Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“TERMOREGULASI”

Disusun Oleh :
Ari Winarsih
Bibit Megowati
Oktobert Gadi Doke
Ranie Robiatul Adawiyah
Ratna Susilaningtias

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2020/2021
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan merupakan suatu
perbedaan antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah
panas yang hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin /
permukaan kulit tubuh.
a. Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan
dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas
37°C.  
b. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana
suhu dalam tubuh dibawah 35°C.
2. Etiologi
Pengeluaran Panas Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan
produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal
melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal
inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan.
Jumlah  panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas
menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin
disekelilingnya.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan
kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih
dingin,  panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas
konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak
dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat
kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif
meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram
air yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus
anterior memberi signal kelenjar keringat untuk melepaskan
keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat
adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang
dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan
dapat menyebabkan kulit gatal dan  bersisik, serta hidung dan faring
kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat
berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan
berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus
kecil pada  permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf
simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk
meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila
gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
3. Gangguan Termoregulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara
lain sebagai berikut:
a. Kelelahan akibat panas Terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala
kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermi.
c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,50°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien
menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak
ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat
lemah).
e. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es
yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan
sirkulasi dan  jaringan secara permanen. Intervensi termasuk
tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan
area yang terkena
4. Faktor-Fakto Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi
panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau
perilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh:
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang
relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi
dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis
terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran
lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu
menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Bila terlindung dari lingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi
dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal
(Whaley and Wong, 1995).
b. Regulasi
Suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara
berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal.
Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun
rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama
sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme
kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi
dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan
aktivitas kelenjar keringat dan penurunan metabolisme.
c. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan  produksi   panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi produksi panas akibatnya meningkatkan
suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari  jaak jauh, dapat
meningatkan suhu tubu , dapat meningatkan suhu tubuh untuk
sementara sampai 41 ºC.
d. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat
dan menurun secara  bertahap   selama siklus menstruas. Bila kadar
progesteron rendah, rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah
kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi
ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.Wanita
yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode  panas
tubuh dan tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit.
Hal tersebut tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil
dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
e. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama
periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama stabil pada
manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan
4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul
18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui,
pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam
hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari
pada lansia.
f. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat atau
tempat praktik dokter, praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih
tinggi dari normal.
g. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh
akan naik. Jika klien  berada  berada di lingkungan tanpa baju
hangat, suhu tubh mungkin rendah.
h. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak  berbahaya ,
berbahaya jika <39C.  
Pola Demam
a. Terus Menerus: menetap tingginya
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
d. Relaps :  periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih
dari 24 jam.
i. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan oleh
lingkungan yang  panas.
j. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
5. Manifestasi Klinis
a. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami kenaikan suhu
37,8°C peroral atau 38,8°C per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
a) Terus –  menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24
jam.
b) Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan
kembali normal paling sedikit sekali 24 jam.
c) Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
b. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah
35°C (suhu dingin)
Gejala :
a) Penderita berbicara nglantur  
b) Kulit sedikit berwarna abu –  abu (pucat)
c) Detak jantung lemah
d) Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha
untuk menghasilkan panas
c. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
kondisi ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a) Konvulsi, kram otot, inkontinensia  
b) Delirium ( gangguan mental yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang toksik yang ditandai oleh
halusinasi,dll
c) Sangat haus
d) Kulit sangat hangat dan kering
6. Patofisiologi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan
kedalam otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya
hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat
medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam kratus lissauer beberapa
segmen diatas atau dibawah,selanjutnya akan berakhir terutama pada
lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan
melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu
selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke
traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat
retikular batang dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu
tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks
somatosensorik.
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum,
membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal.
Suhu permukaan (surface temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat
pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh adalah perbedaan antara
jumblah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang hilang = suhu
tubuh
Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu
jaringan dalam ) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas
fisik yang ekstrem ( gambar 32-1 ). Namun, suhu permukaan berubah
suatu aliran darah ke kuliat dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. karena perubahan tersebut, suhu normal pada manusia berkisar dari
36 – 38°C (98,8 – 100,4°F). Pada rentang ini jaringan dan sel tubuh akan
berfungsi secara optimal. (poter & perry).
Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara
panas yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan
oleh pusat pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur
oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi
hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang nyaman merupakan
merupakan „set-point‟ untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu
lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut. Hipotalamus
mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur
produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
diluar batas titik pengaturan (set point), maka implus dikirimkan
kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh
darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh akan mendistribusikan darah
ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus
ini dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua
hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur
pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur
upaya penyimpanan panas. Saraf- saraf yang terdapat pada bagian
preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua
sinyal yaitu :
a. Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari
reseptor panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian
hipotalamus itu sendiri.
Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan
untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai
dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai implus
untuk menahan panas atau meningktakan pengeluaran panas.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Pemeriksaan Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Pemeriksaan widal
8. Penatalaksanaan
a. Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik,
obat- obatan maupun kombinasi keduanya.
Secara fisik Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu
normal, Pakaian anak diusahakan tidak tebal, Memberikan
minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat dan
juga bisa dengan Memberikan kompres.
b. Penatalaksanaan medis
1. Pada pasien Hipertermia meliputi pemberian parachetamol tiap
4  –  6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse Diberikan infuse
RL 20 tetes/ menit dan untuk membantu mencukupi kebutuhan
cairan dan membantu jalur masuk obat  parachetamol.
Cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara intravena dengan
dosis 2x1 g/hari. Diberikan makanan rendah serat dan
memperbaiki gizi pasien.
2. Perawatan Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas
demam / kurang lebih selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk untuk mencegah
dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakit Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein, tidak boleh mengandung banyak serat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keperawatan Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat Riwayat penyakit penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pola fungsi kesehatan
g. Pola persepsi dan pelaksana kesehatan
h. Pola nutrisi dan metabolism
i.Pola aktivitas dan latihan
j.Pola eliminasi
k. Pola istirahat dan tidur
l.Pola persepsi dan konsep diri
m. Pola sensori koknitif
n. Pola hubungan dan peran
o. Pola reproduksi dan seksual
p. Pola penanggulangan stress
q. Pola nilai dan kepercayaan
r. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, Tingkat kesadaran, Pemeriksaan kepala, System
respirasi, System kardiovaskuler, System integumen, System
muskuluskeletal , System gastrointestinal dan System abdomen

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
b. Hipotermia berhubungan dengan transfer panas (konduksi, konveksi,
evaporasi, radiasi) (D.0132)
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat
termoregulasi hipotalamus (D.0149)
3. SDKI, SLKI dan SIKI
No SDKI SLKI SIKI
Dx
1 Hipertermia Status Cairan Manajemen
berhubungan (L.03028) Hipertermia
dengan proses Definisi: kondisi (I.15506)
penyakit volume cairan Definisi:
(D.0130) intravaskuler, mengidentifikasi dan
Definisi: suhu interstisiel dan mengeloila
tubuh intraseluler peningkatan suhu
meningkat Ekspetasi/ tubuh akibat
diatas rentang Membaik dengan termoregulasi
normal tubuh kriteria hasil: Tindakan:
1. kekuatan nadi Observasi
(dari skala 4 -identifikasi
cukup penyebab
meningkat hipertermia
diturunkan ke - Monitor suhu tubuh
skala 3 sedang) - monitor haluaran
2. turgor kulit urine
(dari skala 2 Terapeutik
cukup -sediakan
menurun lingkungan yang
ditingkatkan ke dingin
skala 3 sedang) - longgarkan atau
3. output urine lepaskan pakaian
(dari skala 2 -Berikan cairan oral
cukup - Kompres hangat
menurun untuk menurunkan
ditingkatkan ke suhu.
skala 3 Edukasi:
sedang). Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian cairan
eletrolit intravena,
jika perlu.
JURNAL
PRNDUKUNG
Anggraeni. Dkk.
2019. Efektivitas
Water Tepid Sponge
Suhu 37°C Dan
Kompres Hangat
Suhu 37°C Terhadap
Penurunan Suhu
Pada Anak Dengan
Hipertermia. Jurnal
Keperawatan Mersi
Vol VIII Nomor 2
(2019) 50-55. p-
ISSN: 1979-7753
2 Hipotermia Termoregulasi Manajemen
berhubungan (L.14124) Hipotermia
dengan Definisi: (I.14507)
transfer panas pengaturan suhu Definisi:
(konduksi, tubuh agar tetap mengidentifikasi dan
konveksi, berada pada rentang mengelola suhu
evaporasi, normal tubuh dibawah
radiasi) Ekspetasi/ rentang normal
(D.0132) Membaik dengan Tindakan:
Definisi: kriteria hasil: Observasi
Suhu tubuh 1. menggigil -monitor suhu tubuh
dibawah rentang ( dari skala 3 -identifikasi
normal sedang penyebab hipotermia
diturunkan ke -Monitor tanda dan
skala 1 gejala akibat
menurun) hipotermia
2. pucat ( dari Terapeutik
skala 3 sedang -Sediakan
diturunkan ke lingkungan yang
skala 1 hangat
menurun) -lakukan
3. takikardia poenghangatan pasif
( dari skala 3 atau masif
sedang Edukasi:
diturunkan ke Anjurkan makan/
skala 1 minum hangat
menurun) JURNAL
4. suhu tubuh PENDUKUNG
( dari skala 2 Randa, A.M.dkk.
cukup 2020. Terapi Selimut
memburuk Aluminium Foil
ditingkatkan ke Sebagai Evidence
skala 4 cukup Based Nursing
membaik) Untuk Meningkatkan
Suhu Pada Pasien
Hipotermi Post
Operasi. E-ISSN :
2715-616X
3 Termoregulasi Termoregulasi Regulasi
tidak efektif (L.14124) Temperatur (I.
berhubungan Definisi: 14578)
dengan pengaturan suhu Definisi:
stimulasi pusat tubuh agar tetap mempertahankan
termoregulasi berada pada rentang suhu dalam rentang
hipotalamus normal normal
(D.0149) Ekspetasi/ Tindakan:
Membaik dengan Observasi
kriteria hasil: -monitor suhu
1. menggigil ( dari sampai stabil
skala 3 sedang -Monitor warna dan
diturunkan ke suhu kulit
skala 1 -monitor tanda
menurun) gejala hipotermi atau
2. pucat ( dari hipertermia
skala 3 sedang Terapeutik
diturunkan ke -Tingkatkan asupam
skala 1 cairan dan nutrisi
menurun) yang adekuat
3. takikardia -gunakan matras
( dari skala 3 penghangat, selimut
sedang hangat untuk
diturunkan ke menaikkan suhu
skala 1 tubuh.
menurun) -Gunakan kasur
4. suhu tubuh pendingin, ice pack
( dari skala 2 untuk menurunkan
cukup suhu tubuh.
memburuk -sesuaikan suhu
ditingkatkan ke lingkungan dengan
skala 4 cukup kebutuhan pasien.
membaik) Kolaborasi:
Kolaborasi
pemberian
antipiretik, jika
perlu.
JURNAL
PENDUKUNG
Suardi Zurimi. 2019.
Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat
Dalam Pemenuhan
Ketidakefektifan
Termoregulasi Pada
Pasien Demam
Typoid Di Rsud Dr.
P.P. Magretti
Saumlaki. Global
Health Science,
Volume 4 Issue 3,
September 2019
ISSN 2503-5088 (p)
2622-1055 (e).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan


proses
keperawatan. Surabaya : Salemba Med : Salemba Medika
Potter perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai