OLEH :
NAZILA RAHMATINA
NPM. 19149011100051
A. Definisi
Suhu tubuh adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas, sehingga panas dalam tubuh
dipertahankan secara konsisten. Suhu tubuh manusia berpusat pada hipotalamus
anterior (Asmadi,2010).
Suhu merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh
tubuh dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan eksternal atau substansi
panas dingin atau permukaan kulit tubuh.
Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seseorang
individu mengalami kenaikan suhu tubuh.
Adapun lokasi untuk pengukuran temperatur tubuh adalah:
a. Ketiak (aksila)
b. Anus (rektal)
c. Dibawah lidah (liblingual)
Suhu oral 35ºC tidak lazim pada lansia sekitar 36ºC, lansia terutama
sensitif terhadap suhu ekstrem karena mekanisme kontrol terutama pada
kontrol vasometer (kontrol vasokontriksi dan vasodilatasi) penurunan curah
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan
penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan KH,
dan lemak. Hal ini menyebabkan eningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas, akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga yang lama seperti lari jarak jauh, dapat
meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi
suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap
selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah suhu tubuh
beberapa derajat di bawah kadar batas.
d. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persyarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien
yang cemas saat masuk RS atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya lebih
tinggi dari batas normal. (adanya kerja hormon epinefrin dan non epinefrin
yang memecah glikogen menjadi energi dan menghasilkan panas).
Pada pasien hipotermi pasien tidak sadarkan diri, badan menjadi sangat
kaku, pupil mengalami dilatasi dan pernafasan sangat lambat hingga tidak
terlihat. Mekanisme tubuh kerja suhu tubuh menjadi menurun:
- Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh: karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
- Piloreksi: rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat pada folike rambut berdiri
- Peningkatan pembentukan panas: sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akbiat rangsangan
simpatis, sera peningkatan sekresi tiroksin.
3. Demam (hiperpireksia)
Demam merupakan temperatur tubuh dari atas batas normal, penyebab
tersering, yaitu karena bakteri, tumor, dan keadaan lingkungan. Pengaturan
temperatur hipotalamus pada penyakit demam efek pirogen. Hasil
pemecahan protein dan zat termostas hipotalamus. Zat yang menimbulkan
efek seperti ini disebut pirigen. Pirogen yang dilepaslan oleh bakteri atau
pirogen dilepaskan dari degenarasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
demam dan peranan interleukin-I.
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau
dalam darah keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag
jaringan dan limfosit. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interlekuin-II ke dalam cairan tubuh
yang juga disebut pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interlekuin-I saat
mencapai hipotalamus segera menimbulkan demam. Hiperpireksia atau
demam adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas.
4. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh
lingkungan yang terpajan dengan panas. Tindakan yang dapat dilakukan
yaitu memindahkan pasien ketempat yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, klien dengan resiko tinggi pada penyakit kardiovaskular,
hpertiroidisme, diabetes dan alkoholik dan klien yang mengonsumsi obta-
obatan yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas
dan mereka yang menjalani olahraga berat.
Tanda gejalanya:
- Konvulsi atau kejang
- Delirium
- Mual
- Kram otot
- Gangguan visual
- Inkontinensai urine
Gejala-gejala yang lebih penting adalah kulit hangat dan kering. Penderita
heatstroke banyak kehilangan cairan dan elektrolit dan malfungsi
hipotalamus. Heatstroke yangbesar pada suhu 40,5ºC mengakibatkan
keruasakan jaringan pada sel dan semua jaringan organ tubuh. Jika kondisi
terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif, dan terjadi
kerusakan neurologis yang permanen terkecuali dapat tindakan
pendinginan yang cepat.
Mekanisme demam
- Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin-I yang
disebut pirogen endogen
- Interleukin-I dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag dan sel-sel yang
mengalami cidera.
- Interleukin, tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan
prostaglandin yang merangsang hipotalamus.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur (luka, sputum, urine, darah)
a. Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang
b. Untuk menentukan obat yang efektif
2. Sel darah putih:
a. Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
b. Leucositosis (15.000-30.000)
3. Elektrolit serum:
Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, perpindahan cairan, perubahan fungsi
ginjal.
4. Glukosa serum:
Sebagai respon dari puasa dan perubahan seluler dalam metabolisme.
5. Urinalisis:
Bakteri penyebab infeksi
D. Daftar Pustaka
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dasar Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Cetakan Kedua. Jakarta: Salemba Medika
Ed. Herman T.H and Komitsuru. S. (2017). Diagnosa Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015 Edisi 10. Jakarta: EGC
Nurjannah, Intansari. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC).
Yogyakarta: Mocomedia.