Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH PADA PASIEN


Tn. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS P TYPOID
DI RUANG BAKUNG RSUD WONOSARI

Oleh

TRI AYU WIDIYANTI


2520142516

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik


Keperawatan (PKK) Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) Semester III

Wonosari, Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Klinik Akademik

( …………….. ) ( Taukhit, S.Kep.,Ns )

Mahasiswa

( Tri Ayu Widiyanti )


2520142516
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian
suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita
sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya,dikarenakan hal tersebut dalam makalah ini kami akan
membahas tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia
memperlihatkan irama sirkadian. Mengenai batasan “normal”, terdapat
beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,10C atau lebih rendah pada
dini hari sampai 37,40 C pada sore hari.
Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,20 C dan suhu
normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian, suhu
tubuh > 37,20 C pada pagi hari dan > 37,70 C pada sore hari disebut demam.
Sebaliknya demam (hipertemi) bila suhu > 37,2 0 C.
Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan
perbedaan kurang lebih 0,5- 0,60 C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi.
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point.Peningkatan
suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan
demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga
produksi panas melebihi pengeluaran panas.

B. Tujuan
1. Mengetahui gangguan keseimbangan suhu tubuh
2. Mengetahui definisi suhu tubuh
3. Mengetahui etiologi dari keseimbangan suhu tubuh
4. Mengetahui tanda dan gejala pada gangguan keseimbangan suhu tubuh
5. Mengetahui patofisiologi dari gangguan keseimbangan suhu tubuh
6. Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan dari gangguan
keseimbangan suhu tubuh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
(NANDA, 2012). Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang
meningkat diatas rentangnormalnya (NIC NOC, 2007).Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanismetermoregulasi
(Ensiklopedia Keperawatan). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang
lebih besar dari jangkauan normal (Doenges Marilynn E.). Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah keadaandimana
suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga menyebabkan
peningkatan suhutubuh dari individu
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat
pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan
seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih
dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua
submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas
berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan
pengukuran waktju reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk
rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.

B. Etiologi
1. Perubahan metabolisme
2. Pemajanan Lingkungan yang panas
3. Proses Infeksi
4. Aktivitas yang berlebihan
5. Pengobatan
6. Penggunaan baju yang tidak sesuai
C. Manifestasi klinik
1. Frekuensi denyut nadi meningkat (10 point untuk peningkatan 1 derajat
kenaikan suhu tubuh)
2. Frekuensi pernafasan meningkat
3. Suhu tubuh meningkat ( thermometer klinis)
4. Membran mukosa kering
5. Kulit memerah
6. Demam; piloreksi
7. Turgor kulit menurun
8. Konsentrasi urin; pekat & jumlah urin menurun

D. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya
membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh
untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan
beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor yang
menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat
hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan
kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Foto rontgent
3. USG

F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan keseimbangan suhu
tubuh :
1. Hipertermia
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia dibagi menjadi dua (2):
 Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas.
 Hipertermian Malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
2. Hipotermia
Hipotemia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas.

3. Heatstroke
Heatstroke adalah pajanan yang lama terkena sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi yang dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas

G. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan medis:
1) Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen
2) Rasional : membantu dalam penurunan panas
 Penatalaksanaan keperawatan:
1) Observasi keadaan umum pasien Rasional : mengetahui
perkembangan keadaan umum dari pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien Rasional : mengetahui perubahan
tanda-tanda vital dari pasien
3) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis Rasional : membantu
mempermudah penguapan panas
4) Anjurkan pasien banyak minum Rasional : mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas
5) Anjurkan pasien banyak istirahat Rasional : meminimalisir produksi
panas yang diproduksi oleh tubuh
6) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang Rasional : mempercepat dalam
penurunan produksi panas
7) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai
pengertian, penanganan, dan terapi yang diberikan tentang
penyakitnya Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dari pasien da keluarganya
H. Pengkajian keperawatan
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal
 Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
 Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
 Beri minum yang cukup
 Berikan kompres air biasa
 Lakukan tepid sponge (seka)
 Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
 Pemberian obat antipireksia
 Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
 Menilai status nutrisi anak
 Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat.
 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
 Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tetapi sering
 Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan skala yang sama
 Mempertahankan kebersihan mulut anak
 Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit
 Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi
anak
3. Mencegah kurangnya volume cairan.
 Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4
jam
 Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak
elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan
mukosa kering, bibir pecah-pecah
 Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
 Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
 Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water
Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid
sponge
 Memberikan antibiotik sesuai program

I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
kurang dan diaporesisi

J. Diagnosa dan intervensi


Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)

1. Hipertemia Setelah dilakukan Mengontrol panas


berhubungan tindakan perawatan
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dengan proses selama 3 X 24 jam,
- Monitor suhu basal secara
penyakit. pasien mengalami
kontinyu sesui dengan kebutuhan.
keseimbangan
Batasan - Monitor TD, Nadi, dan RR
termoregulasi dengan
karakeristik : - Monitor warna dan suhu kulit
kriteria hasil :
- Monitor penurunan tingkat
- kenaikan suhu
- Suhu tubuh dalam kesadaran
tubuh diatas
rentang normal 35,9 - Monitor WBC,Hb, Hct
rentang
C – 37,5 C - Monitor intake dan output
normal
- Nadi dan RR dalam - Berikan anti piretik
- serangan atau rentang normal - Berikan pengobatan untuk
konvulsi - Tidak ada perubahan mengatasi penyebab demam
(kejang) warna kulit - Selimuti pasien
- kulit - Tidak ada pusing - Lakukan Tapid sponge
kemerahan - Berikan cairan intra vena
- pertambahan - Kompres pasien pada lipat paha,
RR aksila dan leher
- takikardi - Tingkatkan sirkulasi udara
- saat disentuh - Berikan pengobatan untuk
tangan terasa mencegah terjadinya menggigil
hangat
Temperature Regulation

- Monitor tanda- tanda hipertermi


- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
- Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
- Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
- Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring

- Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR


- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD, Nadi, dan RR
sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya tekanan nadi
yang melebar , bradikardi,
peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan - Sediakan lingkungan yang aman
berhubungan tindakan keperawatan untuk pasien
dengan infeksi selama …x 24 jam, - Identifikasi kebutuhan keamanan
mikroorganisme pasien tidak mengalami pasien sesuai dengan kondisi
injury. fisik dan fungsi kognitif pasien
dan riwayat penyakit terdahulu
Risk Injury
pasien
Kriteria Hasil : - Menghindari lingkungan yang
berbahaya misalnya
- Klien terbebas dari
memindahkan perabotan
cidera
- Memasang side rail tempat tidur
- Klien mampu
- Menyediakan tempat tidur yang
menjelaskan
nyaman dan bersih
cara/metode untuk
- Meletakan saklar lampu ditempat
mencegah injury
yang mudah dijangkau pasien
atau cedera
- Membatasi pengunjung
- Klien mampu
- Memberikan penerangan yang
menjelaskan factor
cukup
resiko dari
- Menganjurkan keluarga untuk
lingkunga atau
menemani pasien
perilaku personal
- Mengontrol lingkungan dari
- Mampu
kebisingan
memodifikasi gaya
- Memindahkan barang-barang
hidup untuk
yang dapat membahayakan
mencegah injury
- Berikan penjelasan pada pasien
- Menggunakan
dan keluarga atau pengunjung
fasilitas kesehatan
adanya perubahan status
yang ada
kesehatan dan penyebab
- Mampu mengenali
penyakit.
perubahan status
kesehatan
3 Resiko Setelah dilakukan Fluid management:
kekurangan tindakan keperawatan
- Pertahankan catatan intake dan
volume cairan selama …x 24 jam,
output yang akurat
dengan faktor fluid balance dengan
- Monitor status dehidrasi(
resiko faktor yang kriteria hasil :
kelembaban membrane mukosa,
mempengaruhi
- Mempertahankan nadi adekuat, tekanan darah
kebutuhan cairan
urine output sesuai ortostatik)
(hipermetabolik)
dengan usia dan BB, - Monitor vital sign
BJ urine normal, HT - Monitor asupan makanan/ cairan
normal dan hitung intake kalori harian
- Tekanan darah, - Lakukan terapi IV
nadi, suhu tubuh - Monitor status nutrisi
dalam batas normal - Berikan cairan
- Tidak ada tanda- - Berikan cairan IV pada suhu
tanda dehidrasi, ruangan
elastisitas turgor - Dorong masukan oral
kulit baik, - Berikan penggantian nasogastrik
membrane mukosa sesuai output
lembab, tidak ada - Dorong keluarga untuk
rasa haus yang membantu pasien makan
berlebihan. - Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
- Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
- Atur kemungkinan transfusi
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori
Dan Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi.Jakarta.EGC
Sinarty hartanto.(2003). Anak Demam Perlu Kompres.www. Pediatrik.
Com/knal.php

Anda mungkin juga menyukai