasari dan Handayani. (2017). Karakteristik Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Demam,
Kadar Hemoglobin, Leukosit dan Trombosit Penderita Demam tipoid Pada Pasien
Anak Di RSU Anutapura Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2.
Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda Nic Noc Dalam Berbagai Kasus Ed. Revisi Jilid 1. Yogjakarta:
Mediaction.
Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Peratiwi, Donna. (2015). Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran
PURI (Periksa Urin Sendiri) Menggunakan Grafik Warna Urine Pada Remaja Kelas 1
dan 2 Di SMAN 63 Jakarta. Jakarta : Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Pramitasari, Okky P. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita
Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran:. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2013. Volume 2, Nomor 1.
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnotik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. Purba, dkk. (2016).
PPNI (2017). Standar Diagnosa Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnotik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. Purba, dkk. (2016).
PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnotik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. Purba, dkk. (2016).
Program Pengendalian Demam Tipoid di indonesia: tantangan dan Peluang. Media
Litbangkes, Vol. 26 No. 2.
Rijai, dkk. (2016). Karakteristik dan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Typoid Di
Beberapa Rumah sakit Di Samarinda Periode 2015.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim.
DAFTAR NILAI PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
NILAI CI KLINIK
NILAI CI
No Nama Ronde Pendidikan
Askep 1 Askep 2 AKADEMIK
Keperawatan Kesehatan
1 Deliwan A. Ismail
NILAI CI KLINIK
NILAI CI
No Nama Seminar
Askep 1 Askep 2 Ronde Keperawatan AKADEMIK
Keperawatan
1 Deliwan A. Ismail
NILAI CI KLINIK
NILAI CI
No Nama Pendidikan
Resume 1 Resume 2 Resume 3 Resume 4 AKADEMIK
Kesehatan
1 Deliwan A. Ismail
NILAI CI KLINIK
NILAI CI
No Nama Tindakan
Resume 1 Resume 2 Resume 3 Resume 4 AKADEMIK
Prosedural
1 Deliwan A. Ismail
Ns. Ita Sulistiani Basir, M.Kep Ns. Suci Trisnawaty Djunu, S.Kep