Anda di halaman 1dari 15

KEGIATAN BELAJAR 4:

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mampu menganalisis macam-macam akhlak al-karimah yang manfaatnya


kembali kepada diri sendiri dan orang lain.

INDIKATOR KOMPETENSI

1. Menemukan kategorisasi akhlak yang berhubungan dengan orang lain.


2. Menganalisis akhlak terhadap orang lain; kasih sayang, siddiq, amanah,
tabligh, pemaaf, dan adil.
3. Menilai implementasi akhlak terhadap orang lain; kasih sayang, siddiq,
amanah, tabligh, pemaaf, dan adil.

URAIAN MATERI
1. HAKEKAT AKHLAK TERHADAP ORANG LAIN
Bagaimana apakah Saudara sudah benar-benar memahami materi yang lalu, yakni tema
akhlak pada diri sendiri? Materi kali ini prinsipnya tidak jauh berbeda, yang berbeda hanya
sasarannya, yaitu membicarakan sikap yang ada hubungannya dengan orang lain. Sikap atau
perbuatan yang apabila dikerjakan seseorang pengaruhnya dapat dirasakan oleh orang lain,
baik manfaat atau madharatnya.
Akhlak yang mulia terhadap orang lain, juga sama merupakan bagian dari amal shalih.
Contohnya sifat jujur, orang yang bersifat jujur, akan memberikan pengaruh terhadap orang
lain. Apabila ia jujur dalam berbicara, maka informasinya akan sangat berguna bagi yang
membutuhkannya. Sebaliknya kalau ia berbohong, maka informasinya sangat
membahayakan, bahkan bisa menimbulkan fitnah yang sangat kejam bagi siapa pun yang
menjadi sasaran.

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
Akhlak terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang melekat kuat dalam diri seseorang
yang menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat berakibat
baik atau buruk bagi orang lain, di luar pelakunya.
Bagaimana sudah nyambung? Mari kita lanjutkan sub bab berikutnya!

2. MACAM-MACAM AKHLAK TERHADAP ORANG LAIN


Setelah Saudara memahami dengan saksama mengenai hakekat akhlak terhadap orang
lain, Sekarang apa Saudara bisa mengidentifikasi apa saja kira-kira yang termasuk di
dalamnya? Ingat indikatornya adalah sifat dari perbuatan yang menyebabkan atau
mengakibatkan hal-hal yang baik atau buruk terhadap orang lain, selain dirinya. Dan akibat
dari sikap perbuatan seseorang tersebut dapat mempengarui situasi dan kondisi lingkungan
dimana ia melakukannya.
Untuk lebih memudahkan Saudara, berikut ini adalah beberapa sifat yang di maksud di
atas, yaitu; kasih sayang, siddiq, amanah, tabligh, pemaaf, dan adil. Dengan ketujuh sifat
tersebut apabila sudah terpatri dalam jiwa Saudara, insyaAllah Saudara akan menjadi orang
yang bermanfaat, orang yang baik dalam pandangan Allah Swt. Sebagaimaa ukuran orang baik
yang disampaikan oleh Rasullah Saw. sebagai berikut:

ِ ‫ » َﺧﯿ ُْﺮ اﻟﻨﱠ‬:‫ﺳﻠﱠ َﻢ‬


‫ﺎس أ َ ْﻧﻔَﻌُ ُﮭ ْﻢ‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬ ُ ‫ ﻗَﺎ َل َر‬:‫ ﻗَﺎ َل‬،‫َﻋ ْﻦ َﺟﺎ ِﺑ ٍﺮ‬
َ ِ ‫ﺳﻮ ُل ﱠ‬
(‫ﺎس« )رواه اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ‬ ِ ‫ِﻟﻠﻨﱠ‬
Artinya:
Dari Jabir berkata, Raulullah Saw. bersabda; “Manusia yang terbaik adalah
orang yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain. (HR. Thabrani)
Selanjutnya, sifat-sifat tersebut di atas, mari kita bahas satu persatu:

a. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang sangat didambakan oleh semua
orang. Karena dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian, kedamaian dan rasa empati
kepada orang lain. Tidak hanya itu, kasih sayang dapat mendorong manusia untuk
saling membantu untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lainnya.
Tanpa adanya rasa kasih sayang, mungkin manusia akan menjadi sangat individualistis,
egois dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.
Islam, sebagai agama yang sempurna, mempunyai konsep kasih sayang,
memahami bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal,
ghadhab dan nafsu. Karena manusia dibekali dengan akal dan nafsu, maka mereka tidak

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
seperti malaikat yang selalu taat dengan perintah Allah, manusia terkadang lebih
mengutamakan akal atau nafsunya dibandingkan perintah Allah.
Untuk itu, Islam mengatur batas-batas kasih sayang yang diperbolehkan, supaya
berakibat baik bagi semua pihak. Konsep ibadah harus dipahami sebagai prinsip dalam
mengimplementasikan sifat kasih sayang diantara kita, yakni dalam menjalankan
perintah dan menjauhi larangan Allah Swt.
Dengan memegang prinsip tersebut, kita akan terbiasa untuk meniatkan diri
beribadah kepada Allah dalam setiap hal yang kita lakukan, termasuk dalam hati atau
perasaan kita. Tidak ada rasa kasih dan sayang yang kita berikan kepada makhluk lain
kecuali untuk memperoleh ridha Allah Swt.
Kasih sayang memiliki makna yang tidak terbatas. Memiliki rasa kasih sayang
kepada makhluk lain merupakan fitrah yang dimiliki manusia. Maka, tentu kita harus
menempatkan rasa kasih sayang ini sesuai dengan batas-batas penciptaan kita sebagai
makhluk Allah dan jangan sampai melewati batas-batas hukum-Nya
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ أ ُ َﺑﺎﯾِﻌُ َﻚ َﻋ َﻠﻰ‬: ُ‫ﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَﻘُ ْﻠﺖ‬


َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬ َ ِ‫ﺳﻮ َل ﷲ‬ ُ ‫ أَﺗ َ ْﯿﺖُ َر‬:‫ﯾﺮ ﻗَﺎ َل‬ٍ ‫َﻋ ْﻦ َﺟ ِﺮ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ ِ‫ﺳﻮ ُل ﷲ‬ ُ ‫ﺼ ُﺢ ِﻟ ُﻜ ِّﻞ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ " ﺛ ُ ﱠﻢ ﻗَﺎ َل َر‬
ْ ‫ " اﻟﻨﱡ‬:‫ َوﻗَﺎ َل‬،ُ‫ﺾ ﯾَﺪَه‬ َ ‫ ﻓَﻘَ َﺒ‬.‫اﻹ ْﺳ َﻼ ِم‬ِْ
‫ﺎس ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺮ َﺣ ْﻤﮫُ ﷲُ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ " )رواه‬ َ ‫ " إِﻧﱠﮫُ َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺮ َﺣ ِﻢ اﻟﻨﱠ‬:‫ﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬
(‫اﺣﻤﺪ‬

Artinya:
Dari Jabir berkata, saya datang kepada Rasulullah Saw., lalu saya berkata,
“Saya berbaiat kepadamu untuk masuk Islam”, lalu beliau memegang tangannya
sambil bersabda, “Nasehat itu untuk setiap orang Islam”. Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda, “Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan
menyayanginya”. (HR. Ahmad)
Hadis tersebut di atas mengisyaratkan bahwa kasih sayang kita itu tidak
terbatas, yakni kepada semua ‘manusia’ bukan hanya saudara muslim. Sehingga kita
sebagai orang Islam harus bisa mengajarkan dan mencontohkan untuk menyayangi
semua manusia di bumi.
Dan masih bayak lagi hadis yang membicarakan kasih sanyang diantaranya
yang artinya sebagai berikut: (1). “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum
kalian mengasihi”, (2)” Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk
seluruh umat manusia” (H.R. Thabrani).
Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam,
juga mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya berlaku antar manusia, melainkan
juga pada hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarnya. Pernah diceritakan Abu
Bakar as-Shiddiq ra. berpesan kepada pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid,
“Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula
kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang
berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah
mereka, jangan kalian ganggu”. Nasehat ini, yang diberikan dalam keadaan perang,
sungguh mencerminkan makna kasih sayang yang diajarkan oleh agama Islam.
Kasih sayang tidak hanya untuk manusia, melainkan juga untuk lingkungan di
sekitarnya.
Perlu digaris bawahi bahwa sifat kasih sayang yang tidak didasari dengan
prinsip penghambaan diri kepada Allah, adalah tidak benar. Yang demikian itu justru
akan memberikan energi negatif untuk beramal yang salah, tidak diterima oleh Allah,
dan akan memberikan dampak buruk kepada semua orang bahkan makhluk yang lain.

b. Siddiq
Kata ‫ﺻﺪﯾﻖ‬/ Siddiq, berasal dari bahasa Arab yang berarti "benar/jujur".
Menurut istilah adalah sesuatu yang diberikan sebagai sebuah gelar kehormatan
kepada individu tertentu, Siddiq untuk laki-laki dan Siddiqah untuk perempuan. Dalam
sejarah Islam, kita kenal gelar seperti ini pernah diberikan kepada sahabat yang
membenarkan berita Isra dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. yang kemudian diberi
gelar Ash-Shiddiq, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Ash-Shiddiq yang dimaksud adalah orang yang dengan jujur mau menerima
‫ﺻﺪق‬/shidq, (kebenaran). Jujur adalah sifat yang ada dan sudah menyatu dengan jiwa
seseorang yang dapat mengispirasi dan mendorong secara cepat untuk berbicara dan
berbuat apa adanya. Sama antara pembicaraan dan perilakunya. Apa yang ada di dalam
hatinya sama dengan apa yang disampaikan melalui lisannya. Perbuatannya juga tidak
dibut-buat, sesuai dengan keyakinan kebenaran yang ada di dalam hatinya. Teguh
pendiriannya, tidak mudah goyah oleh pengaruh dari luar.
Di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat, masyarakat semakin hari
semakin rasional dan logis. Jujur menjadi sesuatu yang langka, ada tetapi sangat jarang

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
ditemukan. Hal ini dikarenakan banyak orang yang sudah meninggalkan prinsip
kebenaran, terutama masalah akhlak. Orang akan banyak memihak kepada hal yang
menguntungkan dirinya, yang paling masuk akalnya. Sementara akalnya sudah tidak
sehat lagi karena dibimbing oleh nafsu angkara murka.
Ada sebuah dialog menarik dalam kitab Ihya Ulumiddin terkait dengan
kelangkaan sifat jujur ini. Dialog antara Hakim dengan seorang laki-laki yang menyoal
kejujuran yang susah didapatkan

‫ “ﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﺻﺎدﻗﺎ ﻟﻌﺮﻓﺖ‬:‫ “ﻣﺎ رأﯾﺖ ﺻﺎدﻗﺎ!” ﻓﻘﺎل ﻟﮫ‬:‫وﻗﺎل رﺟﻞ ﻟﺤﻜﯿﻢ‬
”‫اﻟﺼﺎدﻗﯿﻦ‬
Artinya:
Seorang laki-laki berkata kepada Hakim: “Aku tidak bisa mengenali orang
yang jujur!” Kemudian dijawab oleh Hakim: “Seandainya kamu adalah orang yang
jujur kamu juga akan mengenal orang-orang yang jujur.”
Laki-laki dalam dialog di atas memiliki keinginan untuk mengetahui kejujuran
orang lain, tapi ketika dirinya sendiri tidak memiliki sikap jujur, maka orang-orang jujur
tidak lagi bisa ia liat, dan tidak nampak baginya. Hal ini menggambarkan adanya
indikasi dalam bahwa laki-laki tersebut sudah semakin susah untuk membedakan mana
orang yang jujur dan mana orang yang bohong. Bahkan dirinya sendiri tidak sadar kalau
bukan bagian dari orang-orang yang jujur.
Salah satu kitab yang memersoalkan tentang jujur adalah Ihya Ulumiddin. Kitab
ini merupakan kitab fenomenal yang memuat banyak sekali hikmah dan moral yang
layak dijadikan pedoman. Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) sendiri
memasukkannya ke dalam Rubu’ al-Munjiyat (seperempat hal yang dapat
menyelamatkan). Beliau mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin
Mas’ud Rasulullah Saw bersabda:

‫ﺼﺪُ ُق‬ ‫ﺼ ْﺪقَ َﯾ ْﮭﺪِي ِإﻟَﻰ ْاﻟ ِﺒ ِ ّﺮ َو ِإ ﱠن ْاﻟ ِﺒ ﱠﺮ َﯾ ْﮭﺪِي ِإﻟَﻰ ْاﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ َو ِإ ﱠن ﱠ‬
ْ ‫اﻟﺮ ُﺟ َﻞ َﻟ َﯿ‬ ّ ِ ‫ِإ ﱠن اﻟ‬
‫ﻮر ﯾَ ْﮭﺪِي إِﻟَﻰ‬ َ ‫ﻮر َوإِ ﱠن ْاﻟﻔُ ُﺠ‬
ِ ‫ِب ﯾَ ْﮭﺪِي إِﻟَﻰ ْاﻟﻔُ ُﺠ‬ َ ‫ﺻﺪِّﯾﻘًﺎ َوإِ ﱠن ْاﻟ َﻜﺬ‬ ِ َ‫َﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ُﻜﻮن‬
‫ﺐ ِﻋ ْﻨﺪَ ﷲِ َﻛﺬﱠاﺑًﺎ‬
َ َ ‫ِب َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ ْﻜﺘ‬ ُ ‫اﻟﺮ ُﺟ َﻞ ﻟَﯿَ ْﻜﺬ‬ ِ ‫اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر َوإِ ﱠن ﱠ‬
Artinya:
“Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan
menunjukkan kepada surga. Sungguh akan ada seorang laki-laki yang berbuat
jujur sehingga ia akan dicatat sebagai orang yang sangat jujur. Sebaliknya,
dusta menunjukkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan mengantarkan

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
seseorang ke neraka, sungguh akan ada seorang laki-laki yang pandai berdusta
sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sifat jujur merupakan salah satu sifat wajib yang dimiliki oleh para nabi dan
para rasul Allah. Berikut adalah beberapa contoh firman Allah Swt. yang menyatakan
bahwa para nabi dan rasul memiliki sifat jujur;
1). Nabi Ibrahim as.

(41:‫ﺻﺪِّﯾﻘًﺎ ﻧَﺒِﯿﺎ )ﻣﺮﯾﻢ‬


ِ َ‫ﯿﻢ ِإﻧﱠﮫُ َﻛﺎن‬ ِ ‫َوا ْذ ُﻛ ْﺮ ﻓِﻲ ْاﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
َ ‫ب ِإﺑ َْﺮا ِھ‬
Artinya:
“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al
Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur lagi seorang
Nabi.” (QS. Maryam/19: 41)

2). Nabi Isma’il as.

ُ ‫ﺻﺎدِقَ ْاﻟ َﻮ ْﻋ ِﺪ َو َﻛﺎنَ َر‬


ً ‫ﺳ‬
(54:‫ﻮﻻ ﻧَﺒِﯿﺎ )ﻣﺮﯾﻢ‬ ِ ‫َوا ْذ ُﻛ ْﺮ ِﻓﻲ ْاﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
َ َ‫ب ِإ ْﺳ َﻤﺎ ِﻋﯿ َﻞ ِإﻧﱠﮫُ َﻛﺎن‬
Artinya:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam/19: 54)

3). Nabi Idris as.

(56:‫ﺻﺪِّﯾﻘًﺎ ﻧَﺒِﯿﺎ )ﻣﺮﯾﻢ‬


ِ َ‫ﯾﺲ ِإﻧﱠﮫُ َﻛﺎن‬ ِ ‫َوا ْذ ُﻛ ْﺮ ﻓِﻲ ْاﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
َ ‫ب ِإ ْد ِر‬
Artinya:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam/19: 56)

Jujur adalah sifat terpuji yang selayaknya dimiliki oleh umat Islam. Abu Hamid
al-Ghazali secara khusus membahas tentang hal jujur ini. Tepatnya dalam sub tema
yang berjudul fi al-Shidqi wa Fadhilatih wa Haqiqatihi (Jujur, Keutamaan dan
Hakikatnya).
Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna. Pertama
adalah jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kehendak, jujur di dalam azam
(tekad), jujur di dalam menunaikan azam, jujur di dalam perbuatan dan yang terakhir

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
jujur di dalam mengimplementasikan maqamat di dalam beragama. Berikut kami
paparkan masing-masing dari pengertian jujur di atas.
Pertama, jujur dalam lisan; jujur dalam lisan atau ucapan berkaitan langsung
dengan informasi atau berita yang disampaikan, apakah itu benar atau salah. Baik yang
telah berlalu maupun yang akan terjadi. Menurut al-Ghazali kejujuran ini akan semakin
lengkap jika seseorang tidak terlalu membesar-besarkan informasi. Karena menurut al-
Ghazali, hal itu dekat dengan kedustaan. Dan kedua, memperhatikan makna jujur secara
seksama agar tidak bercampur dengan syahwat keduniaan.
Kedua, jujur dalam niat dan kehendak. Jujur dalam hal ini terkait langsung
dengan keikhlasan. Tidak ada dorongan sedikitpun kecuali hanya karena Allah. Jika
niat dan kehendak seseorang bercampur dengan nafsu maka batal kejujuran niat
tersebut. Dan orang yang niatnya bercampur dengan nafsu bisa dikategorikan sebagai
orang yang berdusta. Kejujuran yang kedua ini tercermin dalam hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

، ‫ﯿﻚ‬ َ ِ‫ ﺗ َ َﻌﻠﱠ ْﻤﺖُ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َو َﻗ َﺮأْتُ ْاﻟﻘُ ْﺮآنَ َو َﻋ ِﻤ ْﻠﺘُﮫُ ﻓ‬: ‫ﺖ ﻓِﯿ َﮭﺎ ؟ َﻗﺎ َل‬ َ ‫ َﻣﺎ َﻋ ِﻤ ْﻠ‬: ‫… َﻓ َﻘﺎ َل‬
‫ ﻓَﺄ ُ ِﻣ َﺮ‬، ‫ ﻓَﻘَ ْﺪ ﻗِﯿ َﻞ‬، ‫ئ‬
ٌ ‫ﺎر‬ِ َ‫ َوﻓُﻼَ ٌن ﻗ‬، ‫ت أ َ ْن ﯾُﻘَﺎ َل ﻓُﻼَ ٌن َﻋﺎ ِﻟ ٌﻢ‬ َ ‫ إِﻧﱠ َﻤﺎ أ َ َر ْد‬، ‫ْﺖ‬
َ ‫ َﻛﺬَﺑ‬: ‫ﻗَﺎ َل‬
ُ
ِ ‫ﻲ ِﻓﻲ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر‬ َ ‫ﺐ َﻋﻠَﻰ َو ْﺟ ِﮭ ِﮫ َﺣﺘﱠﻰ أ ْﻟ ِﻘ‬ َ ‫ﺴ ِﺤ‬ُ َ‫ِﺑ ِﮫ ﻓ‬
… kemudian ditanyakan (kepadanya): “Apa yang engkau perbuat sewaktu di
dunia?” ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan membaca Al-Quran serta
mengamalkannya di jalan-Mu.” Lalu dijawab, “Bohong! Kamu melakukannya
hanya ingin disebut sebagai orang yang alim, yang qari.” Kemudian Allah
memerintahkan untuk disungkurkan wajahnya dan dilemparkan ke dalam api
neraka. (HR. Hakim)
Ketiga, jujur dalam azam (tekad); sebelum seseorang melakukan sesuatu
kadangkala seseorang memiliki tekad terlebih dahulu sebelum
mengimplementasikannya. Contohnya adalah jika seseorang mengatakan jika Allah
memberiku harta maka aku akan mensedekahkan sekian dari harta tersebut. Kejujuran
tekad yang dimaksudkan di sini adalah kesempurnaan dan kekuatan tekad
tersebut. Tekad yang benar atau jujur tidak akan ragu atau goyah sedikitpun.
Keempat, jujur dalam menunaikan azam (tekad); Maksudnya adalah ketika
seseorang telah memiliki azam dan ia memiliki peluang untuk melaksanakan azamnya.
Ketika ia tidak menunaikan apa yang menjadi tekadnya maka itu bisa dikatakan sebagai
kebohongan atau ketidak jujuran.

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
Kelima, jujur dalam perbuatan; adalah usaha seseorang untuk menampilkan
perbuatan lahiriah agar sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Berbeda dengan
riya’, riya’ berati perbuatan baik secara lahir tidak sama dengan niat buruk di dalam
hati. Seseorang yang antara perbuatan lahir dan niatnya berbeda tanpa adanya maksud
yang disengaja. menurut al-Ghazali hanya dikatakan sebagai orang yang tidak jujur
dalam perbuatan.
Keenam, jujur dalam mengimplementasikan maqamat di dalam agama seperti
jujur di dalam khauf (takut kepada Allah), raja’ (berharap kepada Allah), zuhud dan
lain sebagainya. Ini adalah tingkatan jujur yang paling tinggi. Seseorang dapat
dikatakan jujur dalam tahap ini ketika ia telah mencapai hakikat yang dimaksud
dalam khauf, raja’ atau zuhud yang dikehendaki. Tingkatan jujur ada dalam ajaran sufi
yang ada dalam Islam.

c. Amanah
Menurut bahasa Amanah berasal dari kata amuna – ya’munu – amanatan yang
bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Amanah dapat difahami sebagai
sebagai satu sifat yang melekat dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang
dapat melakukan perbuatan-perbutan dengan cepat tentang segala sesuatu yang
dipercayakan kepadanya, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun
hak Allah Swt.
Sifat amanah merupakan sifat terpenting dari Nabi Muhammad Saw., sifat yang
oleh kaum jahiliah Makkah disematkan kepada diri beliau sebelum turun wahyu,
sehingga beliau dikenal dengan julukan al-Amin; orang yang amanah. Julukan yang
kemudian populer dan sangat lekat di lidah masyarakat Makkah. Dengan julukan inilah
semua orang, laki-laki ataupun perempuan, menyebut Nabi dengan penuh takzim dan
penghormatan.
Ketika usai membangun ulang Ka’bah, kaum Quraisy berisitegang, bahkan
hampir bertumpah darah tentang siapa yang akan mendapat kehormatan meletakkan
kembali Hajar Aswad ke tempatnya. Karena tak ada titik temu, mereka sepakat untuk
menyerahkan putusan kepada siapa yang datang kepada mereka pertama kali.
Tiba-tiba Muhammad bin Abdullah muncul. Betapa girang kaum Quraisy.
Mereka berteriak dengan penuh kepercayaan, “Inilah al-Amin. Inilah al-Amin. Kami
rela dia yang memberi putusan!”

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
Apa yang segera terlintas di hati kaum Quraisy saat itu adalah sifatnya yang
terkenal itu. Sengaja beliau dipanggil begitu karena mereka percaya beliau akan
memberi jalan penyelesaian yang adil. Dan terbukti Nabi mampu mengatasi masalah
mereka dengan cara yang sangat simpel dan melegakan semua pihak. Itu terjadi jauh
sebelum kenabian.
Lebih dari itu, bahkan setelah kenabian pun, rumah beliau menjadi pangkal
penitipan barang paling dipercaya kalangan kaum musyrik –yang justru mengingkari
kenabian beliau. Tanpa segan, mereka titipkan barang-barang yang dicemaskan hilang,
padahal waktu itu dunia belum mengenal rumah penitipan barang. Setelah menerima
perintah hijrah ke Madinah, Nabi menyuruh Ali tinggal dulu di Makkah untuk
mengembalikan barang-barang titipan itu kepada pemiliknya masing-masing.
Amanah dalam arti yang luas dan dalam lebih dari sekedar menunaikan hajat
duniawi kepada pemiliknya. Amanah hakikatnya lawan kata khianat. Orang yang
amanah adalah orang yang dapat dipercaya dan membuat jiwa aman. Orang-orang
Quraisy begitu percaya kepada Rasulullah dalam urusan dunia. Dalam hal ini mereka
tak pernah mencaci beliau. Mereka juga tidak curiga dan tidak menuduh beliau khianat.
Bukan hanya dalam urusan harta benda, melainkan juga kehormatan dan jiwa. Karena
itu, sangatlah aneh ketika mereka mendustakan beliau dalam hal kabar dari langit.
Padahal, bagaimana mungkin pada saat yang sama seseorang amanah sekaligus khianat.
Dalam rumah tangga Nabi, tidak hanya beliau yang amanah. Tetapi juga segenap istri
dan keluarganya. Tak ada yang mengatakan haknya tidak dipenuhi oleh salah seorang
dari mereka. Karena, mereka memang menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dan
dalam arti yang seluas-luasnya.
Amanah yang berarti benar-benar bisa dipercaya (bertanggung jawab). Jika satu
urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang orang percaya bahwa urusan itu akan
dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Oleh karena itu nabi Muhammad SAW dijuluki
oleh penduduk mekkah dengan gelar "Al amin" yang artinya terpercaya jauh sebelum
beliau diangkat menjadi nabi. Apapun yang beliau ucapkan, penduduk mekkah
mempercayainya karena beliau bukan seseorang yang pembohong.
Amanah dilakukan bukan hanya dalam keadaan tertentu atau terhadap orang
tertentu, melainkan disetiap keadaan dan terhadap siapapun wajib hal itu dilaksakan,
dalam etika beribadah, etika berbisnis maupun etika etika lainnya. Dalam etika
beribadah kita harus melaksanakan Amanah yang Allah perintahkan seperti sholat,
puasa, zakat , haji dan lain sebagainya, sebagai umat muslim kita tidak boleh
9

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
meninggalkan kewajiban, Allah SWT menyeru kaum muslimin agar tidak
menghkhianati Allah dan Rasulnya, yaitu mengabaikan kewajiban kewajiban yang
harus mereka laksanakan, melanggar larangannya yang telah ditentukan dengan
perantaran Wahyu, dan tidak mengkhianati Amanat yang telah dipercayakan kepada
mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut kemaslahatan lil
ummah, seperti urusan pemerintah, perang, perdata dan urusan kemasyarakatan.
Dalam adab bermasyarakat bisnis, sifat Amanah juga sangat diperlukan,
misalnya dalam praktik perdagangan syariah, dikenal adanya istilah perdagangan atas
dasar Amanah. Dalam akad-akad tijarah yang menggunakan prinsip mudharabah,
murabahah, syirkah dan wakalah, diperlukan komitmen semua pihak atas amanah yang
diberikan kepadanya.
Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah yang dipercayakan
kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad perjanjian. Misalnya pihak pengelola
ternyata menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri atau untuk bisnis
yang diharamkan Allah Swt.
Rasulullah Saw. bersabda, dalam sebuah hadis Qudsinya:

‫ »ﻗﺎ َل ﷲُ ﱠ‬:‫ ﻗﺎ َل رﺳﻮ ُل ﷲِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة َ ﻗﺎ َل‬


‫ﻋﺰ‬
‫ ﻓﺈذا ﺧَﺎﻧﺎ ﺧَﺮﺟﺖُ ِﻣﻦ‬،‫ﺻﺎﺣﺒَﮫ‬
ِ ‫ﺮﯾﻜﯿﻦ ﻣﺎ ﻟﻢ ﯾَ ُﺨ ْﻦ أَﺣﺪ ُھﻤﺎ‬
ِ ‫ﺸ‬ ُ
‫ﺛﺎﻟﺚ اﻟ ﱠ‬ ‫ أَﻧﺎ‬:‫وﺟ ﱠﻞ‬
«‫ﺑﯿﻨِﮭﻤﺎ‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt berfirman,
“Aku pihak ketiga dari kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari
keduanya tidak mengkhianati temannya, jika salah satu telah mengkhianati
temannya, Aku berlepas dari keduanya”. (H.R Abu Dawud).
Hadits di atas mengisyarahkan bahwa sifat Amanah itu sangat penting
terutama bagi kaum muslimin agar apa yang mereka lakukan menjadi salah satu jalan
untuk taqarrub ila Allah wa Rasul Allah.
Konsekuensi Amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya,
baik sedikit maupun banyak, tidak mengambil lebih daripada yang ia miliki, tidak
mengurangi hak orang lain, baik itu hasil penjualan, jasa atau upah buruh. Amanah
juga memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang
diberikan padanya.
Bagaimana bisa faham? Singkatnya sifat amanah itu adalah sifat tanggung
jawab dari tugas yang dipikulkan kepada kita, apapun bentuknya. Jika semua orang
10

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
sudah bisa bertanggung jawab dalam hidupnya, niscaya masyarakat kita akan aman,
tentram dan makmur dalam segala hal. Amin…

d. Tabligh
Menurut bahasa tabligh berasal dari bahasa Arab yang berarti menyampaikan.
Sifat tabligh merupakan satu dari 4 sifat wajib para nabi. Para Nabi wajib
menyampaikan risalah, dan perintah dari Allah Swt. kepada umatnya. Mereka tidak
boleh menyembunyikan sedikitpun perintah dari Allah Swt. Tabligh di sini bermakna
menyampaikan sesuatu dengan benar dan tepat sasaran.
Tabligh juga berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Tablig pada hakikatnya adalah dakwah menyampaikan
kebenaran. Seseorang yang mempunyai sifat tabligh yang tidak pernah
menyembunyikan kebenaran. Ia akan menyampaikan kebenaran itu, dan mengajak
orang-orang untuk mengikutinya.
Dalam hubungannya dengan profesi guru, sifat tabligh dapat diartikan akan
menyampaikan informasi berupa ilmu pengetahuan dengan benar dan dengan tutur kata
yang tepat. Jadi intinya sifat tabligh adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong seseorang dapat melakukan dengan cepat untuk menyampaikan apa saja
yang menjadi tanggunggung jawabnya siapa saja yang selayaknya harus menerima.
Seperti contohnya yang ada di dalam perdagangan yaitu Seorang penjual yang
menyampaikan apa barang dagangannya kepada orang lain agar orang-orang tahu apa
yang dia jadikan bisnis. Nilai dasarnya dari Tabligh yaitu komunikatif, menjadi
pelayanan bagi publik, bisa berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang
baik, dan bisa mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain.
Sifat Tabligh yaitu berupa komunikasi, keterbukaan, pemasaran merupakan
teknik hidup muslim karena setiap muslim mengemban tanggung jawab dakwah, yakni
menyeru, mengajak, memberitahu. Sifat ini bila sudah mendarah daging pada setiap
muslim, apalagi yang bekerja sebagai guru, akan menjadikan setiap proses
pembelajaran lebih efektif dan efesien. Dikarenakan sifat tabligh merupakan prinsip
ilmu komunikasi baik personal maupun massal, pemasaran, periklanan, penjualan,
pembentukan opini massa, open management, iklim keterbukaan dan lain sebagainya.
Dan dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, kita juga harus mengacu pada prinsip-
prinsip tabligh yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul. Seperti misalnya Nabi
11

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
mengajarkan kepada kita bahwa yang terbaik diantara antara kalian adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia, dengan kata lain bila kita ingin sekali mendapatkan ridha
Allah, maka kita juga harus menyenangkan, membuat hati orang-orang di sekitar kita
ridha dengan perbuatan kita. Dengan prinsip ini maka akan melahirkan sikap
profesional dan tidak putus asa dalam mencari kebenaran atau terus menerus mengejar
hal-hal yang baik sampai menemukan jawaban yang sempurna.
Sebab itu jika Saudara adalah pemikir dan praktisi pendidikan, lalu hendak
menyusun teori, maka hal yang harus menjadi pegangan adalah semua yang datang dari
Allah dan rasul-Nya diyakini sebagai kebenaran yang mutlak. Jika ada hal- hal yang
masih belum bisa dipahami oleh akal pikiran manusia maka itu akan menjadi tugas
manusia untuk terus berusaha menemukan kebenaran tersebut bagaimanapun caranya.
Bagaimana menurut Saudara? Apabila umat Islam secara umum sudah memiliki
sifat tabligh, khususnya guru-guru kita? Pastinya ilmu pengetahuan akan berkembang
dengan sangat pesat di kalangan kaum muslimin. Dan dapat dibayangkan kalau umat
Islam banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang ilmu. Umat Islam akan
mengalami masa keemasan kembali seperti dahulu telah tercatat dalam sejarah umat
manusia.

e. Pemaaf
Pemaaf berarti orang yang rela member maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf
dapat dimaknai sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa menyisakan rasa
benci dan keinginan untuk membalasnya. Sebenarnya kata pemaaf, adalah serapan dari
Bahasa Arab, yakni al-‘afw yang berarti maaf, ampun, dan anugerah.
Maaf sejatinya mudah difahami, tapi susah diimplementasikan dalam
kehidupan nyata. Hakiki maaf adalah lupa, benar-benar lupa dari memori otak kita
tentang kesalahan orang lain yang berhubungan dengan kita. Memaafkan kesalahan si
fulan berarti melupakan kesalahan si fulan terkait dengan kita. Pemaaf berarti orang
yang dapat dengan mudah melupakan kejadian-kejadian buruk dan menyakitkan
dirinya yang dilakukan oleh orang lain, karena dorongan dari dalam jiwanya yang taat
kepada perintah Allah untuk bisa memaafkan siapapun.
Meski sifat pemaaf itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, namun
masih banyak orang susah untuk memaafkan kesalahan orang lain. Jika demikian
adanya yakni banyak diantara kita yang masih sulit memaafkan, maka jangan diharap
dendam dalam masyarakat kita akan bisa hilang. Dan jangan berharap aka ada

12

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat kita, kalau diantara kita belum ada
saling memaafkan.
Sebab itu memaksakan diri untuk belajar dan berlatih untuk memiliki sifat
pemaaf itu sangat perlu. Kita perlu belajar dan berlatih untuk bisa berlapang dada
sebagai cerminan sifat pemaaf. Dalam rangka belajar untuk bersifat pemaaf, kita bisa
mengambil pelajaran dari kisah para Rasul dan sahabatnya.
Allah mengajarkan kepada kita agar menjadi pribadi yang pemaaf, melalui
kisah cerita, seperti kisah Abu Bakar as-Shidiq yang menjadi sebab-sebab
diturunkannya ayat berikut ini:

َ‫ﺴﺎ ِﻛﯿﻦ‬ َ ‫ﺴ َﻌ ِﺔ أ َ ْن ﯾُﺆْ ﺗُﻮا أُو ِﻟﻲ ْاﻟﻘُ ْﺮ َﺑﻰ َو ْاﻟ َﻤ‬ ‫ﻀ ِﻞ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َواﻟ ﱠ‬ْ َ‫َو َﻻ َﯾﺄْﺗ َ ِﻞ أُوﻟُﻮ ْاﻟﻔ‬
ْ ‫ﺳ ِﺒﯿ ِﻞ ﱠ ِ َو ْﻟ َﯿ ْﻌﻔُﻮا َو ْﻟ َﯿ‬
‫ﺼﻔَ ُﺤﻮا أ َ َﻻ ﺗ ُ ِﺤﺒﱡﻮنَ أ َ ْن َﯾ ْﻐ ِﻔ َﺮ ﱠ ُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ‬ َ ‫ﺎﺟ ِﺮﯾﻦَ ِﻓﻲ‬ِ ‫َو ْاﻟ ُﻤ َﮭ‬
(22:‫ﻮر َر ِﺣﯿ ٌﻢ )اﻟﻨﻮر‬ ٌ ُ‫َو ﱠ ُ َﻏﻔ‬
Artinya:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan member (bantuan) kepada
kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS. An-Nur/24: 22)
Selain kisah khalifah Abu Bakar, ada juga kisah dari Rasulullah SAW. Banyak
kisah hidup beliau yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup, termasuk salah satu sifat
pemaafnya. Seperti kisah seorang wanita Yahudi yang mencoba meracuni Rasulullah
dengan menabur racun dimakanan beliau, namun Rasulullah terselamatkan. Hingga
wanita itu mengakui perbuatannya kepada Rasulullah, dan beliau memaafkan wanita
itu tanpa menghukumnya.
Memberi maaf kepada orang lain yang bersalah merupakan cara bagaimana kita
bisa membangun kembali tatanan masyarakat yang rusak. Terutama dalam proses
membangun keluarga diantara kita yang tentunya tidak luput dari kesalahan-kesalahan
baik bapak, ibu maupun anak. Allah Swt. berfirman:

ِ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا إِ ﱠن ِﻣ ْﻦ أ َ ْز َو‬


ْ َ‫اﺟ ُﻜ ْﻢ َوأ َ ْو َﻻ ِد ُﻛ ْﻢ َﻋﺪُوا ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓ‬
‫ﺎﺣﺬَ ُرو ُھ ْﻢ َوإِ ْن ﺗ َ ْﻌﻔُﻮا‬
(14:‫ﻮر َر ِﺣﯿ ٌﻢ )اﻟﺘﻐﺎﺑﻦ‬ ٌ ُ‫ﺼﻔَ ُﺤﻮا َوﺗ َ ْﻐ ِﻔ ُﺮوا ﻓَﺈ ِ ﱠن ﱠ َ َﻏﻔ‬ ْ َ ‫َوﺗ‬
Artinya:
Hai orang-orang beriman, sesungguhnya diantara pasangan-pasanganmu
dan anak-anakmu itu ada yang menjadi musuhmu. Maka hendaknya kalian berhati-
13

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
hati dalam menghadapi mereka. Dan jika kalian bisa memaafkan, memperbaiki dan
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS. At-Taghabun/64:14)

Ishlah diantara anggota keluarga yang telah disakiti rasanya susah untuk
dilaksanakan, kalau masing-masing diantara mereka mengatakan tidak ada maaf
bagimu. Sebagai orang yang lebih mengerti di dalam keluarga, harus selalu waspada
dengan anggota keluarga yang lainnya. Sebab diantara mereka memang kadang ada
yang mementingkan nafsunya dan mengikuti jalan setan. Mereka itu semua pada
hakekatnya adalah musuh kita orang yang beriman. Mereka biasnya keras kepala dan
susah untuk menerima nasehat, sehingga kita perlu banyak mengalah untuk menang
dengan selalu memaafkan dan menasehati mereka secara ikhlas.
Sebagai guru dijaman sekarang ini, dimana adab dan akhlak yang mulia mulai
tercerabut dari sikap dan tingkah laku anak-anak sekolah. Sikap pemaaf sangat
diperlukan supaya dapat menebar senyum dihadapan peserta didiknya. Sehingga
menjadi panutan mereka.

f. Adil
Menurut bahasa Adil derasal dari bahasa Arab yang berarti proporsional, tidak
berat sebelah, atau jujur. Adil maksudnya juga tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, atau yang sepatutnya,
dan tidak sewenang-wenang. Menurut ilmu akhlak adil dapat didefinisikan sebagai
perbuatan meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu
sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukum yang jahat
sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
Islam sangat menekankan sikap adil dalam segala aspek kehidupan. Allah Swt.
memerintahkan kepada umat manusia supaya berprilaku adil. Keadilan merupakan inti
ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan. Prinsip keadilan yang dibawa Al-
Qur’an sangat kontekstual dan relevan untuk diterapkan kedalam kehidupan beragama,
berkeluarga dan bermasyarakat.
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan
sederajat di hadapan hukum. Tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,
status sosial, ekonomi, atau politik. Karena keadilan merupakan sesuatu yang bernilai
tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan diwujudkan dalam kehidupan pribadi,

14

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html
keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara, sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan
kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu mewujudkn keadilan dalam dirinya
sendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh kegembiraan
batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh
kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi.
Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentram , serta damai sejahtera
lahir dan batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat melaksanakan
kewajiban terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain dengan seadil-
adilnya.
Adapun nilai positif perbuatan adil antara lain : (1). membawa ketentraman,
kedamaian, menimbulkan kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan
prestasi belajar, menciptakan kemakmuran, mengurangi kecemburuan sosial,
mempererat tali persaudaraan, dapat menimbulkan kebaikan dan mencegah kejahatan.
Bagaimana dengan guru yang adil dalam mendidik peserta didiknya? Tentu
akan menumbuhkan gairah belajar dan bersaing yang sehat di kalangan peserta didik
dalam mengejar prestasi yang unggul.

15

Lihat Semua Modul PPG Akidah Akhlak di -


https://www.jalurppg.id/2021/06/kumpulan-modul-ppg-akidah-akhlak-2021.html

Anda mungkin juga menyukai