Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Sistem Pengaturan Suhu

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Devyanti Natalia S - 216303019
2. Ronauli Valentina S - 2163030014
3. Stepanus Fernando - 2163030002

Program Studi D3 Keperawatan


Fakultas Vokasi
Universitas Kristen Indonesia
Jakarta, 2022
Teori Hirarki Kebutuhan

Teori Hirarki Maslow Abraham Maslow seorang psikologis klinis memperkenalkan


teori kebutuhan berjenjang yang dikenal sebagai Teori Maslow atau Hierarki Kebutuhan
Manusia yang mengemukakan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya.
Manusia berusaha memenuhi kebutuhan dari tingkatan yang paling rendah yakni
kebutuhan fisiologis, kemudian akan naik tingkat setelah kebutuhan sebelumnya telah
dipenuhi, begitu seterusnya hingga sampai pada kebutuhan paling tinggi yakni aktualisasi diri
(Sumarwan, 2011).
 Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh
manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi makanan, air,
udara, rumah, pakaian dan seks.
 Kebutuhan Rasa Aman Merupakan kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar.
Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan
perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia bisa hidup dengan aman dan
nyaman.
 Kebutuhan Sosial Merupakan kebutuhan berdasarkan rasa memiliki dan dimiliki agar
dapat diterima oleh orang - orang sekelilingnya atau lingkungannya. Kebutuhan
tersebut berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang
lainnya.
 Kebutuhan Ego Merupakan kebutuhan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dari
yang lainnya. Manusia berusaha mencapai prestis, reputasi dan status yang lebih baik.
Manusia memiliki ego yang kuat untuk bisa mencapai prestasi yang lenbih baik untuk
dirinya maupun lebih baik dari orang lain.
 Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan kebutuhan yang berlandaskan akan keinginan
dari seorang individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang individu perlu
mengekspresikan dirinya dalam suatu aktivitas untuk membuktikan dirinya bahwa ia
mampu melakukan hal tersebut.
1. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian Pengaturan Suhu
 Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu permukaan
berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit daan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang
dapat diterima berkisar dari 36℃ atau 37,4℃. Fungsi jaringan dan sel tubuh
paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005). Menurut
Sutisna (2010) Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Panas yang diproduksi dikurangi pengeluaran panas sama dengan nilai
suhu tubuh. Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot asimilasi
makanan dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat
metabolisme basal. Panas dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi
(hantaran), dan penguapan air di saluran napas dan kulit. Sejumlah panas juga
dikeluarkan melalui urine dan feses.
 Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang berfungsi
sebagai termostat tubuh. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan
suhu darah sekecil0,01℃ (Sloane, 2003). Pusat termoregulasi menerima
masukan dari termoreseptor dihipotalamus itu sendiri yang berfungsi menjaga
temperatur ketika darah melewati otak (temperatur inti) dan reseptor di kulit
yang menjaga temperatur eksternal.

B. Etiologi
 Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini
memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda
pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait
dengan laju metabolisme.
 Rangsangan saraf simpatis.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Umumnya, rangsangan saraf
simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
 Hormone pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi
panas tubuh juga meningkat.
 Hormone tiroid.
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal
 Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
 Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan
suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
 Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi
suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit.
C. Anatomi
Menurut (W.F.Ganong, 2002), dalam tubuh manusia, panas dihasilkan
oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh semua proses vital yang berasal
dari dalam tingkat metabolisme. Sistem yang mengatur suhu tubuh ada 3 bagian
utama yaitu :
1) Sensor pada kulit
2) Inti integrator dalam hypothalamus

3) Sistem efektor yang mengatur produksi dan pembuangan panas

15 Sebagian besar sensori atau penangkap sensori ada di kulit. Kulit lebih
menangkap respon dingin daripada panas. Adapun panca indra kulit mendeteksi
dingin lebih efesien dari panas. Untuk merasakan perubahan suhu tubuh dan suhu
sekitarnya, thermoreseptor ditempatkan sebagian besar di kulit dan otak, dimana
neuron thermosensitif didalam Preoptik – Anterior Hypotalamus (PO-AH)
merasakan suhu dalam darah yang melewati daerah yang banyak terdapat
pembuluh darahnya.
Dari bermacam – macam reseptor tepi, kedua syaraf bertemu di
hipothalamus anterior dan posterior mengkoordinasikan aktifitas yang dibutuhkan
untuk keseimbangan suhu tubuh dalam batas yang tipis. Didalam respon untuk
peningkatan suhu tubuh, neuron di hipothalamus melakukan rangkaian proses
yang menghasilkan kehilangan panas, termasuk vasodilatasi perifer dan
berkeringat. Sebuah penurunan suhu sekitar, dibutuhkan sebuah rangkaian
kejadian diantaranya vasokonstruksi perifer, piloereksi, peningkatan metabolisme
dan menggigil untuk mempertahankan panas.
D. Klasifikasi
 Secara umum suhu tubuh manusia berkisar 36,5 – 37,5 °C. Gangguan suhu
tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 °C), demam (>37.5–
38.3 °C), hipetermia (>37.5–38.3 °C), dan hiperpireksia (>40 –41,5 °C).
Ditilik dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia memiliki nilai
rentang suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 °C. Yang
membedakan antara keduanya adalah mekanisme terjadinya. Pada demam,
peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh peningkatan titik pengaturan suhu
(set point) di hipotalamus. Sementara, pada hipertermia titik pengaturan
suhu dalam batas normal.
 Demam memiliki pola tertentu yang mengindikasikan suatu penyakit.
Demam terus-menerus (Continuous fever) memiliki pola suhu tetap di atas
normal sepanjang hari dan tidak terjadi fluktuasi lebih dari 1 °C dalam 24
jam. Demam ini sering terjadi pada penyakit pneumonia lobaris, infeksi
saluran kemih, atau brucellosis. Apabila fluktuasi suhu lebih dari 1 °C
dalam 24 jam disebut dengan demam remitten.
Demam intermitten mempunyai pola peningkatan suhu hanya terjadi pada
satu periode tertentu dan siklus berikutnya kembali normal. Contohnya
demam pada malaria atau septikemia.

E. Manifestasi Klinik
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal.
Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien :
1. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas,
yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya
merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.
2. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas,
yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya
merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.
3. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan
oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
4. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermia. Biasanya suhu tubuh mencapai >40oC.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut
heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas uang
tinggi. klien yang berisiko termasuk yang masih muda maupun sangat tua,
yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau
alkoholik, orang yang menjalankan olahraga berat. Tanda dan gejala
heatstroke adalah delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual dan
bahkan inkontinensia urine. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena
kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke
dengan suhu
>40,5ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
6. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemempuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan
hipotermia. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35ºC, klien mengalami gemetar
yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika
suhu tubuh turun di bawah 34,4ºC frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan
darah turun, kulit menjadi sianosis
F. Patofisiologi
Pada demam, peningkatan suhu tubuh dipicu oleh zat pirogen yang
menyebabkan pelepasan prostaglandin E2 (PGE2) yang pada gilirannya memicu
respon balik sistemik keseluruh tubuh menyebabkan efek terciptanya panas guna
menyesuaikan dengan tingkat suhu yang baru. Jadi pusat pengatur suhu yang
letaknya di hipotalamus sesungguhnya seperti termostat. Jika titik pengatur
dinaikkan, maka tubuh menaikkan suhu dengan cara memproduksi panas dan
menahannya di dalam tubuh. Panas ditahan dalam tubuh dengan cara
vasokonstriksi pembuluh darah. Jika dengan cara di atas suhu darah di dalam otak
tidak cukup untuk menyesuaikan dengan pengaturan baru yang ada di
hipotalamus, maka tubuh akan menggigil dalam rangka untuk memproduksi panas
lebih banyak lagi. Ketika demam berhenti dan pusat pengaturan suhu di
hipotalamus disetel lebih rendah, maka berlaku proses sebaliknya dimana
pembuluh darah akan bervasodilatasi sehingga banyak dikeluarkan keringat.
Panas badan selanjutnya dilepas bersama dengan penguapan keringat.
Pada hipertermia, pusat pengaturan suhu dalam batas normal yang berarti
bahwa tidak ada upaya hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Akan tetapi,
tubuh kelebihan panas akibat dari retensi dan produksi panas yang tidak
diinginkan.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Lemah
2. Kesadaran Composmentis
3. GCS E : 4, V: 5, M: 6
4. Tanda-Tanda Vital (TTV): TD Nadi Suhu RR 110/70 mmHg 103 x/mnt 38,8˚C 20 x/mnt
 Kepala - Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, Tidak
ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi - Palpasi : Tidak ada
benjolan
 Mata - Inspeksi : mata simetris,pupil isokor, sclera normal, konjugtiva
anemis, pergerakan bola mata normal, - Palpasi : Tidak
 oedem Hidung - Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada sputum,
terdapat bulu halus, nafas spontan.
 Telinga - Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat serumen
 Mulut & Gigi - Inspeksi : Gigi berwarna putih, tidak terdapat caries, tidak
terdapat stomatitis, mukosa bibir kering
 Leher - Inspeksi : Tidak ada benjolan, lesi. - Palpasi : Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
 Thorax & Jantung - Inspeksi : Bentuk dada simetris, Tidak ada bekas luka
operasi, ictus cordis tidak terlihat, tidak terdapat pembesaran dada kanan
dan kiri - Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada. - Perkusi :
Sonor - Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Tidak ada suara tambahan,
suara jantung S1S2 bunyi tunggal
 Abdomen - Inspeksi : Bentuk datar, umbilicus tidak keluar, Tidak ada
bekas luka operasi, tidak ada pembesaran pada abdomen - Aukultasi :
bising usus 15x/mnt - Palpasi: terdapat nyeri tekan pada bagian
epigastrium - Perkusi : timpani
 Extremitas Akral teraba panas, CRT : < 2 detik
 Integument - Inspeksi : tidak terdapat bintik-bintik kemerahan pada
punggung dan ekstremitas - Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
 Genetalia Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit atau masalah pada
daerah genetalia

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infesi
b. Pemeriksaan urin
c. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin.
Agglutininyang spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah
untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam thypoid.
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
e. Uji tourniquet
f. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan ISGPT
(Serum Glutamat Piruvat Transaminase)
SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya
demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, autografi atau limfangi giografi
I. Penatalaksanaan
Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam)
 Berikan motivasi untuk minum banyak
 Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
 Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
 Pemberian obat Antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk
membantu dalam penurunan panas
 Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
 Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian
yang tidak tebal, dan memberikan kompres.
 Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk
menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi, konduksi konveksi atau radiasi. Secara tradisional
perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan
menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah aksila dan
lipatan paha dan kipas angin.
 Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan,
menurunkan kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi (Potter and Perry, 2005)
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Data Identitas Pasien
 Riwayat Keperawatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat kesehatan lingkungan
 Riwayat psikososial
 Riwayat imunisasi
B. Pola Nutrisi Metabolik
 Nafsu makan berkurang karena merasa tidak enak di bagian perut
C. Pola Aktivitas dan latihan
 Lelah dan lemas
 Keringat berlebihan
 Sakit kepala
 Sulit berkonsentrasi
D. Pola tidur dan istirahat
 Tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya
 Mual , muntah dan diare
E. Pola persepsif kognitif
F. Pola Persepsi dan konsep diri
 Pasien merasa sebagai orang yang lemah atau sakit – sakitan , perubahan body
image
G. Pola Hubungan dengan sesame
 Pasien mengeluh karena penyakitnya dicetuskan dari orang sekitar Seperti :
lingkungan luar yang kurang bersih “orang suka membuangan sampah
sembarangan sehingga menimbulkan peyakit” makanan yang dijual pedagang
kehigenisannya tidak terjaga.
H. Pola Koping dan toleransi terhadap stress
 Pasien cemas dan sedih terhadap penyakit yang di alaminya sekarang.

B. Diagnosa Keperawatan
 Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis.infeksi,kaknker)
4) Peningkatan laju metabolism
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif (Suhu tubuh diatas nilai
normal) Gejala dan Tanda Minor-
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif (Kulit merah. Kejang, Takikardi, Takipneu, Kulit terasa hangat )
 Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan proses penurun suhu tubuh
dibawah nilai suhu tubuh normal ditandai dengan kapiler lebih dari 3 detik
Peyebab :
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alcohol
3) Berat badan ekstrem
4) Kekurangan lemak subcutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah
6) Malnutrisi- Pemakaian pakaian tipis
7) Penurunan laju metabolism- Tidak beraktivitas
8) Transfer panas (mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
9) Trauma- Proses penuaan- Efek agen farmakologis
10) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
hipotermia Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Ojektif (Suhu tubuh diatas nilai normal, Menggigil, Kulit teraba
dingin) Gejala dan tanda minor - Subjektif (tidak tersedia)
1) Objektif (Akrosianosis, Bradikardia, Dasar kuku sianotik,
Hipoglikemia,Hipoksia, Pengisian kapiler > 3 detik, Konsumsi
oksigen meningkat,Ventilasi menurun, Piloereksi, Takikardia,
Vasokonstriksi perifer, Kutismemorata ( pada neonates )
 Termoregulasi tidak efektif (D.0149) berhubungan dengan kegagagalan
mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal ditandai dengan proses
penyakit (mis.infeksi)
Penyebab:
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (mis. infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu
lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme .
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan.
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis. sedasi)
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif (tidak tersedia)
Objektif

1. Kulit dingin/hangat
Implementasi
Hipertermia (D.0130), intervensinya manajemen hipertermia (I.15506)
1) Mengidentifikasi penyebab Hipertermia
2) Memonitor suhu tubuh
3) Memonitor kadar elektrolit
4) Memonitor haluaran urine
5) Menyediakan lingkungan yang dingin
6) Melepaskan pakaian
7) Memberikan cairan oral
8) Memberikan oksigen, jika perlu
9) Menganjurkan tirah baring
10) Memberikan cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Hipotermia (D.0131),intervensi manajemen hipotermia
(I.14507 1) Memonitor suhu tubuh
2) Mengindentifikasi penyebab hipotermia ( mis. terpapar suhu lingkungan
rendah,pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,penurunan laju metabolism,
kekuranganlemak subcutan)]
3) Monitor tanda dan gejala akibathipotermia (hipotermia ringan :takipnea,
disartria,menggigil,hipertensi,diuresis: Hipotermia
sedang:aritmia,hipotensi,apatis, koagulopati, reflexmenurun. Hipotermia berat:
oliguria,reflex menghilang, edema paru, asambasa abnormal)
4) Memberikan lingkungan hangat (mis.atur suhu rungan ,incubator)
5) Menggantikan pakaian dan/atau linen yang basah
6) menglakukan penghangatan pasif ( mis.selimut, tutup kepala, pakaian tebal)
7) menglakukan penghangatan aktif eksternal( mis. kompres hangat, botol
hangat,selimut hangat, perawatan metodekanguru)
8) menglakukan penghangatan aktif internal(mis. infus cairan hangat,
oksigenhangat, lavase peritoneal dengan cairanhangat)
9) mengnjurkan makan minum hangat
Termoregulasi tidak efektif (D.0149), intervensinya Regulasi temperatur (I.14578)
1. memonitor suhu bayi sampai stabil (36.5°C-37,5°C)
2. Memoonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
3. memonitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan 4.memonitor warna dan suhu kulit
dan nadi
5.memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia 6.memasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
7.meningkatkan asupan cairan dan nutnsi yang adekuat
8. membodong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas Masukkan
bayi BBLR ke Dalam plastik segera setelah lahir (mis. Bahan polyethylene,
polyurethane)
9. menggunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant Pertahankan kelembaban Inkubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan Panas karena proses evaporasi Atur suhu
inkubator sesuai kebutuhan
10. Menghangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis.selimut, kain bedongan, stetoskop)
11. Menghindari meletakkan bayi di dekat Jandela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angina
12. Menggunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
13. Menggunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel pad
dan intravascular cooling cathetedzation untuk menurunkan suhu tubuh
14. menyesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

C. Evaluasi
Berikut ini adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil dari masing
– masing diagnosa :
1) Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya pengaturan suhu tubuh. Pada
diagnosa pertama berdasarkan evaluasi tanggal 08 Mei 2012, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh pasien sudah normal ( 36 -
37⁰C
) dengan kriteria hasil vital sign : tekanan darah 140/100 mmHg, suhu tubuh
36,8⁰C. Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang penulis cantumkan pada
intervensi menunjukkan bahwa suhu tubuh pada batas normal yaitu 36,8⁰C, maka
penulis menyimpulkan analisa masalah teratasi. Dan rencana yang penulis susun
selanjutnya adalah mempertahankan intervensi yang telah ada, seperti mengkaji
tanda – tanda vital pasien dan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi obat sesuai dosis.
2) Evaluasi yang diharapkan pada kasus dengan diagnosa hipotermi menurut
Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson (2016) yaitu diharapkan sesuai indikator
yang sudah ditentukan meliputi suhu stabil, tidak ada perubahan warna kulit,
pernapasan dan respirasi dalam rentang normal, tidak mengalami tanda-tanda
hipotermi sedang maupun berat.

1. Agen farmaseutikal 7. perubahna laju metabolisme


2. Aktivitas yang berlebihan 8. sepsis
3. Berat badan ekstrem 9. suhu lingkungan eksstrem
4. Dehidrasi 10. usia ekstrem (bayi premature & lansia)
5. Pakaian yang tidak sesuai
unuk suhu lingkungan
6. Peningkatan kebutuhan
oksigen

Termmoreseptor sentral
Termoreseptor
periferr (kulit (dihipotalamus bagian SSP dan
organ abdomen
Pusat integrasi
termogulasi
hipotalamus

System
Adaptasi Neuron saraf
perilaku
motorik simpatis

Pembuluh Kelenjar
keringat
Otot darah
rangka

System saraf
simpatis
Control produksi
panas/pengurang
an panas KOntrol pruduksi
panas

Kontrol pengurangan
panas

Risiko termogulasi Hipertermia Hipotermia Risiko termogulasi tidak


tidak efektif (D.0148) efektif
(D. 0130) (D. 131)
(D. 0148)

KESIMPULAN
Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang menggambarkan status
kesehatan seseorang. Energi panas dihasilkan di dalam tubuh kemudian didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Sistem
termoregulator tubuh harus dapat mencapai dua gradien suhu yang sesuai, yaitu: a) antara
suhu inti dengan suhu permukaan, b) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Dari
keduanya, gradien suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang terpenting untuk
kelangsungan fungsi tubuh yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai