Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kesehatan sehingga kami dapat mengerjakan tugas Falsafah Dan Teori Keperawatan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen(Guru Pembimbing) yang telah
memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, penulis memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas
y a i t u p a d a r e a l i t a s keperawatan (smith dan Liehr, 2008).
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori
Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup
umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk
riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand
theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila
didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan
dan dapat digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapat
dikembangakan padat a t a n a n praktek dan riset untuk
menyediakan pedoman dalam praktik d a n riset
penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang
ditujukank e p a d a individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
b a i k d a l a m k e a d a a n s e h a t maupun sakit dengan pendekatan proses
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
pengembangan teori dan model konseptual keperawatan.Perlu diyakini bahwa
penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhank e p e r a w a t a n akan berdampak pada peningkatan
k u a l i t a s a s u h a n k e p e r a w a t a n . Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan
profesional akan berkembang bila didukungo l e h teori dan model
keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
d a n diimplementasikan di dalam praktek keperawatan.A s u h a n
keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan
rasional d a l a m menyelesaikan masalah keperawatan yang ada,
dengan pendekatan yang dilakukantersebut bentuk penyelesaian masalah
keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan
keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.Profesi keperawatan mengenal
empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory,g r a n d t h e o r y , m i d d l e
range theory, dan practice theory.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan
dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu
memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam
praktek keperawatan.
B. Latar belakang
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering
diabaikan dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan,
kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi
hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak.
Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor
risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas
tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk skrining depresi postpartum.
Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.
1. gangguan mood postpartum postpartum depresi nonpyschotic utama disoder
depresi dengan distingushing kriteria diagnostik, depresi postpartum sering dimulai
sedini 4 weks setelah lahir
2. meternity blues jangka waktu terbatas yang relatif sementara dan diri jika
melankolis dan perubahan suasana hati selama periode postpartum awal.
3. postpartum psyhotic gangguan psikotik karakter dari halusinasi, imajinasi, untuk
tidur panjang.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi
postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk
menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
• Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
• Understanding (pemahaman)
• Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
• Spirituality (spiritualitas) • Exercise (latihan) Masing-masing aspek
didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan.
Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu,
namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.
C. Konsep utama
Pengertian Depresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya Menurut Beck
(2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi
mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13,
yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi
pada beberapaatau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001).
b. Stress merawat anak Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan
perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi,
dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur
(Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya
stres selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup
seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah
pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah
kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan,
perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat
membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya
dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti
mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan
menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa
trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu
perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas,
ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f. Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu
dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling
menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal
yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa
perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi
ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan,
kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi
(Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi
yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang
menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi
postpartum.
i. Maternity blues Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari
perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan
dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan
perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati
yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum
dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan
kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya
evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan
seseorang (Beck, 2001).
k. Status sosioekonomi Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi
postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin tinggi pula resiko
terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama,
bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan Kehamilan yang tidak
direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang
dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu
yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang
ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi mungkin dilahirkan
lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya
depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan
secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja
yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).
D. Paradigma
Orang : Beck menerima gelar sarjana dari Western Connecticut State University pada
tahun 1970, dua tahun kemudian meraih gelar Master di kedua ibu-bayi yang baru
lahir keperawatan dan perawat-kebidanan dari Yale University. Satu dekade
kemudian ia menerima gelar doktor dari Universitas Boston. Bisa melihat masa depan
dengan Beck dan PPD.
Kesehatan : Beck melihat link dalam waktu dari persalinan dan ketika ibu rumah
setelah melahirkan. Hal ini selama pekan ini pertama setelah melahirkan yang
sebagian besar ibu mengalami psikosis postpartum, depresi postpartum atau bersalin
blues.
Perawatan : Beck menjelaskan bahwa perawat harus melakukan pengkajian khusus
untuk baby blues syndrome dan mereka harus dilakukan secara rutin dan bagian dari
penilaian perawat selama kunjungan rumah.
Lingkungan Hidup : Teori Beck membuat titik yang PPD tidak hanya efek ibu tapi
anak-anaknya juga. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
mereka.
A. Latar belakang
Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari
1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude)
dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia
memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of Massachusetts
Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada
tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan
medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada
program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia
mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan,
stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan
kepedulian (caring).
Kristen swanson (1991) mempelajari tentang klien dan pengasuh professional
dalam upaya mengembangkan teori caring untuk praktek keperawatan. Tiga
kelompok berbeda diwawancarai : wanita yang mengalami keguguran, orang tua,dan
seorang ibu yang baru melahirkan yang sedang dirawat di ruang perawatan intensif
(obgyn). Semua kelompok berada di perinatal (sebelum, selama, atausetelah kelahiran
anak), pengaturan atau konteks dan pengalaman fenomenacaring. Peneliti bertanya
kepada kelompok setiap pertanyaan tentang bagaimanapengalaman mereka dan
ekspresi caring dalam situasi yang mereka alami. Setelahmenganalisa cerita dan
deskripsi dari tiga kelompok, swanson mengembangkanteori caring. Swanson
mendefinisikan caring sebagai cara memelihara untukberhubungan dengan nilai lain,
kepada siapa seseorang merasa suatu pribadi yangsadar akan komitmen dan tanggung
jawab. Teori ini mendukung klaim bahwa caringadalah fenomena keperawatan pusat
tetapi tidak harus unik terhadap praktekkeperawatan.Kontribusi swanson sangat
berharga dalam memberikan arahan untukbagaimana mengembangkan strategi caring
bermanfaat dan efektif. Setiap prosescaring memiliki definisi melayani sebagai dasar
untuk intervensi keperawatan.Perawatan dan caring sangat penting dalam membuat
perbedaan positif terhadapkesehatan dan kesejahteraan klien, (Swanson, 1999a).
Demikian temuan penelitianyang digunakan untuk mengembangkan teori yang
berguna untuk membimbingpraktek keperawatan klinis.misalnya, Swanson (1999b)
menguji efek konselingcaring pada emosional perempuan pada tahun pertama setelah
konseling tentangkeguguran. Caring berbasis signifikan dalam mengurangi depresi
dan kemarahanperempuan, khususnya bagi perempuan dalam 4 bulan pertama setelah
keguguran.
B. Konsep utama Teori Caring Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya
pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit
perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk
menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring
secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa
yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting
yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen
bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah,
melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah
dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku
"(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa
Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi
dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser
pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat
dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan
tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal
kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi
dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh
kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring
didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one
feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi
tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan
penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
C. Struktur Caring Swanson
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam
dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan
yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang
terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai
kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu
klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien
dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal
ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang
mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti
keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk
mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat
berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini
muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang
dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi
seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat
kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi
dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang
memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya
http://du26.blogspot.co.id/2017/05/makalah_16.html