Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Dosen Pembimbing :
Ns.I Gusti Ayu Ari Rasdini S.Kep.,M.Pd
NIP. 195910151986032000

Disusun Oleh
Nama : Ni Made Diani Puspita Sari
NIM : P07120121025
Kelas : 2.1
Prodi : D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU
TUBUH

A Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan


Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh
1. Definisi
Suhu adalah suatu keadaan baik panas atau dingin pada suatu substansi. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Suhu tubuh menceminkan keseimbangan antara produksi danpengeluaran
panas dari tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertemi,
hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tahu sebab-sebabnya
dan mekanismenya. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Gangguan keseimbangan suhu tubuh ialah suatu mekanisme keadaan panas atau dingin pada
tubuh yang tidak dapat terkontrol sehingga dapat menyebabkan gangguan seperti merasakan
ketidaknyamanan, rasa cemas dan mengganggu aktivitas yang bisa dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu :
a. Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu
lingkungan. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Pada
dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa muda.
Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua.
Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan
vasomotor (vasokontriksi danvasodilatasi) yang buruk, berkurangnya aktivitas kelenjar
keringat dan metabolisme yang menurun.
b. Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan


karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat
meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga
berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.
c. Kadar hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesterone naik dan
turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi, kadar progesteron
yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau ke
suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang
wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panas tubuh yang intens dan prespirasi selama 30 detik sampai 5 menit.
Pada periode ini terjadi peningkatan disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan
ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d. Irama sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi (gambar 32-2). Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi
hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari
dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus.
Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring usia.
e. Stres

Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi


hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini meningkatkan metebolisme, yang akan
meningkatkan produksi panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih
tinggi.
f. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang


tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih
berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka
yang kurang efisien.
g. Penyakit

Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya adalah :
1) Demam berdarah dengue
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, raum, limfadenopi plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
2) Demam tifoid

Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagositmonocular dari
hati, limpa, kelenjar limfe dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makan atau yang terkontaminasi.
3) Febris /demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
4) Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium


yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual didalam darah, penyebab dari malaria adalah protozoa dari genus
plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang
seperti golongan burung, reptile

2. Penyebab/ factor predisposisi


a. Hipertermi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) Hipertermia disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan incubator

b. Hipotermi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) Hiportermia disebabkan oleh beberapa
hal yaitu :
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alkohol
3) Berat badan ekstrem
4) Kekurangan lemak subkutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah
6) Malnutrisi
7) Pemakaian pakaian tipis
8) Penurunan laju metabolism
9) Tidak beraktivitas
10) Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan
13) Efek agen farmakologis
14) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia.
3. Pohon Masalah
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak
melalui traktu (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensai
nyeri). Ketikasinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam
kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah, selanjutnya akan berakhir
terutama lamima I, II, an III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui
satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan
me serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi
berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang dan kompleks ventrobasal
thalamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke
korteks somatosensorik.
Suhu normal yang dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang
dihasilakn dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat pengaturan
panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara
dua hemisterotak. Fungsi hipotalamus adalah seperti thermostat. Suhu yang nyaman
merupakan “set- point” untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan
akan mengaktifkan pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada
suhu tubuh, hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus
posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
diluar batas titik pengaturan (set point), maka impuls dikirimkan kehilangan panas
adalah keingat, vasodilatasi, (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi
panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk
menghilangkan panas.

4. Klasifikasi
Secara umun gangguan kebutuhan yang terjadi, antara lain :
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6-40˚C) dan hiperpireksia (>40˚C) merupakan kondisi utuhnya
mekanisme termoregulasi tetapi suhu tubuh dipertahankan pada angkayang tinggi. Infeksi
adalah penyebab utama pireksia. Penyebab pireksia yang lain adalah dehidrasi, obat-obatan
tertentu, keganasan, pembedahan, trauma berat, infark miokardium akut, reaksi tranfusi
darah, gagal jantung, dan hiperteroid.
b. Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan suhu tubuh diatas


rentang normal tubuh sehubungan dengan tidak mampuan tubuh untuk meningkatkan
kemampuan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas, yaitu kenaikan
suhu tubuh biasanya suhu rektal > 37,5’C dan suhu aksila >37,5’C. (SDKI,2016).
Hipertermiamerupakan keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
kenaikan suhu tubuh <37 per oral atau 38,8 per rektal yang sifatnya menetap karena
faktor eksternal (Lynda Juall,2012).

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan


mekanisme termoregulasi. Terdapat disfungsi hipotalamus. Kondisi
inidisebabkan oleh masalah system saraf pusat (SSP) dan tidak berespon
terhadapterapi antipiretik. Metabolisme serebri meningkat sehingga otak
memiliki kesulitan besar dalam mengatasi peningkatan produksi karbon dioksida.
Terjadi vasodilatasi serebri dan dapat meningkatkan tekanan intrakarnial
sehingga membahayakan pasien yang mengalami gangguan neurologis. Suhu 41-
43˚C menyebabkan kerusakan saraf, koagulasi, dan konvulsi. Jika keadaan
berbahaya ini tidak dibalikan melalui upaya pendinginan yang efektif, individu
menderita kerusakan otak permanen dan kematian. Kondisi yang menyertai
hipertermia terdiri dari heatcramps (kram akibat terpajan suhu panas),
heatexhaustion (kelelahan akibat terpajan suhu panas) heat stroke (kenaikan suhu
tubuh tanpa keluar keringat), hipertermia maligna, dan hipertermia maligna
antipsikotik (neuroleptik).
c. Hipotermia

Hipotermia merupakan pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap


dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempoduksi panas, mengakibatkan
hipotermia. Hipotermia merupakan suhu tubuh dibawah rentang normal (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Hipotermia adalah suhu inti tubuh yang berada dibawah
kisaran normal karena terjadi kegagalan termoregulasi pada bayi (Keliat, Mediani,
&Tahlil, 2018).

Hipotermia adalah suhu inti yang kurang dari 35˚C. Hampir semua
proses metabolisme dapat dipengaruhi oleh hipotermia. Derajat hipotermia
diklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh 32-35˚C), sedang (28-31,5˚C),berat (20-
27˚C), dan sangat berat (<20˚C). Hipotermia dapat bersifat incidental atau terpeutik.
Individu berusia ekstrem dan mereka yang terpajan kondisi lingkungan yang
buruk, rentan mengalami hipotermia insidental. Kematian biasanya terjadi jika suhu
inti turun dibawah 25˚ C. hipotermia terapeutik dapat dipicu, akibat kurang hati-hati
atau pasca anestesia.
d. Frosbite

Frostbite adalah cedera lokal akibat suhu dingin pada permukaan tubuh, dan bukan pada
intinya (seperti pada hipotermia). Frostbite terjadi akibat pemajanan suhu dibawah
beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah, terutama hidung, telinga, dan pipi paling
beresiko mengalami frostbite.
5. Gejala Klinis
a. Hipertermia
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subyektif Subyektif
1) – 1) –
Obyektif Obyektif
1) Suhu tubuh diatas nilai normal 1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat

b. Hipotermia
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subyektif Subyektif
1) – 1) –
Obyektif Obyektif
1) Kulit teraba dingin 1) Akrosianosis
2) Menggigil
2) Bradikardi
3) Suhu tubuh di bawah nilai normal
3) Dasar kuku sianotik

4) Hipoglikemia
5) Hipoksia

6) Pengisian kapiler >3 detik

7) Konsumsi oksigen meningkat

8) Ventilasi menurun

9) Piloereksi

10) Takikardia

11) Vasokonstriksi periper

12) Kutis memorata (pada neonates)


6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

a. Riwayat penyakit dan keluhan

b. Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan laboratorium

d. Pemeriksaan darah lengkap : mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko


infeksi

e. Pemeriksaan urine

f. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibody untuk pasien
thypoidd Pemeriksaan elektrolit : Na, K,Cl

g. Uji Tourniquet

7. Penatalaksanaan

a. Non farmakologi :
1) Observasi keadaan umum pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien
3) Observasi perubahan warna kulit pasien
4) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis (hipertermia), menggunakan pakaian
tebal (hipotermia)
5) Anjurkan pasien banyak minum (hipertermia)f Berikan minuman hangat
(hipotermia)
6) Kompres dengan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat
dibagian leher, dada, atau selangkangan untuk penderita hipotermia.
7) Anjurkan pasien banyak istirahat
8) Berikan kompres hangt dibeberapa bagia tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
9) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan,
dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya.
b. Farmakologi :
1) Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofenb Beri infuse
berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
B Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ganguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu
Tubuh
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien : Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas
penanggungjawab.
1) Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien saat dilakukan pengkajian ;

 Faktor yang melatarbelakangi/mendahului/mempengaruhi keluhan

 Sifat terjadinya gejala (mendaak, perlahan, terus-meneus/ serangan,


hilangtimbulatau berhubungan dengan waktu)
 Lokasi gejala dan sifat (menjalar, menyebar, berpindah atau menetap)

 Berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap atau


cenderung bertambah/ berkurang
 Lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan dirasakan

 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan

 Pengobatan/ perawatan yang telah diperoleh hingga akhirnya meminta


bantuan ke RS.
3) Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
Riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan
suhu tubuh, ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada


penyakitmenular dan keturunan di keluarga pasien.

b. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan dikelola. Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya,
dan penggunaan tembakau, alcohol, alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi
secara bebas atau resep dokter.
2) Pola Nutrisi/ Metabolisme
Keluhan dalam makan dan minum (seperti mual muntah, kemampuan
mengunyah menelan, dan pola minum)
3) Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi dan/ atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada
atau tidaknya konstipasi, diare, inkotinensia, retensi, dan gangguan lainnya.
Kajipenggunaan alat bantu.
4) Pola Aktivitas/ Olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh
kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi
keseimbangan suhu pasien.

5) Pola Istirahat Tidur

Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami.

6) Pola Kognitif dan Perseptif

Kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas, ketidaknyamanan,


pendengaran dan penglihatan.
7) Pola Peran Hubungan

Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/ tidaknya masalah keluarga


berkenaan dengan masalah di rumah sakit.
8) Pola Seksualitas/ Reproduksi

Kaji adanya masalah seksualitas pasien.

9) Pola Koping dan Toleransi Stres

Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan
penggunaanobat untuk menghilangkan stres.
10) Pola Keyakinan-Nilai

Agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan secara umum yang tampak pada fisik klien
2) Pemeriksaan TTV
TD, Nadi, Suhu, RR, TB, BB
3) Body Sistem
 Pemeriksaan wajah
 Pemeriksaan kepala dan leher
 Pemeriksaan thoraks
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan genetalia dan rektal
 Pemeriksaan kulit
d. Terapi
Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam
keseimbangansuhu tubuh.

2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan panduan PPNI (2016) dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia, masalah atau diagnosa keperawatan yang muncul pada Gangguan
Keseimbangan Suhu merupakan :
a. Hipertermia (D.0130).
b. Hipotermia (D.0131).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia Untuk mengetahui
(D.0130) (L.14134) (I.15506) penyebab dari
Setelah diberikan asuhan Observasi hipertermia, serta
keperawatan selama 3x24  Identifikasi penyebab memberikan perawatan
jam diharapkan pengaturan hipertermia (mis. untuk mencapai suhu
suhu tubuh agar tetap berada Dehidrasi, terpapar tubuh yang normal.
pada rentang normal lingkungan panas,
menjadi membaik, dengan penggunaan incubator).
kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh.
1. Menggigil menurun  Monitor kadar elektrolit.
2. Kulit merah menurun  Monitor haluaran urine.
3. Kejang menurun  Komplikasi akibat
4. Akrosianosis menurun hipertermia.
5. Konsumsi oksigen
menurun Terapeutik
6. Visokonstriksi perifer  Sediakan lingkungan
menurun yang dingin.
7. Kutis memorata  Longgarkan atau
menurun lepaskan pakaian.
8. Pucat menurun  Basahi dan
9. Tachikardi menurun kipasi pemukaan tubuh.
10. Takipnea menurun
11. Bradikardia menurun  Berikan cairan oral.

12. Dasar kuku sianolik  Ganti linen setiap hari


menurun atau lebih sering

13. Hipoksia menurun mengalami

14. Suhu tubuh membaik hiperhidrosis (keringat

15. Suhu kulit membaik berlebih).

16. Kadar glukosa darah  Lakukan pendinginan


membaik eksternal (mis. Selimut

17. Pengisian kapiler hipotermia ataukompres


dingin pada dahi, leher,
membaik
dada, abdomen, aksial).
18. Ventilasi membaik
 Hindari pemberian
19. Tekanan darah membaik
antipiretik atau aspirin.
 Berikan oksigen, jika
perlu.
Edukasi
 Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Hipotermia Termoregulasi Manajemen Hipotermia Untuk mengetahui
(D.0131) (L.14134) (I.14507) penyebab dari hipotermia,
Setelah diberikan asuhan  Monitor suhu tubuh. serta memberikan
keperawatan selama 3x24  Identiksi penyebab perawatan untuk
jam diharapkan pengaturan hipotermia (mis. mencapai suhu tubuh yang
suhu tubuh agar tetap berada Terpapar suhu normal.
pada rentang normal menjadi lingkungan rendah,
membaik, dengan kriteria pakaian tipis,
hasil : kerusakan hipotalamus,
1. Menggigil menurun penurunan laju
2. Kulit merah menurun metabolism,
3. Kejang menurun kekurangan lemak
4. Akrosianosis menurun subkutan).
5. Konsumsi oksigen  Monitor tanda dan
menurun gejala akibat
6. Visokonstriksi perifer hipotermia (hipotermia
menurun ringan :takipnea,
7. Kutis memorata disartria, menggigil,
menurun hipertensim dieresis.
8. Pucat menurun Hipotermia sedang :
9. Tachikardi menurun aitmia, hipotensi,
10. Takipnea menurun apatis, koagulopati,
11. Bradikardia menurun reflekx menurun.
12. Dasar kuku sianolik Hipotermia berat :
menurun oliguria, reflex
13. Hipoksia menurun menghilang, edema
14. Suhu tubuh membaik paru, asam basa
15. Suhu kulit membaik abnormal).
16. Kadar glukosa darah
membaik Terapeutik
17. Pengisian kapiler  Sediakan lingkungan
membaik yang hangat (mis. Atur
18. Ventilasi membaik suhu ruangan,
incubator).
Tekanan darah
 Ganti pakaian dan/ linen
membaik
yang basah.
 Lakukan
penghangatan pasif
(mis. Selimut, tutup
kepala, pakaian tebal).
 Lakukan penghangatan
aktif eksternal (mis.
Kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat,
lavaseperitoneal dengan
cairan hangat).
 Lakukan penghangatan
aktif internal (mis. infus
cairan hangat, oksigen
hangat, lavase
peritoneal dengan
cairan hangat).
Edukasi
 Anjurkan makan/
minum hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Arthur C, Guyton, jhon E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Jakarta : EGC
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC Nuratif, Amin H dan Hardhi
Kusuma. 2014. Handbook for Health Student. Yogyakarta: MediAction Publishing
Denpasar, 03 Oktober 2022

Nama Mahasiswa

Ni Made Diani Puspita Sari

NIM : P07120121025

Nama Pembimbing/CT

Ns I Gusti Ayu Ari Rasdini S.Kep,.M.Pd

NIP. 195910151986032000

Anda mungkin juga menyukai