Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering
terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan
berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relative
ringan sampai Pneumonia berat.
Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh
dari WHO dan UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman
‘sterptokokus pneumonia’ (IPD) dan 30% oleh Haemophylus Influenza type
B (HIB), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh
penyakit ‘streptokokus pneumonia’, didalamnya 700.000 hingga 1 (satu)
juta balita terutama berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka
kejadian pneumonia belum diketahui secara pasti. Data yang ada baru
berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari
31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52 persen
dari jumlah seluruh balita di Indonesia.
Praktek kerja lapangan merupakan suatu kegiatan pangalaman belajar
bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam memberikan
pelayanan dasar keperawatan bagi siswi SMK INTERMEDIKA. Dengan
bidang studi keahlian kesehatan, kompetensi keperawatan mengikuti KTSP
yang bertujuan memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang terampil.
Pengalaman praktek kerja lapangan membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh di kelas
pada situasi nyata sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan saat ini.
Sehingga kami sebagai siswi dapat mengikuti Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dengan baik dan sesuai dengan KTSP serta ilmu keperawatan yang
berkembang saat ini.

1
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Purwakarta sesuai dengan
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Tahun 2013-
2018 sebagai bagian dan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purwakarta tahun 2013-2018 maka
visi maka Visi Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Purwakarta
tahun 2013-2018 : Purwakarta Sehat, Mandiri dan Berkarakter “Sehat”
berarti meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, “mandiri” berarti
masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi serta
mampu menjaga dan memelihara kesehatannya diri sendiri, dan
“berkarakter” berarti mencerminkan kekuatan dan potensi masyarakat sesuai
dengan karakter dan kearifan budaya serta pemanfaatan secara maksimal
potensi lokal yang berbasis religi, budaya dan kekhasan Kabupaten
Purwakarta.
Dengan diadakannya PKL ini kami dapat semakin
memahami,mengerti, dan dapat mengaplikasikannya dalam diri pribadi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan ini.untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Kami mengucapkan terimakasih atas
segala dukungan dan bantuan sehingga laporan ini dapat tersusun dengan
baik.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Siswi dapat mengembangkan keahliannya yang telah diperoleh.
2. Siswi mampu mengembangkan teori yang di peroleh dari sekolah
maupun lapangan.
3. Terjadinya hubungan sekolah dan praktek kerja lapangan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menerima pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
sekolah atau lapangan.
2. Mengenal bidang-bidang kerja Keperawatan dalam lapangan.

2
3. Mengenal secara langsung tentang keperawatan yang lebih
professional.
4. Dapat melaksanakan Praktek Keperawatan sesuai dengan tataan
pelayanan Kesehatan.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


1.3.1 Manfaat bagi penulis
1. Siswi dapat mengetahui tentang dasar Keperawatan.
2. Siswi dapat mengetahui berbagai macam penyakit yang belum
dipelajari di sekolah.
3. Siswi dapat memahami dan mempelajari hal yang baru setelah
praktek kerja lapangan (PKL).
1.4.2 Manfaat bagi sekolah
1. Siswa menjadi tahu tentang kewajiban undang-undang bagi
perawat dan pasien.
2. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat.
3. Meningkatkan citra sekolah.
1.4.3 Manfaat bagi rumah sakit
1. Mendapatkan tenaga kerja sementara.
2. Meningkatkan silahturahmi antara Sekolah dan Rumah Sakit.
3. Mendukung program pendidikan Pemerintah.

BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Sejarah Dan Perkembangan


Tahun 1994Berdirinya Rumah Sakit IBU DAN ANAK ASRI
PURWAKARTA diawali dengan di bukanya praktek Bidan Beti Susilawari
pada tahun 1994 di Jalan Raya Ciwangi No: 62 Purwakarta.TAHUN 1999
Berkembangnya kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap.TAHUN 2006 Rumah Bersalin Asri terus

3
mengalami perkembangan, sehingga pada tahun 2006 di tingkatkan menjadi
Rumah Sakit Bersalin. TAHUN 2008 Seiring meningkatnya permintaan
masyarakat Purwakarta akan kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya
rumah sakit ibu dan anak Asri yang merupakan tempat satu-satunya Rumah
Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Purwakarta.
2.1.1 Visi Dan Misi Rumah Sakit Ibu dan Anak ASRI
1. Visi
Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak yang bermutu,professional dan
Islami di tahun 2020.
2. Misi
Memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan
cepat,akurat dan lengkap. Melaksanakan dan menerapkan nilai-
nilai keislamian kedalam seluruh aspek pelayanan,membina dan
meningkatkan peran aktif masyarakat demi terciptanya generasi
yang kuat dan sehat.

2.1.2 Tugas dan Fungsi


2.1.2.1 Tugas
1. Melaksanakan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis.
2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan dan pelayanan
penunjang medis tambahan.
3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.
4. Melaksanakan pelayanan medis khusus.
5. Membantu pendidikan tenaga medis umum.
6. Melaksanakan pelayanan rawat inap.
2.1.2.2 Fungsi
1. Sebagai pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis.

4
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Fasilitas pelayanan


Jenis Pelayanan Jumlah Ruang Kapasitas Tempat Tidur
Instalasi Gawat Darurat 1 8
Instalasi Kamar Bedah / OK 2 2
Instalasi ICU 1 4
Rawat Jalan Umum 1 1
Rawat Jalan Kebidanan 1 1
Rawat Jalan Anak 1 1
Rawat Jalan Penyakit Dalam 1 1
Rawat Jalan Bedah 1 1
Rawat Jalan Gigi 1 1
Rawat Jalan THT 1 1
Rawat Inap Bedah dan Dalam 4 9
Rawat Inap Kebidanan dan
15 37
Kandungan
Rawat Inap Neonatal 1 34
Rawat Inap Anak 8 31
Rawat Inap S.VIP-VIP 14 14

2.1.4 Alur Kerja


Alur pelayanan pasien di Rumah Sakit Ibu Dan Anak ASRI sebagai
berikut :
Pergantian shift satu hari dilakukan tiga kali, yaitu pukul 07.00
pagi,14.00 siang dan 21.00 malam. Satu shift berisikan dua sampai empat

5
perawat jaga. Setiap pergantian shift dilakukan operan jaga terlebih dahulu
kesetiap ruangan pasien.
Pada pasien rawat inap yang baru masuk ke IGD dilakukan tindakan
anamnesa,pengukuran TTV (nadi,respirasi,suhu,tekanan darah) dan
pemasangan infuse sesuai terapi dokter. Setelah itu pasien dapat
dipindahkan ke ruang rawat inap.
Pada pasien rawat inap yang akan pulang,infuse akan dilepas jika
pihak keluarga pasien yang akan pulang telah menyelesaikan administrasi
rumah sakit. Petugas Administrasi akan menyerahkan rincian pembayaran
ke pihak keluarga pasien & apabila administrasi sudah selesai dan infuse
telah dilepas,pihak keluarga pasien dapat mengambil obat pulang di ruang
jaga perawat dengan menunjukan bukti pembayaran yang sudah lunas.

2.2 Teori Keperawatan


Perawat (bahasa Inggris: nurse, berasal dari bahasa Latin: nutrix yang
berarti merawat atau memelihara) adalah suatu profesi yang difokuskan
pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai,
memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.
Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada
mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga,
melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan
pada kematian.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2014,
definisi keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan, bekerjasama
dengan dokter, terapis, pasien, keluarga pasien serta tim lainnya untuk fokus
pada perawatan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.
Perawat bekerja dalam sebagian besar spesialisasi dimana mereka
bekerja secara independen maupun sebagai bagian dari sebuah tim untuk
menilai, merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi perawatan.

6
BAB III
PENELITIAN KASUS PENOUMONIA

3.1 Konsep Dasar Penyakit


3.1.1 Definisi
Menurut Erlin (2008), pneumonia dapat di artikan sebagai
infeksi akut pada jaringan paru. Namun secara umum, pneumonia
lebih sering di kenal sebagai radang paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (
Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan).
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2
edisi ketiga).

3.1.2 Epidemiologi / Insiden Kasus


Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih
banyak terjadi pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok
umur dapat terinfeksi oleh pathogen yang berbeda, yang
mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia
komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/
PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah
akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %.
Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering daripada PN diruangan
umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi

7
pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok pasien
ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU
akibat PN.
3.1.3 Etiologi
Penyebab pneoumonia yaitu streptococcus pneumonia sebenarnya
merupakan flora normal pada kerongkongan manusia yang sehat. Namun
ketika daya tahan tubuh mengalami penurunan yang dapat di sebabkan
karena usia tua, masalah gizi, maupun gangguan kesehatan,bakteri tersebut
akan segera memperbanyak diri setelah menginfeksi. Infeksi dapat dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. (Misnadiarly, 2008)
1. Virus : virus influenza.
2. Bakteri : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, Hemofilus
influenza, Stafilokokus, Pneumokokus.
3. Jamur : Pseudomonas, Candida albican.
4. Aspirasi : makanan atau benda asing.

3.1.4 Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan
reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan
berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual,
muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar
masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, jsianosis dan batuk, selain itu juga
menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya
permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua
hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko
kekurangan volume cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi

8
kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan
pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

3.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis,
dibagi atas :
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg
klasik antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa
opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S.
pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg
meningkat lambat dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus,
disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma
pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
Klasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan penjamu, dibagi
atas
1. Pneumonia komunitas à sporadis atau endemic, muda dan
orang tua
2. Pneumonia nosokomial à didahului oleh perawatan di RS
3. Pneumonia rekurens à mempunyai dasar penyakit paru kronik
4. Pneumonia aspirasi à alkoholik, usia tua
5. Pneumonia pd gangguan imun à pada pasien transplantasi,
onkologi, AIDS
Sindrom klinis, dibagi atas :
Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis
pneumonia yang akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
1. Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar

9
Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis
atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan
jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien
penyakit kronik
2. Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae.
Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
1. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus,
H. influenza, Klebsiella,dll
2. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit.

3.1.5 Gejala klinis


Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat
penyakit. Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
1. Dispnoe
2. Hemoptisis
3. Nyeri dada
4. Takipnea
5. Demam, menggigil
6. Malaise
7. Kepala pusing
8. Batuk produktif berupa sputum
9. Peningkatan suhu tubuh
10. Hipoksemia

3.1.6 Pemeriksaan Fisik :


Dari hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi
paru berupa perkusi paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan
suara pernapasan bronchial, inspirasi rales dan terdapat penggunaan otot
aksesori.

10
3.1.7 Pemeriksaan diagnostik / penunjang
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) à teridentifikasi adanya
penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) à leukositosis
menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida
menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry à menilai tingkat hipoksia
dan kebutuhan O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah à untuk mengetahui
oganisme penyebab
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru à volume mungkin menurun, tekanan
saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan
hipoksemia.

3.1.8 Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris,
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan
jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi
mengarahkan pada pemilihan antibiotic yang tepat.

3.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Terapi Antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan
manifestasi apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap
kuman penyebabnya.
2. Terapi suportif umum
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96
% berdasar pemeriksaan AGD

11
Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang
kental.
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran
untuk batuk dan napas dalam.
Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih
sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia
bilateral.
Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang
disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory Arrest
Drainase Empiema bila ada.

3.1.10 Diagnosa Keperawatan


Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px.
Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien
mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa
sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah
ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan
muntah.
Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit
bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px. fisik
: penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan akibat muntah

12
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh
lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital : respirasi
meningkat.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil,
px. tanda vital : suhu meningkat.
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran
pernapasan.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien
mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan
batuk, tampak lelah.

3.1.11 Perencanaan Keperawatan


1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien
mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa
sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda
vital : nadi meningkat (takikardi).
4. Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit
bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px.
Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan
muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan
menurun dan muntah.

13
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh
lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun.
7. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px.
Tanda vital : suhu meningkat.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan
pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit
bernapas dan batuk, tampak lelah.
9. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran
pernapasan.
10. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan akibat muntah

3.1.12 Rencana Tindakan


a. Dx I
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi
napas bersih.
Rencana tindakan : Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan
gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara
dan bunyi napas krakels
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap
pengumpulan cairan, secret.
Berikan minum air hangat daripada air dingin

14
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi secret.

Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam
pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis.
Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan
bahwa pasien mengalami nyeri
Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar
efek terapi analgesic.
Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.

Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat.
Rencana tindakan : Kaji frekuensi, kedalaman bernapas.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Auskultasi bunyi napas.
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi
tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
Pantau tanda vital.

15
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan
evaluasi lanjut
Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab
masalah.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang
menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun
lambat untuk kembali.
Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah

Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas
Rencana tindakan :
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.

Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut


ssi indikasi

16
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.

Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit
infeksius akut.
Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam
dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang
tepat
Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan
psikologis
Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi
Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat

17
Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan
Pantau tanda vital, khususnya selama awal terapi
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi dapat
terjadi.

Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen infeksi lain.
Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur
sputum/darah
Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial
pneumonia.

Dx 9
Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana tindakan
Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan
kehilangan cairan melalui evaporasi
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan.
Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.
Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetik
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.

18
3.1.13 Evaluasi
1. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pola napas pasien adekuat
4. Nafsu makan pasien meningkat
5. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
6. Suhu dalam batas normal
7. Pola tidur pasien adekuat
8. Infeksi tidak terjadi
9. Volume cairan adekuat

3.2 Pengkajian Keperawatan


Tanggal pengkajian : 20 Desember 2018
Pengkajian :O
Sumber Pengkajian : Pasien
Keluarga Pasien
Rekam Medis

3.2.1 Identitas Pasien


1. Nama : “An.R”
2. Umur : 3 Tahun
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Alamat : Jalan Plered Rt 14 Rw 04
5. Status : Belum kawin
6. Agama : Islam
7. Suku : Jawa
8. Pendidikan : Belum sekolah
9. Pekerjaan : Tidak bekerja
10. No RM : 7544
11. Diagnosa Medis : Pneumonia

3.2.2 Status Kesehatan Saat Ini

19
1. Keluhan Utama
Batuk dan nyeri dada
2. Faktor Pencetus
Pasieun mengatakan sudah 1 tahun mengalami sakit dada
3. Timbul keluhan
Saat akan melakukan pemeriksaan demam di PUSKESMAS
4. Status kesadaran : sadar
5. TTV : - TD : 120/80
- N : 100x/mnt
- S : 36 derajat celcius
- R : 17 x/mnt
-BB : 20 kg
-TB : 60 cm
6. Terapi Infuse : Pemberian Inhalasi
7. Terapi Injeksi : Tidak ada
8. Terapi Oral : Repamvisitin
9. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan dahulu: predileksi penyakit saluran pernapasan
lain seperti ISPA
Riwayat kesehatan sekarang: penyakit pneumonia

3.2.3 Assesment
An. R dengan penyakit Pneumonia

3.2.4 Planning
1. Menghindari asap rokok atau debu
2. Istirahat yang cukup
3. Pola makan yang seimbang.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama saya melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, banyak pengalaman
baru yang saya dapatkan dan belum pernah didapatkan di lingkungan pendidikan.
Dari pengalaman yang ditemui selama praktek saya bisa belajar melakukan
pekerjaan yang baik secara professional dalam bidang yang saya geluti yaitu
keperawatan, menerima komentar dan saran dari pembimbing lapangan untuk
kebaikan saya dan teman-teman. Saya mengucapkan banyak terima kasih untuk
pembimbing di Rumah Sakit atau pun di sekolah karena telah memberikan
wawasan yang lebih luas.

4.2 Saran
Saya melihat begitu banyaknya persaingan dalam Dunia Medis, untuk itu
saya menyarankan kepada pihak sekolah agar menyiapkan tenaga Pendidik terbaik
professional sehingga dapat menjelaskan secara rinci tentang dasar-dasar
keperawatan. Untuk para guru pembimbing agar lebih memperhatikan kami siswa
praktek di Rumah Sakit, setidaknya seminggu sekali melihat kegiatan kami di
lapangan. Untuk para murid di harapkan untuk lebih giat lagi dalam belajar.
1. Para siswi lebih di siplin dalam memanfaatkan waktu.
2. Para siswi di harapkan untuk lebih aktip lagi dalam kegiatan peraktik
kerja lapangan (PKL)
3. Para siswa di harapkan lebih memahami teori yang di sampaikan
Bapak/Ibu guru.

21

Anda mungkin juga menyukai