Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FEBRIS DI BANGSAL FLAMBOYAN
RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

GHANI ABDUL RA’OOF

2021010039

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS


DI BANGSAL FLAMBOYAN
RSUD BANYUMAS

Telah Disyahkan
Pada Tanggal:

Mengetahui:
Pembimbing akademik Pembimbing Klinik

(...................................) (...................................)
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas
normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton,
2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2009).

B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2009 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena


proses patologis

Hyperthermi Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional


a pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermi menyertai kekakuan otot karena anestesi total
a

Tipe - tipe demam.diantaranya:


1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

D. PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam
lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-
obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat
digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal
erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen
endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan
IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada
lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral
pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme
sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih
belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT
menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT
atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang
mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic
nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada
hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid
pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural
vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh
lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA
pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak
sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok
panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk
sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi
heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan
seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya
demam

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : klien mengatakan selama Dehidrasi Hipertermi
3 hari mengalami panas tinggi
DO :
   - Bibir kering
   - Suhu badan 37,60c
   - Mengigil
K - Kulit kering
- TD: 120/86 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97

2 DS: klien mengeluh haus Kekurangan intake Hipovolemi


Klien mengatakan badan panas cairan
DO: - tugor kulit kering
- TD: 120/86 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97
3 DS:klien mengatakan bab cair Proses Infeksi Diare
sejak 3 hari lalu
- Klien mengatakan lemas
DO: - TD: 124/74 mmhg
- N: 68 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :22 x/menit
- SPO2 :96
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI NO TUJUAN INTERVENSI TT


/ DP D
TGL/
JAM
05/12/ 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Identifikasi
24jam di harapkan ststus penyebab
cairan membaik dengan hipertermia (mis.
kriteria hasil dehidrasl,
Kriteria awal target - Monitor suhu tubuh
hasil
Tugor 2 5 - Monitor haluaran
kulit urine
Output 2 5 Terapeutk
urin - sediakan lingkungan
Perasaa 3 5 yang dingin
n lemah - pakaian Longgarkan
Suhu 2 5 atau lepaskan
tubuh - Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan
pendinginan
oksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompras dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring Kolaborasi

Kolaborasi
- pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
05/12/ 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Periksa tanda dan
24jam di harapkan gejala hipovolemia
keseimbangan (mis. frekuensi nadl
cairan membaik dengan meningkat, nadi
kriteria hasil torta man tekanan
Kriteria Awal Target darah menurun,
hasil tekanan nadi
Asupan 2 5 menyempit, turgor
cairan kulit menurun,
Keluara 2 5 membran mukosa
n urin kering, volume urin
Kelemb 2 5 menurun,
aban hematokrit
membr meningkat, haus,
an lemah)
mukosa - Monitor intake dan
Tugor 2 5 output cairan
kulit
dehidra 2 5 Terapeutik
si - Htung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified
Trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,
RL)
- Kolaborasi
pemberian catran IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis,
albumin,
Plasmanate)
- Kolaborasi
pemberian produk
darah
05/12/ 3 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Identifikasi
24jam di harapkan penyebab (mis.
eliminasi fekal membaik Inflamasi
dengan kriteria hasil gastrointestinal,
Kriteria Awal Target Iritasi
hasil gastrointestinal,
Nyeri 2 5 proses infeksi,
abdome malabsorpsi,
n ansietas, stres, efek
Kontrol 2 5 obat-obatan,
pengelu pemberian botol
aran susu)
fases - Identifikasi riwayat
pemberian makanan
- Monitor wama,
volume, frekuensl,
dan konsistensi tinja
- Monitor tanda dan
gejala hypovolemia
(mis. takikardia,
nadi teraba lemah,
tekanan darah turun,
turgor kullt turun,
mukosa mulut
kering. CRT
melambat, BB
menurun)
- Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di
daerah perianal
- Monitor jumlah
pengeluaran dlare
- Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapeutik
- Berikan asupan
cairan oral (mis:
larutan garam gula,
oralit, pedialyte,
renalyte)
- Pasang jalur
Intravena Berikan
cairan intravena
(mis. ringer asetat,
ringer laktat), jika
perlu Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan
elektrolit - Ambil
sampel feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan makanan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap

Kolaborasi

- Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
- antispasmodic/
spasmolitik (mis.
papaverin, ekstak
belladonna,
Kolaborasi
- pemberian obat
pengeras foses (mis.
alapulgit, smektit,
kaolin-pektin)

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.
Jakarta:EGC.   
Corwin.(2010). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2010). Rencana
Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Keperawatan. Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2009). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn.S
Umur :20 Tahun
Jenis Kelamin :Laki - Laki
Alamat :Kebarongan, Benyumas
Status : Belum kawin
Agama :Islam
Suku :Jawa
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk RS : 04 Desember 2022 malam
Tanggal pengkajian :05 Desember 2022 Jam 07.00 WIB
DX. Medis : Obs febris H-3 Sups Viral dd. Bactrial infection
vomitus provuse, diare cair akut

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn.H
Umur : 55
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kebarongan, Benyumas
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Petani

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : Demam
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengeluh demam sejak 3 hari
lalu nyeri perut , diare
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : riwayat TB 3 tahun lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :-
5. Pola Fungsional Kesehatan :
a) Pola pernafasan
Sebelum : pasien mengatakan pernah terapi TB selama 9 bulan , 3
tahun yang lalu
Sesudah : saat dikaji pasien mengatakan tidk ada kesulitan dalam
bernafas dan bernafas melalui hidung
b) Pola nutrisi
Sebelum : pasien bisa makan 3x sehari minum sedikit
Sesudah : saat dikaji pasien makan diit dari rumah sakit dan banyak
minum
c) Pola eliminasi
Sebelum : pasien biasa BAB 1-
2 X perhari, BAK 2x perhari tanpa keluhan
Sesudah:Saat dikaji pasien diare bab 4x sehari
d) Pola keseimbangan tubuh
Sebelum : pasien tidak melakukan latihan khusus untuk melatih
keseimbangan tubuhnya hanya dengan pekerjaan sehari hari
Sesudah : pasien dibantu oleh keluarga untuk menemukan posisi
nyaman saat berbaring
e) Pola berpakaian
Sebelum : pasien bisa ganti baju sehabis mandi tanpa bantuan
Sesudah : pasien memakai baju dengan bantuan
f) Pola Istirahat tidur
Sebelum sakit pasien bisa tidur lelap 7 jam perhari tanpa gangguan
Sesudah : Saat dikaji pasientidur kurang 6-8 jam perhari
g) Pola personal hygine
Sebelum : pasien biasa mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari dan
keramas 1x per 3 hari tanpa bantuan
Sesudah : pasien hanya diseka dengan bantuan keluarganya
h) Temperatur suhu
Sebelum : suhu tubuh normal 350C
Sesudah : pasien tidak panas suhu 37 C
i) Rasa aman dan nyaman
Sebelum : pasien merasa aman dan nyaman di tengah tengah
keluarganya dan lingkungan membuat aman pasien
Sesudah : pasien merasa tak nyaman dikarenakan nyeri yang di
rasakan nya
j) Kebutuhan spiritual
Sebelum : pasien biasa sholat 5 waktu
Sesudah : pasien tidak bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya
k) Kebutuhan bekerja :
Sebelum : pasien bisa mengikuti matakuliah offline
Sesudah : pasien hanya bisa mengikuti mata kuliah online
l) Kebutuhan bermain
Sebelum : pasien sering main di cafe bersama teman
Sesudah : pasien hanya bisa bermain hp
m) Kebutuhan berkomunikasi
Sebelum : pasien menggunakan b ahasa jawa untuk bahasa sehari hari
Sesudah : pasien menggunakan bahasa jawa saat dikaji namun ketika
menjawab agak lemah
n) Kebutuhan belajar
Sebelum : pasien belum tau tentang penyakitnya
Sesudah : paseien mngerti dan tau penyakitnya dari perawat dan dokter

6. Pemeriksaan Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan : sedang
2) Berat badan : 62 Kg
3) Tinggi badan : 170cm
4) Tekanan darah : 120/ 86 mmhg
5) Nadi : 76 x / menit
6) Frekuensi napas: 20 x / menit
7) Suhu tubuh : 37,6 C
b. Daerah kepala dan leher
1) Kepala : mesocepal
2) Rambut : hitam kasar dan sedikit berminyak
3) Kulit Kepala : ada ketombe sedikit, massa (-)
4) Wajah : tidak ada lesi/luka dan tidak ada massa
5) Mata : tidak menggunakan alat bantu penglihatan namun
merasa penglihatan agak berkurang/menurun, sklera putih,
refleks cahaya baik
6) Telinga : tidak ada nyeri tekan dan nampak simetris,
pendengaran baik.
7) Hidung : tidak adda massa dan nyeri tekan
8) Mulut
 Bibir : kering
 Gigi : ada karies
 Gusi : nampak merah
 Mukosa :bercak putih
 Lidah : tidak ada sariawan
 Palatum : tidak ada sariawan
 Tonsil : tidak ada tanda tanda peradangan
 Tenggorokan : baik
 Suara : terdengar jelas
9) Leher : tidak ada pembesaran tyroid, arteri karotis teraba, tidak
ada distensi vena jungularis.
c. Daerah dada (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
Bentuk dada normal
Pengembangan dada mengikuti gerakan napas
Tidak teraba adanya massa & nyeri tekan
Tidak ada suara napas tambahan
d. Abdomen : tidak terdapat jejas
e. Punggung :tidak ada massa dan nyeri tekan
f. Ektremitas
Ekstremitas Atas : tidak ada udem, kekuatan otot baik
Ektremitas Bawah : tidak ada udem, kekuatan otot baik
g. Daerah genetalia : tidak dilakukan pemerikasaan.
h. Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Integumen : tugor kulit kering

7. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Naili Normal
Basofil 0.100 % 0,0 – 1,17
Eosinofil 0.100 % 0,600-7,300
Hemoglobin 15,5 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 40,4 % 39,6-51,9
Limfosit (TLC) 0,9 Ribu/mm3 1,0-3,7
Limfosit 21,00 % 18-4,30
MCH 30,9 Pg 27-31,2
MCHC 38,4 % 31,8-35,4
MCV 80,6 FL 81,0-96,0
Monosit 7,600 % 4400-12700
Netrofil limfosit 33
Netrofil 71,40 % 39,30-73,70
Eritrosit 5,01 10^6/uL 4,50-650
RPW 11,6 % 11,5-14,5
Trombosit 61 10^3/uL 150-450
Leukosit 4,43 10^3/uL 5,00-13,50
BUN 14,0 Mg/dL 7-18
SGOT (AST) 138 U/L 0-50
SGPT ( ALT) 121 U/L 0-50
Kreatinin 1,14 Mg/dL 0,60-1,30
Klorida 90 mEq/L 98-107
Kalium 3,1 mEq/L 3,5-51
Natrium 131 mEq/L 136-145

8. Program Terapi :

NO TERAPI DOSIS RUTE


1 Omeprazol 2x4mg IV
2 Ondanserton 2x4mg IV
3 Curcuma 3x1tab PO
4 Paracetamol 3x500 mg PO
5 Attapulgit k/p
6 Infus futroliz 30 tpm IV
7 Infus renxamin 2x1 IV

D. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : klien mengatakan selama Dehidrasi Hipertermi
3 hari mengalami panas tinggi
DO :
   - Bibir kering
   - Suhu badan 37,60c
   - Mengigil
K - Kulit kering
- TD: 120/86 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97
2 DS: klien mengeluh haus Kekurangan intake Hipovolemi
Klien mengatakan badan panas cairan
DO: - tugor kulit kering
- TD: 120/86 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97
3 DS:klien mengatakan bab cair Proses Infeksi Diare
sejak 3 hari lalu
- Klien mengatakan lemas
DO: - TD: 124/74 mmhg
- N: 68 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :22 x/menit
- SPO2 :96

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI NO TUJUAN INTERVENSI TT


/ DP D
TGL/
JAM
05/12/ 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Identifikasi
24jam di harapkan ststus penyebab
cairan membaik dengan hipertermia (mis.
kriteria hasil dehidrasl,
Kriteria awal target - Monitor suhu tubuh
hasil
Tugor 2 5 - Monitor haluaran
kulit urine
Output 2 5 Terapeutk
urin - sediakan lingkungan
Perasaa 3 5 yang dingin
n lemah - pakaian Longgarkan
Suhu 2 5 atau lepaskan
tubuh - Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan
pendinginan
oksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompras dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring Kolaborasi

Kolaborasi
- pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
05/12/ 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Periksa tanda dan
24jam di harapkan gejala hipovolemia
keseimbangan (mis. frekuensi nadl
cairan membaik dengan meningkat, nadi
kriteria hasil torta man tekanan
darah menurun,
tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urin
menurun,
hematokrit
meningkat, haus,
lemah)
- Monitor intake dan
output cairan
Kriteria Awal Target Terapeutik
hasil - Htung kebutuhan
Asupan 2 5 cairan
cairan - Berikan posisi
Keluara 2 5 modified
n urin Trendelenburg
Kelemb 2 5 - Berikan asupan
aban cairan oral
membr Edukasi
an - Anjurkan
mukosa memperbanyak
Tugor 2 5 asupan cairan oral
kulit - Anjurkan
Dehidr 2 5 menghindari
asi perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,
RL)
- Kolaborasi
pemberian catran IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis,
albumin,
Plasmanate)
- Kolaborasi
pemberian produk
darah
05/12/ 3 Setelah dilakukan tindakan Observasi
2022 keperawatan selama 3x - Identifikasi
24jam di harapkan penyebab (mis.
eliminasi fekal membaik Inflamasi
dengan kriteria hasil gastrointestinal,
Iritasi
gastrointestinal,
proses infeksi,
Kriteria Awal Target malabsorpsi,
hasil ansietas, stres, efek
Nyeri 2 5 obat-obatan,
abdome pemberian botol
n susu)
Kontrol 2 5 - Identifikasi riwayat
pengelu pemberian makanan
aran - Monitor wama,
fases volume, frekuensl,
dan konsistensi tinja
- Monitor tanda dan
gejala hypovolemia
(mis. takikardia,
nadi teraba lemah,
tekanan darah turun,
turgor kullt turun,
mukosa mulut
kering. CRT
melambat, BB
menurun)
- Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di
daerah perianal
- Monitor jumlah
pengeluaran dlare
- Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapeutik
- Berikan asupan
cairan oral (mis:
larutan garam gula,
oralit, pedialyte,
renalyte)
- Pasang jalur
Intravena Berikan
cairan intravena
(mis. ringer asetat,
ringer laktat), jika
perlu Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan
elektrolit - Ambil
sampel feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan makanan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap

Kolaborasi

- Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
- antispasmodic/
spasmolitik (mis.
papaverin, ekstak
belladonna,
Kolaborasi
- pemberian obat
pengeras foses (mis.
alapulgit, smektit,
kaolin-pektin)

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/ NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD


TGL/JAM DP
05/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 36,7
2 - Monitor keluaran - Bak 1x sehari
07.00 wib urin
- Mengganti linen - Pasien koperatif
saat diganti lienen
- Pemberian infus
- Infus renaxamin
- Infus futroliz 30
tpm

- Paracetamol
-pemberian analgetik 500mg
2 - TD: 120/86 mmhg
- Monitor ttv - N: 76 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97
- Monitor cairan - Pasien minum
masuk 2,4L per hari
- Pemberian anal - Inj ondansetron
getik - Inj omeprazol
3 - Curcuma 1 tab
- Monitor BAB - Klien masih diare

- Pemberian - attapulgit
analgetik
05/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 37,3
2 - Monitor keluaran - Bak 1x sehari
13.00 wib urin
- Pemberian infus - Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm

-pemberian analgetik - Paracetamol


500mg
2 - Monitor ttv - TD: 127/78 mmhg
- N: 88 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :99
- Monitor cairan
- Pasien minum
masuk
2,4L per hari
- Pemberian anal
- Curcuma 1 tab
getik
3
- Monitor BAB - Klien masih diare
- Pemberian - attapulgit
analgetik
05/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 37,4
2 - Monitor keluaran
20.00 wib urin - Bak 1x sehari
- Pemberian infus
- Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm
-pemberian analgetik
- Paracetamol
- Monitor ttv 500mg
2
- TD: 133/90 mmhg
- N: 60x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- Monitor cairan - SPO2 :97
masuk - Pasien minum
- Pemberian anal 2,4L per hari
getik - Inj ondansetron
- Inj omeprazol
3 - Monitor BAB
- Curcuma 1 tab
- Pemberian - Klien masih diare
analgetik
attapulgit
06/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 37,5
2 - Monitor keluaran - Bak 2x sehari
07.00 wib urin
- Mengganti linen - Pasien koperatif
saat diganti lienen
- Pemberian infus
- Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm

- Paracetamol
-pemberian analgetik 500mg
2 - Monitor ttv - TD: 121/84mmhg
- N: 74 x/menit
- SB: 37,50c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :96
- Monitor cairan - Pasien minum
masuk 2,4L per hari
- Pemberian anal - Inj ondansetron
getik - Inj omeprazol
- Curcuma 1 tab
3 - Monitor BAB - Klien
mengatakan bab
- Pemberian lembek
analgetik
- attapulgit
06/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 37
2 - Monitor keluaran - Bak 2x sehari
13.00 wib urin
- Pemberian infus - Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm

-pemberian analgetik - Paracetamol


500mg
2 - Monitor ttv - TD: 119/77 mmhg
- N: 72 x/menit
- SB: 37,30c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :98
- Monitor cairan
- Pasien minum
masuk
2,4L per hari
- Pemberian anal
- Curcuma 1 tab
getik
3
- Monitor BAB - Klien
mengatakan diare
- Pemberian lembek
analgetik - attapulgit
06/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 36,9
2 - Monitor keluaran - Bak 2x sehari
20.00 wib urin
- Pemberian infus - Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm

-pemberian analgetik - Paracetamol


500mg
2 - Monitor ttv - TD: 113/74 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 36,60c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :96
- Pasien minum
- Monitor cairan
2,4L per hari
masuk
- Pemberian anal - Curcuma 1 tab
getik
3 - Monitor BAB - Klien sudah tidak
diare
- Bab 1x sehari
07/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 36,5
2 - Monitor keluaran - Bak 3x sehari
07.00wib urin
- Mengganti linen - Pasien koperatif
saat diganti lienen
- Pemberian infus
- Infus renaxamin

- Infus futroliz 30
tpm

-pemberian analgetik - Paracetamol


2 500mg
- Monitor ttv - TD: 120/86 mmhg
- N: 76 x/menit
- SB: 36,50c
- RR :20 x/menit
- Monitor cairan - SPO2 :97
masuk - Pasien minum
- Pemberian anal 2,4L per hari
getik - Inj ondansetron
- Inj omeprazol
3 - Curcuma 1 tab
- Monitor BAB
- Klien sudah tdak
diare
07/12/202 1 - Monitor suhu tubuh - Suhu klien 36,3
2 - Monitor keluaran - Bak 3x sehari
13.00wib urin
- Pemberian infus - aff infus

2 - Monitor ttv - TD: 120/86 mmhg


- N: 76 x/menit
- SB: 36,50c
- RR :20 x/menit
- SPO2 :97
- Monitor cairan - Pasien minum
masuk 2,4L per hari
- Pemberian anal - Curcuma 1 tab
getik
3 - Monitor BAB - Klien tidak diare

G. EVALUASI
HARI/ NO SOAP TTD
TGL/JAM DP
07/12/202 1 S: klien mengatakan sudah tidak demam
2
O: tugor kulit tidak kering

- TD: 114/73 mmhg


- N: 68 x/menit
- SB: 36,50c
- RR :22 x/menit
- SPO2 :97
A: Masalah hipertermia teratasi
P: intervensi dihentikan
07/12/202 2 S:klien meengatakan tidak dehidrasi
2 O: BAK 3x sehari
- TD: 114/73 mmhg
- N: 68 x/menit
- SB: 36,50c
- RR :22 x/menit
- SPO2 :97
A: masalah hipovolemia teratasi
P: intervensi dihentikan
07/12/202 3 S: klien mengatakan sudah tidak diare
2 O: BAB 1 x sehari
TD: 114/73 mmhg
- N: 68 x/menit
- SB: 36,50c
- RR :22 x/menit
- SPO2 :97

A:masalah diare teratasi


P:intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai