Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR MANUSIA

DENGAN MASALAH KETIDAK EFEKTIFAN TERMOREGULASI

OLEH:
USWATUN NUR AFIDA
(P27820519043)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
KAMPUS TUBAN
Jl. dr.Wahidin Sudirohusodo No. 02 Tuban
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik klinik keperawatan dasar manusia dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dengan Masalah Ketidak Efektifan Termoregulasi” telah disahkan pada tanggal

Pembimbing Akademik

(WAHYU TRI NINGSIH Skep.,Ns.,M.Kep)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satu yang harus
terpenuhi adalah menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal, yaitu 36,0 ̊c. Saat suhu
klien meningkat (hipertermi) klien akan merasakan tidak nyaman dan memungkinkan
adanya indikasi terkena infeksi dari suatu virus/ mikroorganisme yang lain. (Potter &
Perry.2009)

1.2 Tujuan
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar manusia pada klien dengan masalah
gangguan kebutuhan termoregulasi
- Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian termoregulasi
2. Untuk mengetahui dan memahami klien dengan gangguan termoregulasi
3. Mampu memberikan intervensi keperawatan pada klien gangguan termoregulasi
4. Mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan kepada klien
5. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi kepada klien
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierorki Maslow. Kebutuhan


fisiologis merupakan hal yang paling mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki 8 macam kebutuhan salah satunya adalah kebutuhan temperatur tubuh.
(Mubarak.2008)

Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang
dan dihasilkan atau lebih sering disebut termoregulasi. Mekanisme mempertahankan
hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan
normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. (Potter &
Perry, 2010)

Termoregulasi tidak efektif yaitu keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal yang efektif.
Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalah demam/hipertermi. Dengan
pengeluhan panas yang tidak mampu mempertahankan pengeluaran berlebihan produksi
panas yang berhubungan dengan infeksi, kurang lebih hanya 29-57% sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyebab metabolic. (Alvin.2007)

Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37 ̊C, suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit
merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat/menurun
dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stress. Suhu tubuh terlalu
ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian. (Hidayat.2008)

2.2 Etiologi

a. Stimulasi pusat termoregulasi hipotlamus


b. Fluktuasi suhu tubuh
c. Proses penyakit
d. Proses penyakit
e. Dehidrasi
f. Proses penuaan
g. Ketidaksesuaian pakaian untuk lingkungan
h. Peningkatan kebutuhan oksigenasi
i. Perubahan laju metabolisme
j. Suhu lingkungan ekstrem
k. Berat badan ekstrem
l. Efek agen farmakologis

1.3 Patofisiologis
Suhu tubuh kita dalam kadaan normal dipertahankan dikisaran 36,8 ̊C oleh pusat
pengaturan tersebut selalu menjaga keeimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru- paru sehingga
suhu tubuh depat mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu
tubuh dapat memiliki frekuensi harian, yaitu sedikir lebih tinggi pada sore hari jika
dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan dipusat
pengatur suhu ditolak.
1.4 Manifestasi Klinis
1. Kulit dingin/hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif
4. Tekanan darah meningkat
5. Pucat
6. Kulit kemerahan
7. Kejang
8. Frekuensi napas meningkat
1.5 Faktor yang mempengaruhi termoregulasi
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga
dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastic terhadap lingkungan. Regulasi tubuh
baru kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang
semakin tua. Pada dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dewasa muda.
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan
dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
3. Kadar hormone
Umunya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar pprogesteron naik
dan turus sesuai siklus menstruasi.
4. Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 ̊C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai
pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di
malam hari dan tidur disiang hari.
5. Stress
Stress fisik maupun emosional meingkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan
meningkatkan produksi panas.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat,
suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu tubuh lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak anak dan dewsa tua karena mekanisme
regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
7. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubub diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hipotalamus. Perubahan ini berhubungan produksi pans berlebihan, kehilangan panas
berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal
diatas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
8. Demam
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh.
9. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
10. Hipotermia
Panas yang hilang saat pajanan lama terhadap lingkungan dingin akan melebihi
kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan urine

1.7 Penatalaksanaan Keperawatan


Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obatobatan maupun
kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) berpakaian tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Memberikan kompres
c. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam.
Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis
terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis
maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga analgetik
dan antiinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.
BAB III
LAPPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
TERMOREGULASI

A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pada saat itu
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Apakah ada perubahan suhu
- Jika ada aktivitas yang bagaimana yang bisa menyebabkan keluhan itu
terjadi
- Bagaimana keadaan akral waktu perubahan suhu, misalnya, akral
dingin/hangat
b. Riwayat kesehatan lalu
Apakah klien pernah mengalami peningkatan suhu/penurunan suhu yang
ekstrem
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah didalam keluarga pasien memiliki riwayat penyakit turunan dan
menural yang pernah diderita anggota keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi – management kesehatan
Umunya pada pola ini penderita febris mengalami perubahan dalam merawat
kesehatannya.
b. Pola eliminasi (BAK & BAB)
Bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang
c. Pola nutrisi dan metabolisme
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan
d. Pola istirahat dan tidur
Tidur klien biasanya terganggu karena rasa tidak nyaman akibat peningkatan
suhu
e. Pola presepsi dan konsep diri
Dengan suhu tubuh yang meningkat, klien aka nada rasa cemas
f. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien karena kurangnya asupan serta meningkatnya suhu tubuh
g. Pola kognitif dan presepsi
Menjelaskan presepsi sensori dan kognitif pasien saat sakit
h. Pola peran dan hubungan
Pesien mengatakan hubungan antar angota keluarga baik dan hubungan
masyarakat dengan pasien juga baik. Pasien mengatakan bhawa dia
menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia saat berkomunikasi
i. Pola produksi- seksual
Pasien mengatakan siklus haid normal dan pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada sistem reproduksi
j. Pola pertahanan diri
Pasien mengatakan ketika banyak pikiran ia mengungkapkan keluh kesahnya
kepda ibunya
k. Pola keyakinan dan nilai
Pasien mengatakan saat sakit tidak bisa menjalankan ibadah sholat

4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien saat dilakukan pemeriksaan fisik
2. Tanda-tanda vital
a. Nadi : teratur, tidak teratur, kuat, lemah, tidak terasa Bradikardi atau
takikardi. Normal (120-130x/mnt)
b. Suhu : ( axsila, rectal,oral ) hipotermia/ hipertermia. Suhu Normal (36,5-
37,5˚C)
c. TD : Normal ( sistol 70-90 mmHg, diastole 50 mmHg)
d. RR : Normal (30-40x/menit)
3. Sistem kardiovaskuler
- Conjungtiva mata ( merah muda, merah, pucat)
- Bibir ( pucat, kering)
- Denyut nadi
- Suara jantung
- edema
4. Sistem persyarafan
- Kesadaran ( composmentis, sopor, apatis, koma, somenolen, gelisah)
- GCS : E : , V : , M : , total :
5. Sistem perkemihan
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Kemampuan berkemih
6. Sistem pencernaan
- Bibir ( lembab, kering, pecah- pecah)
- Mulut ( simtomatis, kemampuan menelan)
- Abdomen
- Anus
7. Sistem muskulusskeletal
- Kepala : Inspeksi : warna rambut, bentuk
- Tulang belakang : normal, scoliosis,lordosis, khifosis
- Ekstremitas atas : tidak ada kelainan, patah tulang, peradangan, Gerakan
sendi terbatas, luka.
- Ekstremitas Bawah : tidak ada kelalaian, patah tulang, peradangan, luka,
Gerakan sendi terbatas.
8. Sistem indera
- Mata : sklera ( putih, icterus, merah, peradangan)
- Hidung: adanya cuping hidung, fungsi indra adanya gangguan atau tidak,
kebersihan
- Telinga : keadaan daun telinga, kebersihan dan ada atau tidak, gangguan
pada telinga
9. Sistem integumen
- Turgor (kulit baik/ buruk)
- Akral ( hangat/ dingin)
- Warna kulit
10. Sistem reproduksi
- Wanita : haid pertamadan siklus haid
- Laki – laki : pertumbuhan jakun dan perubahan suara
11. Sistem imun
Ada atau tidaknya alergi obat atau yang berhubungan dengan cuaca dan Riwayat
transfusi darah dan reaksinya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Gangguan Termoregulasi
2. Hipertemia
3. Hipotermia
4. Resiko ganguan keseimbangan suhu tubuh

C. Intervensi Keprawatan
Dx : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi pada
penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam
KH : Suhu tubuh berada pada rentang normal

No. Intervensi Rasional


1. Identifikasi kesiapan dan Memudahkan untuk mendapatkan informasi
kemampuan menerima informasi
2. Monitor suhu setiap 2 jam sesuai Mengetahui peningkatan & penurunan suhu
kebutuhan tubuh klien
3. Manitor nadi dan RR Mengetahui batas normal keadaan umum klien

4 Memberikan edukasi tentang Memudahkan keluarga klien untuk mengukur


pengukuran suhu tubuh suhu tubuh klien sendiri serta mengetahui suhu
normal tubuh
5 Memberikan kompres pada lipatan Karena pada lipatan tubuh terdapat banyak
tubuh pembuluh darah
6 Kolaborasi dengan dokter dalam Mempercepat kesebuhan klien
pemberian obat

D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Berdasarkan terminilogi NIC, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.
(Kozier, 2010)
Adapun implementasi yang dilakukan sesuai perencanaan yaitu :
1. Memonitor suhu tubuh
2. Memonitor nadi dan RR
3. Mengkolaborasi pemberian obat
E. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan /
hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.Evaluasi adalah aspek penting
proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi 18 menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. (Kozier,
2010)
Hasil yang diharapkan :
1. Menggigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Tekanan darah membai
F. Pathway

Toksin Bakteri Berbagai pemecahan Kompleks imun


Pada kerusakan jaringan

Laju Metabolik Meningkat pelepasan


piregen

Kedalam
darah

Kerja oto tubuh Intake yang kurang

meningkat Menstimulasi pusat


Resiko kekurangan
Nutrsi
termogulasi (hipotaamus)
Kelemahan Gangguan
mengirim implus Pola tidur
Daya tahan tubuh
menurun kepusat vsomotor
Intolerasi

aktivitas Panas tubuh Hipotermi


Resiko infeksi meningkat

Kesalahan

Interprestasi
Kelenjar Keringat
bertambah aktif

Kecemasan Penguapan cairan dari


Vasolidasi arterial permukaan
tubuh meningkat
Kulit menjadi panas
Resiko Tinggi kekurangan
cairan
Kelebihan panas
cepat terpancar

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry,2009. Fundamental Keperawatan Of Nursing. Jakarta : EGC

Mubarak Wahid I, Narul Cayati,2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tarakam : EGC

Anas Tamsun. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

BAB IV

LAPORAN KASUS

ASUHANAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KETIDAK EFEKTIFAN


TERMOREGULASI

I. Pengkajian

1. Biodata
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir : 5 Februari 1990
Umur : 30 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Alamat : Lerankulon,Palang,Tuban
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Demam thypoid
No Medical Record :-
Tanggal Masuk : 19 Oktober 2020
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2020
II. Keluhan Utama
Demam

III. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Tn.A (30 th) datang ke RS pada tanggal 19 oktober 2020 dengan keluhan
demam selama 3 hari, demam naik turun disertai nyeri kepala dan badan
lemas. Sebelumnya px mengatakan sudah berobat ke dokter terekat namun
tidak ada perubahan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Px mengatakan tidak pernah menglami keadaan seperti ini seblumnya dan
tidak pernah di rawat di RS
c. Riwayat penyakit keluarga
Px mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular

IV. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Presepsi-Management kesehatan
Px mengatakan bahwa jika keluarganya yang sakit dibawa ke klinik
terdekat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Saat dirumah : px mengatakan makan 3x/hari dengan lauk dan sayur
dan minum air putih 6-8 gelas/hari
Saat MRS : px menghabiskan ½ posrsi makanan dari RS dengan
diit bubur ditambah minum air puti 4-6 gelas/hari
c. Pola Eliminasi
Saat dirumah : px mengatakan BAK 5x sehari dan BAB 1x/hari
Saat MRS : px mengatakan BAB lembek 1x/hari dan BAKnya
5x/hari
d. Pola istirahat da tidur
Saat dirumah : px mengatakan bisa terbaring dengan nyenyak tidur 6-
8 jam/hari
Saat MRS : px mengatakan bisa terbaring dengan nyenyak tidur 6-
8 jam/hari
e. Pola aktivitas dan olahraga
Saat dirumah : px mengatakan dapat beraktivitas dan bekeeja seperti
biasa
Saat MRS : px mengatakan hanya terbaring ditempat tidur dan
semua aktifitas dibantu keluarga
f. Pola kognitif dan presepsi
Pola presepsi
- penglihatan : klien mampu melihat dengan normal
- Pendengaran : fungsi pendengaran normal
- Pembau : indra pembau klien terdapat sputum
Pola kognitif :
- Daya ingat klien : daya ingat klien baik, Orientasi terhadap nama,
waktu, tanggal, tempat
g. Pola presepsi dan konsep diri
Px merasa bahwa ini cobaan karena tidak memperhatikan keadaannya
h. Pola hubungan dan peran
Px mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga dan
tentangga
i. Pola pertahanan diri
Px mengatkan jika px mengalami masalah, px selalu bercerita dengan
istrinya untuk mencari solusi
j. Pola keykinan dan nilai
Saat dirumah : px mengatakan dapat beribadah dan sholat 5 waktu
Saat MRS : px mengatakan masih dapat melakukan sholat 5 waktu
ditempat tiduur
V. Pemeriksaan fisik
1. Penampilan umum klien
- Ekspresi, wajah, bicara, mood : terlihat pucat, lemas
- Berpakaia dan kebiasaan umum : px memakai kaos dan celana pendek
- Tinggi badan :160cm
- Berat Badan :60kg
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 39,5 ̊C
- Nadi : 102x/mnt
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 24x/mnt
3. Sistem pernafasan
- Hidung : tidak ada nafas cuping hidung
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara dada normal
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
4. Sistem kardiovasculer
- Conjunctiva mata : pucat
- Bibir : puca
- Suara jantung : S1
- Edema : tidak ada
5. Sistem pencernaan
- Bibir : kering
- Abdomen
Plapasi : tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : tidak ada benjolan
Perkusi : timpani
Auskultasi :terdengar bising usus 24x/menit
6. Sistem indra
a. Mata
- Sclera : putih
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga :normal
- Visus : normal
- Lapang dada : normal
b. Hidung
- Pencium : penciuman baik, tidak ada cuping
hidung
- Sekret yang menghalangi pencium : terdapat sekret yang
menghalangi pernafasan
c. Telinga
- Fungsi pendengaran : baik
- Kenal auditoris : kondisi baik
- Membrane tympani : kondisi baik
7. Sistem muskuloskletal
- Ekstremitas ; tidak ada kelainan

VI. Pemeriksan penunjang


Pemeriksaan laboratorium

No. Pemeriksaan Hasil Normal


1. Hematologi
2. WBC 52 4-10 sel/mmᶟ
3. RBC 4.54 4.5-5.5 sel/mmᶟ
4. HGB 12.2 14-18 Gr/dl
5. HGT 38.2 40-48 Vol%
6. MCV 84.1 76-96%
7. MCH 26.7 27-32%
8. MCHC 37.2 32-37%
9. PLT 222 100-450 sel/mmᶟ
10. LYM% 30.4
11. MXD% 10.9
12. NEUT% 58.7

VII. Terapi
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi cefotaxim 3x1 g
- Parasetamol tab 3x500mg

VIII. Analisi Data


Waktu DATA Etiologi Masalah
20 DS : px mengatakan demam Proses infeksi Termoregulasi
Oktober naik turn disertai nyeri kepala pada penyakit tidak efektif
2020 dan badan terasa lemas

DO : - TTV
S : 39,5 ̊C
TD : 110/70 mmHg
RR : 24x/mnt
N : 102x/mnt
-kulit hangat
-px merasa kedinginan
- leukosit : 12.000

IX. Diangnosa Keperawatan


Termoregulasi tidak efektif b.d proses infeksi pada penyakit

X. Intervensi Keperawatan
Dx : Termoregulasi tidak efektif b.d proses infeksi pada penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam suhu tubuh kembali dengan
rentang normal
KH : - Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5 ̊C)
-Suhu kulit kembali normal
-Tekanan Darah kembali normal (120/80 mmHg)

No. Intervensi Rasional


1. Monitor TTV (tekanan darah, Memonitor TTV dapat membantu
frekuensi pernafasan, dan nadi, mengetahui respon tubuh klien setelah
suhu) dilakukan tindakan
2. Memantau suhu tubuh klien Mengetahui peningkatan & penurunan
suhu tubuh
3. memberikan kompres hangat pada Memperlebar pembuluh darah
ketiak atau lipatan tubuh klien
4. Memberikan edukasi tentang Mengetahui batas normal suhu tubuh
penggunaan termometer
5. Kolaborasi dengan dokter dalam Membantu menurunkan suhu tubuh
pemberian obat
Injeksi cefotaxim 3x1 g
Parasetamol tab 3x500mg
XI. Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa Tanggal/jam Implementasi paraf


1. Ketidakefektifan 20 Oktober Mengobservasi TTV
gangguan termoregulasi 2020 TD : 110/70
b.d proses infeksi pada 08.00 Nadi : 102x/mnt
penyakit Suhu : 39,5 ̊C
RR : 24x/mnt
Respon : klien tampak
kooperatif

Mengobservasi suhu
08.30 tubuh
Respon : klien mampu
bekerjasama dan
kooperatif

08.45 Mengompres pasien


dengan air hangat diarea
dahi, lipatan ketiak
Respon : klien merasa
tidak nyaman

09.00 Memberi edukasi


tentang pengukuran
suhu tubuh
Respon : klien
kooperatif dalam
penerapan penggunaan
termometer

09.15 Kolaborasi dengan


dokter dalam pemberian
obat
-Infus RL 20 tpm
-Injeksi cefotaxim 3x1 g
-Parasetamol tab
3x500mg
Respons : klien tampak
kooperaatif

21 Oktober Mengobservasi TTV


2020 TD : 120/80 mmHg
08.00 Nadi : 100x/mnt
Suhu : 37,5 ̊C
RR : 12x/mnt
Respon : klien tampak
kooperatif

08.30 Mengobservasi suhu


tubuh
Respon : klien mampu
bekerjasama dan
kooperatif

08.45 Mengompres pasien


dengan air hangat diarea
dahi, lipatan ketiak
Respon : klien merasa
tidak nyaman

09.00 Memberi edukasi


tentang pengukuran
suhu tubuh
Respon : klien
kooperatif dalam
penerapan penggunaan
termometer

0915 Kolaborasi dengan


dokter dalam pemberian
obat
-Infus RL 20 tpm
-Injeksi cefotaxim 3x1 g
-Parasetamol tab
3x500mg
Respons : klien tampak
kooperaatif
XII. Evaluasi

No. DX Tanggal/jam Evaluasi Paraf


1. Ketidakefektifan 20 Oktober S : demam naik turun
gangguan termoregulasi 2020 disertai nyeri kepala dan
b.d proses infeksi pada 08.00 badan terasa lemas
penyakit
O : - TTV
TD : 110/70
Nadi : 102x/mnt
Suhu : 39,5 ̊C
RR : 24x/mnt
-kulit teraba panas
-akral dingin
-px merasa kedinginan
- leukosit : 12.000
A : masalah belum teratasi
P : Melanjutkan intervensi

21 Oktober S : suhu tubuh kembali


2020 normal
08.00 O : - TTV
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 100x/mnt
Suhu : 37,5 ̊C
RR : 12x/mnt
- klien sudah tidak
menggigil
- leukosit : 7.000
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai