Anda di halaman 1dari 32

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA An. X DENGAN
DIAGNOSA FEBRIS

Di Susun Oleh:
Tingkat II B/Semester IV

Thomas Erik Hevin 2018.C.10a.0988

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Thomas Erik Helvin
NIM : 2018.C.10a.0988
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. X
Dengan Diagnosa Medis Febris di Ruang RSUD A
Palangkaraya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui:
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Yelstria Ulina . T., S.Kep. Ners Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


Kata Pengantar

Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.

Palangka Raya, 10 Februari 2021

Thomas Erik Helvin

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.............................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).............
1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit.....................................................................


2.1.1 Definisi .........................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ..........................................................
2.1.3 Etiologi .........................................................................
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................
2.1.6 Manisfestasi Klinis .......................................................
2.1.7 Komplikasi ...................................................................
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ...................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .........................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................

iii
2.2.4 Implementasi Keperawatan ..........................................
2.2.5 Evaluasi keperawatan ...................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian ..............................................................................


3.1.1. Identitas Klien ..............................................................
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan .....................................
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................
4.2 Saran.........................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
SAP
Leaflet
Jurnal
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu > 37, 2°C. Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan (Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. 2015). Febris (demam) merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit
yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, Aryanti. 2016 )
Febris (dema) sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic
(Nurarif, 2015).

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di


seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.
Jumlah Penderita di Indonesia dilaporkan lebih tinggi angka kejadiannya
dibandingkan dengan negara negara lain yaitu sekita 80-90%, dari seluruh febris
yang dilaporkan adalah febris sederhana, sedangkan di Kalimantan Tengah Febris
menjadi Penyakit Terbanyak ke Dua di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

1
Umum Doris Sylvanus, 2015. Dengan Kasus Febris Sebanyak 1.307 kasus (Badan
Pusat Statistik Kalimantan Tengah 2018)
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi
yang komprehensif tentang “Asuhan Keperawatan Penyakit Febris”.
1.2 RumusanMasalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada An.X dengan diagnose medis Febris
tahun 2021 ?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 TujuanUmum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
kebutuhan dasar manusia Pada An.X dengan diagnosa medis Febris di Ruang
Aster Palangka Raya tahun 2021.
1.3.2 TujuanKhusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Febris ?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
pasien Penyakit Febris ?

1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.X ?

1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan


pada An.X ?

1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada An.X ?

1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.X ?

1.3.2.7 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada An.X ?

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan manfaat pada Sesama Mahasiswa yaitu memberikan gambaran
dan menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada pasien Febris dimulai dari
pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa, penyusunan rencana tindakan
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bukti tindakan Keperawatan apa saja
yang sudah dilakukan dan sekaligus menjadi Refrensi dalam rangka menambah
pengetahuan Klien dan Keluarga Klien tentang Febris.
1.4.3 Bagi Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri pada pasien Herpes Zoster dan
diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosa medis Febris.
1.4.4 Untuk IPTEK
Laporan ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga dapat menjadi
sumber informasi atau refrensi dalam bentuk elektronik.Atau e-book.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi Febris
Febris/demam dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di
atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pusat
pengaturan suhu mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik pada saat
sehat ataupun demam dengan mengatur keseimbangan diantara produksi dan
pelepasan panas tubuh. Bila terjadi suatu keadaan peningkatan suhu tubuh yang
tidak teratur, karena disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi panas
dan pembatasan panas, disebut dengan hipertermia (Sodikin, 2012).
Febris/demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
Febris/demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Febris adalah keadaan dimana suhu tubuh diatas rentang normal seperti
pada umumnya (>37,5°C), dimana febris ini sendiri adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk kedalam tubuh baik itu infeksi akibat bakteri,
virus, parasit, penyakit autoimun, ataupun penyebab lainnya.

2.1.2 Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap

4
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam


diperlukan antara lain : ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa
hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (Lestari, 2016)

2.1.3 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)

2.1.4 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui
alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan
dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh (Sinarty, 2013).
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
2.1.5.2 WOC 8
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).

Febris

B1 B2 B3 B4 B5 B6

] dan takut
Gelisah Agen Infeksius Kurang terpapar Kurang terpapar Gangguan rasa Aktivitas metabolik
informasi informasi nyaman tubuh meningkat.

Mempengaruhi
Ansietas termoregulator Rewel
Gangguan Gangguan rasa Lemas
hipotalamus
Rasa nyaman nyaman
melalui darah

Dyspnea Nafsu makan


menurun MK : Resiko
MK : Hipertensi Rewel
Cemas Intoleransi aktivitas

MK: Resiko pola


nafas tidak efektif Intake Nutrisi
menangis berkurang
MK : Ansietas

Kebutuhan cairan
MK : Resiko
meningkat
Defisit Nutrisi

MK : Resiko
8 seimbangan
ketidak
cairan
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :

1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)

2. Kulit kemerahan

3. Hangat pada sentuhan

4. Peningkatan frekuensi pernapasan

5. Menggigil

6. Dehidrasi

7. Kehilangan nafsu makan

2.1.7 Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:

1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh

2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non 15 farmakologis
maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak :

a. Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik


berupa :

9
1. Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk


menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol
dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan
suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu
tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar 16
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau
kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi,
alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).

2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek


antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4
jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek
samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang
bahkan koma serta gagal ginjal. 17

b. Tindakan non farmakologis

10
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015) :

1. Memberikan minuman yang banyak


2. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4. Memberikan kompres. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode
untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu
kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan
menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa
nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres
hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit
dengan 18 temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada
daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.3 Anamnesis
1) Identitas klien

11
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha
kiri, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah pernah
berobat ke dukun patah tulang. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan
kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan
tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
1) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2.1.4 Pemeriksaan Fisik
Klien tampak Terbaring
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130 Hal : 284)
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan Proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh fluktuatif (D.0149 hal : 317)

12
3. Risiko Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian ditandai
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi ynag dihadapi (D.0080
hal:180)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.4.1 Hipertermia
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah dilakukan asuhan Obsevasi
keperawatan selama 1x7 jam 1. Idendtifikasi penyebab hipertermia
diharapkan Termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh
membaik : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh membaik 4. Monitor Komplikasi akibat
(5) hipertermia
2. Suhu kulit membaik (5) Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau kepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

2.2.4.2 Termoregulasi tidak efektif (D.0149 hal : 317)


Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah dilakukan asuhan Observasi :
keperawatan selama 1x7 jam 1. Identifikasi kesiapan dan
diharapkan Termoregulasi kemampuan menerima informasi
normal dengan criteria hasil Terapeutik
SLKI : 1. Sediakan materi dan media
1. Suhu tubuh membaik pendidikan kesehatan
(5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
2. Suhu kulit membaik (5) sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
4. Dokumentasikan hasil pengukuran
suhu
Edukasi
1. Jelaskan prosedur pengukuran suhu
tubuh
2. Ajarkan cara membaca hasil
termometer raksa atau elektronik

13
2.2.4.3 Ansietas (D.0080 hal:180)
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan selama 1. Indentifikasi saat tingkat ansietas
1x7 jam masalah Ansietas dapat berubah
menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Kriteria hasil SLKI : keputusan
1. Perilaku gelisah menurun
(5) Terapeutik :
2. Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan susana terapeutik
(5) 2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3. Lakukan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mugkin dialami
2. Anjurkan keluarga tertap
bersama pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat ansietas jika
perlu

1.3.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
1.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin.2012.Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Jannah, A.R. (2015). Pengelolaan Hiperetmi Pada An. F Dengan Kejang Demam
Di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa. Jurnal Akper Ngudi Waluyo
Ungaran

Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol

Kukus, Yondry, dkk. (2013). Suhu Tubuh : Homeostasis dan Efek terhadap
Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik Vol 1 No. 2 hal 107-118

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Price, S., & Wilson, L. 2016. PatofisiologiKonsep Klinis Proses-ProsesPenyakit.


Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan


Edisi 9 Diagnosa Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta:
Penerbit Buku Kedoteran.

Purwanti, Sri. (2017). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu


Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1. No. 2., 81-86

Setyowati, Lina. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan


Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro Banjarsari
Surakarta. (Skripsi) STIKES PKU Muhamadiah Surakarta

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat


Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan
- Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94 pada 12 Januari 2018

15
PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SUHU
TUBUH PADA PASIEN FEBRIS

Fadli1, Akmal Hasan2


1
Program Studi Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Sidrap
2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Sidrap Alamat Korespondensi:

fadli.hanafi88@yahoo.com/085342707077

ABSTRAK

Demam adalah peroses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,2 oC).
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan demam dan menjadi salah satu manifestasi
paling umum penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi
yang mampu manangani suhu tubuh anak yang mengalami febris. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 05 Juni sampai dengan 05 Juli Tahun 2017 di puskesmas
Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre and post test design, sampel
pada penelitian ini adalah pasien anak yang mengalami febris di ruang instalasi
gawat darurat dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Tekhnik pengambilan
sampel adalah purposive sampling. Dari hasil penelitian dengan uji Kolmogorov-
Smirnov Z didapat nilai pre p=0,62 dan untuk post p=0,54. Dengan tingkat
kemaknaan p >α (0,05) Yang dimana p >α (0,05) berarti uji normalitas data
berdistribusi normal maka dari itu dilakukan uji Paired T test, dengan hasil p=0,0001
dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05) yang dimana 0,0001<0,05 maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap perubahan
suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat darurat puskesmas Tanru
Tedong Kabupaten Sidrap. Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai bahan
masukan bagi institusi kesehatan dan penanganan peningkatan suhu tubuh pada
pasien febris. Semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti sekaligus menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal melakukan
penelitian.

Kata Kunci : Kompres hangat, Febris, Suhu tubuh

PENDAHULUAN Demam adalah suatu keadaan suhu

16 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ


tubuh diatas normal akibat Berdasarkan World Healt
peningkatan pusat pengatur suhu di Organization (WHO) memperkirakan
hipotalamus. Sebagian besar deman jumlah kasus deman di seluruh dunia
pada anak akibat dari perubahan pada mencapai 16 - 33 juta 500 – 600 ribu
pusat panas (termoregulasi) di kematian tiap tahunya (Setyowati,
hipotalamus. Penyakit-penyakit yang 2013). Data kunjungan ke fasilitas
ditandai adanya deman dapat kesehatan
menyerang sistem tubuh. Selain itu pediatrik di Brazil terdapat
demam juga berperan dalam sekitar 19% sampai 30% anak
meningkatkan perkembangan diperiksa karena menderita demam.
imunitas spesifik dan nonspesifik Penelitian oleh Jalil, Jumah, & Al-
dalam membantu pemulihan atau Baghli, 2007) di Kuwait
pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, menunjukkan bahwa sebagian besar
2012). anak usia tiga bulan sampai 36 bulan
mengalami serangan

17 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ


demam rata-rata enam kali pertahunnya pengeluaran sinyal oleh sistem efektor.
(Setiawati, 2009) Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
Di Indonesia penderita demam pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak
sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang melalui dua mekanisme yaitu dilatasi
memakai perabaan untuk menilai demam pembuluh darah perifer dan berkeringat
pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1 (Potter & Perry, 2010).
saja menggunakan termometer (Setyowati, Berdasarkan penelitian Purwanti &
2013). Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Ambarwati (2013) menunjukkan bahwa
merilis data penderita demam atau febris rerata suhu tubuh pasien sebelum dilakukan
sepanjang bulan Januari 2016 sebanyak tindakan kompres hangat sebesar 38,9˚C
528 kasus (Dinkes Sulsel, 2016). Dinas dan sesudah dilakukan intervensi rerata
kesehatan Kabupaten Sidrap merilis jumlah suhu tubuh pasien adalah 37,9˚C. Pada uji
penderita demam atau febris di tahun 2015 analisis terjadi perubahan rerata suhu tubuh
berjumlah 1570 jiwa (Dinas kesehatan 0,97˚C dengan SD 0,35˚C nilai P =
Kabupaten Sidrap, 2015) Berdasarkan hasil 0,0001yang berarti bahwa P <0,05.
survey pendahuluan di ruangan instalasi Tujuan penelitian ini adalah untuk
gawat darurat puskesmas Tanru Tedong mengetahui pengaruh kompres hangat
pada bulan Januari - Desember 2016 angka terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien
kejadian demam pada anak sebanyak febris di ruangan instalasi gawat darurat
102 pasien (Puskesmas Tanru Tedong, puskesmas Tanru Tedong Kabupaten
2016). Sidrap.
Demam pada anak dibutuhkan meransang area preoptik mengakibatkan
perlakuan dan penanganan tersendiri yang
berbeda bila dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila
tindakan dalam mengatasi demam tidak
tepat dan lambat maka akan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak
terganggu. Demam dapat membahayakan
keselamatan anak jika tidak ditangani
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan
komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang
dan penurunan kesadaran (Maharani,
2011).
Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar merupakan
upaya memberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini menuju hipotalamus akan
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan desain
penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan
di ruangan instalasi gawat darurat
Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten
Sidrap
Jenis penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif experimental,
dengan desain quasi eksperimen.
Penelitian ini menggunakan,
rancangan pre-post test design, dimana
penelitian ini hanya menggunakan satu
kelompok yaitu kelompok intervensi
untuk mengukur suhu tubuh sebelum
dan sesudah diberikan intervensi
berupa kompres hangat selama 20
menit.

Populasi dan sample


Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien anak yang
mengalami demam atau febris
diruangan
instalasi gawat darurat Puskesmas Tanru Tabel 1. Distribusi berdasarkan
Tedong Kabupaten Sidrap karakteristik responden di ruangan
Sampel dalam penelitian ini instalasi gawat darurat puskesmas
berjumlah 17 sampel. Teknik pengambilan Tanru Tedong Kabupaten Sidrap
sampel menggunakan purposive sampling
yaitu pengambilan sampel didasarkan pada Karakteristik responden n %
Umur
kenyataan bahwa mereka kebetulan 2-3 tahun 6 35,3
muncul. Dalam penelitian bisa saja 4-5tahun 6 35,3
diperolehnya sampel yang tidak 6-7 tahun 3 17,6
>8 tahun 2 11,8
direncanakan terlebih dahulu, melainkan Jenis Kelamin
secara kebetulan, yaitu unit atau subjek Laki-Laki 11 64,7
Perempuan 6 35,3
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan
Total 17 100
data dilakukan. Proses diperolehnya Berdasarkan tabel 1. menunjukkan
sampel semacam ini disebut penarikan bahwa dari 17 Responden didapatkan yang
sampel secara kebetulan. memiliki kelompok umur paling banyak
adalah kelompok umur 2-3 tahun dan 4-5
Analisa dan penyajian data tahun masing-masing berjumlah 6 orang
Analisis univariat adalah analisis (35,3 %) dan kelompok umur paling sedikit
yang bertujuan untuk menjelaskan atau adalah kelompok umur >8 tahun berjumlah
mendeskripsikan karakteristik masing- 2 orang (11,8 %), serta kelompok umur 6-7
masing variabel diteliti. Analisis uji tahun berjumlah 3
univariat ini akan mendeskripsikan tentang orang (17,6 %).
jenis kelamin, suhu tubuh sebelum dan Sedangkan untuk karakteristik
sesudah kompres hagat. responden menurut jenis kelamin yaitu
Analisis bivariat adalah analisis laki-laki berjumlah 11 orang (64,7%) dan
untuk menguji pengaruh perbedaan antara yang berjenis kelamin perempuan 6 orang
dua variabel. Uji ini dilakukan untuk (35,3%).
mengetahui pengaruh kompres hangat
terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien Tabel 2. Nilai rata-rata suhu
febris dengan menggunakan uji statistik tubuh sebelum dan sesudah
paired t-test dengan tingkat kemaknaan p < Intervensi di ruangan
0,05. instalasi gawat darurat
puskesmas Tanru Tedong
HASIL Kabupaten Sidrap
Variabel N Mean SD Min-Max
Pre 38,1 0,6 37,3-39,5
17
Post 37,5 0,6 36,7-38,9
Pada penelitian ini akan disajikan Berdasarkan tabel 2. menunjukkan
hasil penelitian pada analisis univariat dan bahwa dari 17 Responden uji analisis
analisis bivariat. Adapun penjelasan hasil univariat didapatkan nilai rata-rata sebelum
penelitian sebagai berikut: intervensi yaitu hasil mean 38,14 standar
deviasi 0,61 dengan nilai min 37,3 nilai
max 39,5. Kemudian nilai rata-rata sesudah
intervensi didapatkan
hasil mean 37,54 standar deviasi 0,57 standar deviasi 0,37 dengan nilai min 0,41 dan
dengan nilai min 36,7 nilai max 38,9. max 0,80 dengan nilai p
Tabel 3. Selisih nilai rata-rata =0,0001 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05)
sebelum dan setelah yang dimana 0,0001<0,05 maka
Intervensi di ruangan
instalasi gawat darurat
puskesmas Tanru
TedongKabupaten Sidrap
Varia n Me SD Min- p
bel an max
Pre-
post
17 0,7 0,4 0,4-0,8 0,0001
suhu
tubuh
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan
bahwa dari 17 Responden uji analisis
bivariat didapatkan nilai selisih rata-rata
skor suhu tubuh sebelum dan setelah
intervensi yaitu mean 0,65 standar deviasi
0,37 dengan nilai min 0,41 dan max 0,80
dengan nilai p =0,0001 dengan tingkat
kemaknaan p <α (0,05) yang dimana
0,0001<0,05 maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh
kompres hangat terhadap perubahan suhu
tubuh pasien febris di ruangan instalasi
gawat darurat puskesmas Tanru Tedong
Kabupaten Sidrap yang berarti Ha diterima
dan Ho ditolak.

PEMBAHASAN
Hasil uji analisis univariat didapatkan
nilai rata-rata sebelum intervensi yaitu hasil
mean 38,14 standar deviasi 0,61 dengan
nilai min 37,3 nilai max 39,5. Kemudian
nilai rata-rata sesudah intervensi
didapatkan hasil mean 37,54 standar
deviasi 0,57 dengan
nilai min 36,7 nilai max 38,9.
Uji analisis bivariat didapatkan nilai
selisih rata-rata skor suhu tubuh sebelum
dan setelah intervensi yaitu mean 0,65
dari itu dapat disimpulkan bahwa penelitian Purwanti & Ambarwati (2013)
adanya pengaruh kompres hangat menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh
terhadap perubahan suhu tubuh pasien pasien sebelum dilakukan tindakan
febris di ruangan instalasi gawat kompres hangat sebesar 38,9˚C dan
darurat puskesmas Tanru Tedong sesudah dilakukan intervensi rerata
Kabupaten Sidrap yang berarti Ha
diterima dan Ho ditolak.
Kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam.
Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan
rangsangan pada area preoptik
hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini akan menuju area
hipotalamus merangsang preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal
oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn
panas tubuh yang lebih banyak melalui
dua mekanisme yaitu dilatasi
pembuluh darah perifer dan
berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Dengan kompres
hangat
menyebabkan suhu tubuh diluaran
akan terjadi hangat sehingga tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh,
dengan suhu diluaran hangat akan
membuat pembuluh darah tepi dikulit
melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori-pori kulit akan
membuka dan mempermudah
pengeluaran panas, sehingga akan
terjadi perubahan suhu tubuh.
Penelitian ini sejalan dengan
suhu tubuh pasien adalah 37,9˚C. Pada uji tindakan kompres hangat pada pasien febris di
analisis terjadi perubahan rerata suhu tubuh ruangan instalasi gawat darurat puskesmas
0,97˚C dengan SD 0,35˚C nilai p Puskesmas Tanru
= 0,0001 yang berarti bahwa p <0,05.
Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Hartini
& Pertiwi (2015) menunjukkan bahwa
efektifitas penurunan
suhu tubuh pada anak demam sebelum
perlakuan kompres air hangat adalah
38,65˚C dan sesudah diberikan perlakuan
kompres air hangat suhu tubuh menjadi
37,27˚C. Pada uji Paired T-test
menunjukkan nilai p =0,0001 (p<0,05), di
rumah sakit Telogorejo Semarang.
Adapun asumsi penelitian kompres
hangat memiliki pengaruh terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien febris
khususnya anak-anak. Kompres hangat
termasuk tindakan mandiri yang harus
diketahui oleh semua tenaga kesehatan
begitupun dengan orang tua. Maka dari itu
diharapkan bagi orang tua untuk
memberikan tindakan kompres hangat
kepada anaknya yang mengalami demam.
Kompres hangat berpengaruh karena
pembuluh tepi dikulit melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori
kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas, sehingga terjadi
perubahan suhu tubuh.
Oleh dari itu penelitian ini peneliti
mengambil kesimpulan bahwa kompres
hangat berpengaruh terhadap perubahan
suhu tubuh pada pasien febris diruangan
instalsi gawat darurat puskesmas Tanru
Tedong Kabupaten Sidrap.

KESIMPULAN
Rerata suhu tubuh sebelum di berikan
Tedong kabupaten Sidrap dengan nilai Kompres Hangat Dan Tefid
mean 38,14 dan rerata suhu tubuh Water Spoge Terhadap
sesudah di berikan tindakan kompres Penurunan Suhu Tubuh Balita
hangat pada pasien febris di ruangan Yang Mengalami Demam Di
instalasi gawat darurat puskesmas Puskesmas Rawat Inap Karya
Puskesmas Tanru Tedong kabupaten Wanita Rumbai Pesisir, Jurnal
Sidrap dengan nilai hasil mean 37,54. Universitas
Sedangkan Pada analisis bivariat Riau.http://www.scribd.com/do
didaptkan nilai selisih rerata 0,65 dan c
nilai p = 0,0001, sehingga ada /73195543/all-ok.
pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
febris.

SARAN
Saran pada penelitian ini adalah
diharapkan pihak puskesmas atau
pelayanan kesehatan setempat dapat
menetapkan program penanganan
Pasien febris nonfarmakologis
pemberian tindakan kompres hangat
dalam memberikan perubahan suhu
tubuh pada pasien febris.

DAFTAR PUSTAKA
Dinkes, Sul-Sel. (2016). Propil data
pasien
febris.http:/pojoksulseL.co
m.

Hartina & Pertiwi.


(2015).Efektifitas Kompres
Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh
Anak Demam Usia 1-3
Tahun Di SMC RS

Telogorejo

Semarang.http://publika
sihilmia h.umc.ac.id.
Maharani. (2011). Perbandingan
Efektifitas Pemberian
Potter & Perry. (2010). Fundamental Setyowati & Lina. (2013). Hubungan
Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Tingkat Pengetahuan
Salemba Medika Orang Tua Dengan
Puskesmas Tanru Tedong. (2017). Penanganan Demam
Instalasi Gawat Darurat Pada Anak Balita Di Kampung
Puskesmas Tanru Tedong Bakalan Kadipiro
Kabupaten Sidrap. Banjarmasin Surakarta. Jurnal
Stikes PKU
Purwanti & Ambarwati. (2013). Muhammadiyah
Pengaruh Kompres Hangat Surakarta.
Terhadap Perubahan Suhu http://stikespku.com.pdf.
Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Setiawati. (2009). Pengaruh Tepid
Inap RSUD Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Dan Kenyamanan
Dr.MoewardiSurakarta.http://p Pada Anak Usia Pra Sekolah
u blikasihilmiah.umc.ac.id. Dan Sekolah Yang Mengalami
Demam Di Ruangan Perawatan
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Anak Rumah Sakit
Demam Pada anak. Yogyakarta: Muhammadiyah Bandung,
Pustaka Pelajar Jurnal Universitas Indonesia
Fakultas Ilmu Keperawatan.
http://www.digilib.ui.ac.id.
Analisa Jurnal

Judul Jurnal : Pengaruh Kompres Pada Suhu Tubuh Pasien Febris


Penulis : Fadli, Akhmal Hasan
Sumber Jurnal : https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/download/32/22/
Latar Belakang :
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif experimental, dengan desain
quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan, rancangan pre-post test design, dimana
penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok yaitu kelompok intervensi untuk mengukur
suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa kompres hangat selama 20
menit
Demam adalah peroses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,2oC). Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan demam dan menjadi salah satu manifestasi paling umum penyakit pada
anak. Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh
anak yang mengalami febris. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 05 Juni sampai dengan 05
Juli Tahun 2017 di puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre and post
test design, sampel pada penelitian ini adalah pasien anak yang mengalami febris di ruang
instalasi gawat darurat dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Tekhnik pengambilan
sampel adalah purposive sampling. Dari hasil penelitian dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z
didapat nilai pre p=0,62 dan untuk post p=0,54. Dengan tingkat kemaknaan p >α (0,05) Yang
dimana p >α (0,05) berarti uji normalitas data berdistribusi normal maka dari itu dilakukan
uji Paired T test, dengan hasil p=0,0001 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05) yang dimana
0,0001<0,05 maka dari itu dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat
terhadap perubahan suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat darurat puskesmas
Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai bahan
masukan bagi institusi kesehatan dan penanganan peningkatan suhu tubuh pada pasien febris.
Semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sekaligus menjadi
pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai