Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Demam Thypoid

Demam thypoid adalah penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh

bakteri Salmonella Typhi, yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh atau

panas yang panjang, penyakit ini dapat menyebar pada orang lain dengan

media makanan atau air liur yang telah terkontaminasi oleh bakteri (Huda dan

Kusuma, 2016).

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit sistemik yang bersifat

akut, yang disebabkan oleh bakteri jenis Salmonella typhi, penyakit ini sering

dijumpai di negara yang beriklim tropis, untuk salah satunya gejala awal

penyakit ditandai dengan demam atau peningkatan suhu tubuh yang

berkepanjangan, demam thypoid merupakan satu satunya bentuk infeksi

salmonella typhi sistemik sebagai akibat dari bakteriemia yang terjadi,

bakteremia tanpa perubahan pada sistem endotel atau endokardial, invasi dan

multiplikasi bakteri dalam sel pagosit mononuklear pada hati, limpa,

lymphnode dan plaque peyer (Sucipta, 2015).

2. Etiologi

Etiologi pada demam thypoid yang disebabkan oleh bakteri salmonella

typhi, bakteri tersebut merupakan mikroorganisme bakteri gram negatif, yang

bersifat aerob dan tidak membentuk spora, bakteri ini memiliki beberapa

komponen antigen, salah satunya yaitu :

a. Antigen dinding sel (O) yang bersifat spesifik group dan lipoolisakari

b. Antigen flagella (H) bersifat spesifik dan komponene protein dalam

flagella

c. Antigen virulen (Vi) adalah polisakarida yang berada di kapsul yang

berguna untuk melindungi seluruh permukaan sel


d. Antigen Outer Membran Protein (OMP), bagian dari dinding sel terluar

yang berada di luar membran sitoplasma serta lapisan peptidoglikan

membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya

Antigen ini berhubungan terhadap daya invasif bakteri serta efektivitas

vaksin. Pada bakteri Salmonela Typhi menghasilkan endotoksin yaitu bagian

terluar dari diding sel yang terdiri dari antigen O yang telah dilepaskan oleh

lipopolisakarida serta lipid A. Ketiga antigen yaitu O, H Vi saat berada

didalam tubuh akan membentuk antibodi aglutinin (Sucipta, 2015).Menurut

Inawati, (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi oleh

bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada

sistem saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus,

usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia bersama bahan

makanan atau minuman yang sudah tercemar. Cara penyebarannya untuk

bakteri ini yaitu pada:

a. Muntahan manusia

b. Urine

c. Kotoran-kotoran dari penderita thypoid kemudian dibawa oleh lalat

sehingga mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-

buah segar.

Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu

mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang

sakit atau sedang dalam masa penyembuhan demam thypoid, sehingga

penderita masih mengandung Salmonella didalam kandung empedu atau

ginjalnya. Bakteri Salmonella thypi ini hidup dengan baik pada suhu 37oC,

dan dapat hidup pada air beku atau dingin, air tanah, air laut dan debu selama

beberapa minggu maupun bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram

beku.
3. Patofisiologi

Patofisiologi demam tyhpoid awalnya disebabkan oleh kuman yang

masuk dalam tubuh baik itu melalui makanan minuman yang terkontaminasi

oleh bakteri Salmonella thypi, saat kuman masuk dalam tubuh melalui

lambung sebagian dapat di lawan oleh tubuh menggunakan

asam Hcl pada lambung dan sebagian diteruskan masuk kedalam usus halus,

seseorang dengan respon imunistas humoral mukosa (igA) usus yang kurang

baik, maka bakteri akan dapat dengan mudah menembus sel epitel atau (sel m)

menuju Lamina Propia dan akan berkembang biak di jaringan Limfoid plak

nyeri di Ileum Distal serta kelenjar getah bening kemudian akan masuk dalam

aliran darah tubuh penderita (Lestari, 2016).Penyakit demam thypoid ini

penularan oleh bakteri salmonella typhi dapat melalui beberapa cara istilah

yang digunakan yaitu 5F antara lain Food (Makanan), Fingers (tangan),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), serta melalui Feses. Kuman juga dapat

ditularkan melaului perantara lalat.

jika tidak memperhatikan kebersihan diri, lingkungan sekitar maka

akan mudah bakteri Salmonella typhi tersebut masuk dalam tubuh baik melaui

makanan yang masuk lewat mulut. kuman yang masuk melalui makanan lewat

mulut akan dibawa masuk ke dalam lambung dan usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid, dalam jaringan tersebut kuman dapat berkembang

biak serta dapat masuk kedalam aliran darah dan mencapai sel sel

retikuloendotel, sel-sel ini akan melepaskan bakteri dalam sirkulasi darah

yang akan mengakibatkan bakterimia, selanjutnya bakteri yang lain akan

masuk usus halus, limpa, dan kandung empedu (Padila, 2013).

4. Klasifikasi

Menurut WHO dalam Hasta, (2020) terdapat 3 macam klasifikasi pada

demam thypoid dengan perbedaan gejala klinik


a. Demam thypoid akut non komplikasi

Adanya demam yang berkepanjangan pada demam thypoid akut

terjadi konstipasi pada penderita dewasa, diare pada anak-anak.

Anoreksia, Malaise, serta nyeri kepala atau sakit kepala.

b. Demam thypoid dengan komplikasi

Demam thypoid akan menjadi komplikasi yang parah tergantung

pada kualitas dalam pengobatan yang diberikan kepada penderita,

komplikasi yang terjadi biasanya seperti perforasi, usus, melena dan

peningkatan ketidaknyamanan abdomen.

c. Keadaan karier

Penderita demam thypoid dengan keadaan karier terjadi pada 1- 5

% tergantung pada umur pasien, yang bersifat kronis dalam hal sekresi

salmonella typhi di feses.

5. Manifestasi klinis

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa

tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,

sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi

mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri,

nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis

yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)

1. Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris

remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-

angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore

dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal

kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.

Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa

membesar disertai nyeri dan peradangan.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.

Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung

dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan

karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama

demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.

4. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan

tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua

setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut

teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak

dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

6. Komplikasi

1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.

2. Komplikasi extra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia

hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.


g. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.

Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia. (Lestari Titik,

2016)

7. Penatalaksanaan

Menurut Lestari Titik, 2016 penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:

a. Perawatan

1.) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi

perdarahan usus.

2.) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet

1.) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

2.) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.

3.) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4.) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

c. Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu

penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,

seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan

ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-

negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:

1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam

3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.

2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan

ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3- 4 kali.

Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.


3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.

Pemberian oral/intravena selama 21 hari.

4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali

pemberian, oral, selama 14 hari.

5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari

dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali,

intravena selama 5-7 hari.

6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika

adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.

1) Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga

minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari

kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung

macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik

menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3

mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul

pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6

sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan pada

kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus


8. Pathway

Bakteri salmonella thyphi

Saluran pencernaan

Usus halus Jaringan

limfoid Lamina frofia

Kelenjar limfa mensontreia

Aliran darah

Organ (hati &limfa)

Tidak difagosit Imflamasi

Hati & limfa Endotoksin

Hepatomegali infeksi solenomegali Mual muntah lemah Proses

Merangsang ujung saraf Makan makanan lesu demam

Nyeri perabaan nafsu makan berkurang


Hipertermi
Intoleransi
NYERI
aktifitas

Defisit Nutrisi

Gambar 2.1 Pathway Demam Thypoid


(Suriadi & Yuliana, 2013)
Bakteri salmonella
thyphi

Saluran pencernaan

Usus halus jaringan

limfoid Lamina frofia


Kelenjar limfa
Kelenjar limfa
mensontreia
Kelenjar limfa mensontreia
mensontreia

Aliran darah

Organ (hati dan limfa)

Tidak difagosit

Hati dan limfa

Hepatomegali infeksi
splenomegali

Merangsang ujung
saraf
C.Konsep Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai

maturitas/dewasa.

1. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga

ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang bersifat

kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan (skill) struktur dan hasil dari proses pematangan/maturitas.

Perkembangan menyangkut berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan prilaku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan progresif,

terarah, dan terpadu/kohelen..Progresif mengandung arti bahwa

perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke

depan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi saat

ini, sebelumnya dan berikutnya.

Tabel Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Kelompok Usia 12-24 Bulan


Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembangan
12 – 18 bulan 18 – 24 bulan
I. Nilai Agama Tertarik pada kegiatan ibadah 1. Menirukan gerakan ibadah
dan Moral (meniru gerakan ibadah, dan doa
meniru bacaan do’a)
2. Mulai menunjukkan sikap-
sikap baik (seperti yang
diajarkan agama) terhadap
orang yang sedang beribadah
3. Mengucapkan salam dan
kata-kata baik, seperti maaf,
terima kasih pada situasi yang
sesuai
II. Fisik-motorik 1. Berjalan beberapa langkah 1. Berjalan sendiri tanpa jatuh
A. Motorik tanpa bantuan
Kasar 2. Melompat di tempat
2. Naik turun tangga atau
tempat yang lebih 3. Naik turun tangga atau
tinggi dengan tempat yang lebih
merangkak tinggi dengan bantuan

3. Dapat bangkit dari posisi 4. Berjalan mundur beberapa


duduk langkah

4. Melakukan 5. Menarik dan mendorong


gerak benda yang ringan
menendang bola (kursi kecil)

5. Berguling ke segala arah 6. Melempar bola ke depan


tanpa kehilangan
6. Berjalan beberapa langkah keseimbangan
tanpa bantuan
7. Menendang bola ke arah
depan
8. Berdiri dengan satu kaki
selama satu atau dua
detik
9. Berjongkok
B. Motorik 1. Membuat coretan bebas 1. Membuat garis
Halus. 2. Menumpuk tiga kubus ke vertikal atau
atas horisontal
2. Membalik halaman
3. Memegang gelas
buku walaupun belum
dengan dua tangan
sempurna
4. Memasukkan benda- 3. Menyobek kertas
benda ke dalam wadah
5. Menumpahkan benda-
benda dari wadah

C.Kesehat 1. Berat badan sesuai standar 1. Berat badan sesuai standar


an dan usia usia
Perilaku 2. Tinggi badan sesuai 2. Tinggi badan sesuai
Keselamat standar usia standar usia
an 3. Berat badan sesuai dengan 3. Berat badan sesuai dengan
standar tinggi badan standar tinggi badan
4. Lingkar kepala sesuai 4. Lingkar kepala sesuai
standar pada usia standar pada usia
5. Mencuci tangan 5. Mencuci tangan sendiri
dengan bantuan
6. Makan dengan sendok
6. Merespon larangan walau belum rapi
orangtua namun masih
memerlukan 7. Menggosok gigi
pengawasan dan dengan bantuan
bantuan
8. Memegang tangan
orang dewasa ketika
di tempat umum
9. Mengenal beberapa
penanda rasa sakit
(misal: menunjukkan
rasa sakit pada bagian
badan tertentu)
III. Kognitif 1. Menyebut beberapa 1. Mempergunakan alat
nama benda, jenis permainan dengan cara
A. Belajar dan makanan memainkannya tidak
Pemecahan beraturan, seperti balok
Masalah 2. Menanyakan nama
benda yang belum dipukul-pukul
dikenal 2. Memahami gambar wajah
orang
3. Mengenal beberapa
warna dasar (merah, 3. Memahami milik diri
biru, kuning, hijau) sendiri dan orang lain
seperti: milik saya, milik
4. Menyebut nama kamu
sendiri dan orangorang 4. Menyebutkan berbagai
yang dikenal nama makanan dan
5. Menyebut beberapa rasanya (misal,garam-asin,
nama benda, jenis gula- manis)
makanan
5. Mempergunakan alat
6. Menanyakan nama permainan dengan cara
benda yang belum memainkannya tidak
dikenal beraturan, seperti balok
dipukul-pukul

1. Membedakan ukuran 1. 1.Menyusun balok dari


B.Berpikir benda (besar kecil) besar ke kecil atau
Logis sebaliknya
2. Membedakan
2. Mengetahui akibat dari
penampilan yang rapi
suatu perlakuannya
atau tidak
(misal: menarik taplak
3. Merangkai puzzle meja akan menjatuhkan
sederhana barang-barang di
atasnya)
3. Merangkai puzzle

Menyebutkan bilangan Menyebutkan angka


C. Berpikir tanpa menggunakan jari satu sampai lima
Simbolik dari 1 -10 tetapi masih dengan menggunakan
suka ada yang terlewat jari

IV. Bahasa 1. Menunjuk bagian tubuh 1. Menaruh perhatian pada


yang ditanyakan gambar-gambar dalam
A. Memahami
2. Memahami tema cerita buku
Bahasa
yang didengar 2. Memahami kata-kata
sederhana dari ucapan
yang didengar
B.Mengun 1. Merespons pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan
gkapk an dengan jawaban “Ya dengan kalimat pendek
Bahasa atau Tidak”
2. Menyanyikan lagu
2. Mengucapkan kalimat
sederhana
yang terdiri dari dua
kata 3. Menyatakan keinginan
dengan kalimat pendek

V. Sosial 1. Menunjukkan reaksi marah 1. Mengekspresikan berbagai


Emosional apabila merasa terganggu, reaksi emosi (senang,
seperti permainannya marah, takut, kecewa)
diambil
2. Menunjukkan reaksi
2. Menunjukkan reaksi yang menerima atau
berbeda terhadap orang menolak kehadiran
yang baru dikenal orang lain
3. Bermain bersama teman 3. Bermain bersama teman
tetapi sibuk dengan dengan mainan yang
mainannya sendiri sama
4. Memperhatikan/mengamati 4. Meniru perilaku orang
temantemannya yang dewasa yang pernah
beraktivitas dilihatnya
5. Makan dan Minum
sendiri
VI. Seni 1. Bisa menyanyikan lagu 1. Anak mengenali musik dari
hanya kata terakhir program audio visual yang
A. Anak
(misalnya, “burung kakak ” disukai (radio, TV,
mampu
anak komputer, laptop)
membedakan
2. hanya menyebutkan
antara bunyi 2. Mendengar sesuatu dalam
kata “tua”)
dan suara waktu yang lama
3. Merespon berbagai macam
suara orang terdekat, 3. Secara berulang bermain
musik, atau lagu dengan dengan alat permainan
menggoyangkan badan yang mengeluarkan suara
4. Anak tertawa saat
4. Mengetahui suara binatang
mendengar humor yang
5. Paham adanya perbedaan lucu
suara/bahasa orang di
sekitarnya (terutama ibu dan
orang terdekatnya)
B.Tertarik dengan 1. Bertepuk tangan dan
Menirukan bunyi, suara, atau
musik, lagu, atau bergerak mengikuti irama
musik dengan irama yang
nada bicara dan birama
teratur
tertentu
2. Bergumam lagu dengan 4
bait (misalnya, lagu
balonku, bintang kecil,
burung kakak tua)
3. Meniru suara binatang
4. Menunjukkan suatu
reaksi kalau dilarang
atau diperintah
C. Tertarik 1. Mencoret - coret 1. Menggambar dari beberapa
dengan garis
2. Mengusap dengan tangan
karya seni
pada kertas/kain dengan 2. Membentuk suatu karya
dan
menggunakan berbagai sederhana (berbentuk
mencoba
media (misal, media bubur bulat atau lonjong) dari
membuat
aci berwarna, cat air) plastisin
suatu
gerakan 3. Menyusun 4-6 balok
yang membentuk suatu
menimbulka model
n bunyi
4. Bertepuk tangan
dengan pola
sederhana
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap perkembangan anak menurut

umur sebagai berikut:

1. umur 12-18 bulan

a. berdiri sendiri tanpa berpegangan

b. membungkuk memungut permainan kemudian berdiri kembali

c. berjalan mundur 5 langkah

d. memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu dengan kata

“mama”

e. menumpuk 2 kubus

f. memasukkan kubus di kotak

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam melakukan asuhan

keperawatan untuk hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang

anak maupun keluarganya, baik saat penderita penyakit baru pertama kali datang
maupun selama penderita dalam masa proses perawatan (Andra dan Yessi, 2013).

Adapun hal hal yang perlu dikaji pada penderita penyakit dengan thypoid

yaitu sebagai berikut:

a. Data umum identitas klien

Penyakit demam thypoid ini banyak ditemukan pada semua usia

baik itu mulai dari umur bayi di atas satu tahun hingga umur dewasa, di

dalam data umum berisi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama,

bahasa yang digunakan, golongan darah, asal suku, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, asuransi, nomor register, tanggal MRS dan

diagnosa medis (Wahid, 2013).

b. Kesehatan umum

1) Keluhan utama

Keluhan utama yaitu alasan utama masuk rumah sakit

biasanya pada penderita demam thypoid keluhan utama yang

dialami berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan,

merasa tidak enak badan, nafsu makan menurun, kurang

bersemangat terutama pada masa inkubasi,

tubuh terasa lesu, nyeri atau sakit pada kepala dan juga pusing,

serta kurang (Sodikin, 2011).

2) Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama dari paling awal saat dirumah dan saat di

rumah sakit pada kasus demam thypoid terjadi demam yang

berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, bersifat febris, dan

suhunya tidak terlalu tinggi sekali. Pada minggu pertama penderita

mengalami suhu tubuh yang berangsur- angsur baik pada setiap

harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada

sore atau malam hari, minggu kedua penderita berada dalam keadan

demam dan minggu ketiga, suhu tubuh berangsur turun dan berada

dalam keadaan normal kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin,


2011).

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien, pada bagian ini

pasien ditanya apakah pernah mengalami sakit demam thypoid yang

sama atau kambuh, terdapat informasi mengenai riwayat status

kesehatan pasien.

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga diperlukan data apakah pernah terjadi

penyakit demam thypoid pada anggota keluarga yang lain.


c. Pola Kesehatan Sehari-hari

1) Nutrition

Penderita demam thypoid biasanya akan mengalami

penurunan dalam hal berat badan hal ini dikarenakan

penderita mengalami nafsu makan yang menurun, gejala

yang biasanya di alami yaitu seperti mual muntah serta

anorexia dan juga kemungkinan juga bisa terjadi nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh (Nugroho, 2011).

2) Elimination and Change

Pasien dengan demam thypoid sering mengalami

terjadinya masalah pencernaan salah satunya konstipasi

dan juga diare, selain itu juga untuk sistem integumen atau

kulit pada pasien biasanya akan mengalami terdapat bintik

bintik kemerahan, bintik merah ini terjadi akibat dari

emboli hasil dalam kepiler kulit yang bisa ditemukan di

minggu pertama demam, biasanya muncul pada sekitar

daerah anggota gerak dan dada punggung (Sodikin, 2011).

3) Activity/Rest

Aktivitas istirahat tidur pada pasien dengan demam thypoid

biasanya mengalami masalah kesulitan untuk dapat istirahat tidur

hal ini terjadi karena pada pasien dengan demam thypoid

mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat membuat pasien

merasa tidak tenang atau gelisah, pasien juga mengalami penurunan

aktivitas sehingga pasien akan merasa lemah atau untuk melakukan

aktivitas (Sodikin, 2011).


4) Personal Hygiene

Pada pasien dengan demam thypoid tubuh akan merasa lemas

hal tersebut dapat menghambat dalam melakukan proses kebersihan

diri sehingga diperlukan bantuan perawat maupun keluarga untuk

perawatan (Sodikin, 2011).

d. Pemeriksaan fisik Head To Toe (data fokus)

1) Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas

2) Tingkat kesadaran : Penurunan kesadaran seperti apatis atau

somnollen

3) TTV : Pada Tekanan darah pada pasien demam

thypoid biasanya menuncukan angka normal yaitu berkisar 110/80-

120/80 mmHg, untuk suhu tubuh akan mengalami peningkatan hal

tersebut disebabkan oleh bakteri salmonella thypi hingga 390C-400C,

untuk respirasi pada pasien bisa mengalami peningkatan atau bisa

juga tidak karena pada pasien dengan demam thypoid bisa

mengalami sesak nafas, serta untuk nadi bisa normal/tidak

tergantung dengan pasien.

4) Pemeriksaan kepala

Untuk pemeriksaan kepala meliputi inspeksi mengamati bentuk

simetris dan normal, ada tidaknya lesi, palpasi biasanya penderita

demam thypoid dengan hipertermi terdapat nyeri pada saat ditekan

(Muttaqin, 2014).

5) Pemeriksaan mata

Pemeriksaan mata meliputi inspeksi terdapat konjugtiva

anemis, besar pupil isoklor serta terdapat kotoran atau tidak

melakukan palpasi apakah adanya nyeri pada saat ditekan

(Muttaqin, 2014).

6) Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan hidung meliputi inspeksi terdapat cuping hidung


atau tidak, adakah secret, pendarahan atau tidak, palpasi apakah

adanya nyeri pada saat ditekan (Debora, 2013).

7) Pemeriksaan mulut dan Faring

Pemeriksaan mulut dan faring meliputi inspeksi terdapat

mukosa bibir pecah pecah dan kering atau tidak, ujung lidah kotor

atau bersih dan tepinya berwarna apa apakah kemerahan

(Muttaqin, 2014).

8) Pemeriksaan Thorax

Pemeriksaan pada thorax ada beberapa menurut Muttaqin (2014)

a) Pemeriksaan paru

Inspeksi : Respirasi rate mengalami peningkatan

Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan

Perkusi : Paru sonor

Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan

b) Pemeriksaan jantung

Inspeksi : Bagian Ictus cordis tidak nampak/ tidaknya, tidak

adanya pembesaran

Palpasi : Ada peningkatan tekanan darah pada pasien atau

tidak didapatkan takikardi saat pasien

mengalami peningkatan suhu tubuh.

Perkusi : Suara jantung pekak

Auskultasi : Suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB”

terdengar normal, tidak terdapat suara tambahan.

c) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi: bentuk simetris Auskultasi :

Bising usus biasanya diatas normal (5-35x/menit)

Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pada bagian

epigastrium

Perkusi : Hipertimpani
d) Pemeriksaan integument

Inspeksi : Adanya bintik-bintik kemerahan pada area

punggung dan ekstermitas, pucat, berkeringat

banyak

Palpasi : Turgor kulit, kulit kering, akral teraba hangat

e) Pemeriksaan anggota gerak

Pada penderita demam thypoid pada umumnya dapat

menggerakan anggota gerak ekstermitas atas dan bawak

secara penuh (Elyas, 2013).

f) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus

Pasien demam thypoid bisanya mengalami gangguan

pencernaaan seperti diare atau konstipasi di sekitar anus atau

genetalia kotor atau bersih, adakah hemoroid atau tidak, saat

di palpasi terdapat nyeri tekan atau tidak (Muttaqin, 2014).

e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Sucipta (2015) yang sering

dilakukan untuk mendiagnosa penyakit demam thypoid terdiri dari

1) Pemeriksaan darah tepi

Pemeriksaan hematologi pada penderita demam thypoid

tidak spesifik, dapat ditemukan adanya anemia normokromik

normositer dalam beberapa minggu, anemia terjadi akibat

pengaruh dari berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi

depresi sumsum tulang.

2) Pemeriksaan serologis widal

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap antigen O dan

H.S. Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivitas dan spesifik

rendah.

3) Pemeriksaan PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) mengguanakan primer

H1-d yang dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik

bakteri Salmonella Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivita

untuk mendeteksi bakteri dalam beberapa jam dan pemeriksaan

ini terbilang cepat dan keakuratan baik.

4) Pemeriksaan Biakan darah

Isolasi kuman pada penderita demam thypoid dapat

dilakukan dengan cara mengambil biakan dari berbagai tempat

dalam tubuh, pemeriksaan biakan darah memberikan hasil positif

40-60% .pemeriksaan ini akan menghasilkan senvitas yang baik

pada minggu pertama selama sakit

5) Pemeriksaan Tubex

Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai alternatif

untuk mengetahui penyakit demam thypoid secara lebih

diniyaitu dengan cara mendeteksi antigen spesifik dari kuman

Salmonella (lipopolisakarida 09) melalui pemeriksaan Igm anti

salmonella (Tubex TF). Pada pemeriksaan ini untuk hasil lebih

spesifik, sensitif dan lebih praktis (Hasta, 2020).

9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif

yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks

tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan

pemberi pelayanan kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2010)

Berdasarkan SDKI 2017 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis inflamasi

saluran gastrointestinal D.0077

2) Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan D.0052


3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

D.0019

4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (demam thypoid, infeksi)

D.0130

5) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperskresi jalan nafas

10. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan yang digunakan pada pasien Demam thypoid

menggunakan perencanaan keperawatan menurut ( SIKI ) standar intervensi

keperawatan Indonesia serta untuk tujuan dan kriteria hasil menggunakan

standar luaran keperawatan Indonesia ( SLKI ). (Tim Pokja PPNI SLKI,

2019).

11. Implementasi

Implementasi keperawatan atau tindakan merupakan suatu hal tindakan

yang dilaksanakan oleh perawat untuk melaksanakan kegiatan kegiatan yang

sudah di rencanakan dalam intervensi keperawatan dalam proses keperawatan

untuk pasien demam thypoid dengan gangguan hipertermi menggunakan

standar intervensi keperawatan Indonesia yaitu manajemen Hipertermi,

pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal, resiko defisit

nutrisi dengan cara manajemen nutrisi, nyeri akut dengan cara manajemen

nyeri, serta untuk intoleransi aktivitas dengan cara manajemen energi (Tim

Pokja PPNI SIKI, 2018).

12. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan meliputi

penilaian yang menandakan keberhasilan dari mulai diagnosis keperawatan

rencana intervensi dan implementasinya, evaluasi digunakan sebagai suatu hal

yang dapat dijadikan perbandingan untuk status kesehatan klien, dengan

tujuan untuk melihat kemampuan klien untuk mencapai hasil melalui proses

asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan, sehingga perawat dapat

mengambil keputusan mengenai tindak lanjut rencana asuhan keperawatan


pada klien melaukan modifikasi rencana asuhan keperawatan ketika klien

mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan serta jika klien membutuhkan


waktu yang lebih lama dapat meneruskan rencana asuhan keperawatan

(Nursalam,2011)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningrum & Putri, (2017). Pengaruh Terapi kompres Bawang Merah terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Thypoid di RS PKU
Muhammadiyah Gombang.
Hasyul, Siti Fattimah Putri. dkk.” Evaluation Of Antibiotic Treatment Of Tyroid Fever
In Garut Regency January-December 2017” Jurnal Ilmiah Farmako Bahari.
Volume 10, No 2, (juli 2019), hal 161
Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Hutahaean Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: Tim.
Isnainy, U.C.A.S dan Zainaro, M. Arifki. “Penyuluhan Kesehatan Tentang Demam
Tifoid di SMP Negeri 26 Bandar Lampung,” Jurnal Kreativitas Pengabdian
Kepada Masyarakat. Volume 1, No 2, 9Oktober 2018), hal 53
Marni. (2016) Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Mutiarasari dan Handayani. (2017). Karakteristik Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Demam,
Kadar Hemoglobin, Leukosit dan Trombosit Penderita Demam tipoid Pada Pasien
Anak Di RSU Anutapura Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2.
Saputra, Rois K., et al. "Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Kebiasaan Makan dengan
Gejala Demam Thypoid pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo Tahun 2017." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Unsyiah, vol. 2,
Sumarni, Desli. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Perawatan Demam
Thypoid Pada Anak di RSUD Pariaman,” Jurnal Initium Medica Journal.
Volume 1, No 1, (Juni 2021), hal 2
Titik, Lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai