PENDAHULUAN
a. Mengetahui jenis penyakit dan pengobatan pasien pada kasus yang dipilih.
b. Mengawasi dan mengkaji pengobatan pada pasien.
c. Memberikan intervensi bila ditemukan masalah dalam pengobatan.
1
1.3 Pelaksanaan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan atas kerja sama
2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
3
terpenting yang bertanggung jawab atas demam adalah interleukin 1.
Produksi hasil bakteri, virus, serta jamur merangsang pelepasan
interleukin 1 dari makrofag, serta juga produksi sitokin-sitokin lain,
sehingga menghasilkan demam dan manifestasi lain respon radang
(Rudolph, 2006).
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembulu
h. darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
4
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013)
2.2 Manifestasi Klinik
Banyak gejala yang menyertai demam yaitu :
1. Demam
2. Suhu meningkat
3. Menggigil
4. Lesu, dan gelisah
5. Berkeringat, wajah merah
6. Selera makan turun
7. Peningkatan frekuensi pernafasan
8. Dehidrasi
9. Hangat pada sentuhan (Julia, 2003)
2.3 Penatalaksanaan Penyakit
Pada saat demam ini, terdapat beberapa cara-cara untuk
penatalaksanaannya. Cara penatalaksanaan ini di bagi menjadi 2 yaitu dengan
obat atau metode farmakologi dan non-obat atau metode terapi. Dalam
memberikan penanganan secara obat, penderita dapat diberikan parasetamol
karena parasetamol ini adalah suatu obat antipiretik yang sifatnya dapat
mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun harap diperhatikan bahwa
obat ini hanya mengurangi gejala penyakit dan bukan untuk mengobati
penyakit. Selain itu ada juga asetosal selain fungsinya sebagai analgesik atau
pengurang rasa nyeri juga sebagai penurun demam yang merupakan salah
satu gejala suatu peradangan atau infeksi (Aziz, 2008). Penatalaksanaan
febris atau demam menurut (Shvoong2010), untuk menurunkan suhu tubuh
dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres :
1. Menyiapakan air hangat
2. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan
mengusapnya ke seluruh tubuh
3. Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering)
5
4. Mengeringkan tubuh dengan handuk
5. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati
Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit.
Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau
didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan
airnya bila demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang
efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu sebaiknya
digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi
terhadap obat tersebut (Nita, 2004).
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2.1 Subjective
7
08 Desember 2016
3.2.2 Objective
Hasil
Pemeriksaan Nilai rujukan
4/12/16 5/12/16 6/12/16 7/12/16 8/12/16
Leukosit 5.000 - 10.000
2.700 2.700 2.900 3.900 5.200
10^3/µL
4.6 – 6.2 juta/
Eritrosit 4.24 4.32 4.57 4.63 4.46
µL
Hematokrit 40 – 48 % 38 38 40 41 42
150.000 –
Trombosit 450.000 ribu/ 149.000 129.000 104.000 102.000 138.000
µL
SGOT (AST) <35 U/l 35
8
SGPT (ALT) <55 U/l 40
9
3.3 Pemantauan Terapi Obat
Hasil
Nama Obat Aturan pakai Rute 4/12/16 5/12/16 6/12/16 7/12/16
P S M P S M P S M P S M
Ringer Laktat 20 Tpm IV
Parasetamol 3 x 1 tab Oral
Ondansetron 4 mg amp IV
Ambroxol 3 x 1 tab Oral
Cefixime 2 x 1 tab Oral
Antasida 3 x 1 tab Oral
10
11
3.3.2 Asessment dan Plan
Golongan Elekttrolit
Setiap liter mengandung 3,10 gram
natrium laktat, 6 gram NaCl, 0,30
Komposisi
gram KCL, 0,20 gram CaCl 0,2 gram
dan air untuk injeksi ad 1000 ml
Indikasi Mengembalikan keseimbangan
12
elektrolit pada kondisi dehidrasi
Kontraindikasi Hypernatremia, kelaianan ginjal,
kerusakan sel hati, asidosis laktat
Infuse intravena sesuai dengan
Dosis
kondisi pasien
Panas, infeksi pada tempat
Komposisi Parasetamol
Indikasi Meringankan rasa sakit kepala, sakit
gigi serta menurukan demam
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati berat
Dosis Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari, Anak-
anak 6-12 tahun ½ -1 tablet 3-4 kali
sehari.
Efek samping Kerusakan hati (dosis besar, terapi
jangka lama).
Mekanisme kerja Sebagai inhibitor prostaglandin yang
13
3. Inj Ondansetron (IONI; 2008)
14
metabolisme ondansetron.
Komposisi Cefixime
Indikasi ISK tanpa komplikasi, otitis media,
faringitis, tonsilitis, bronkitis akut
akut dan kronik
Dosis Kapsul dewasa dan anak dengan BB
> 30 kg 50-100 mg 2x/hari. Dosis
dapat ditingkatkan s/d 200 mg
2x/hari pada infeksi berat, sirup
kering anak > 6 bulan 1,5-3 mg/kg
BB 2x/hari. Dosis dapat
ditingkatkan s/d 6 mg/kg BB 2x/hari
pada infeksi berat.
Kontra indikasi Riwayat shok atau hipersensitifitas
terhadap salah satu komponen
cefixime OGB Dexa.
Efek samping Syok, reaksi hipersensitif, kelainan
hematologi, peningkatan hasil tes
fungsi hati, gangguan GI, gangguan
fungsi ginjal, gangguan pernapasan,
sakit kepala atau pusing (jarang),
hasil positif pada tes coomb.
15
Komposisi Ambroxol HCl
Indikasi Gangguan saluran nafas akut dan
kronik sehubungan dengan sekresi
bronkial yang abnormal khususnya
pada keadaan eksaserbasi dari
bronkitis kronik, bronkitis asmatis,
asma bronkial
Dosis Tablet dewasa dan anak < 12 tahun
1 tablet 3x/hari, 5-12 tahun ½ tablet
3x/hari. Pada terapi jangka panjang,
dosis dapat dikurangi menjadi
2x/hari. Sirup dewasa 10 ml 3x/hari,
< 2 tahun 2,5 ml 2x/hari
Efek samping Gangguan saluran cerna ringan,
jarang; reaksi alergi
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
monitoring penggunaannya. Penulis menyarankan untuk melakukan
pemberian jedah waktu terhadap obat-obat yang berinteraksi tersebut.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Pasien Tn. P didiagnosa awal menderita obs. Febris dan penyakit penyerta
hyperpirexia.
2. Terdapat beberapa penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi,
diantaranya dexamethason dengan ondansetron, asam mefenamat dan
ondansetron.Terdapat
1.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin selama pasien
di rawat inap.
2. Perlu adanya koordinasi antara dokter, apoteker dan perawat untuk
mencegah efek yang tidak diinginkan agar pengobatan mencapai hasil
yang aman, efektif dan efisien.
3. Pemberian terapi harus sesuai dosis dan tepat waktu pemberian obat.
4. Perawat harus memastikan dengan baik bahwa pasien telah benar-benar
meminum obatnya.
5. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk pemberian terapi pada saat
pasien pulang perawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19