PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
a. Mengetahui jenis penyakit dan pengobatan pasien pada kasus yang dipilih.
b. Mengawasi dan mengkaji pengobatan pada pasien.
c. Memberikan intervensi bila ditemukan masalah dalam pengobatan.
1.3 Pelaksanaan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan atas kerja sama
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus
masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi
(Widoyono, 2002)
2009).
2.1.2 Etiologi
3
Sumber penularan utama demam tifoid adalah penderita itu sendiri
dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman S. typhidalam
tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan (Rasmilah, 2012).
Bakteri ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun
yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70oC ataupun oleh
antiseptik (Rampengan, 2008).
Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas
seperti di dalam air, es, sampah, dandebu.Bakteri ini dapat mati dengan
pemanasan (suhu 60oC) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan,
dan khlorinisasi (Harahap, 2011).S. typhi mempunyai beberapa
komponen antigen, yaitu:
1. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari
tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida
atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan
alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae
atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu
protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
panas alkohol.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
dapat melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011).
Selain itu, S. typhijuga dapat menghambat proses aglutinasi antigen
O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif
bakteri dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen
tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
(Harahap, 2011).
4. Outer Membrane Protein (OMP) merupakan bagian dari dinding sel
terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.
4
OMP berfungsi sebagai barrier fisik yang mengendalikan masuknya
cairan ke dalam membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi
sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin yang sebagian
besar terdiri dari protein urin, berperan pada patogenesis demam
tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme
responimun penjamu. Sedangkan protein non purin hingga kini
fungsinya belum diketahui pasti (Putra, 2012).
2.2 Manifestasi Klinik Demam Typoid
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi demam tifoid 3 sampai
60 hari dengan rata- rata antara 10 sampai 14 hari. Gejala klinis demam
tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan
perawatan khusus sampai dengan berat sehingga harus dirawat. Setelah masa
inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala
klinis yang biasa ditemukan, yaitu (widodo, 2006) :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.Bersifat febris
remiten dan suhu tidak berapa tinggi.Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur -angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
penderita terus berada dalam keadaan demam.Dalam minggu ketiga suhu
tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden) .Lidah ditutupi selaput putih kotor di bagian tengahnya
(coated tongue) dengan ujung dan tepi lidahnya kemerahan, jarang disertai
tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus).Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
5
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan
dapat terjadi diare.
3. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun, yaitu apatis sampai
somnolen.Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
4. Gejala Lain
Rose spot dapat dijumpai pada penderita tifoid, yaitu suatu ruam
makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 2 sampai 4 um
seringkali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan
punggung pada orang kulit putih, jarang terjadi pada anak Indonesia.
Kadang-kadang ditemukan bradikardi pada anak dan mungkin pula
ditemukan epistaksis.
2.3 Patofisiologi Penyakit
IgA usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.
Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
6
dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
yang kedua kalinya dan disertai dengan tanda-tanda dan gejala penyakit
dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses
jaringan parut. Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu
panjang usus dan ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi
(Rampengan, 2008).
7
2.4 Penatalaksanaan Penyakit
juga tidak kalah penting adalah eradikasi total bakeri untuk mencegah
Terapi alternatif
Obat lini pertama
Spesies S.
typhi Dosis Dosis
Antibiotic Hari Antibiotic Hari
mg/kg mg/kg
Fluoroquinolon Chloramphenicol 50-75 14-21
Sangat
(ofloxacin dan 15 5-7 Amoxicillin 75-100 14
sensitiv
ciprofloxacin) TMP-SMX 8-40 14
Resisten Fluoroquinolon
15 5-7 azithomycin 8-10 7
dengan atau cefixim
15-20 7-14 cefixime 15-20 7-14
banyak obat
azithomycin 7
Resisten 8-10
atau cefotaxim 10- Fluoroquinolon 20 7-14
quinolone 75
14
8
Tabel antibiotic yang diberikan pada demam thypoid berat menurut WHO
2013
Terapi alternatif
Obat parenteral lini pertama
Spesies S.
Typhi Dosis Dosis
Antibiotic Hari Antibiotic Hari
mg/kg mg/kg
Fluoroquinolon Chloramphenicol 100 14-21
Sangat
(ofloxacin) 15 10-14 Amoxicillin 100 14
sensitiv
TMP-SMX 8-40 14
Resisten Fluoroquinolon 60 10-14
Ceftriaxone atau
dengan 15 10-14 80
cefotaxim
banyak obat
Resisten Ceftriaxone 60 20 7-14
10-14 Fluoroquinolon
quinolone atau cefotaxim 80
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2.1 Subjective
10
11 Desember 2016
3.2.2 Objective
11
12
b. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil
Pemeriksaan Nilai Rujukan
Widal
13
3.3 Pemantauan Terapi Obat
Tanggal
Nama Obat Aturan Pakai Rute 7/12/16 8/12/16 9/12/16 10/12/16
P S M P S M P S M P S M
Ringer Laktat 20 Tpm IV
Paracetamol 3 x 1 tab Oral
Dexamethasone 1 x 1 tab Oral
Asam Mefenamat 3 x 1 tab Oral
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Ranitidin 2x1 IV
14
Ondansetron 8 mg amp IV
15
3.1.2 Asessment dan Plan
sinergisme
farmakodinamik di GI.
1
3.1.3 Uraian Obat
1. Ringer Laktat (RL)
Golongan Elekttrolit
Setiap liter mengandung 3,10 gram
natrium laktat, 6 gram NaCl, 0,30
Komposisi gram KCL, 0,20 gram CaCl 0,2
gram dan air untuk injeksi ad 1000
ml
Indikasi Mengembalikan keseimbangan
elektrolit pada kondisi dehidrasi
Kontraindikasi Hypernatremia, kelaianan ginjal,
kerusakan sel hati, asidosis laktat
Infuse intravena sesuai dengan
Dosis
kondisi pasien
Panas, infeksi pada tempat
penyuntikan,
Efek Samping
thrombosisvena/phlebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan,
ekstravasasi
Interaksi Larutan yang mengandung fosfat.
