“L” G3P2A0
DENGAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTU
DI RUANG VK RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2018
DISUSUN OLEH :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
meningkatkan insidensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis (Nugroho, 2010)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengambil tindakan pemasangan Infus melalui Intra Vena pada pasien
Ketuban Pecah sebelum waktu sebagai bahan makalah Praktik Belajar
Lapangan di RSUD PALEMBANG BARI.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan laporan kegiatan ini diharapkan mahasiswa
mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. “L” G3P2A0
Dengan KPSW Di Ruang VK RSUD Palembang Bari Tahun 2018.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima
dengan berorientasi pada keselamatan dan ketepatan
sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah
Sakit pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
4
3) Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan
Kami”.
4) Tujuan
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai
standar mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
mampu bersaing di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten
dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolaan RS yang
kondusif dan professional.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang
berorientasi pada perkembangan teknologi.
7. Meningkatkan kesejahteraan pegawai untuk memberikan
manfaat yang signifikan kepada rumah sakit.
8. Memperluas kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan,
dan penelitian.
9. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang handal
dan berkompeten di bidangnya.
5
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Palembang BARI
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19
Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK
Depkes.
nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian
Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang
BARI, tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915 B Tahun 2008
tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang
yang merupakan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD)
secara penuh.
6. Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009,
tanggal 2 April 2009 ditetapkan menjadi Runah Sakit Umum Daerah
Kelas B.
7. KAKS – SERT / 363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengka kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.
6
2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr.Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
3. Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr.H.Dachlan
Abbas, Sp.B.
4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr.
M.Faisal Saleh,Sp.PD.
5. Tanggal 14 November 2000 s.d Januari 2012 : dr.Hj.Indah
Puspita.H.A.Mars sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6. Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.M,. MARS
sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
7
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Akupuntur
14. Poliklinik SpesialisPsikologi
15. Poliklinik Spesialis Terpadu
16. Poliklinik PKBRS
17. Poliklinik Paru
8
5. PerawatanAnak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
9
KPSW yang memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah Sebelum waktu adalah ketuban yang pecah sebelum
terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam
belum ada tanda inpartu (Manuaba, 2010).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah sebelum waktu disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
serviks.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Ketuban pecah sebelum
waktu adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya tanda-tanda
dan proses persalinan yang di sebabkan meningkatnya tekanan intra
uterine
2.2.3 Etiologi
Ketuban pecah sebelum waktu disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin.
10
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah sebelum
waktu merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan
karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya :
Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban,
manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
11
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion
akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalopelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan
lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic
8. Riwayat KPSW sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan
23 minggu
2.2.4 Patofisiologi
12
1) Devaskularisasi
2) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah sebelum
waktu. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis
sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi
lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada
KPSW meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
2. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
13
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat
3. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah sebelum waktu yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Konservatif (Prawirohardjo, 2008).
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg
atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan
metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda –
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37
mingguu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik
dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda – tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12
mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam selama 4 kali.
1. Aktif (Prawirohardjo, 2008).
14
Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila
gagal seksio sesarea. Bila ada tanda – tanda infeksi berikan
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea. Bila skor pelvik > 5 induksi perlasinan
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya. Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau secret vagina. Secret
vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering.pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan USG pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat
jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
c. Specimen untuk kultur streptokokus Grup B
15
pecahnya Ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 Cm dan pada multipara kurang dari 5cm. Hakimi (2003)
mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1jam atau lebih
sebelum Dimulainya persalinan.
Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono,
2008).
Ketuban pecah sebelum waktu (KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPSW preterm
adalah KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
3.2Insidensi
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban
pecah sebelum waktu pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm
atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. 70% kasus ketuban pecah sebelum waktu terjadi pada kehamilan
cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan
oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009).
3.3Etiologi
Penyebab ketuban pecah sebelum waktu ini pada sebagian besar kasus tidak
diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
menunjukkan
16
:
a.Infeks isebagai penyebabnya
b. Kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal
c. Penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia
trachomatis dan nescheria gonorrhea.
d. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban,
fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal,
e. Servik yang inkompetensia,
f. Serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau
penyebab terjadinya ketuban pecah sebelum waktu. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam. (Sualman, 2009).
3.4Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai
65%). High virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus.
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
17
kedua/ketiga (20x)
5. Bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
6.pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
7. Servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
8. Flora vagina abnormal : risiko 2-3x
9. Fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
10. Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya
pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
3.6Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah sebelum waktu tidak sukar dibuat
anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-
tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini.
Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan
cara :
• Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
• Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior
• USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
• Terdapat infeksi genital (sistemik)
• Gejala chorioamnionitis
• Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi,
leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin
• Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban
berkurang
• Cairan amnion:
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin,
glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
18
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar,
angka respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler
3x lebih besar
• Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
• Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test
o Jadi biru (basa) : air ketuban
o Jadi merah (asam) : air kencing
3.7Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah sebelum waktu
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,
yang terjadi pada 10- 40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini
prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah dini
(Ayurai, 2010).
Kejadian ketuban pecah sebelum waktu dapat menimbulkan beberapa
masalah bagi ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan
infeksi puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, dapat pula
menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal,
bahkan kematian (Cunningham, 2006). Resiko kecacatan dan kematian
janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah sebelum waktu preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban
pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila ketuban
pecah sebelum waktu preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu (Ayurai, 2010).
19
3.8Penanganan
Winkjosastro (2006) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban
pecah sebelum waktu tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien
dengan ketuban pecah sebelum waktu ke rumah sakit dan melahirkan bayi
yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban
untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan.
1. Penatalaksanaan Ketuban Pecah sebelum waktu Pada Kehamilan Preterm
Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktu pada kehamilan preterm
berupa penanganan konservatif, antara lain:
a. Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4×500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
mkeluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. d. Pada usia kehamilan
32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan
kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari
atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. e. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu. f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu,
sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason dan induksi sesudah 24 jam. g. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi. h. Nilai tanda-
20
tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin) 6 2.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah sebelum waktu Pada Kehamilan Aterm
Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktu pada kehamilan aterm
berupa penanganan aktif, antara lain: a. Kehamilan > 37 minggu, induksi
dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri:
• Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika
tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria. • Bila skor pelvik > 5
induksi persalinan, partus pervaginam.
21
BAB III
TAHUN 2018
NO.Regristrasi : 56.56.07
I.BIODATA
I.DATA SUBJEKTIF
B.DATA KEBIDANAN
1. menstruasi
22
2.riwayat perkawinan
Lamanya : 15
GPA :G3P2A0
5.Riwayat Kesehatan
23
6.Riwayat Psikososial
7.pola nutrisi
pukul :18.00
pukul :22.10
8.pola eliminasi
Masalah :-
II.DATA SUBJEKTIF
1.pemeriksaan Umum
Keadaan umum :baik
Kesadaran :composmentis
Ttv :TD: 120/70
RR: 24x/menit
HR: 80x/menit
24
T:36,5 C
BB sekarang :80kg
BB sebelum Hamil :65kg
2.Pemeriksaan Obstetri
a.Inspeksi
muka :tidak pucat, tidak oedema
mata :simetris,tidak ikterik, konjungtiva merah muda, sklera
bewarna Putih
leher :tidak ada pembengkakan vena jugukaris dan tiroid
payudara : simetris, putting susu menonjol, tidak ada masa
abdomen :pembesaran memanjang,ada luka bekas operasi
genetalia :terlihat air ketuban yang mengalir
pengerualaran pervaginam:terasa keluar cairan ketuban
tandatanda PMS :tidak ada
ekstermitas atas :simetris,tidak odema
ekstermitas bawah :simetris,tidak odema
b.palasi
TFU 3 jari di bawah px (mcd:30cm) pada fundus teraba bokong, bagian kanan ibu
teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstermitas, bagian kiri teraba seprti ada tahanan
yaitu punggung, bagian bawah perut teraba kepala sudah masuk PAP hodge III
TBJ: (30-11)x 155 = 2945kg
c.auskultasi
DJJ :(+)
Frekuensi :147x/menit
Lokasi :2 jari di baawah pusat
Sifat :kuat dan teratur
25
d.perkusi
reflek patella
kanan:(+)
kiri:(+)
3.pemeriksaan Dalam
Portio :tipis lembut
Pendataran :50%
Pembukaan :5cm
Ketuban :(-) sejak pukul 02.30 kemarin
Persentasi : kepala
Penunjuk :UUK kadep
Penurunan :3/5 hodge 3/5
Tidak ada molase dan persentasi majemuk
III.ANALISA
Diagnosa : G3P2A1 hamil 38 minggu kala 1 fase aktif,jth preskeb
Dengan KPSW
Masalah :Tidak ada
IV.PENATALAKSANAAN.
. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera
di tangani secara intensif menggigat terdapat tanda dan gejala pre-eklamsia
berat sedangkan bayinya masih dalam keadaan normal. Ditandai dengan :
Tekanan darah : 120/70mmHg
HR : 74x/menit
T :36,5 C
RR :20x/m
DJJ : 141 x/mnt
Pemeriksaan fisik :ibu tampak sesak , wajah ibu pucat. Terlihat
Air ketuban yg keluar dari pervaginam
26
(ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Memberitahu ibu bahwa keadaanya harus SC dikarenaka KPSW dan
ibu memiliki asma
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga denagan
cara meyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang
ditanggani oleh dokter ahli akan lebih baik karena peralatan dan sarana
praserana yang tersedia juga komlit dan memadai sehingga komplikasi
yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat ditangani, selain
itu menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu
dengan cara berdoa.
4. Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cair
dengan kecepatan 15-20 tetes / menit kemudian .
5. Berikan antibiotika (ampisilin 4×500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg
6. Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam
medik.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/hendisutiawan/pemberian-obat-melalui-
intravena-iv_54f94b70a333116c048b49ac)
http://www.kompasiana.com/hendisutiawan/pemberian-obat-melalui-
intravena-iv_54f94b70a333116c048b49ac
http://www.kompasiana.com/hendisutiawan/pemberian-obat-melalui-
intravena-iv_54f94b70a333116c048b49ac)
28
http://www.kompasiana.com/hendisutiawan/pemberian-obat-melalui-
intravena-iv_54f94b70a333116c048b49ac
http://tmidwifery.blogspot.co.id/2011/09/pengertian-kpd-menurut-who-
yaitu.html
29