Di Susun Oleh:
Tingkat II B/Semester IV
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.2.4 Implementasi Keperawatan ..........................................
2.2.5 Evaluasi keperawatan ...................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................
4.2 Saran.........................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
SAP
Leaflet
Jurnal
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu > 37, 2°C. Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan (Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. 2015). Febris (demam) merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit
yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, Aryanti. 2016 )
Febris (dema) sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic
(Nurarif, 2015).
1
Umum Doris Sylvanus, 2015. Dengan Kasus Febris Sebanyak 1.307 kasus (Badan
Pusat Statistik Kalimantan Tengah 2018)
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi
yang komprehensif tentang “Asuhan Keperawatan Penyakit Febris”.
1.2 RumusanMasalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada An.X dengan diagnose medis Febris
tahun 2021 ?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 TujuanUmum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
kebutuhan dasar manusia Pada An.X dengan diagnosa medis Febris di Ruang
Aster Palangka Raya tahun 2021.
1.3.2 TujuanKhusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Febris ?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
pasien Penyakit Febris ?
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan manfaat pada Sesama Mahasiswa yaitu memberikan gambaran
dan menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada pasien Febris dimulai dari
pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa, penyusunan rencana tindakan
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bukti tindakan Keperawatan apa saja
yang sudah dilakukan dan sekaligus menjadi Refrensi dalam rangka menambah
pengetahuan Klien dan Keluarga Klien tentang Febris.
1.4.3 Bagi Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri pada pasien Herpes Zoster dan
diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosa medis Febris.
1.4.4 Untuk IPTEK
Laporan ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga dapat menjadi
sumber informasi atau refrensi dalam bentuk elektronik.Atau e-book.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
4
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
2.1.4 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui
alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan
dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh (Sinarty, 2013).
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
2.1.5.2 WOC 8
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).
Febris
B1 B2 B3 B4 B5 B6
] dan takut
Gelisah Agen Infeksius Kurang terpapar Kurang terpapar Gangguan rasa Aktivitas metabolik
informasi informasi nyaman tubuh meningkat.
Mempengaruhi
Ansietas termoregulator Rewel
Gangguan Gangguan rasa Lemas
hipotalamus
Rasa nyaman nyaman
melalui darah
Kebutuhan cairan
MK : Resiko
meningkat
Defisit Nutrisi
MK : Resiko
8 seimbangan
ketidak
cairan
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :
2. Kulit kemerahan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
2.1.7 Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.
a. Tindakan farmakologis
9
1. Paracetamol
2. Ibuprofen
10
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015) :
11
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha
kiri, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah pernah
berobat ke dukun patah tulang. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan
kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan
tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
1) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2.1.4 Pemeriksaan Fisik
Klien tampak Terbaring
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130 Hal : 284)
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan Proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh fluktuatif (D.0149 hal : 317)
12
3. Risiko Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian ditandai
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi ynag dihadapi (D.0080
hal:180)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.4.1 Hipertermia
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah dilakukan asuhan Obsevasi
keperawatan selama 1x7 jam 1. Idendtifikasi penyebab hipertermia
diharapkan Termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh
membaik : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh membaik 4. Monitor Komplikasi akibat
(5) hipertermia
2. Suhu kulit membaik (5) Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau kepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
13
2.2.4.3 Ansietas (D.0080 hal:180)
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan selama 1. Indentifikasi saat tingkat ansietas
1x7 jam masalah Ansietas dapat berubah
menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Kriteria hasil SLKI : keputusan
1. Perilaku gelisah menurun
(5) Terapeutik :
2. Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan susana terapeutik
(5) 2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3. Lakukan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mugkin dialami
2. Anjurkan keluarga tertap
bersama pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat ansietas jika
perlu
1.3.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
1.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, A.R. (2015). Pengelolaan Hiperetmi Pada An. F Dengan Kejang Demam
Di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa. Jurnal Akper Ngudi Waluyo
Ungaran
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol
Kukus, Yondry, dkk. (2013). Suhu Tubuh : Homeostasis dan Efek terhadap
Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik Vol 1 No. 2 hal 107-118
15
PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SUHU
TUBUH PADA PASIEN FEBRIS
fadli.hanafi88@yahoo.com/085342707077
ABSTRAK
Demam adalah peroses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,2 oC).
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan demam dan menjadi salah satu manifestasi
paling umum penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi
yang mampu manangani suhu tubuh anak yang mengalami febris. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 05 Juni sampai dengan 05 Juli Tahun 2017 di puskesmas
Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre and post test design, sampel
pada penelitian ini adalah pasien anak yang mengalami febris di ruang instalasi
gawat darurat dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Tekhnik pengambilan
sampel adalah purposive sampling. Dari hasil penelitian dengan uji Kolmogorov-
Smirnov Z didapat nilai pre p=0,62 dan untuk post p=0,54. Dengan tingkat
kemaknaan p >α (0,05) Yang dimana p >α (0,05) berarti uji normalitas data
berdistribusi normal maka dari itu dilakukan uji Paired T test, dengan hasil p=0,0001
dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05) yang dimana 0,0001<0,05 maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap perubahan
suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat darurat puskesmas Tanru
Tedong Kabupaten Sidrap. Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai bahan
masukan bagi institusi kesehatan dan penanganan peningkatan suhu tubuh pada
pasien febris. Semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti sekaligus menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal melakukan
penelitian.
PEMBAHASAN
Hasil uji analisis univariat didapatkan
nilai rata-rata sebelum intervensi yaitu hasil
mean 38,14 standar deviasi 0,61 dengan
nilai min 37,3 nilai max 39,5. Kemudian
nilai rata-rata sesudah intervensi
didapatkan hasil mean 37,54 standar
deviasi 0,57 dengan
nilai min 36,7 nilai max 38,9.
Uji analisis bivariat didapatkan nilai
selisih rata-rata skor suhu tubuh sebelum
dan setelah intervensi yaitu mean 0,65
dari itu dapat disimpulkan bahwa penelitian Purwanti & Ambarwati (2013)
adanya pengaruh kompres hangat menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh
terhadap perubahan suhu tubuh pasien pasien sebelum dilakukan tindakan
febris di ruangan instalasi gawat kompres hangat sebesar 38,9˚C dan
darurat puskesmas Tanru Tedong sesudah dilakukan intervensi rerata
Kabupaten Sidrap yang berarti Ha
diterima dan Ho ditolak.
Kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam.
Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan
rangsangan pada area preoptik
hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini akan menuju area
hipotalamus merangsang preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal
oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn
panas tubuh yang lebih banyak melalui
dua mekanisme yaitu dilatasi
pembuluh darah perifer dan
berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Dengan kompres
hangat
menyebabkan suhu tubuh diluaran
akan terjadi hangat sehingga tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh,
dengan suhu diluaran hangat akan
membuat pembuluh darah tepi dikulit
melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori-pori kulit akan
membuka dan mempermudah
pengeluaran panas, sehingga akan
terjadi perubahan suhu tubuh.
Penelitian ini sejalan dengan
suhu tubuh pasien adalah 37,9˚C. Pada uji tindakan kompres hangat pada pasien febris di
analisis terjadi perubahan rerata suhu tubuh ruangan instalasi gawat darurat puskesmas
0,97˚C dengan SD 0,35˚C nilai p Puskesmas Tanru
= 0,0001 yang berarti bahwa p <0,05.
Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Hartini
& Pertiwi (2015) menunjukkan bahwa
efektifitas penurunan
suhu tubuh pada anak demam sebelum
perlakuan kompres air hangat adalah
38,65˚C dan sesudah diberikan perlakuan
kompres air hangat suhu tubuh menjadi
37,27˚C. Pada uji Paired T-test
menunjukkan nilai p =0,0001 (p<0,05), di
rumah sakit Telogorejo Semarang.
Adapun asumsi penelitian kompres
hangat memiliki pengaruh terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien febris
khususnya anak-anak. Kompres hangat
termasuk tindakan mandiri yang harus
diketahui oleh semua tenaga kesehatan
begitupun dengan orang tua. Maka dari itu
diharapkan bagi orang tua untuk
memberikan tindakan kompres hangat
kepada anaknya yang mengalami demam.
Kompres hangat berpengaruh karena
pembuluh tepi dikulit melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori
kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas, sehingga terjadi
perubahan suhu tubuh.
Oleh dari itu penelitian ini peneliti
mengambil kesimpulan bahwa kompres
hangat berpengaruh terhadap perubahan
suhu tubuh pada pasien febris diruangan
instalsi gawat darurat puskesmas Tanru
Tedong Kabupaten Sidrap.
KESIMPULAN
Rerata suhu tubuh sebelum di berikan
Tedong kabupaten Sidrap dengan nilai Kompres Hangat Dan Tefid
mean 38,14 dan rerata suhu tubuh Water Spoge Terhadap
sesudah di berikan tindakan kompres Penurunan Suhu Tubuh Balita
hangat pada pasien febris di ruangan Yang Mengalami Demam Di
instalasi gawat darurat puskesmas Puskesmas Rawat Inap Karya
Puskesmas Tanru Tedong kabupaten Wanita Rumbai Pesisir, Jurnal
Sidrap dengan nilai hasil mean 37,54. Universitas
Sedangkan Pada analisis bivariat Riau.http://www.scribd.com/do
didaptkan nilai selisih rerata 0,65 dan c
nilai p = 0,0001, sehingga ada /73195543/all-ok.
pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
febris.
SARAN
Saran pada penelitian ini adalah
diharapkan pihak puskesmas atau
pelayanan kesehatan setempat dapat
menetapkan program penanganan
Pasien febris nonfarmakologis
pemberian tindakan kompres hangat
dalam memberikan perubahan suhu
tubuh pada pasien febris.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes, Sul-Sel. (2016). Propil data
pasien
febris.http:/pojoksulseL.co
m.
Telogorejo
Semarang.http://publika
sihilmia h.umc.ac.id.
Maharani. (2011). Perbandingan
Efektifitas Pemberian
Potter & Perry. (2010). Fundamental Setyowati & Lina. (2013). Hubungan
Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Tingkat Pengetahuan
Salemba Medika Orang Tua Dengan
Puskesmas Tanru Tedong. (2017). Penanganan Demam
Instalasi Gawat Darurat Pada Anak Balita Di Kampung
Puskesmas Tanru Tedong Bakalan Kadipiro
Kabupaten Sidrap. Banjarmasin Surakarta. Jurnal
Stikes PKU
Purwanti & Ambarwati. (2013). Muhammadiyah
Pengaruh Kompres Hangat Surakarta.
Terhadap Perubahan Suhu http://stikespku.com.pdf.
Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Setiawati. (2009). Pengaruh Tepid
Inap RSUD Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Dan Kenyamanan
Dr.MoewardiSurakarta.http://p Pada Anak Usia Pra Sekolah
u blikasihilmiah.umc.ac.id. Dan Sekolah Yang Mengalami
Demam Di Ruangan Perawatan
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Anak Rumah Sakit
Demam Pada anak. Yogyakarta: Muhammadiyah Bandung,
Pustaka Pelajar Jurnal Universitas Indonesia
Fakultas Ilmu Keperawatan.
http://www.digilib.ui.ac.id.
Analisa Jurnal