Dosen Pembimbing :
Ns.I Gusti Ayu Ari Rasdini S.Kep.,M.Pd
NIP. 195910151986032000
Disusun Oleh
Nama : Ni Made Diani Puspita Sari
NIM : P07120121025
Kelas : 2.1
Prodi : D-III Keperawatan
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu
lingkungan. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Pada
dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa muda.
Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua.
Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan
vasomotor (vasokontriksi danvasodilatasi) yang buruk, berkurangnya aktivitas kelenjar
keringat dan metabolisme yang menurun.
b. Olahraga
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesterone naik dan
turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi, kadar progesteron
yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau ke
suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang
wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panas tubuh yang intens dan prespirasi selama 30 detik sampai 5 menit.
Pada periode ini terjadi peningkatan disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan
ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi (gambar 32-2). Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi
hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari
dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus.
Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring usia.
e. Stres
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya adalah :
1) Demam berdarah dengue
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, raum, limfadenopi plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
2) Demam tifoid
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagositmonocular dari
hati, limpa, kelenjar limfe dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makan atau yang terkontaminasi.
3) Febris /demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
4) Malaria
b. Hipotermi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) Hiportermia disebabkan oleh beberapa
hal yaitu :
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alkohol
3) Berat badan ekstrem
4) Kekurangan lemak subkutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah
6) Malnutrisi
7) Pemakaian pakaian tipis
8) Penurunan laju metabolism
9) Tidak beraktivitas
10) Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan
13) Efek agen farmakologis
14) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia.
3. Pohon Masalah
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak
melalui traktu (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensai
nyeri). Ketikasinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam
kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah, selanjutnya akan berakhir
terutama lamima I, II, an III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui
satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan
me serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi
berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang dan kompleks ventrobasal
thalamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke
korteks somatosensorik.
Suhu normal yang dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang
dihasilakn dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat pengaturan
panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara
dua hemisterotak. Fungsi hipotalamus adalah seperti thermostat. Suhu yang nyaman
merupakan “set- point” untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan
akan mengaktifkan pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada
suhu tubuh, hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus
posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
diluar batas titik pengaturan (set point), maka impuls dikirimkan kehilangan panas
adalah keingat, vasodilatasi, (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi
panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk
menghilangkan panas.
4. Klasifikasi
Secara umun gangguan kebutuhan yang terjadi, antara lain :
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6-40˚C) dan hiperpireksia (>40˚C) merupakan kondisi utuhnya
mekanisme termoregulasi tetapi suhu tubuh dipertahankan pada angkayang tinggi. Infeksi
adalah penyebab utama pireksia. Penyebab pireksia yang lain adalah dehidrasi, obat-obatan
tertentu, keganasan, pembedahan, trauma berat, infark miokardium akut, reaksi tranfusi
darah, gagal jantung, dan hiperteroid.
b. Hipertermia
Hipotermia adalah suhu inti yang kurang dari 35˚C. Hampir semua
proses metabolisme dapat dipengaruhi oleh hipotermia. Derajat hipotermia
diklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh 32-35˚C), sedang (28-31,5˚C),berat (20-
27˚C), dan sangat berat (<20˚C). Hipotermia dapat bersifat incidental atau terpeutik.
Individu berusia ekstrem dan mereka yang terpajan kondisi lingkungan yang
buruk, rentan mengalami hipotermia insidental. Kematian biasanya terjadi jika suhu
inti turun dibawah 25˚ C. hipotermia terapeutik dapat dipicu, akibat kurang hati-hati
atau pasca anestesia.
d. Frosbite
Frostbite adalah cedera lokal akibat suhu dingin pada permukaan tubuh, dan bukan pada
intinya (seperti pada hipotermia). Frostbite terjadi akibat pemajanan suhu dibawah
beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah, terutama hidung, telinga, dan pipi paling
beresiko mengalami frostbite.
5. Gejala Klinis
a. Hipertermia
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subyektif Subyektif
1) – 1) –
Obyektif Obyektif
1) Suhu tubuh diatas nilai normal 1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
b. Hipotermia
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subyektif Subyektif
1) – 1) –
Obyektif Obyektif
1) Kulit teraba dingin 1) Akrosianosis
2) Menggigil
2) Bradikardi
3) Suhu tubuh di bawah nilai normal
3) Dasar kuku sianotik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardia
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium
e. Pemeriksaan urine
f. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibody untuk pasien
thypoidd Pemeriksaan elektrolit : Na, K,Cl
g. Uji Tourniquet
7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi :
1) Observasi keadaan umum pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien
3) Observasi perubahan warna kulit pasien
4) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis (hipertermia), menggunakan pakaian
tebal (hipotermia)
5) Anjurkan pasien banyak minum (hipertermia)f Berikan minuman hangat
(hipotermia)
6) Kompres dengan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat
dibagian leher, dada, atau selangkangan untuk penderita hipotermia.
7) Anjurkan pasien banyak istirahat
8) Berikan kompres hangt dibeberapa bagia tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
9) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan,
dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya.
b. Farmakologi :
1) Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofenb Beri infuse
berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
B Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ganguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu
Tubuh
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien : Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas
penanggungjawab.
1) Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien saat dilakukan pengkajian ;
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan
penggunaanobat untuk menghilangkan stres.
10) Pola Keyakinan-Nilai
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan secara umum yang tampak pada fisik klien
2) Pemeriksaan TTV
TD, Nadi, Suhu, RR, TB, BB
3) Body Sistem
Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan thoraks
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan genetalia dan rektal
Pemeriksaan kulit
d. Terapi
Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam
keseimbangansuhu tubuh.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan panduan PPNI (2016) dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia, masalah atau diagnosa keperawatan yang muncul pada Gangguan
Keseimbangan Suhu merupakan :
a. Hipertermia (D.0130).
b. Hipotermia (D.0131).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia Untuk mengetahui
(D.0130) (L.14134) (I.15506) penyebab dari
Setelah diberikan asuhan Observasi hipertermia, serta
keperawatan selama 3x24 Identifikasi penyebab memberikan perawatan
jam diharapkan pengaturan hipertermia (mis. untuk mencapai suhu
suhu tubuh agar tetap berada Dehidrasi, terpapar tubuh yang normal.
pada rentang normal lingkungan panas,
menjadi membaik, dengan penggunaan incubator).
kriteria hasil : Monitor suhu tubuh.
1. Menggigil menurun Monitor kadar elektrolit.
2. Kulit merah menurun Monitor haluaran urine.
3. Kejang menurun Komplikasi akibat
4. Akrosianosis menurun hipertermia.
5. Konsumsi oksigen
menurun Terapeutik
6. Visokonstriksi perifer Sediakan lingkungan
menurun yang dingin.
7. Kutis memorata Longgarkan atau
menurun lepaskan pakaian.
8. Pucat menurun Basahi dan
9. Tachikardi menurun kipasi pemukaan tubuh.
10. Takipnea menurun
11. Bradikardia menurun Berikan cairan oral.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Nama Mahasiswa
NIM : P07120121025
Nama Pembimbing/CT
NIP. 195910151986032000