Anda di halaman 1dari 28

Mei 16, 2017 | By Dewi Ulfani Dewi Ulfani |

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kesehatan sehingga kami dapat mengerjakan tugas Falsafah Dan Teori Keperawatan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen(Guru Pembimbing) yang telah
memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, penulis memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan.

Makassar,21 November 2016

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas
y a i t u p a d a r e a l i t a s keperawatan (smith dan Liehr, 2008).
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori
Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup
umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk
riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand
theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila
didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan
dan dapat digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapat
dikembangakan padat a t a n a n praktek dan riset untuk
menyediakan pedoman dalam praktik d a n riset
penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang
ditujukank e p a d a individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
b a i k d a l a m k e a d a a n s e h a t maupun sakit dengan pendekatan proses
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
pengembangan teori dan model konseptual keperawatan.Perlu diyakini bahwa
penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhank e p e r a w a t a n akan berdampak pada peningkatan
k u a l i t a s a s u h a n k e p e r a w a t a n . Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan
profesional akan berkembang bila didukungo l e h teori dan model
keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
d a n diimplementasikan di dalam praktek keperawatan.A s u h a n
keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan
rasional d a l a m menyelesaikan masalah keperawatan yang ada,
dengan pendekatan yang dilakukantersebut bentuk penyelesaian masalah
keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan
keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.Profesi keperawatan mengenal
empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory,g r a n d t h e o r y , m i d d l e
range theory, dan practice theory.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan
dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu
memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam
praktek keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle
range theorydan beberapa teori didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa
tokoh keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cheryl Tatano Back
A. Biografi Cheryl Tatano
Beck Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of
Nursing. Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan adalah dari Western Connecticut
State University. Dia menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu-bayi yang baru
lahir dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan. Dia menerima
sertifikat nya di perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya of Science
Keperawatan adalah dari Boston University. Cheryl adalah rekan dalam American
Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan seperti Keperawatan
Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti, Distinguished Award
dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee
Award untuk kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat
sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan
Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan
Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce
Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan
Postpartum Dukungan Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya
pada pengembangan program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan
postpartum. Dia telah banyak diteliti gangguan ini menghancurkan yang mengganggu
ibu baru menggunakan kedua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah mengembangkan
Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Layanan
Psikologi Barat. Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada :
(1) dampak trauma kelahiran pada ASI,
(2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan
(3) menilai psikometri dari Screening administrasi
Skala-telepon Postpartum Depression.

B. Latar belakang
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering
diabaikan dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan,
kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi
hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak.
Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor
risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas
tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk skrining depresi postpartum.
Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.
1. gangguan mood postpartum postpartum depresi nonpyschotic utama disoder
depresi dengan distingushing kriteria diagnostik, depresi postpartum sering dimulai
sedini 4 weks setelah lahir
2. meternity blues jangka waktu terbatas yang relatif sementara dan diri jika
melankolis dan perubahan suasana hati selama periode postpartum awal.
3. postpartum psyhotic gangguan psikotik karakter dari halusinasi, imajinasi, untuk
tidur panjang.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi
postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk
menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
• Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
• Understanding (pemahaman)
• Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
• Spirituality (spiritualitas) • Exercise (latihan) Masing-masing aspek
didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan.
Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu,
namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.

C. Konsep utama
Pengertian Depresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya Menurut Beck
(2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi
mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13,
yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi
pada beberapaatau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001).
b. Stress merawat anak Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan
perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi,
dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur
(Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya
stres selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup
seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah
pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah
kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan,
perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat
membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya
dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti
mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan
menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa
trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu
perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas,
ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f. Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu
dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling
menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal
yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa
perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi
ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan,
kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi
(Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi
yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang
menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi
postpartum.
i. Maternity blues Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari
perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan
dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan
perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati
yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum
dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan
kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya
evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan
seseorang (Beck, 2001).
k. Status sosioekonomi Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi
postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin tinggi pula resiko
terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama,
bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan Kehamilan yang tidak
direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang
dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu
yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang
ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi mungkin dilahirkan
lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya
depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan
secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja
yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).
D. Paradigma
Orang : Beck menerima gelar sarjana dari Western Connecticut State University pada
tahun 1970, dua tahun kemudian meraih gelar Master di kedua ibu-bayi yang baru
lahir keperawatan dan perawat-kebidanan dari Yale University. Satu dekade
kemudian ia menerima gelar doktor dari Universitas Boston. Bisa melihat masa depan
dengan Beck dan PPD.
Kesehatan : Beck melihat link dalam waktu dari persalinan dan ketika ibu rumah
setelah melahirkan. Hal ini selama pekan ini pertama setelah melahirkan yang
sebagian besar ibu mengalami psikosis postpartum, depresi postpartum atau bersalin
blues.
Perawatan : Beck menjelaskan bahwa perawat harus melakukan pengkajian khusus
untuk baby blues syndrome dan mereka harus dilakukan secara rutin dan bagian dari
penilaian perawat selama kunjungan rumah.
Lingkungan Hidup : Teori Beck membuat titik yang PPD tidak hanya efek ibu tapi
anak-anaknya juga. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
mereka.

2.2 Kristen M. Swanson


TEORI CARING KRISTEN SWANSON

A. Latar belakang
Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari
1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude)
dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia
memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of Massachusetts
Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada
tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan
medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada
program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia
mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan,
stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan
kepedulian (caring).
Kristen swanson (1991) mempelajari tentang klien dan pengasuh professional
dalam upaya mengembangkan teori caring untuk praktek keperawatan. Tiga
kelompok berbeda diwawancarai : wanita yang mengalami keguguran, orang tua,dan
seorang ibu yang baru melahirkan yang sedang dirawat di ruang perawatan intensif
(obgyn). Semua kelompok berada di perinatal (sebelum, selama, atausetelah kelahiran
anak), pengaturan atau konteks dan pengalaman fenomenacaring. Peneliti bertanya
kepada kelompok setiap pertanyaan tentang bagaimanapengalaman mereka dan
ekspresi caring dalam situasi yang mereka alami. Setelahmenganalisa cerita dan
deskripsi dari tiga kelompok, swanson mengembangkanteori caring. Swanson
mendefinisikan caring sebagai cara memelihara untukberhubungan dengan nilai lain,
kepada siapa seseorang merasa suatu pribadi yangsadar akan komitmen dan tanggung
jawab. Teori ini mendukung klaim bahwa caringadalah fenomena keperawatan pusat
tetapi tidak harus unik terhadap praktekkeperawatan.Kontribusi swanson sangat
berharga dalam memberikan arahan untukbagaimana mengembangkan strategi caring
bermanfaat dan efektif. Setiap prosescaring memiliki definisi melayani sebagai dasar
untuk intervensi keperawatan.Perawatan dan caring sangat penting dalam membuat
perbedaan positif terhadapkesehatan dan kesejahteraan klien, (Swanson, 1999a).
Demikian temuan penelitianyang digunakan untuk mengembangkan teori yang
berguna untuk membimbingpraktek keperawatan klinis.misalnya, Swanson (1999b)
menguji efek konselingcaring pada emosional perempuan pada tahun pertama setelah
konseling tentangkeguguran. Caring berbasis signifikan dalam mengurangi depresi
dan kemarahanperempuan, khususnya bagi perempuan dalam 4 bulan pertama setelah
keguguran.
B. Konsep utama Teori Caring Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya
pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit
perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk
menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring
secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa
yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting
yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen
bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah,
melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah
dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku
"(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa
Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi
dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser
pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat
dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan
tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal
kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi
dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh
kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring
didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one
feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi
tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan
penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
C. Struktur Caring Swanson
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam
dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan
yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang
terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai
kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu
klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien
dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal
ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang
mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti
keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk
mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat
berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini
muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang
dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi
seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat
kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi
dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang
memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya

D. MODEL KONSEPTUAL TEORI CARING KRISTEN SWANSON


1. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup
dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh
keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis,
membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu
ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan
orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan
makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam
praktek keperawatan.
Subdimensi:
a) Believing in
Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan
tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b) Offering a hope-filled attitude
Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang
dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
c) Maintaining realistic optimis
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang
menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai
optimisme dan harapan yang sama.
d) Helping to find meaning
Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien
perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami
klien.
e) Going the distance (menjaga jarak)
Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan
sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien
sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat
kepada klien.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna
dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring
keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan
mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami
informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus
kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan
orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien.
Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a) Avoiding assumptions
Menghindari asumsi-asumsi
b) Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural
c) Seeking clues
Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
d) Centering on the one cared for
Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e) Engaging the self of both
Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam
melakukan asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi,
berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan
maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan
mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a) Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam
melakukan tindakan keperawatan
b) Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c) Enduring with
Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan
klien
d) Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesehatan klien.
Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata,
bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan
bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan
dan saling mengerti.
4. Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa
dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi
dan martabat klien. Subdimensi:
a) Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan
pada klien dan menjaga privasi klien.
b) Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat
juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c) Preserving dignity (menjaga martabat klien)
Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d) Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga
e) Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan
medis
5. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien
untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam
hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan,
mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan
menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan
klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara
memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik /
feedback.
Subdimensi:
a) Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
b) Informing (memberikan informasi)
Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam
rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
c) Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being
sesuai kapasitas sebagai perawat
d) Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya
mencapai kesembuhan / well being
e) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan
membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry,
2009)
E. Paradigma keperawatan menurut caring Kristen swanson
1. Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson
(1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki
pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang
dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.
2. Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi
perawat membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan
kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat
perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang
diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi
seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat
berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif,
memiliki arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya
pengertian integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang
bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran,
perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas
(Swanson, 1993).
3. Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam
keperawatan sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang
terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik,
ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang
pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan
tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa kepada situasi tersebut dan
lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
4. Perawat
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan
keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa
ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan
lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu
dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.

F. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani,
bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani
merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan,
diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan
dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat
adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia
dan meningkatkan kesehatan.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam
usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang
bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang
berguna dan efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik
untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima
kategori atau proses.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan,
caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan
(Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan
emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga
menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan,
perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991)
menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti
kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan
suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi
informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta
menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.

G. Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson


Kelebihan : Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming
tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien
lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Kekuragan : Konsep Swanson tentang “person” hanya tergantung pada tingkat
analisis dan disposisi yang sedang dilakukan perawat dalam merawat pasien. Dalam
beberapa kasus, "person" dapat diartikan hanya satu orang saja yaitu pasien,
sementara dalam kasus lain bisa diartikan juga anggota keluarga yang secara
langsung sangat erat terlibat..
2.3 Cornelia M. Ruland and Shirley M. Moore
A. Riwayat Hidup Ahli Teori peaceful end of life (EOL)
- Cornelia M. Ruland
Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana keperawatan
pada tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia. Pada tahun 1979, Ruland
mengambil Registered Nurse (RN) selanjutnya bekerja menjadi perawat klinik
spesialis anak ditahun 198. Tahun 1994, ia mengambilMaster dan tahun 1998
mendapatkan gelar doktornya dari Universitas Case Western Reserve, Cleveland,
Ohio.
Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980 dengan
menjadi staf keperawatan di unit anak di RS Bergen, Norwegia. Dilanjutkan dengan
menjadi staf perawat di unit anak dan onkologi di Oslo tahun 1980-1983. Tahun
1983-1988, Ruland menjadi perawat klinik spesialis anak di Oslo, dilanjutkan dengan
menjadi kepala unik anak tahun 1989-1990. Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai
direktur keperawatan di RS Aker University. Pada tahun 1994-1997, ruland mendapa

A. Sejarah Teori Peaceful End of Life


Teori Peaceful End of Life dikemukakan oleh dua orang wanita yaitu :
1. Cornelia M Ruland
Cornelia M Ruland adalah seorang direktur di pusat penelitian keperawatan
dankonsultasi dalam pengambilan keputusan dalam bidang keperawatan
diRikshospitales University Hospital Oslo Norwegia. Cornelia M.Rulandmemperoleh
gelar Ph.D dibidang keperawatan pada tahun 1998 di Case WesternUniversity,
Cleveland, Ohio Amerika Serikat. Dia mendirikan suatu program yaituextensive
research program yang menangani pengembangan dalam pengambilankeputusan dan
kerjasama dengan pasien dalam pelayanan kesehatan, sertapengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari sistem informasi dalam mendukungprogram yang
dibuatnya.Fokus kegiatan yang dilaksanakan oleh Cornelia M.Ruland adalah:
a) memberikan penjelasan ketika klien mendapatkan suatu tindakan yang sulit
yangmana klien membutuhkan bantuan untuk memahami hal tersebut serta
memahamikeuntungan dan kerugian dari alternatif tindakan yang diberikan,
b) penangananterhadap kondisi knonis atau sakit yang lama.
2. Sherly M. MooreSherly M. More adalah ketua perkumpulan penelitian dan profesor
bidangkeperawatan di School of Nursing, Case Western Reserve University. Degree
diPsychiatri and Mental Health Nursing (1990) serta gelar Ph.D bidang keperawatan4
pada tahun 1993. Setelah studi doktoralnya selesai, dia mulai bekerja sama
denganahli-ahli keperawatan seperti Joyce J Fitzpatrick, Jean Johson, dan Elizabeth
Lenzuntuk menggunakan dan mengembangkan teori keperawatan
B. Sumber Teori peaceful end of life
Teori peaceful end life teori bersumber dari beberapa kerangka teori, yaitu sebagai
berikut :
1. Struktur, proses dan outcome model
Struktur, proses dan outcome model merupakan model klasik yangdikemukakan
oleh Donabedian (Ruland and More 1998, dalam Tomey andAligood, 2006), model
ini menjadi kerangka utama dari teori End of Life (EOL). Pada teori EOF, struktur
adalah system keluarga yang menerima perawatandari tenaga professional di unit
perawatan klinik/rumah sakit. Sedangkan prosesmerupakan tindakan yang diberikan,
dalam hal ini tindakan keperawatan yangbertujuan memberikan sesuatu yang positif
dan penyembuhan bagi pasien seperti :
a) bebas dari rasa sakit,
b) mengalami kenyamanan
c) merasa dihargai dandihormati
d) berada dalam kedamaian dan ketenangan, dan
e) merasakankedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang
merawatnya.
2. Preference Teori
Preference teori dikemukakan oleh Brandt, 1997 dengan konsep utamaadalah
kualitas hidup (quality of life), memberikan signinifikan terhadap teori EOL.Pada
teori preference ini, hidup yang baik diartikan seseorang mendapatkan sesuatusesuai
dengan keinginan. Pendekatan ini sangat cocok dengan perawatan dengan teori EOF
yang bisa diterapkan pada orang yang mengalami sakit.
C. Konsep Utama
Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya
tenagakeperawatan dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan
memberikansesuatu yang positif terhadap klien yang meliputi :
1. Bebas dari rasa sakit
Bebas dari penderitaan dan gejala distres merupakan bagian dari pengalamanklien
EOL. Nyeri diartikan sebagai sensori yang tidak menyenangkan ataupengalaman
emosional yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang potensialatau aktual.
(Lenz, Suppe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995 dalam Tomey & Alligood,2006).
2. Merasa nyaman
Merasa nyaman (Comfort) menurut Colcaba (1991) merupakan bebas
dariketidaknyamanan, pernyataan terhadap sesuatu kesenangan, kepuasan, dan
apapunyang membuat hidup mudah atau menyenangkan (Ruland & Moore, 1998
dalamTomey & Alligood, 2006).
3. Merasa dihargai dan dihormati
Setiap klien dengan penyakit terminal dihormati dan dinilai sebagai manusia(Ruland
& Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Konsep inimenggabungkan
pemikiran dari penghargaan personal yang diungkapkan denganprinsip etik autonomi
atau respect for persons, yang menyatakan bahwa seseorangseharusnya diperlakukan
sebagai autonomous agents dan seseorang denganautonomi diberi hak perlindungan
(United States, 1978 dalam Tomey & Alligood,2006).
4. Berada dalam kedamaian dan ketenangan
Damai merupakan perasaan yang tenang, harmonis, dan memuaskan, bebasdari
kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998dalam
Tomey & Alligood, 2006). Suatu pernyataan kedamaian termasuk dalamfisik,
psikologis, dan dimensi spiritual.
5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang
merawatnya
Kedekatan merupakan perasaan yang menghubungkan dengan orang lain yang
merawat (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Hal itu
melibatkan kedekatan fisik dan emosional yang diungkapkan melalui ketenangan dan
hubungan yang dekat.
Ruland dan Moore juga memaparkan enam (6) konsep utama yang
merupakanperyataan-peryataan yang saling berkaitan. Pernyataan-peryataan itu
sebagai berikut(Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006) :
1) Pemantauan, penanganan menghilangkan rasa sakit, dan pemberian farmakologidan
nonfarmakologi membantu pasien dalam mengurangi rasa sakit.
2) Pencegahan, pemantauan dan menghilalangkan rasa tidak nyaman ,
memberikanistirahat, memberikan relaksasi, memberikan kepuasan, dan
mencegahkomplikasi membantu kenyamanan pasien
3) Pengambilan keputusan tentang perawatan termasuk klien dan yang
lainnya,memperlakukan pasien dengan memerhatikan kewibaaan pasien,
bersikapempati dan menghargai, perhatian terhadap kebutuhan pasien, membantu
pasienmerasakan diperhatikan dan dihormati.
4) Pemberian dukungan emosi, pemantau pernyataan pasien atas kecemasanterhadap
tindakan pengobatan, menumbuhkan kepercayaan, penyediaan panduanbagi pasien
dan orang lain bila menghadapi masalah praktek, dan penyediaanpresensi fisik bagi
pemberi perawatanjika diburuhkan untuk membantu pasienberada dalam kondisi
damai/tenang.
5) Menghadirkan partisipasi orang lain dalam pemberian perawatan,
merasakankesedihan, kecemasan, permasalahan orang lain, dan menghadirkan
kelaurgadapat membantu klien untuk lebih dekat dengan orang lain dan orang yang
merawatnya.
6) Pengalaman pasien atas bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihormati
dan dihargai, merasa damai/tenang dan merasa dekat dengan orang lain dan orang
yang merawatnya dapat membantu pasien menghadapi kedamaian diakhir hidupnya.
Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya
tenagakeperawatan dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan
memberikan sesuatuyang positif terhadap klien seperti bebas dari rasa sakit, merasa
nyaman, merasa dihargaidan dihormati, berada dalam kedamaian dan ketenangan,
merasakan kedekatan denganorang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya
dan juga merasakan kedekatandengan orang lain yang signifikan dan orang yang
merawatnya.
Dalam keperawatan komunitas penerapan teori Peaceful end of life sangat tepat
biladiimplementasikan pada asuhan keperawatan pada lansia, baik lansia yang berada
dalamkeluarga maupun lansia yang berada di institusi seperti panti jompo. Lansia
menganggapbahwa perasaan kasihan yang di tunjukkan kepada mereka (lansia)
merupakan suatukesalahan karena mengisyaratkan bahwa mereka (lansia) sudah tidak
mampu lagimelakukan aktifitasnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan
maupun ketidaknyamanan dalam hidupnya diluar kecemasannya terhadap penurunan
aktivitas yang dialaminya.sehingga dalam hal ini sangat tepat diterapkan teori
peaceful end of life.
D. Hubungan antara beberapa konsep dari teori peaceful end of life
Teori peaceful end of life terdiri dari lima konsep yang saling berkaitan, yaitu not
being in ain, experience of comfort, experience of dignity, being at peace dan
closeness to significant others/persons who care. Kriteria proses dari setiap
konsepdapat digabungkan, contohnya pain, comfort, peace dapat dijadikan satu
konsep yangsederhana, manajemen gejala fisik-psikologis. Penggabungan kriteria
proses iniberdasarkan suatu analisis konsep dan pemetaan untuk menentukan apakah
kriteriakonsep tersebut dapat digabungkan atau tidak. Konsep pain dengan dua (2)
kriteriaproses (memantau dan menghilangkan rasa sakit, memberikan tindakan
farmakologi dannon farmakologi) memiliki kedekatan hubungan dengan kriteria
proses dari comfort(mencegahan, memantauan, dan mengurangi rasa tdk nyaman pd
fisik) dan criteriaproses dari peace (memonitor dan memenuhi kebutuhan klien
selama medikasi antianxiety). Intervensi non farmakologis tersebut contohnya terapi
musik, humor danrelaksasi diberikan sebagai distraksi kepada pasien yang menjelang
ajal, sangatbermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri, cemas dan ketidaknyamanan
fisik secaraumum. Penggabungan criteria proses dari setiap konsep tersebut
memudahkan dan menyederhanakan jumlah intervensi yang diberikan kepada pasien.
E. Asumsi-asumsi perlunya teori peaceful end of life
Perawatan yang kompleks dan holistik dibutuhkan untuk mendukung
peacefulEOL. Asumsi menurut teori Ruland and Moore (1998) meliputi:
1. Kejadian dan perasaan yang dialami pada klien EOL adalah personal
danindividualistik
2. Pelayanan keperawatan adalah penting untuk menciptakan peaceful EOL pada
klien.Perawat mengkaji dan menginterpretasikan isyarat yang merefleksikan
pengalamanEOL seseorang serta melakukan intervensi untuk mempertahankan
kedamaian atauketenangan, bahkan saat klien tidak dapat berbicara secara verbal di
akhir hidupnya.
3. Keluarga termasuk significant others dan merupakan bagian penting dalam
perawatan EOL
4. Tujuan dari perawatan EOL adalah untuk memaksimalkan pengobatan
sertamemberikan perawatan yang terbaik yang disediakan dengan ukuran
kenyamanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kematian
yang damai atau tenang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori
adalah suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand
Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu
seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan manusia, atau
menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan
pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range
Theory diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat
diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat
dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut
Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin
praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau
dapat pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari
pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa
grand teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed
(1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait
dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin
tidak memiliki hubungan langsung dengan grand teori. Dalam hal ini,asumsi-asumsi
filosofis yang mendasari middle range teori dapat berada pada tingkat paradigma,
bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk menetapkan
validitas sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range teori
dapat digunakan langsung dalam tatanan praktik, karena memiliki variable yang
spesifik misalnya kita ambil contoh dari Teori Trajectory Illness dari Wiener dan
Dodd, teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan pada khusus penderita
kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori pada tatanan
praktik yang diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori
ini menjelaskan fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian
analisis teori transendensi-diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong
kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk diri intrapribadi fokus pada makna
kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain dan lingkungan, temporal
untuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan transpersonally
untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait
dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari diidentifi kasi fokus dari
disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk
memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya
disiplin ilmu keperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek
yang menjadi catatan penting yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran
tengah, semi konsep semi praktis. Dapat dilakukan ditarik keatas mendekati tatanan
konsep dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik klinik, tergantungan
penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa
cirri yang diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan Middle Range Teori
dipengaruhi oleh penggunaannya yang mampu diaplikasikan dalam berbagai situasi,
masih memiliki suatu unsur abstrak ,namun lebih mudah diaplikasikan ke dalam
praktik dibandingkan dengan Grand Teori.
3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan
untuk lebih banyak membaca dan memahami masalah middle range dan bisa lebih
banyak mengetahui masalah genetic(pewarisan sifat) pada manusia.
Daftar Pustaka
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf
http://www.postpartum.net/About-PSI/President%E2%80%99s-Advisory-Council-
/Cheryl-Tatano-Beck-DNSc-CNM-FAAN-.aspx
Polite,denise F dan Cheryl Tatano Beck.Postpartum Nursing theorist
Dokumen.tips/document/teori-caring-swanson.html
Tomey and alligood, 2006, Nursing Theorists and Their Work, sixth edition,
Missouri:Mosby

http://du26.blogspot.co.id/2017/05/makalah_16.html

Anda mungkin juga menyukai