Komposisi Parasetamol
Indikasi Meringankan rasa sakit kepala, sakit
gigi serta menurukan demam
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati berat
Dosis Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari,
Anak-anak 6-12 tahun ½ -1 tablet 3-
4 kali sehari.
Efek samping Kerusakan hati (dosis besar, terapi
2
jangka lama).
Mekanisme kerja Sebagai inhibitor prostaglandin
3
3. Inj Ceftriaksone (MIMS; 2010-2011)
4
Reversibel.
Interaksi obat Dengan aminoglikosida memberi
efek adiktif, sinergis
5
garam, air dan kehilangan potasium
kompleks reseptor-steroid.
kromatin.
6
Dosis Ulkus duodenum 150 mg 2 x/hari
atau 300 mg 1 x/hari pada malam
hari. Pencegahan kekambuhan ulkus
150 mg 3 x/hari.
Efek samping Sakit kepala, pusing, gangguan GI,
ruam kulit.
Interaksi obat Mengurangi bersihan dari warfarin,
prokainamid, N-asetilprokainamid,
Meningkatkan absorpsi
darimidazolam, menurunkan
absorbsi dari kobalamin.
7
reaksi lokasi injeksi
Mekanisme kerja Ondansetron adalah suatu antagonis
reseptor 5HT3 yang bekerja secara
selektif dan kompetitif dalam
mencegah maupun mengatasi mual
dan muntah akibat pengobatan
dengan sitostatika dan radioterapi.
Interaksi obat Fenitoin, karbamazepin dan
rifampisin: meningkatkan
metabolisme ondansetron, tramadol:
ondansetron menurunkan efek
tramadol, rifampisin: meningkatkan
metabolisme ondansetron.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus yang diambil untuk dikaji adalah kasus pasien Ny. E pada unit
perawatan Pulau Selayar di RS Dr. Mintohardjo. Pasien Ny. E masuk ke rumah
sakit pada tanggal 7 desember 2016 dengan keluhan demam kurang lebih 2
minggu. SMRS, mual, muntah, pasien sudah berobat ke puskesmas belum ada
perubahan dan pasien didiagnosa demam tyfoid.
Penaganan awal pasien masuk di UGD diberikan ondansentron, ranitidin,
asam mefenamat dan dexametason untuk mengatasi keluhan pasien pada awal
masuk dan juga diterapi dengan paracetamol untuk mengatasi demam dan nyeri
dan juga diterapi dengan ceftriaxone untuk mengatasi masalah infeksi pada
pasien.
Selama dirawat inap di Pulau selayar pasien mendapat terapi paracetamol
50 mg dengan dosis 3 x 1 dan ceftriaxone 1 x 1 gr dimana terapi antibiotik
ceftriaxone yang digunakan pasien untuk penatalaksanaan demam tifoid kurang
tepat karena terapi tersebut digunakan untuk pasien yang telah resisten terhadap
antibiotik gol fluoroquinolone yang lebih sensitive untuk terapi pada demam
thypoid (WHO, 2013). Dan juga terdapat beberapa penelitian menunjukkan
keunggulan ceftriakson sebagai antibiotik terpilih. Ditinjau dari faktor biaya,
ketersediaan obat, efikasi, kekambuhan merupakan masalah dalam terapi
antibiotik pada demam tifoid, terutama di negara berkembang.
Pasien mengeluh mual dan muntah dan diberikan obat ondansetron dan
ranitidin untuk penanganan masalah keluhan pasien.
Berdasarkan data objektif (tanda-tanda vital), demam pasien naik turun cenderung
naik di malam hari dan stabil pada tanggal 11. Pasien tidak ada keluhan seperti
sakit perut, sembelit dan BAB cair, BAB hitam, pada saat observasi terakhir. Obat
yang dibawah pulang adalah cefixime dan ranitidin .Pasien pulang dalam keadaan
stabil tanpa keluhan apapun dan pasien pulang dalam kondisi sembuh.
Adapun drug related problem yang ditemukan pada kasus ini yaitu :
9
1. Pemilihan Obat yang kurang tepat
dimana terapi antibiotik ceftriaxone yang digunakan pasien untuk
penatalaksanaan demam tifoid kurang tepat karena terapi tersebut digunakan
untuk pasien yang telah resisten terhadap antibiotik gol fluoroquinolone yang
lebih sensitive untuk terapi pada demam thypoid, sebaiknya menggunakan
antibiotic Gol Quinolon yang lebih sensitif untuk penatalaksanaan demam
tifoid
2. Interaksi obat
a. Interaksi obat – obat
Interaksi antara dexamethasone dengan Ondansetron, Dexamethason dapat
menurunkan efek dari ondansentron dengan mempengaruhi metabolisme
enzim CYP3A4 di hati sedangkan asam mefenamat dan deksametason
dapat meningkatkan toksisitas sinergisme farmakodinamik di GI.
Penggunaan ini memiliki interaksi yang berbahaya sehingga perlu di
monitoring penggunaannya.Penulis menyarankan untuk melakukan
pemberian jedah waktu terhadap obat-obat yang berinteraksi tersebut.
10
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12
WHO, Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva, 1999,
Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its
Complications.Report of a WHO ConsultationPart 1: Diagnosis
andClassification of Diabetes Mellitus .
Widodo, D. 2006, Demam tifoid. Dalam, Buku Ajar IlmuPenyakitDalam Jilid III
Ed 4,
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUnive
rsitas Indonesia, Jakarta.
13
14
15
16