Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Falsafah Keperawatan
Dosen Pembimbing : Tina Mawardika, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. M
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Falsafah Keperawatan dengan judul “Teori
Trajektori Sakit” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Falsafah Keperawatan yang telah membimbing kami, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori
Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum
pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan
praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat
diuji dalam pemikiran empiris. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas
asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang
bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit
dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas
didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Asuhan
keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian
masalah keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan
keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi. Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka
berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep
dalam memberikan askep dalam praktik keperawatan.
Salah satu teori keperawatan dalam tingkatan middle range theory adalah
teori trajectory illness yang bisa diterapkan dalam proses keperawatan. Teori Trajectory
Illness membahas tentang perangkap teoritis tersebut dengan membingkai fenomena ini
dalam perspektif sosiologis yang menekankan pengalaman gangguan yang berkaitan
dengan penyakit dalam konteks perubahan proses interaksional dan sosiologis yang pada
akhirnya mempengaruhi respons seseorang terhadap gangguan tersebut. Pendekatan
teoritis ini mendefinisikan kontribusi teori ini terhadap keperawatan, yaitu koping
bukanlah fenomena stimulus-respons sederhana yang dapat dipisahkan dari konteks
kehidupan yang kompleks. Kehidupan berpusat pada tubuh yang hidup, oleh karena itu
gangguan fisiologis penyakit merasuki konteks kehidupan lainnya untuk menciptakan
cara baru untuk hidup, dan perasaan yang baru terhadap diri sendiri. Sesuai dengan
tingkatannya sebagai middle range teori keperawatan, teori trajectory illness sudah dapat
diterapkan secara langsung dalam praktik keperawatan. Teori tersebut memiliki
karakteristik khusus sebagai middle range theory, yaitu terdapat scope tertentu dalam
penerapannya. Menurut Murray (2005), pasien dengan kanker merupakan satu dari tiga
cakupan teori trajectory illness yaitu yang termasuk dalam kategori periode singkat
penurunan fungsi. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik membahas teori trajectory
illness yang dikaitkan dengan analisis teori terhadap pendekatan proses keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami penerapan teori trajectory illness dalam proses asuhan keperawatan
2. Menganalisis konsep dan definisi Teori trajectory illness
3. Menganalisis proposisi / asumsi Teori trajectory illness
4. Menganalisis cakupan/scope Teori trajectory illness
5. Menganalisis Teori trajectory illness berdasarkan pendekatan proses keperawatan
C. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali tentang trajectory illness.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Sumber Teoritis
Menjalani sebuah penyakit dapat menciptakan gangguan dalam kehidupan normal
seseorang. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk
fungsi fisiologis, interaksi sosial, dan konsep diri. Salah satu hal yang menjadi respon
terhadap gangguan tersebut adalah koping. Karena proses seputar perjalanan penyakit
terapat di dalam konteks kehidupan seseorang, maka respon koping secara inheren
terletak pada interaksi sosiologis dengan orang lain dan proses biografi diri. Koping
sering digambarkan sebagai ringkasan strategi yang digunakan untuk mengelola
gangguan, usaha untuk menyekat tanggapan spesifik terhadap satu peristiwa yang hidup
dalam kompleksitas konteks kehidupan, atau label nilai yang diberikan pada perilaku
responsif (misalnya, baik atau buruk) yaitu dijelaskan secara kolektif sebagai coping.
Namun, interaksi yang kompleks antara gangguan fisiologis, interaksi dengan orang lain,
dan konstruksi konsep biografi tentang diri memberi jaminan perspektif penanganan yang
lebih canggih.
Teori Trajectory Illness membahas tentang perangkap teoritis tersebut dengan
membingkai fenomena ini dalam perspektif sosiologis yang menekankan pengalaman
gangguan yang berkaitan dengan penyakit dalam konteks perubahan proses interaksional
dan sosiologis yang pada akhirnya mempengaruhi respons seseorang terhadap gangguan
tersebut. Pendekatan teoritis ini mendefinisikan kontribusi teori ini terhadap keperawatan,
yaitu koping bukanlah fenomena stimulus-respons sederhana yang dapat dipisahkan dari
konteks kehidupan yang kompleks. Kehidupan berpusat pada tubuh yang hidup, oleh
karena itu gangguan fisiologis penyakit merasuki konteks kehidupan lainnya untuk
menciptakan cara baru untuk hidup, dan perasaan yang baru terhadap diri sendiri.
Tanggapan terhadap gangguan yang disebabkan oleh penyakit terjalin kedalam berbagai
konteks yang dihadapi dalam kehidupan seseorang dan interaksi dengan pelaku lain
dalam situasi kehidupan tersebut.
Dalam kerangka sosiologis ini, Wiener dan Dodd menanggapi kekhawatiran serius
mengenai atribusi konseptual berlebihan pada peran dari ketidakpastian untuk memahami
tanggapan terhadap kehidupan dengan gangguan penyakit (Wiener & Dodd, 1993).
Pepatah lama mengatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam kehidupan yang pasti, kecuali
kematian dan pajak. Hidup penuh dengan ketidakpastian, namun penyakit (terutama
penyakit kronis) menimbulkan ketidakpastian dengan cara yang mendalam. Sakit kronis
melebih-lebihkan ketidakpastian hidup bagi mereka yang dikompromikan (yaitu, karena
penyakit) dalam kemampuan mereka untuk menanggapi ketidakpastian ini. Jadi,
walaupun konsep ketidakpastian memberikan lensa teoretis yang berguna untuk
memahami trajectory illness, tidak dapat diposisikan secara teoritis sehingga dapat
membayangi secara konseptual konteks dinamis hidup dengan penyakit kronis. Dengan
kata lain, trajectory illness didorong oleh pengalaman penyakit yang hidup dalam konteks
yang secara inheren tidak pasti dan melibatkan diri dan orang lain. Aliran konteks
kehidupan yang dinamis (biografi dan sosiologis) menciptakan arus ketidakpastian
dinamis yang menggunakan berbagai bentuk, makna, dan kombinasi saat hidup dengan
penyakit kronis. Dengan demikian, menoleransi ketidakpastian adalah untaian teoritis
kritis dalam Teori trajectory illness.
D. Asumsi Utama
Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd tentang trajektori sakit. Teori ini
menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan turunannya dalam sebuah perspektif
sosiologis Teori ini meliputi tidak hanya komponen fisik dari penyakit, tetapi “total
organisasi kerja yang dilakukan selama perjalanan penyakit” (Wiener&Dodd, 1993 dalam
Alligood, 2014). Trajektori sakit secara teoritis berbeda dari perjalanan suatu penyakit.
Dalam teori ini, trajektori sakit tidak terbatas pada orang yang menderita penyakit.
Sebaliknya, organisasi keseluruhan melibatkan orang sakit, keluarga, dan professional
perawatan kesehatan yang memberikan perawatan (Alligood, 2014).
Teori ini menjelaskan penggunaan istilah kerja. “Para pemain yang bervariasi dalam
organisasi memiliki berbagai jenis pekerjaan; namun, pasien adalah pekerja sentral dalam
trajektori sakit”. Pekerjaan yang hidup dengan penyakit menghasilkan konsekuensi
tertentu yang menyerap kehidupan orang-orang yang terlibat. Pada gilirannya,
konsekuensi dan konsekuensi timbal balik berada diseluruh organisasi, melibatkan
organisasi, melibatkan organisasi keseluruhan dengan pekerja pusat (yaitu, pasien)
melalui trajektori hidup dengan penyakit. Hubungan antara para pekerja di dalam
trajektori adalah sebuah atribut yang “memengaruhi baik manajemen dari perjalanan
penyakit itu, maupun nasib orang yang sakit” (Wiener & Dodd, 1993, dalam Alligood,
2014).
E. Penegasan Teoritis
Konteks untuk pekerjaan dan hubungan sosial yang memengaruhi pekerjaan hidup
dengan penyakit dalam teori trajektori sakit berbasis pada karya yang dipengaruhi oleh
Corbin dan Strauss (1988). Sebagai pekerja pusat, tindakan-tindakan dilakukan seseorang
untuk mengelola dampak hidup dengan penyakit dalam berbagai konteks, termasuk
biografis (konsepsi diri) dan sosiologis (interkasi dengan orang lain). Dari perspektif ini,
mengelola gangguan (atau koping terhadap ketidakpastian) melibatkan interaksi pasien
dengan berbagai pemain dalam organisasi serta kondisi sosial eksternal. Mengingat
kompleksitas interaksi tersebut di beberapa konteks dan dengan banyak pemain di
seluruh trajektori sakit, koping adalah sebuah proses yang sangat bervariasi dan dinamis
(Alligood, 2014).
Awalnya, diantisipasi bahwa trajektori hidup dengan kanker memiliki fase-fase yang
kelihatan atau tahapan yang dapat diidentifikasi oleh pergeseran besar masalah,
tantangan, dan kegiatan yang dilaporkan. Ini adalah alasan untuk mengumpulkan data
kualitatif di tiga titik selama pengobatan kemoterapi. Bahkan, gagasan ini tidak berlaku:
status fisik pasien dengan kanker dan konsekuensi sosial-psikologis penyakit dan
pengobatan adalah tema sentral pada semua titik pengukuran sepanjang trajektori
(Alligood, 2014).
Para penulis secara konseptual menyamakan ketidakpastian dengan hilangnya kontrol,
menggambarkan sebagai “aspek yang paling bermasalah dari hidup dengan kanker”.
Penegasan teoritis ini tercermin lebih lanjut dalam identifikasi proses sosial-psikologis
inti dari hidup dengan kanker, :mentoleransi ketidakpastian yang menyertai penyakit”
(Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
ketidakpastian diungkapkan oleh pasien dan keluarga yang berbasis dalam kerangka kerja
teoritis dari total organisasi dan kondisi sosiologis eksternal, termasuk sifat dukungan
keluarga, sumber daya keuangan, dan kualitas bantuan dari penyedia layanan kesehatan
(Alligood, 2014).
2) Pengkajian
a) Anamnesa
1) Biodata klien : nama, alamat, umur, identitas penanggung jawab
2) Riwayat penyakit sekarang dan dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
4) Riwayat menstruasi dan menopause, mens pertama, lama dan keluhan yang
dialami
5) Riwayat seksual tentang penyakit yang pernah dialami
6) Adakah perubahan aktivitas, kebiasaan tidur
7) Observasi Tanda-Tanda Vital dan Pemeriksaan Fisik
3) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena
pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya
edema, destruksi jaringan
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau
perubahan gambaran mammae
d) Ansietas berhubungan dengan perasaan putus asa dan kepastiaan tentang
penggobatannya
4) Intervensi Keperawatan
a) Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan
respon verbal dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang
nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase
punggung, dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai
pesanan.
b) Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui
karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae,
tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi
dibagian yang tidak sakit, kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan
karakteristik
c) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa ca
mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup,
evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual,
hubungan dan citra tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa
berduka atas kehilangan mammae, izinkan pasien mengungkapkan perasaan
negatifnya.
d) Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan
kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak
menilai dan mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan
pengalaman orang lain
5) Implementasi
6) Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Theory of Illness Trajectory dikenalkan oleh dua tokoh yaitu Carolyn L. Wiener dan
Marylin J. Dodd. Carolyn L. Wiener. Teori ini menjelaskan penggunaan istilah kerja.
“Para pemain yang bervariasi dalam organisasi memiliki berbagai jenis pekerjaan;
namun, pasien adalah pekerja sentral dalam trajektori sakit”. Pekerjaan yang hidup
dengan penyakit menghasilkan konsekuensi tertentu yang menyerap kehidupan orang-
orang yang terlibat. Pada gilirannya, konsekuensi dan konsekuensi timbal balik berada
diseluruh organisasi, melibatkan organisasi, melibatkan organisasi keseluruhan dengan
pekerja pusat (yaitu, pasien) melalui trajektori hidup dengan penyaki Menjalani sebuah
penyakit dapat menciptakan gangguan dalam kehidupan normal seseorang. Gangguan
tersebut dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk fungsi fisiologis,
interaksi sosial, dan konsep diri. Salah satu hal yang menjadi respon terhadap gangguan
tersebut adalah koping. Karena proses seputar perjalanan penyakit terapat di dalam
konteks kehidupan seseorang, maka respon koping secara inheren terletak pada interaksi
sosiologis dengan orang lain dan proses biografi diri.
Asumsi utama teori ini adalah Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd
tentang trajektori sakit. Teori ini menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan
turunannya dalam sebuah perspektif sosiologis. Teori ini meliputi tidak hanya komponen
fisik dari penyakit, tetapi total organisasi kerja yang dilakukan selama perjalanan
penyakit. Konsep utama teori ini adalah ketidakpastian identitas, peran dan tubuh.
Kelebihan dari modifikasi teori trajectory illness adalah teori tersebut memiliki struktur
pengkajian, intervensi, dan management goal yang lengkap dan komprehensif, serta
mencakup seluruh fase yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit terminal.
Struktur perawatan tersebut dapat membantu memudahkan perawat dalam mengetahui
kebutuhan fokus pasien di setiap fase, sehingga perawat dapat memenuhi kebutuhan
pasien dengan tepat.Kerangka kerja dari teori trajectory illness juga dapat digunakan
untuk mendeskripsikan perilaku penderita kanker dalam menjalani kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha Raile. 2017. Nursing theories and their work. Singapore: Elsevier
Christensen, D. (2015). The Health Change Trajectory Model. Advances in Nursing
Science, 38(1), 55–67. https://doi.org/10.1097/ANS.0000000000000061
Klimmek,R., & Wenzel, J. (2013). NIH Public Access, 39(6).
https://doi.org/10.1188/12.ONF.E499-E510.Adaptation
Lam, W. W. T., Soong, I., Yau, T. K., Wong, K. Y., Tsang, J., Yeo, W., … Fielding, R. (2013).
The evolution of psychological distress trajectories in women diagnosed with
advanced breast cancer: A longitudinal study. Psycho-Oncology, 22(12), 2831–2839.
https://doi.org/10.1002/pon.3361
Missel, M., Pedersen, J. H., Hendriksen, C., Tewes, M., & Adamsen, L. (2015). Diagnosis as the
First Critical Point in the Treatment Trajectory. Cancer Nursing, 38(6), E12–E21.
https://doi.org/10.1097/NCC.0000000000000209
Murray, S. A. (2005). Illness trajectories and palliative care. Bmj, 330(7498), 1007–1011.
https://doi.org/10.1136/bmj.330.7498.1007
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2018/02/penerapan-teori-carolyn-l-
wiener-dan.html (diakses tanggal 15 Oktober 2019 pukul 16:23 WIB)