Anda di halaman 1dari 36

termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk

hidup untuk mempertahankan suhu interval agar


beradda didalam kisaran yang dapat ditolerlir
(Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu
berpengaruh kepada tingzE3kat metabolime. Suhu yang
tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul
semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar
pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas
dengan metabolisme hanya akan bertambah seiring
dengan kanikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme didalam tubuh diatur oleh
enzim (salah satunya)yang memiliki suhu optimum
dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut
dapat terdenaturasi dan kehilangna fungsinya
(http://www.digilib.itb.ac.id/gdl.php/diakses
2009/10/20).
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan
cairan tubuh, dan eksresi adalah elemen-elemen dari
homoeostasis.
http://www.firebiology07.wordpress.com/
termoregulasi-pengaturan-suhu-tubuh/diakses
2009/10/20
http://rifka-faujiah.blogspot.com/2011/12/
termoregulasi-laporan-praktikum.html
http://udayatimade.blogspot.com/2011/04/
termoregulasi.html
Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis
tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas
dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh
tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui
mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat
menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu
untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral,
mengontror suhu tubuh sebagaimana kerja termostat
dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan
ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontror produksi panas.

2.2  Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal
terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau
prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu
tubuh :
a.      Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang
hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan
yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh
bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih
dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu
perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah
pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang
ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC
sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring
dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC
adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang
suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang
mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang
suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu
oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.
Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC.
Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem
karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada
kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan
vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan
metabolisme.
b.      Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah
dalam pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini
menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan
produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat
meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.

c.      Kadar hormon


Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu
tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi
hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila
kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat
dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah
berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu
juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah
berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas
tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit.
Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil
dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi
(Bobak, 1993)

d.      Irama sirkadian


Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1
ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun,
suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini
hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar
pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada
orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang
hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu
berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak
suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
e.      Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan
fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal

f.        Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu
dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien
mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan
naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat,
suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang
efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan
karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

         Perubahan suhu


Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal
mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini
dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan,
produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal
atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang
dialami klien.
a.       Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme
pengeluara panas tidak mampu untuk mempertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
Tingkat ketika demam mengancamkesehatan seringkali
merupkan sumber yang diperdebatkan di antara pemberi
perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya
jika berada pada suhu dibawah 39 ºC. Pembacaan suhu
tunggal mungkin tidak menandakan demam. Davis dan
lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan
demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam
waktu yang berbeda  pada satu hari dibandingkan
dengan suhu normal tersebut pada waktu yang sama, di
samping terhadap tanda vital dan gejala infeksi. Demam
sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus.

b.      Kelelahan akibat panas


Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebih. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal yang umum selama kelelehan akibat panas.
Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yg lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.

c.       Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermia. Setiap penyakit atautrauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah
kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas,
yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan
obat-obatan anestetik tertentu.

d.      Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan
angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk
yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki
penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau
alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang
yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.
Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan
antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.
Atlet, pekerja kontruksi dan petani). Tanda dan gejala
heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat
haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah
kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena
kehilangn elektrolit sangat berat dan malfungsi
hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari
40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi.
Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu
terkena karena sensitivitasnyaterhdap
ketidakseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus
berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif.
Terjadi kerusakan nourologis yang permanen kecuali
jika tindakan pendinginan segera dimulai.

e.       hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu
inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi
kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada
oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara
berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di
bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan
tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar


pada 37oC. Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang
normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ.
Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai
suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan
pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang
termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen
dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka. Suhu
inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh
yang harus dipertahankan kestabilannya. Penambahan
panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar
suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total
tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas
yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan
panas melalui penambahan panas dari lingkungan
eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan
pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas
dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan
eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang
suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga
ia harus terus menerus menghasilkan panas secara
internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi
bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan
(Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu
internal, manusia secara homeostatis mempertahankan
suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi
kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan
peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat
menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi
protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara
tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F). Namun
sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu
bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang
termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu
inti di tengah (central core) dengan lapisan
pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti
bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen
dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka,
umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) . Suhu
inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh
dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk
mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat
berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa
mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja
diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu
mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan
(Sherwood, 2001)
Suhu oral rata-rata adalah 370C (98,60F), dengan
rentang normal 36,1 sampai 37, 0C (97-990F). Suhu
rektum rata-rata sekitar 0,60C (10F) lebih tinggi, yaitu
37,60C (99,70F), berkisar dari 36,1 sampai 37,80C (97-
1000F). ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk
absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,8 0C
(1000F).

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT.


Rineka Cipta.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak  Utama.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta:
ECG.
         Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit
ITB.\
http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.com/
2012/02/laporan-praktikum-anatomi-fisiologi.html

Askep klien dengan gangguan termoregulasi


Perubahan fisiologi tentang regulasi suhu tubuh
membantu perawat untuk mengkaji respons klien
terhadap gangguan tubuh dan dapat dilakukan tindakan
secara aman. Tindakan mandiri dapat meningkatkan
kenyamanan. Tindakan ini menambah efek terapi
pengobatan selama sakit. Banyak tindakan yang juga
dapat diajarkan kepada anggota keluarga, orang tua
anak atau pemberi perawatan lain.
a.       Pengkajian
o       Tempat
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan
permukaan tubuh. Suhu inti dari arteri paru, esofagus
dan kandung kemih digunakan untuk perawatan
intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang
di psang invasif secara terus-menerus dalam rongga
atau organ tubuh. Peralatan ini haus memiliki
pembacaan akurat yang secara cepet dan terus-menerus
menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan untuk
pengukuran suhu ini juga invasif tetapi dapat digunakan
secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut
rektum dan aksila. Lapisan termometer noninvasif yang
disiapkan secara kimia juga dapat digunkan pada kulit.
Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila dan kulit
menghandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat
pengukuran.panas dari darah di alirkan ke alat
termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi panas
tubuh erhadap sensor inframerah. Karena suplai darah
arteri membran timpani dianggap sebagai suhu inti.
Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap
tempat harus diukur dengan akurat. Variasi suhu yang
didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi
harus antara 36 ºC dan 38 ºC. Walaupun temuan riset
dari banyak dari banyak didapati pertentangan; secara
umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 ºC lebih
tinggi dari suhu oraldan suhu aksila 0,5 ºC lebih rendah
dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian. Perawat memilih
tempat yang paling aman dan akurat untuk pasien. Perlu
dilakukan pengukuran pada tempat yang sama bila
pengukuran tersebut di ulang.
o       Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk
menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca,
elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab
untuk banyak menetahui dan terampil dalam
menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat
pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan
dan reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran
menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit.
Termometer elektronik membuat perawat dapat
mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol.
    Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang
paling dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15.
termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada salah
satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan
berisi air raksa. Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral
( ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya
berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing,
sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak
terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut.
Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna
biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek dan
lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan
mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar
memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk
mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat
insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung
yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan
dan dan mudah pecah merupakan kerugian dari
termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer
air raksa-kaca adalah harga murah, mudah diperoleh,
dan banyak tersedia.
    Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan
tenaga batere yang dapat diisi ulang,  kabel kawat yang
tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus
dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk
termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil.
Probe tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan
rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk
mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik
dari insersi, pembacaan terlihat pada unit tampilan
tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan
suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan
secara khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum
otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi
penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2
sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal
auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi
terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai.
    Termometer sekai pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal
berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan
sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut
terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang
mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna
pada perbedaan suhu. Digunakan untuk suhu oral dan
aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara
yang sama dengan termometer aksila dan digunakan
hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk
menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al,
1996). Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar
10 detik supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah
koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada
dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada
suhu yang berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna
untuk mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru
lahir.
b.      Diagnosa keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan
mengelompokkan karateristik yang ditentukan untuk
membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada
peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat
saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis,
hipertermia. Diagnosis keperawatan mengidentifikasi
risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh atau
perubahan suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor
resiko, perawat meminimalkan atau menghilangkan
faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian
suhu di batas normalmengarah pada diagnosa
keperawatan.
Pada contohnya hipertermia, faktor yang
berhubungan dengan aktivitas yang berat akan
menghasilkan intervensi yang sangat berdeda daripada
faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau
berkeringat.
Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi
pengkajian Batasan Diagnosa
karakteristik keperawatan
Ukur tanda vital,Peningkatan Hipertermia
termasuk suhu, suhu tubuh di yang
nadi, pernapasan atas batas berhubungan
normal dengan proses
Takikardia infeksi
Palpasi kulit Takipnea
Observasi Kulit hangat
penampilan danGelisah
prilaku klien saatTampak
berbicara dan kemerahan
istirahat

c.      Perencanaan
Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu
membutuhkan rencana perawatan individu yang
ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan
mengurangi faktor resiko. Hasil yang diharapkan
ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah
kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Rencana
perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang
aktual berfokus pada pemulihan normotermia,
meminimalkan komplikasi dan meningkatkan
kenyamanan. (lihat rencana keperawatan)

Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia


Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan
dengan proses infeksi
Definisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh
individu meningkat di atas batasan suhu normalnya.
tujuan Hasil yg intervensi rasional
diharapkan
Klien akanSuhu tubuhPertahankan Suhu ruangan
kembali ke turun paling suhu sekitar dapat
batasan sedikit 1°C ruangan meningkatkan
suhu tubuh setelah pada 21°C suhu tubuh.
normal pada terapi (pada kecuali jika Namun
21/2 19/2) klien menggigil
menggigil harus dihindari
karena
meningkatkan
suhu tubuh
Suhu tubuh (Guyton,
tetap samaBerikan 1991)
antara 36°C- asetaminofe
38°C smpai n sesuaiAntiseptik
paling program menurunkan
sedikit 24 medik set point
Klien jam (pada apabila suhu
mencapai 20/2) lebih tinggi
rasa nyamanKlien mampu dari 39°C
dan istirahat beristirahat Kurangi Pakaian yang
pada 21/2 dengan penutup basah atau
tenang pada ekternal terlalu basah
21/2 pada tubuh mencegah
klien . jaga pengeluaran
supaya panas melalui
pakaian dan radiasi,
alas tempat konveksi dan
tidur tetap konduksi
kering

d.      Implementasi
diagnosa implementasi
Hipertermia yangMemantau keadaan
berhubungan dengan klien
proses infeksi Memberikan
asetaminofel
Mengukur suhu klien

e.      Evaluasi
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan
membandingkan respon aktual klien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan
apakah tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah
dibutuhkan revisi terhadap rencana.

Evaluasi interensi terhadap hipertermia


tujuan Tindakan Hasil yang
evaluasi diharapkan
Suhu tubuh klienPantau suhu tubuhSuhu tubuh paling
akan kembali ke setelah intervensi sedikit 1°C
batas normal setelah terapi
Suhu tubuh tetap
berada antara
36°C dan 38°C
Tanyakan apa yang selama paling
Klien mendapatkan dirasakan klien sedikit 24 jam
rasa nyaman dan pada 20/2
istirahat padaObservasi adanyaKlien menyatakan
21/2 kegelisahan, kepuasan
kelemahan. terhadap istirahat
dan tidur
meningkat
Klien dapat
istirahat dan
tidur dengan
tenang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis
tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas
dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
termoregulasi yaitu : usia, olahraga, kadar hormon,
irama sirkadian, stres, lingkungan.
Askep klien dengan gangguan termoregulasi dapat
ditinjau dari pengkajian, perencanaan, diagnosa,
implementasi , dan evaluasi.

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan


suhu lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin atau
lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit (Wasetiawan,2009).
Proses kehilangan panas melalui kulit
dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke
fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang
efektif untuk keseimbangan suhu tubuh
(Wasetiawan,2009).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap
saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi
suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh
manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan
oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila
suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap
(set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu
tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme
untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas
sehingga suhu kembali pada titik tetap (Guyton, 1993)
PEMBAHASAN thermoregulasi

http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/02/

bagaimana-tubuh-melakukan-regulasi.html

Soewolo, dkk.2003.FISIOLOGI

MANUSIA .Malang:Universitas Negeri Malang Press.

Campbell,dkk.2002.BIOLOGI.Jakarta:Penerbit

Erlangga.

Suhu Tubuh

Dari studi pustaka yang diperoleh, adanya suatu

aktivitas yang dilakukan manusia, akan menaikkan suhu

tubuh. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa

terjadi kenaikan suhu tubuh pada obyek percobaan.

Pada suhu tubuh obyek percobaan antara sebelum dan

sesudah beraktivitas yang ringan tidak sangatlah


berbeda. Pada aktivitas yang ringan, suhu tubuh Hida

antara sebelum dan sesudah beraktivitas ringan hanya

berbeda 0,1 satu saja, bahkan pada Sella suhu tubuhnya

tetap atau tidak berubah yaitu 36,9. Suhu tubuh normal

manusia berkisar antara 36,8 – 37,4. Ini menandakan

bahwa aktivitas yang ringan tidak terlalu banyak

menaikkan suhu tubuh manusia. Secara teori,

seharusnya pada objek percobaan yang melakukan

aktivitas berat terjadi kenaikan suhu tubuh yang lebih

tinggi daripada pada aktivitas ringan. Namun dapat

dilihat dari data hasil percobaan  bahwa kenaikan suhu

tubuh pada aktivitas berat hanyalah 0,1 saja, sama

seperti pada aktivitas ringan. Yang berbeda hanyalah,

pada aktivitas ringan,objek percobaan yang mengalami

kenaikan suhu tubuh hanya 1 orang sedangkan pada


aktivitas yang  berat, obek perobaan yang mengalami

kenaikan suhu adalah kedua-duanya.

Kenaikan suhu tubuh ini dikarenakan karena proses

thermoregulasi yang dilakukan oleh tubuh. Enzim

manusia bekerja efektif pada suhu 37 ºC. Pusat

pengaturan suhu ada di otak bagian hipotalamus.

Terdapat beberapa efektor yang terlibat. Temperatur

diatur dengan beberapa mekanisme. Fluktuasi

temperatur dideteksi oleh reseptor yang disebut

thermoreseptor, contohnya adalah kulit. Jika kita terlalu

panas atau dingin baik karena pengaruh dari dalam

tubuh kita, maka thermoreseptor akan memgirimkan

impuls saraf ke hipotalamus. Selanjutnya Hypothalamus

akan mengirimkan pesan respon ke efektor seperti kulit


untuk meningkatkan atau mengurangi hilangnya panas

dari permukaan dengan berbagai cara.

Frekuensi Respirasi

Dari data yang diperoleh dari percobaan, dapat dilihat

bahwa objek percobaan mengalami kenaikan frekuensi

respirasi setelah melakukan aktivitas. Baik itu aktivitas

ringan ataupun berat sama-sama mengalami kenaikan,

hanya saja setelah melakukan aktivitas yang berat,

kanaikan frekuensi respirasi akan lebih banyak daripada

setelah melakukan aktivitas ringan. Sesuai literatur,

pada saat istirahat, kira-kira 200ml Oksigen jumlah

yang ada pada 1 Liter darah yang dikonsumsi setiap

menit. Selama aktivitas berat,penggunaan oksigen dapat

meningkat hingga 30 kali lipat. Oleh karena itu harus

ada mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi


terhadap tuntutan metabolik. Irama dasar respirasi

dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula dan pons.

Untuk menjawab tuntutan tubuh irama ini dapat diubah.

Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan otot

pernafasan. Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi

sebagai respon impuls saraf yang ditransmisi kepadanya

dari pusat otak. Selain itu mekanisme yang paling

umum untuk mengontrol hal ini ialah inhibisi umpan

balik: Produk-akhir jalur anabolik menginhibisi

(menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal

jalur. Hal ini akan mecegah pengalihan intermediet

metabolik utama yang sedang digunakan untuk aktivitas

yang lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel

juga mengontrol katabolismenya. Jika sel tersebut

sedang bekerja keras dan konsentrasi ATP-nya mulai


menurun, respirasi akan semakin cepat. Ketika terdapat

banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi

melambat, mencadangkdan molekul organik yang

bernilai itu untuk fungsi lain. Dari studi pustaka,

diketahuiu pula bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kenaikan frekuensi respirasi adalah

kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat,

sehingga kecepatan respirasi bertambah.

Anda mungkin juga menyukai