Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fitri Rahmawati , NPM : 1306489174, Ekstensi A 2013

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan tentang penatalaksanaan berbagai penyakit semakin berkembang.
Pengembangan penatalaksanaan bidang kardiologi terus dilakukan, termasuk pengembangan
berbagai teknik dan prosedur dangan metode perkutan untuk menangani pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Woods, Froelicher, Motzer, & Bridges, 2005).
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis pentakit jantung telah dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satu pemeriksaan yang paling definitif dan invasif dalam menegakkan diagnosis
penyakit jantung adalah kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung meliputi kateterisasi jantung
kanan kiri dan angiografi koroner (Ignatavicius & Workman, 2006). Kateterisasi jantung
memungkinkan pengumpulan data hemodinamik invasif menggunakan pengukuran tekanan
langsung dan tidak langsung, saturasi oksigen dan menyediakan informasi anatomi
menggunakan angiografi zat kontras (Mitchell, West, Leeson, & Banning, 2008).
Pasien yang dilakukan kateterisasi jantung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Gray,
Simpson, Morgan dan Dawkins (2002) menyatakan di Amerika, lebih dari 1,5 juta angiogram
dilakukan setiap tahun dan pada tahun 1995 lebih dari 1,6 juta dilakukan prosedur angiografi
koroner dan Percutaneous Coronary Intervention (PCI)/ Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty (PTCA) atau tindakan diagnostik yang dilanjutkan dengan tindakan
intervensi. Jumlah ini diperkirakan meningkat terus hingga tahun 2010 tiga juta prosedur
angiografi koroner dan PCI/PTCA akan dilakukan.
Jumlah pasien yang di menjalani kateterisasi jantung sangat tinggi. Berdasarkan data rekam
medik ruang kateterisasi jantung unit Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (PJT-RSCM) Jakarta, telah dilakukan tindakan kateterisasi jantung dan
PCI/PTCA pada lebih dari 1000 pasien pada tahun 2010. Demikian juga di rumah sakit
Barnes-Jewish Amerika Serikat telah dilakukan tindakan kateterisasi pada lebih dari
4000 orang dan 1250 prosedur intervensi tiap tahun (Backers Healthcare, 2010)
Devi Darliana (2008) melakukan penelitian di ruang kateterisasi jantung PJT-RSCM Jakarta
untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap respon stres psikofisiologis pasien. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dan jenis kelamin pasien
dan pengalaman menjalani coronary angiography sebelumnya terhadap kecemasan pasien.
Tidak ada hubungan umur dan jenis kelamin pasien terhadap mean arterial pressure (MAP)
pasien. Ada hubungan stres terhadap MAP dan ada hubungan stres dan frekuensi nadi. Ada
pengaruh jenis prosedur yang dilakukan dengan kecemasan pasien. Ada pengaruh terapi
musik terhadap kecemasan pasien secara signifikan namun tidak ada pengaruh terapi musik
terhadap MAP dan frekuensi nadi pasien yang menjalani coronary angiography. Penelitian ini
tidak memasukkan tingkat pengetahuan sebagai variabel yang dinilai, sehingga tidak ada
gambaran tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan yang dialami pasien.
Kecemasan yang terjadi pada pasien kateterisasi jantung sebanding dengan kecemasan yang
dialami pasien neuropsikiatri dan lebih besar pada pasien dengan penyakit jantung. Penelitian
tentang prevalensi dan pola kecemasan dan depresi pada pasien yang menjalani PTCA yang
dilakukan oleh Astin, Jones, dan Thompson (2005) menunjukkan bahwa sejumlah pasien
mengalami peningkatan tingkat kecemasan pada saat menjalani tindakan PTCA sebanding
dengan yang ditampilkan pasien neuropsikiatri. Nekouei, Yousefy, Manshaee, & Nikneshan
1

(2011) melakukan penelitian untuk untuk membandingkan tingkat kecemasan pasien yang
dilakukan angiografi koroner pada pasien dengan penyakit jantung dan tanpa penyakit
jantung juga menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit jantung mempunyai tingkat
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit jantung.
Pola kecemasan pasien berbeda saat menjalani proses keteterisasi jantung. Penelitian tentang
kecemasan pada pasien yang menjalani PCI dilakukan juga oleh Trotter, Gallagher, &
Donoghue (2010), untuk menentukan pola kecemasan dan perhatian terhadap pengalaman
yang dialami pasien yang menjalani PCI dan faktor yang berkontribusi dalam periode waktu
sekitar palaksanaan PCI. Hasil yang didapatkan bahwa tingkat kecemasan meningkat selama
praprosedur dan menurun secara bermakna pada pascaprosedur. Pengalaman kecemasan atau
kekhawatiran pasien di fokuskan pada hasil PCI, kemungkinan praprosedur pembedahan dan
setelah pulang, adanya keterbatasan dan ketidaknyamanan dari luka akses PCI, dan
immobilisasi pasca prosedur. Faktor prediktor kecemasan pada pra-prosedur adalah
penggunaan obat untuk kecemasan dan depresi. Prediktor kecemasan pada pasca tindakan
tindakan adalah pengalaman pertama kali pasien dalam menjalani PCI, nyeri dada dan
pengalaman kecemasan yang dialami saat pre prosedur. Faktor prediktor kecemasan yang
dilaporkan setelah pasien pulang adalah karena perkembangan PJK yang dialami dan
kecemasan pra-prosedur.
Jurnal-jurnal penelitian keperawatan tentang kateterisasi jantung banyak yang difokuskan
pada kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Buzatto dan Zanei (2010) untuk
mengidentifikasi penelitian berkaitan dengan kecemasan dan strategi untuk mengurangi
kecemasan pada pasien sebelum dilakukan kateterisasi jantung. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat publikasi yang lebih pada studi eksperimental yang dilakukan di Amerika Serikat
(41,17%), diikuti oleh Brasil (23,52%) dan negara-negara lainnya (35,1%). Topik yang
dibahas adalah terkait dengan adanya kecemasan atau beratnya kecemasan, serta pengelolaan
kecemasan pada pasien sebelum kateterisasi jantung. Dari 17 penelitian yang dipilih dalam
publikasi ilmiah di Amerika, dengan metode deskriptif-eksperimental. Kemungkinan
intercurrence dan/atau komplikasi selama dan pasca-prosedur, diagnostik, kemungkinan
prognostik buruk, sendirian selama menunggu informasi, prosedur pertama kali dilakukan,
kehilangan dan/atau orientasi dan waktu lama menunggu dapat menyebabkan kecemasan
dalam pra-kateterisasi jantung.
Kecemasan pasien yang menjalani kateterisasi jantung ditunjukkan dengan perubahan respon
psikofisiologis pasien. Pengalaman penulis selama bekerja pada ruang kateterisasi jantung
sejak tahun 2006-2011, terdapat fenomena bahwa sebagian pasien yang akan menjalani
kateterisasi jantung, baik angiografi koroner, PCI/PTCA mengalami kecemasan dengan
mengungkapkan secara verbal mengalami kecemasan serta perubahan psikofisiologis yang
lain seperti peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah.
Penelitian kecemasan yang telah dilakukan dan pengalaman observasional di atas yang
menunjukkan adanya peningkatan kecemasan pada pasien yang menjalani kateterisasi
jantung. Berbagai penelitian tersebut tidak mengidentifikasi penyebab kecemasan yang
terjadi pada pasien kateterisasi jantung, oleh karena itu penulis berminat untuk mengetahui
lebih lanjut tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien yang dilakukan
kateterisasi jantung.

B. DAFTAR REFERENSI
Astin. F., Jones. K., & Thompson. D. R. (2005). Prevalence and patterns of anxiety and
depression in patients undergoing elective percutaneous transluminal coronary
angioplasty. Heart & Lung. Vol 34 No. 6, page 393-40.
Beckers healthcare. (2010). 25 Hospitals and Health Systems With Great Cardiovascular
Programs.
http://www.beckershospitalreview.com/lists/25-hospitals-and-health-systems-withgreat-cardiovascular-programs.html, diunduh 28 September 2014
Buzatto. L. L, & Zanei. S. S. V. (2010). Patients anxiety before cardiac catheterization.
Einstein Vol. 8(4), page 483-487.
Darliana, Dewi. (2008). Pengaruh terapi musik terhadap respon stres psikofisiologis pasien
yang menjalani coronary angiography di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit
Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tidak dipublikasikan; Universitas Indonesia
Gray, H. H., dawkins, K. D., Simpson, I., A., & Morgan, J. M. (2002). Kardiologi (Edisi 4).(
Azwar Agoes & Asri Dwi R, Penerjemah) Jakarta: Erlangga Medical Series
Ignatavicius Donna D., Workman M. Linda. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care. Elsevier Saunders: St Louis Missouri
Mitchell, et. al. (2008). Cardiac catheterization and coronary intervention (1st ed). Oxford:
Oxford University Press
Nekouei. Z. K. et. al. (2011). Comparing anxiety in cardiac patients candidate for
angiography with normal population. ARYA atherosclerosis Journal, Vol 7(3)
Trotter. R., Gallagher. R., & Donoghue. J. (2010). Anxiety in patient undergoing
percutaneous coronary intervention. Heart & Lung vol 40 page 185-192
Woods, S. L., Froelicher, E. S., & Bridges, E. J. (2005). Cardiac Nursing (5th Ed).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai