OLEH:
USWATUN NUR AFIDA
(P27820519043)
Laporan praktik klinik keperawatan dasar manusia dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dengan Masalah Ketidak Efektifan Termoregulasi” telah disahkan pada tanggal
Pembimbing Akademik
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar manusia pada klien dengan masalah
gangguan kebutuhan termoregulasi
- Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian termoregulasi
2. Untuk mengetahui dan memahami klien dengan gangguan termoregulasi
3. Mampu memberikan intervensi keperawatan pada klien gangguan termoregulasi
4. Mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan kepada klien
5. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi kepada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang
dan dihasilkan atau lebih sering disebut termoregulasi. Mekanisme mempertahankan
hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan
normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. (Potter &
Perry, 2010)
Termoregulasi tidak efektif yaitu keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal yang efektif.
Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalah demam/hipertermi. Dengan
pengeluhan panas yang tidak mampu mempertahankan pengeluaran berlebihan produksi
panas yang berhubungan dengan infeksi, kurang lebih hanya 29-57% sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyebab metabolic. (Alvin.2007)
Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37 ̊C, suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit
merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat/menurun
dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stress. Suhu tubuh terlalu
ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian. (Hidayat.2008)
2.2 Etiologi
1.3 Patofisiologis
Suhu tubuh kita dalam kadaan normal dipertahankan dikisaran 36,8 ̊C oleh pusat
pengaturan tersebut selalu menjaga keeimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru- paru sehingga
suhu tubuh depat mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu
tubuh dapat memiliki frekuensi harian, yaitu sedikir lebih tinggi pada sore hari jika
dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan dipusat
pengatur suhu ditolak.
1.4 Manifestasi Klinis
1. Kulit dingin/hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif
4. Tekanan darah meningkat
5. Pucat
6. Kulit kemerahan
7. Kejang
8. Frekuensi napas meningkat
1.5 Faktor yang mempengaruhi termoregulasi
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga
dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastic terhadap lingkungan. Regulasi tubuh
baru kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang
semakin tua. Pada dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dewasa muda.
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan
dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
3. Kadar hormone
Umunya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar pprogesteron naik
dan turus sesuai siklus menstruasi.
4. Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 ̊C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai
pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di
malam hari dan tidur disiang hari.
5. Stress
Stress fisik maupun emosional meingkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan
meningkatkan produksi panas.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat,
suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu tubuh lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak anak dan dewsa tua karena mekanisme
regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
7. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubub diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hipotalamus. Perubahan ini berhubungan produksi pans berlebihan, kehilangan panas
berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal
diatas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
8. Demam
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh.
9. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
10. Hipotermia
Panas yang hilang saat pajanan lama terhadap lingkungan dingin akan melebihi
kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas.
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pada saat itu
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Apakah ada perubahan suhu
- Jika ada aktivitas yang bagaimana yang bisa menyebabkan keluhan itu
terjadi
- Bagaimana keadaan akral waktu perubahan suhu, misalnya, akral
dingin/hangat
b. Riwayat kesehatan lalu
Apakah klien pernah mengalami peningkatan suhu/penurunan suhu yang
ekstrem
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah didalam keluarga pasien memiliki riwayat penyakit turunan dan
menural yang pernah diderita anggota keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi – management kesehatan
Umunya pada pola ini penderita febris mengalami perubahan dalam merawat
kesehatannya.
b. Pola eliminasi (BAK & BAB)
Bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang
c. Pola nutrisi dan metabolisme
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan
d. Pola istirahat dan tidur
Tidur klien biasanya terganggu karena rasa tidak nyaman akibat peningkatan
suhu
e. Pola presepsi dan konsep diri
Dengan suhu tubuh yang meningkat, klien aka nada rasa cemas
f. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien karena kurangnya asupan serta meningkatnya suhu tubuh
g. Pola kognitif dan presepsi
Menjelaskan presepsi sensori dan kognitif pasien saat sakit
h. Pola peran dan hubungan
Pesien mengatakan hubungan antar angota keluarga baik dan hubungan
masyarakat dengan pasien juga baik. Pasien mengatakan bhawa dia
menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia saat berkomunikasi
i. Pola produksi- seksual
Pasien mengatakan siklus haid normal dan pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada sistem reproduksi
j. Pola pertahanan diri
Pasien mengatakan ketika banyak pikiran ia mengungkapkan keluh kesahnya
kepda ibunya
k. Pola keyakinan dan nilai
Pasien mengatakan saat sakit tidak bisa menjalankan ibadah sholat
4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien saat dilakukan pemeriksaan fisik
2. Tanda-tanda vital
a. Nadi : teratur, tidak teratur, kuat, lemah, tidak terasa Bradikardi atau
takikardi. Normal (120-130x/mnt)
b. Suhu : ( axsila, rectal,oral ) hipotermia/ hipertermia. Suhu Normal (36,5-
37,5˚C)
c. TD : Normal ( sistol 70-90 mmHg, diastole 50 mmHg)
d. RR : Normal (30-40x/menit)
3. Sistem kardiovaskuler
- Conjungtiva mata ( merah muda, merah, pucat)
- Bibir ( pucat, kering)
- Denyut nadi
- Suara jantung
- edema
4. Sistem persyarafan
- Kesadaran ( composmentis, sopor, apatis, koma, somenolen, gelisah)
- GCS : E : , V : , M : , total :
5. Sistem perkemihan
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Kemampuan berkemih
6. Sistem pencernaan
- Bibir ( lembab, kering, pecah- pecah)
- Mulut ( simtomatis, kemampuan menelan)
- Abdomen
- Anus
7. Sistem muskulusskeletal
- Kepala : Inspeksi : warna rambut, bentuk
- Tulang belakang : normal, scoliosis,lordosis, khifosis
- Ekstremitas atas : tidak ada kelainan, patah tulang, peradangan, Gerakan
sendi terbatas, luka.
- Ekstremitas Bawah : tidak ada kelalaian, patah tulang, peradangan, luka,
Gerakan sendi terbatas.
8. Sistem indera
- Mata : sklera ( putih, icterus, merah, peradangan)
- Hidung: adanya cuping hidung, fungsi indra adanya gangguan atau tidak,
kebersihan
- Telinga : keadaan daun telinga, kebersihan dan ada atau tidak, gangguan
pada telinga
9. Sistem integumen
- Turgor (kulit baik/ buruk)
- Akral ( hangat/ dingin)
- Warna kulit
10. Sistem reproduksi
- Wanita : haid pertamadan siklus haid
- Laki – laki : pertumbuhan jakun dan perubahan suara
11. Sistem imun
Ada atau tidaknya alergi obat atau yang berhubungan dengan cuaca dan Riwayat
transfusi darah dan reaksinya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Gangguan Termoregulasi
2. Hipertemia
3. Hipotermia
4. Resiko ganguan keseimbangan suhu tubuh
C. Intervensi Keprawatan
Dx : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi pada
penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam
KH : Suhu tubuh berada pada rentang normal
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Berdasarkan terminilogi NIC, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.
(Kozier, 2010)
Adapun implementasi yang dilakukan sesuai perencanaan yaitu :
1. Memonitor suhu tubuh
2. Memonitor nadi dan RR
3. Mengkolaborasi pemberian obat
E. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan /
hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.Evaluasi adalah aspek penting
proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi 18 menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. (Kozier,
2010)
Hasil yang diharapkan :
1. Menggigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Tekanan darah membai
F. Pathway
Kedalam
darah
Kesalahan
Interprestasi
Kelenjar Keringat
bertambah aktif
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahid I, Narul Cayati,2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tarakam : EGC
BAB IV
LAPORAN KASUS
I. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir : 5 Februari 1990
Umur : 30 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Alamat : Lerankulon,Palang,Tuban
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Demam thypoid
No Medical Record :-
Tanggal Masuk : 19 Oktober 2020
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2020
II. Keluhan Utama
Demam
VII. Terapi
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi cefotaxim 3x1 g
- Parasetamol tab 3x500mg
DO : - TTV
S : 39,5 ̊C
TD : 110/70 mmHg
RR : 24x/mnt
N : 102x/mnt
-kulit hangat
-px merasa kedinginan
- leukosit : 12.000
X. Intervensi Keperawatan
Dx : Termoregulasi tidak efektif b.d proses infeksi pada penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam suhu tubuh kembali dengan
rentang normal
KH : - Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5 ̊C)
-Suhu kulit kembali normal
-Tekanan Darah kembali normal (120/80 mmHg)
Mengobservasi suhu
08.30 tubuh
Respon : klien mampu
bekerjasama dan
kooperatif