Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dari pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal
5-19 Juli 2019 tentang Hubungan Sikap dan Peran terhadap dukungan keluarga
dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode korelasional dan data
penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden pasien usia
17-56 tahun di ruang Nusa Indah dan Keluarga Pasien. Data yang disajikan terdiri
dari 2 macam yaitu data umum dan data khusus. Data umum yang merupakan
karakteristik subjek penelitian yaitu data demografi meliputi, usia, Jenis Kelamin
pendidikan terakhir,Pekerjaan dan hubungan dengan penderita. Dalam data
khusus yaitu karakteristik adalah pengetahuan dan Sikap keluarga pasien di Ruang
Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga
Dalam Perawatan Stroke di Ruang Nusa Indah RSUD Dr Doris Sylvanus
Palangka Raya. Responden pada penelitian ini berjumlah 37 responden,
pengumpulan data diambil pada tanggal 5-19 juli 2019.
4.1.1 Karakteristik tempat penelitian
Perkembangan RSUD dr Doris Sylvanus dimulai pada tahun 1959 dengan
adanya kegiatan klinik di rumah bapak Abdul Gapar Aden, Jl. Suta Negara Nomor
447 yang dikelolanya sendiri dibantu oleh isterinya, Ibu Lamus Lamon. nama
dr. Doris Sylvanus sendiri diambil nama seorang dokter pertama asli Kalimantan
Tengah. Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah dan pada tahun 1961 pindah lagi
di Jl Bahutai Dereh (sekarang Jl. dr. Sutomo Nomor 9) dan berubah menjadi
rumah sakit kecil berkapasitas 16 tempat tidur yang dilengkapi dengan peralatan
kesehatan beserta laboratorium. Sampai dengan tahun 1973 Rumah Sakit
Palangka Raya masih dibawah pengelolaan/milik Pemerintah Dati II Kodya
Palangka Raya dan selanjutnya dialihkan pengelolaannya/menjadi milik
Pemerintah Propinsi Dati I Kalimantan Tengah. Rumah sakit terus dikembangkan

47
48

menjadi 67 tempat tidur dan pada tahun 1977 secara resmi menjadi rumah sakit
kelas D (sesuai dengan klasifikasi Departemen Kesehatan RI). Kapasitas terus
meningkat menjadi 100 tempat tidur pada tahun 1978. Pada tahun 1980 kelas
rumah sakit ditingkatkan menjadi kelas C sesuai dengan kriteria Departemen
Kesehatan RI dan SK Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 641/ KPTS/ 1980
dengan kapasitas 162 tempat tidur. 19 tahun kemudian pada tahun 1999 sesuai
Perda Nomor 11 tahun 1999 RSUD dr. Doris Sylvanus kelasnya ditingkatkan
menjadi kelas B non pendidikan walaupun belum diterapkan secara operasional
karena pejabatnya belum dilantik. Dengan dilantiknya pejabat pengelola pada 1
Mei 2001, maka kelas B non pendidikan mulai diberlakukan secara operasional.
Pada Tahun 2011 RSUD dr. Doris Sylvanus terakreditasi 12 pelayanan dan
menjadi Badan Layanan Umum Daerah. Tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus sudah menjadi Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri
Kesehatan RI Nomor HK 02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris
Sylavnus sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Dan pada tahun 2015 Rumah Sakit dr.
Doris Sylvanus sudah memiliki 306 tempat tidur. Sedangkan sampai dengan bulan
Desember 2017 jumlah tempat tidur di RSUD dr. Doris Sylvanus berjumlah 357
tempat tidur.

Gambar 4.1 Gedung I RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019
49

Secara geografis RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dibangun di atas
lahan seluas ± 4.5 Ha dengan luas bangunan 17.554 M² yang beralamat di jalan
Tambun Bungai No. 04 Palangka Raya dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan Dr. Soetomo


2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan Suprapto
3. Sebelah barat berbatasan dengan jalan A. Yani
4. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Tambun Bungai
4.1.1.1 Visi, Misi, Motto Dan Tujuan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1) Visi
Menjadi Rumah Sakit pendidikan unggulan di Kalimantan
2) Misi
(1) Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
(2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
(3) Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
(4) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
(5) Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran
dan kesehatan
3) Motto
Bajenta Bajorah artinya Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada
semua orang dengan baik, ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang
4) Tujuan
Menjadi rumah sakit pendidikan unggulan di Kalimantan dalam pelayanan
medis khususnya bidang Kebidanan dan Kandungan serta dalam bidang
service excellence
1.1.1.2 Logo RSUD dr. Doris Sylvanus
Gambar di bawah ini merupakan logo dari RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
50

Gambar 4.3 Logo RSUD dr. Doris Sylvanus

Arti Logo RSUD dr. Doris Sylvanus

1. Palang Hijau : Lambang Kesehatan


2. 5 Garis Lengkung
1) 5 : Pancasila
2) Garis Lengkung : Menggambarkan aliran
sungai yang banyak terdapat
di Kalimantan Tengah
dimana sebagian besar
masyarakatnya masih
bergantung dari sungai
sebagai sumber
kehidupannya.
3) Warna Merah Putih Garis Lengkung : Menggambarkan semangat
yang terus mengalir
berdasarkan Pancasila
4) Warna Dasar Putih : Lambang Ketulusan
5) Sudut Lancip Pada Bingkai : Menggambarkan ketegasan
dalam pengambilan
keputusan
6) Sudut Tumpul Pada Bingkai : Menggambarkan fleksibilitas
dalam pelayanan.
51

Gambar 4.2 Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun
2019
1. Profil ruang Nusa Indah
1) Tujuan Keperawatan
“Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai macam
kasus penyakit saraf, THT, Mata, dan Gigi Mulut, Mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Operational Prosedur dan peraturan yang berlaku”.
2) Motto
Bajenta Bajorah. Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3) Sifat Kekaryaan Ruang
(1) Fokus Telaah
Ruang Nusa Indah merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit
saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Ruang nusa indah menggunakan Metode
Asuhan Keperawatan yang di adopsi dari SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional). Ruangan ini menggunakan pola Modifikasi Tim-
Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup. Masing-masing Tim/Grup
diketuai oleh perawat primer dan selanjutnya beranggotakan Perawat Asosiate
atau perawat pelaksana.
52

(2) Lingkup Garapan


Ruang nusa indah atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut.Ruang ini diperuntukan bagi pasien dewasa pria ataupun
wanita yang menderita penyakit saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Beberapa
contoh 10 penyakit terbanyak pada bulan Agustus dan September yang sering
ditemukan di Ruang Nusa Indah adalah ODS/ODD, Stroke Hemoragik, Cidera
kepala ringan, Stroke non hemoragik, Hipertensi.
(3) Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, ruang Nusa indah (Penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulutsudah mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO)
dan Standar asuhan keperawatan (SAK) untuk proses tindakan keperawatan.
Standar operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Nusa Indah meliputi :
1. SPO pemeriksaan EKG
2. SPO pemasangan Infus
3. SPO pemasangan NGT dan pemberian makanan lewat sonde
4. SPO perawatan luka
5. SPO resusitasi jantung-paru
6. SPO memberikan obat melalui rectum
7. SPO mengambil darah vena
8. SPO memasang kateter
9. SPO pemasangan venflon
10. SPO pemasangan tranfusi darah
11. SPO penatalaksanaan suction
12. SPO terapi oksigen
13. SPO manajemen nyeri
14. SPO pelaksanaan ROM (Range of Motion)
15. SPO pemberian nebulizer
16. SPO perencanaan pasien pulang
Standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Nusa Indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut) diantaranya :
1. SAK Peningkatan Tekanan Intra Kranial
2. SAK nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
53

3. SAK ketidak efektifan pola nafas


4. SAK hipertermia
5. SAK gangguan ADL (Activity Daily Living)
6. SAK perubahan perfusi jaringan perifer/ serebral
7. SAK nyeri
8. SAK (Aktual/Resiko) kelebuhan volume cairan tubuh
9. SAK (Aktual/Resiko) kerusakan integritas kulit/jaringan
10. SAK (Aktual/Resiko) kekurangan volume cairan tubuh
11. SAK kecemasan
12. SAK Intoleransi aktivitas.
3.1.2.4 Model Layanan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Nusa Indah adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK
Menkes No. 188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA)
serta tenaga kesehatan lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari:
Kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
4) Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Nusa Indah terdiri dari 1 ruang nurse stasion, 1 ruang mahasiswa, 1
ruang bimbingan, 1 ruang Dokter Muda, 1 ruang kepala ruangan, 6 ruang yang
berisi 20 tempat tidur 1 dapur dan 7 WC dan kamar mandi.
4.2 Data umum
Data umum yang biasa digunakan meliputi usia, Jenis Kelamin, Pendidikan
terakhir dan Pekerjaan. Data umum dari penelitian ini meliputi usia dan
pendidikan. Berikut akan disajikan data umum responden dalam bentuk tabel.
54

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Data responden berdasarkan usia terlihat dibawah diagram dibawah ini.

(5%) KARAKTERISTIK UMUR


(22%)

(35%) 1-20 Tahun


21-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50

(38%)

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di ruang Nusa Indah


RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram diatas menunjukan dari 37 (100%) responden didapatkan,
bahwa responden pada rentang usia 1-20 tahun berjumlah 8 responden (22%),
responden pada rentang usia 21-30 tahun berjumlah berjumlah 14 responden
(38%), responden pada rentang usia 31-40 tahun berjumlah 13 responden (35%).
Dan responden usia 41-50 Tahun 2 responden (5%)
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data responden berdasarkan jenis kelamin terlihat di dalam diagram di
bawah
KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN

(38%)

Laki-Laki
Perempuan

(62%)

ini.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 37 responden (100%)
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden (38%), yang berjenis
55

kelamin perempuan sebanyak 23 responden (62%). Jadi dominan responden yang


didapatkan yaitu responden berjenis kelamin Perempuan sebanyak 23 responden
(62%).
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Data responden berdasarkan pendidikan terlihat di dalam diagram di bawah
ini.

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN
(11%)
(22%)
(13%)
SD
SMP
SMA
PT

(54%)

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di ruang Nusa


Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 37 responden


(100%) yang berpdendidikan SD sebanyak 8 responden (22%), yang
berpendidikan SMP sebanyak 20 responden (54%), yang berpendidikan SMA
sebanyak 5 responden (13%), dan yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak
4 responden (11%)
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
56

Data responden berdasarkan pekerjaan terlihat di dalam diagram di bawah

KARAKTERISTIK PEKERJAAN
(11%)

IRT/TIDAK BEKERJA
wiraswasta
pns

(46%)

(43%)

.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 37 responden (100%) yang
bekerja sebagai PNS sebanyak 4 responden (11%), yang bekerja swasta sebanyak
16 responden (43%), yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 17
responden (46%
4.3 Data khusus
Data khusus adalah penyajian variabel secara terperinci. Tujuan data khusus
adalah mempermudah untuk melakukan penyajian data dalam bentuk tabel
ataupun gambar. Data khusus dalam penelitian ini terdiri dari Sikap, Peran dan
Dukungan Keluarga di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
4.3.1 Karakteristik Berdasarkan Sikap
Sumber: Data primer 2019
Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan Sikap di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Data responden berdasarkan kategori Sikap dapat dilihat di dalam diagram


di bawah ini.
57

SIKAP

(19%)
Positif
Negativ

(81%)

Berdasarkan diagram di atas, diketahui dari 37 responden (100%)


didapatkan sebanyak 30 responden yang memiliki sikap positif (81%), sebanyak 7
responden yang memiliki sikap negatif (19%). Dominan responden berdasarkan
sikap yaitu responden dengan sikap positif sebanyak 30 responden (81%).
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga
Data responden berdasarkan kategori Pengetahuan Keluarga dapat dilihat di
dalam diagram di bawah ini.

PENGETAHUAN
(19%)
(27%)

Baik
Cukup
Kurang

(54%)

Diagram 4.6 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga


terhadap perawatan pasien stroke di ruang nusa indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya .
Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa dari 37 responden (100%)
didapatkan sebanyak 7 responden memiliki Pengetahuan keluarga baik (19%),
sebanyak 20 responden memiliki pengetahuan cukup (54%) dan sebanyak 10
orang responden memiliki pengetahuan Kurang (27%). Dominan responden
58

berdasarkan pengetahuan keluarga yaitu responden yang memiliki pengetahuan


keluarga Cukup sebanyak 20 responden (54%).
4.3.3 Analisa Uji Bivariat
4.3.3.1 Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga Dalam
Perawatan Stroke di Ruang Nusa Indah RSUD Dr Doris Sylvanus
Palangka Raya
Tabel 4.1 Tabulasi silang (crosstabulation) Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Sikap Keluarga Dalam Perawatan Stroke di Ruang Nusa Indah RSUD Dr
Doris Sylvanus Palangka Raya
Sangat Baik Baik Tidak Baik Sanngat total
Tidak Baik

Baik 3 4 7(100%)

Cukup 1 17 1 1 20(100%)

Kurang 5 3 2 10(100%)

Total 4 26 4 3 37(100%)

Dari 37 responden yang memiliki 7 pengetahuan baik (100%) ,20 responden


dengan pengetahuan Cukup (100%) dan 10 responden memiliki pengetahuan
Kurang (100
Tabel 4.2 Tabulasi silang (crosstabulation) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Sikap Keluarga Dalam Perawatan Stroke di Ruang Nusa Indah RSUD Dr Doris
Sylvanus Palangka Raya
Sangat Baik Tidak Baik Sangat
Baik tidak Baik

Positif 4 26 30(100%)

Negatif 4 3 7(100%)

Total 4 26 4 3 37(100%)

Dari 37 responden yang memiliki sikap keluarga sangat baik 4 responden


(100%) diantaranya dengan responden yang memiliki sikap baik 26 responden ,
59

yang memiliki dukungan keluarga tidak baik 4 responden dan yang memiliki
dukungan keluarga sangat tidak baik 3 responden (0%).
4.3.3.2 Analisa uji statistik Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga
dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Tabel 4.3 uji statistik Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Sikap Dukungan
keluarga
Correlation
1.000 .571**
Pengetahua coefficient
n Sig. (2-tailed) . .000
Spearma N 37 37
n's rho Correlation
.571** 1.000
coefficient
Sikap
Sig. (2-tailed) .000 .
N 37 37
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai p value < α yaitu 0,000 <
0,05 sehingga H1 diterima menunjukkan hubungan yang signifikan dan bermakna
antara Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga dalam perawatan
pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Sikap keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Diketahui bahwa dari dari 37 responden (100%) didapatkan sebanyak 31
(81%) responden yang memiliki sikap positif (SD 2 responden, SMP 19
responden, SMA 5 responden, Perguruan Tinggi 4 responden). pekerjaan sebagai
PNS sebanyak 4 responden, yang bekerja swasta sebanyak 16 responden, yang
tidak bekerja/IRT 17 responden. Sebanyak 6 responden yang memiliki sikap
negatif (SD sebanyak 5 responden, yang berpendidikan SMP sebanyak 1
responden).
Menurut Hanurawan (2012: 64) sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam
cara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap merupakan emosi atau efek
yang diarahakan oleh seseorang kepada orang lain, benda, atau peristiwa sebagai
60

objek sasaran sikap. Sikap melibatkan kecenderungan respon yang bersifat


preferansial. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Misalnya ketika seseorang mengetahui bahwa merokok didalam rumah
membahayakan kesehatan bagi anggota yang berada disekitarnya lalu orang
tersebut tidak merokok. Sikap orang tersebut merespon pada peristiwa. Faktor
yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan factor emosional. Pengalaman pribadi adalah dasar dari
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat kesamaan antara fakta
dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki sikap positif terhadap
perawatan pasien stroke. Hal tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden yaitu antara lain
pengalaman pribadi yang berkesan terhadap responden baik yang terjadi dimasa
lampau, pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam kehidupan responden
(orang tua, anak, kakak, adik), pengaruh kebudayaan mempengaruhi perilaku
manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, media massa sebagai sarana
mendapatkan informasi dalam pembentukan sikap, lembaga pendidikan sebagai
suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu, dan faktor
emosional. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengalaman pribadi adalah dasar dari
pembentukan sikap, pengalaman pribadi responden haruslah meninggalkan kesan
yang kuat bagi responden itu sendiri. Hal ini dikarenakan responden memiliki
hubungan yang baik terhadap keluarga responden sehingga mempengaruhi sikap
respon dimana keluarga tersebut memiliki peran penting didalam keluarga.
4.4.2 Tingkat Pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien stroke di
Ruang Nusa Indah RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 5 juli- 19 juli 2019 Di dapatkan 37
responden (100%) , 7 responden dengan pengetahuan baik (SMA 3 responden,
PNS 4 responden), 20 responden dengan pengetahuan cukup (SD 3 responden,
61

SMP 15 Responden, SMA 2 Responden) dan 10 responden dengan pengetahuan


kurang (SD 5 responden dan SMP 5 responden),
Menurut (Notoatmodjo, 2012: 3). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut
(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2014: 3). pengetahuan adalah suatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
beberapa faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor dari luar seperti sarana
informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat kesamaan antara fakta
dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki tingkat pengetahuan
baik dan cukup. Hal tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peran faktor yang mempengaruhi
peran seseorang, terdiri dari Faktor pendidikan, Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Menurut . Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam,
seperti motivasi dan faktor dari luar seperti sarana informasi yang tersedia, serta
keadaan sosial budaya. Informasi/media massa,Sosial, budaya dan
ekonomi ,Lingkungan ,Pengalaman dan Usia
4.4.3 Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga
dalam perawatan stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
Uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai p value < α yaitu
0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima menunjukkan hubungan yang signifikan dan
bermakna antara Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Di dapatkan 37 responden (100%) , 7 responden dengan pengetahuan baik
(SMA 3 responden, PNS 4 responden), 20 responden dengan pengetahuan cukup
(SD 3 responden, SMP 15 Responden, SMA 2 Responden) dan 10 responden
62

dengan pengetahuan kurang (SD 5 responden dan SMP 5 responden), sebanyak


31 (81%) responden yang memiliki sikap positif (SD 2 responden, SMP 19
responden, SMA 5 responden, Perguruan Tinggi 4 responden). pekerjaan sebagai
PNS sebanyak 4 responden, yang bekerja swasta sebanyak 16 responden, yang
tidak bekerja/IRT 17 responden. Sebanyak 6 responden yang memiliki sikap
negatif (SD sebanyak 5 responden, yang berpendidikan SMP sebanyak 1
responden)
Menurut (Notoatmodjo, 2012: 3). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut
(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2014: 3). pengetahuan adalah suatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
beberapa faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor dari luar seperti sarana
informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.
Menurut Hanurawan (2012: 64) sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam
cara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap merupakan emosi atau efek
yang diarahakan oleh seseorang kepada orang lain, benda, atau peristiwa sebagai
objek sasaran sikap. Sikap melibatkan kecenderungan respon yang bersifat
preferansial. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Misalnya ketika seseorang mengetahui bahwa merokok didalam rumah
membahayakan kesehatan bagi anggota yang berada disekitarnya lalu orang
tersebut tidak merokok. Sikap orang tersebut merespon pada peristiwa.
Menurut penelitian (Ridwan Kustiawan 2016) hasil penelitian dengan
menggunakan uji Accidental samplingyaitu sebanyak 96 orang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pengetahuan keluarga tentang stroke dan perawatanya
sebagian besar ada pada kategori cukup yaitu sebanyak 47 orang (49,0%),
sedangkan sikap keluarga sebagian besar ada pada kategori positif yaitu sebanyak
51 orang (53,1%). Stroke dengan p value sebesar 0,0002(0,002 < 0,05) dan OR
4,464
63

Berdasarkan fakta dan teori, terdapat kesesuaian yang menunjukan bahwa terdapat
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap keluarga dalam perawatan stroke di
Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Keluarga yang
memiliki pengetahuan baik dan cukup cenderung memiliki sikap yang positif hal
ini dikarenakan responden yang memiliki pengetahuan baik dan cukup memiliki
informasi dan pengalaman yang banyak, semakin banyak informasi yang didapat
maka pengetahuan seseorang akan bertambah baik dengan semakin banyaknya
infomasi yang didapat maka pola pikirnya seseorang akan semakin terbuka dan
dapat mencari solusi dari suatu masalah, semakin banyak pengalaman seseorang
maka pengetahuannya akan menjadi baik dimana pengalaman yang banyak akan
menjadi suatu perbandingan dan pembelajaran bagi seseorang untuk menentukan
sikap yang lebih baik, sehingga sikap yang ditunjukan cenderung positif,
dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang yang cenderung
memiliki sikap negatif karena pendidikan yang rendah sehingga sumber infomasi
yang didapat sedikit serta pengalaman diperoleh yang sedikit berpengaruh
terhadap sikap yang cenderung negatif.
Sikap positif yang dimiliki oleh responden tentunya dipengaruhi oleh
pengetahuan yang baik pula karena dengan pengetahuan yang baik akan muncul
pemahaman dan pengertian akan pentingnya suatu jaminan kesehatan bagi dirinya
maupun keluarga dimasa sekarang maupun dimasa depan. Pengalaman pribadi
adalah dasar dari pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Pengalaman pribadi dapat mempengaruhi sikap seseorang hal ini
dikarenakan responden memiliki hubungan yang baik terhadap keluarga sehingga
mempengaruhi sikap orang lain dimana keluarga tersebut memiliki peran penting
didalam keluarga. Karena pengetahuan sejalan dengan sikap keluarga terhadap
pasien stroke. Semakin baik pengetahuan responden maka akan semakin baik pula
sikap yang diberikan.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang ditemukan pada saat melakukan penelitian, yaitu:
1. Dalam penelitian ini terdapat kendala dari responden, yaitu setiap responden
memiliki waktu luang yang berbeda-beda untuk menjawab kuesioner,
sehingga tidak maksimal dalam pengisian kuesioner.
64

2. Penelitian ini hanya dilakukan di ruangan Nusa Indah dan terdapat responden
yang menolak saat untuk dilakukan penelitian.
3. Penelitian dilakukkan hanya diruangan Nusa Indah sebagai hasil penelitian
untuk generalisasikan

Anda mungkin juga menyukai