Oleh :
Nama : INE LUSIANA
NIM : P17220194048
Tingkat : 3B
Kelompok : 5B
A. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di
perhatikan secara konstan (Aziz Alimul Hidayat & Uliyah, 2012).
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang
hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme
tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas
agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme
neurologis dan kardiovaskuler. (Potter & Perry, 2010)
Termoregulasi adalah proses homeostatik yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu tubuh untuk tetap dalam keadaan normal, yang dicapai dengan
menyeimbangkan panas yang ada dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Broklyn
Uno, 2008).
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur adalah suatu
subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu
ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º - 37ºC, suhu tubuh sapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh
agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau
menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stres. Suhu
tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian.
(Hidayat, 2008)
D. Patofisiologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan di kisaran 37ºC oleh pusat pengatur
suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu menjaga
keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme dengan
panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan
dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh memiliki fluktuasi harian
yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam ini terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen oksigen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologi yang tidak berdasarkan
suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik
dengan interleukin 1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintetis prostaglandin E2 yang langsung
dapat menyebabkan pireksia.
Pengaruh autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer
sehingga pengeluaran (dissipasion) panas menurun dan penderita merasa demam.
Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme
yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat
penyalurannya kepermukaan, maka rasa demam bertambah pada seorang penderita
(Suparman & Suparmin, 2002)
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin 1 yang
disebut pirogen endogen. Interleukin 1 disebabkan oleh neurotrofil akif, makrofag dan
sel– sel yang mengalami cidera. Interleukin 1 tampaknya menyebabkan panas dengan
menghasilkan prostaglandin yang merangsang hipotalamus. Apabila sunber
interleukin 1 dihilangkan (misalnya setelah sistem imun berhasil mengatasi
mikroorganisme), maka kadarnya akan turun. Hal ini akan mengembalikan titik
patokan suhu ke normal. Untuk jangka waktu singkat, suhu tubuh akan tertinggal dari
pengembalian titik patokan tersebut dan hipotalamus akan menganggap bahwa suhu
tubuh terlalu tinggi. Sebagai responnya hipotalamus akan merangsang berbagai
respon misalnya berkeringat untuk mendinginkan tubuh (Corwin, 2001).
E. Pathway Termogulasi (Price et al., 2006)
Toksin bakteri Berbagai hasil pemecahan Komplek imun
Pada kerusakan jaringan
Intoleransi Hipotalamus
Aktivitas Daya tahan tubuh
Menurun Mengirim impuls ke pusat
vasomotor
Resiko Infeksi
Pengaturan suhu tidak seimbang
Metabolisme meningkat
Hipertermi
Hipertermi
G. Penatalaksanaan
1. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam)
2. Berikan motivasi untuk minum banyak
3. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
4. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
5. Pemberian obat Antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk membantu
dalam penurunan panas
6. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
7. Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak
tebal, dan memberikan kompres.
8. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan
demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi,
konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid
sponge, mandi dengan menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah
aksila dan lipatan paha dan kipas angin.
9. Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan
kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi (Potter & Perry, 2010)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TERMOREGULASI (SUHU)
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dalam asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Oktavianus.h.59) dalam (Aprisal, 2018)
Adapun pengkajian pada pasien Termoregulasi yaitu :
1. Pengkajian identitas pasien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku / bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medic,
diagnose medic, alamat klien. Identitas penanggung jawab (meliputi pengajian
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Hipertermi : Pola Demam
a. Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1- 2)oC.
b. Intermitten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.Mulai timbulnya panas, berapa lama, waktu,
upaya untuk mengurangi.
2. Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol,
hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh
turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan
darah turun. kulit menjadi sianotik.
c. Riwayat kesehatan lalu
1. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.
2. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
d. Riwayat penyakit keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
3. Pemeriksaan fisik
Ukur suhu inti selama setiap fase demam Kaji factor-faktor pemberat seperti
dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan. Identifikasi respons fisiologis
terhadap suhu
a. Ukur semua tanda-tanda vital
b. Observasi semua warna kulit
c. Kaji suhu kulit (palpasi)
d. Kaji kenyamanan dan kesejatrahan kilien Tentukan fase demam :
kedinginan, stabil, serangan demam.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
diberikan (Hidayat, 2008)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Dinarti & Muryanti, 2017).
Komponen catatan perkembangan yaitu :
S (Subjective) : Pernytaan atau keluhan pasien
O (Objektive) : Data yang diobservasi
A (Analisis|) : Kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif
P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah
I (Implementasi) : Bagaimana dilakukan
E (Evaluasi ) : Respon pasien terhadap tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, A., & Uliyah, M. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia].
Health Books Publishing.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan (2nd ed.). Salemba Medika.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice (7th ed.).
EGC.
Price, Anderson, A., & Lorraine. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (6th ed.). EGC.
Suparman, & Suparmin. (2002). Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. UGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). SDKI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). SIKI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.