CAPAIAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR KOMPETENSI
URAIAN MATERI
1. HAKEKAT AKHLAK TERHADAP ORANG LAIN
Bagaimana apakah Saudara sudah benar-benar memahami materi yang lalu, yakni tema
akhlak pada diri sendiri? Materi kali ini prinsipnya tidak jauh berbeda, yang berbeda hanya
sasarannya, yaitu membicarakan sikap yang ada hubungannya dengan orang lain. Sikap atau
perbuatan yang apabila dikerjakan seseorang pengaruhnya dapat dirasakan oleh orang lain,
baik manfaat atau madharatnya.
Akhlak yang mulia terhadap orang lain, juga sama merupakan bagian dari amal shalih.
Contohnya sifat jujur, orang yang bersifat jujur, akan memberikan pengaruh terhadap orang
lain. Apabila ia jujur dalam berbicara, maka informasinya akan sangat berguna bagi yang
membutuhkannya. Sebaliknya kalau ia berbohong, maka informasinya sangat
membahayakan, bahkan bisa menimbulkan fitnah yang sangat kejam bagi siapa pun yang
menjadi sasaran.
a. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang sangat didambakan oleh semua
orang. Karena dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian, kedamaian dan rasa empati
kepada orang lain. Tidak hanya itu, kasih sayang dapat mendorong manusia untuk
saling membantu untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lainnya.
Tanpa adanya rasa kasih sayang, mungkin manusia akan menjadi sangat individualistis,
egois dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.
Islam, sebagai agama yang sempurna, mempunyai konsep kasih sayang,
memahami bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal,
ghadhab dan nafsu. Karena manusia dibekali dengan akal dan nafsu, maka mereka tidak
Artinya:
Dari Jabir berkata, saya datang kepada Rasulullah Saw., lalu saya berkata,
“Saya berbaiat kepadamu untuk masuk Islam”, lalu beliau memegang tangannya
sambil bersabda, “Nasehat itu untuk setiap orang Islam”. Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda, “Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan
menyayanginya”. (HR. Ahmad)
Hadis tersebut di atas mengisyaratkan bahwa kasih sayang kita itu tidak
terbatas, yakni kepada semua ‘manusia’ bukan hanya saudara muslim. Sehingga kita
sebagai orang Islam harus bisa mengajarkan dan mencontohkan untuk menyayangi
semua manusia di bumi.
Dan masih bayak lagi hadis yang membicarakan kasih sanyang diantaranya
yang artinya sebagai berikut: (1). “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum
kalian mengasihi”, (2)” Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah
b. Siddiq
Kata ﺻﺪﯾﻖ/ Siddiq, berasal dari bahasa Arab yang berarti "benar/jujur".
Menurut istilah adalah sesuatu yang diberikan sebagai sebuah gelar kehormatan
kepada individu tertentu, Siddiq untuk laki-laki dan Siddiqah untuk perempuan. Dalam
sejarah Islam, kita kenal gelar seperti ini pernah diberikan kepada sahabat yang
membenarkan berita Isra dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. yang kemudian diberi
gelar Ash-Shiddiq, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Ash-Shiddiq yang dimaksud adalah orang yang dengan jujur mau menerima
ﺻﺪق/shidq, (kebenaran). Jujur adalah sifat yang ada dan sudah menyatu dengan jiwa
seseorang yang dapat mengispirasi dan mendorong secara cepat untuk berbicara dan
berbuat apa adanya. Sama antara pembicaraan dan perilakunya. Apa yang ada di dalam
hatinya sama dengan apa yang disampaikan melalui lisannya. Perbuatannya juga tidak
dibut-buat, sesuai dengan keyakinan kebenaran yang ada di dalam hatinya. Teguh
pendiriannya, tidak mudah goyah oleh pengaruh dari luar.
Di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat, masyarakat semakin hari
semakin rasional dan logis. Jujur menjadi sesuatu yang langka, ada tetapi sangat jarang
“ﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﺻﺎدﻗﺎ ﻟﻌﺮﻓﺖ: “ﻣﺎ رأﯾﺖ ﺻﺎدﻗﺎ!” ﻓﻘﺎل ﻟﮫ:وﻗﺎل رﺟﻞ ﻟﺤﻜﯿﻢ
”اﻟﺼﺎدﻗﯿﻦ
Artinya:
Seorang laki-laki berkata kepada Hakim: “Aku tidak bisa mengenali orang
yang jujur!” Kemudian dijawab oleh Hakim: “Seandainya kamu adalah orang yang
jujur kamu juga akan mengenal orang-orang yang jujur.”
Laki-laki dalam dialog di atas memiliki keinginan untuk mengetahui kejujuran
orang lain, tapi ketika dirinya sendiri tidak memiliki sikap jujur, maka orang-orang jujur
tidak lagi bisa ia liat, dan tidak nampak baginya. Hal ini menggambarkan adanya
indikasi dalam bahwa laki-laki tersebut sudah semakin susah untuk membedakan mana
orang yang jujur dan mana orang yang bohong. Bahkan dirinya sendiri tidak sadar kalau
bukan bagian dari orang-orang yang jujur.
Salah satu kitab yang memersoalkan tentang jujur adalah Ihya Ulumiddin. Kitab
ini merupakan kitab fenomenal yang memuat banyak sekali hikmah dan moral yang
layak dijadikan pedoman. Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) sendiri
memasukkannya ke dalam Rubu’ al-Munjiyat (seperempat hal yang dapat
menyelamatkan). Beliau mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin
Mas’ud Rasulullah Saw bersabda:
ﺼﺪُ ُق ﺼ ْﺪقَ َﯾ ْﮭﺪِي ِإﻟَﻰ ْاﻟ ِﺒ ِ ّﺮ َو ِإ ﱠن ْاﻟ ِﺒ ﱠﺮ َﯾ ْﮭﺪِي ِإﻟَﻰ ْاﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ َو ِإ ﱠن ﱠ
ْ اﻟﺮ ُﺟ َﻞ َﻟ َﯿ ّ ِ ِإ ﱠن اﻟ
ﻮر ﯾَ ْﮭﺪِي إِﻟَﻰ َ ﻮر َوإِ ﱠن ْاﻟﻔُ ُﺠ
ِ ِب ﯾَ ْﮭﺪِي إِﻟَﻰ ْاﻟﻔُ ُﺠ َ ﺻﺪِّﯾﻘًﺎ َوإِ ﱠن ْاﻟ َﻜﺬ ِ ََﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ُﻜﻮن
ﺐ ِﻋ ْﻨﺪَ ﷲِ َﻛﺬﱠاﺑًﺎ
َ َ ِب َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ ْﻜﺘ ُ اﻟﺮ ُﺟ َﻞ ﻟَﯿَ ْﻜﺬ ِ اﻟﻨﱠ
ﺎر َوإِ ﱠن ﱠ
Artinya:
“Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan
menunjukkan kepada surga. Sungguh akan ada seorang laki-laki yang berbuat
jujur sehingga ia akan dicatat sebagai orang yang sangat jujur. Sebaliknya,
dusta menunjukkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan mengantarkan
Jujur adalah sifat terpuji yang selayaknya dimiliki oleh umat Islam. Abu Hamid
al-Ghazali secara khusus membahas tentang hal jujur ini. Tepatnya dalam sub tema
yang berjudul fi al-Shidqi wa Fadhilatih wa Haqiqatihi (Jujur, Keutamaan dan
Hakikatnya).
Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna. Pertama
adalah jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kehendak, jujur di dalam azam
(tekad), jujur di dalam menunaikan azam, jujur di dalam perbuatan dan yang terakhir
، ﯿﻚ َ ِ ﺗ َ َﻌﻠﱠ ْﻤﺖُ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َو َﻗ َﺮأْتُ ْاﻟﻘُ ْﺮآنَ َو َﻋ ِﻤ ْﻠﺘُﮫُ ﻓ: ﺖ ﻓِﯿ َﮭﺎ ؟ َﻗﺎ َل َ َﻣﺎ َﻋ ِﻤ ْﻠ: … َﻓ َﻘﺎ َل
ﻓَﺄ ُ ِﻣ َﺮ، ﻓَﻘَ ْﺪ ﻗِﯿ َﻞ، ئ
ٌ ﺎرِ َ َوﻓُﻼَ ٌن ﻗ، ت أ َ ْن ﯾُﻘَﺎ َل ﻓُﻼَ ٌن َﻋﺎ ِﻟ ٌﻢ َ إِﻧﱠ َﻤﺎ أ َ َر ْد، ْﺖ
َ َﻛﺬَﺑ: ﻗَﺎ َل
ُ
ِ ﻲ ِﻓﻲ اﻟﻨﱠ
ﺎر َ ﺐ َﻋﻠَﻰ َو ْﺟ ِﮭ ِﮫ َﺣﺘﱠﻰ أ ْﻟ ِﻘ َ ﺴ ِﺤُ َِﺑ ِﮫ ﻓ
… kemudian ditanyakan (kepadanya): “Apa yang engkau perbuat sewaktu di
dunia?” ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan membaca Al-Quran serta
mengamalkannya di jalan-Mu.” Lalu dijawab, “Bohong! Kamu melakukannya
hanya ingin disebut sebagai orang yang alim, yang qari.” Kemudian Allah
memerintahkan untuk disungkurkan wajahnya dan dilemparkan ke dalam api
neraka. (HR. Hakim)
Ketiga, jujur dalam azam (tekad); sebelum seseorang melakukan sesuatu
kadangkala seseorang memiliki tekad terlebih dahulu sebelum
mengimplementasikannya. Contohnya adalah jika seseorang mengatakan jika Allah
memberiku harta maka aku akan mensedekahkan sekian dari harta tersebut. Kejujuran
tekad yang dimaksudkan di sini adalah kesempurnaan dan kekuatan tekad
tersebut. Tekad yang benar atau jujur tidak akan ragu atau goyah sedikitpun.
Keempat, jujur dalam menunaikan azam (tekad); Maksudnya adalah ketika
seseorang telah memiliki azam dan ia memiliki peluang untuk melaksanakan azamnya.
Ketika ia tidak menunaikan apa yang menjadi tekadnya maka itu bisa dikatakan sebagai
kebohongan atau ketidak jujuran.
c. Amanah
Menurut bahasa Amanah berasal dari kata amuna – ya’munu – amanatan yang
bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Amanah dapat difahami sebagai
sebagai satu sifat yang melekat dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang
dapat melakukan perbuatan-perbutan dengan cepat tentang segala sesuatu yang
dipercayakan kepadanya, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun
hak Allah Swt.
Sifat amanah merupakan sifat terpenting dari Nabi Muhammad Saw., sifat yang
oleh kaum jahiliah Makkah disematkan kepada diri beliau sebelum turun wahyu,
sehingga beliau dikenal dengan julukan al-Amin; orang yang amanah. Julukan yang
kemudian populer dan sangat lekat di lidah masyarakat Makkah. Dengan julukan inilah
semua orang, laki-laki ataupun perempuan, menyebut Nabi dengan penuh takzim dan
penghormatan.
Ketika usai membangun ulang Ka’bah, kaum Quraisy berisitegang, bahkan
hampir bertumpah darah tentang siapa yang akan mendapat kehormatan meletakkan
kembali Hajar Aswad ke tempatnya. Karena tak ada titik temu, mereka sepakat untuk
menyerahkan putusan kepada siapa yang datang kepada mereka pertama kali.
Tiba-tiba Muhammad bin Abdullah muncul. Betapa girang kaum Quraisy.
Mereka berteriak dengan penuh kepercayaan, “Inilah al-Amin. Inilah al-Amin. Kami
rela dia yang memberi putusan!”
d. Tabligh
Menurut bahasa tabligh berasal dari bahasa Arab yang berarti menyampaikan.
Sifat tabligh merupakan satu dari 4 sifat wajib para nabi. Para Nabi wajib
menyampaikan risalah, dan perintah dari Allah Swt. kepada umatnya. Mereka tidak
boleh menyembunyikan sedikitpun perintah dari Allah Swt. Tabligh di sini bermakna
menyampaikan sesuatu dengan benar dan tepat sasaran.
Tabligh juga berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Tablig pada hakikatnya adalah dakwah menyampaikan
kebenaran. Seseorang yang mempunyai sifat tabligh yang tidak pernah
menyembunyikan kebenaran. Ia akan menyampaikan kebenaran itu, dan mengajak
orang-orang untuk mengikutinya.
Dalam hubungannya dengan profesi guru, sifat tabligh dapat diartikan akan
menyampaikan informasi berupa ilmu pengetahuan dengan benar dan dengan tutur kata
yang tepat. Jadi intinya sifat tabligh adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong seseorang dapat melakukan dengan cepat untuk menyampaikan apa saja
yang menjadi tanggunggung jawabnya siapa saja yang selayaknya harus menerima.
Seperti contohnya yang ada di dalam perdagangan yaitu Seorang penjual yang
menyampaikan apa barang dagangannya kepada orang lain agar orang-orang tahu apa
yang dia jadikan bisnis. Nilai dasarnya dari Tabligh yaitu komunikatif, menjadi
pelayanan bagi publik, bisa berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang
baik, dan bisa mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain.
Sifat Tabligh yaitu berupa komunikasi, keterbukaan, pemasaran merupakan
teknik hidup muslim karena setiap muslim mengemban tanggung jawab dakwah, yakni
menyeru, mengajak, memberitahu. Sifat ini bila sudah mendarah daging pada setiap
muslim, apalagi yang bekerja sebagai guru, akan menjadikan setiap proses
pembelajaran lebih efektif dan efesien. Dikarenakan sifat tabligh merupakan prinsip
ilmu komunikasi baik personal maupun massal, pemasaran, periklanan, penjualan,
pembentukan opini massa, open management, iklim keterbukaan dan lain sebagainya.
Dan dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, kita juga harus mengacu pada prinsip-
prinsip tabligh yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul. Seperti misalnya Nabi
11
e. Pemaaf
Pemaaf berarti orang yang rela member maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf
dapat dimaknai sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa menyisakan rasa
benci dan keinginan untuk membalasnya. Sebenarnya kata pemaaf, adalah serapan dari
Bahasa Arab, yakni al-‘afw yang berarti maaf, ampun, dan anugerah.
Maaf sejatinya mudah difahami, tapi susah diimplementasikan dalam
kehidupan nyata. Hakiki maaf adalah lupa, benar-benar lupa dari memori otak kita
tentang kesalahan orang lain yang berhubungan dengan kita. Memaafkan kesalahan si
fulan berarti melupakan kesalahan si fulan terkait dengan kita. Pemaaf berarti orang
yang dapat dengan mudah melupakan kejadian-kejadian buruk dan menyakitkan
dirinya yang dilakukan oleh orang lain, karena dorongan dari dalam jiwanya yang taat
kepada perintah Allah untuk bisa memaafkan siapapun.
Meski sifat pemaaf itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, namun
masih banyak orang susah untuk memaafkan kesalahan orang lain. Jika demikian
adanya yakni banyak diantara kita yang masih sulit memaafkan, maka jangan diharap
dendam dalam masyarakat kita akan bisa hilang. Dan jangan berharap aka ada
12
َﺴﺎ ِﻛﯿﻦ َ ﺴ َﻌ ِﺔ أ َ ْن ﯾُﺆْ ﺗُﻮا أُو ِﻟﻲ ْاﻟﻘُ ْﺮ َﺑﻰ َو ْاﻟ َﻤ ﻀ ِﻞ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َواﻟ ﱠْ ََو َﻻ َﯾﺄْﺗ َ ِﻞ أُوﻟُﻮ ْاﻟﻔ
ْ ﺳ ِﺒﯿ ِﻞ ﱠ ِ َو ْﻟ َﯿ ْﻌﻔُﻮا َو ْﻟ َﯿ
ﺼﻔَ ُﺤﻮا أ َ َﻻ ﺗ ُ ِﺤﺒﱡﻮنَ أ َ ْن َﯾ ْﻐ ِﻔ َﺮ ﱠ ُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َ ﺎﺟ ِﺮﯾﻦَ ِﻓﻲِ َو ْاﻟ ُﻤ َﮭ
(22:ﻮر َر ِﺣﯿ ٌﻢ )اﻟﻨﻮر ٌ َُو ﱠ ُ َﻏﻔ
Artinya:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan member (bantuan) kepada
kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS. An-Nur/24: 22)
Selain kisah khalifah Abu Bakar, ada juga kisah dari Rasulullah SAW. Banyak
kisah hidup beliau yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup, termasuk salah satu sifat
pemaafnya. Seperti kisah seorang wanita Yahudi yang mencoba meracuni Rasulullah
dengan menabur racun dimakanan beliau, namun Rasulullah terselamatkan. Hingga
wanita itu mengakui perbuatannya kepada Rasulullah, dan beliau memaafkan wanita
itu tanpa menghukumnya.
Memberi maaf kepada orang lain yang bersalah merupakan cara bagaimana kita
bisa membangun kembali tatanan masyarakat yang rusak. Terutama dalam proses
membangun keluarga diantara kita yang tentunya tidak luput dari kesalahan-kesalahan
baik bapak, ibu maupun anak. Allah Swt. berfirman:
Ishlah diantara anggota keluarga yang telah disakiti rasanya susah untuk
dilaksanakan, kalau masing-masing diantara mereka mengatakan tidak ada maaf
bagimu. Sebagai orang yang lebih mengerti di dalam keluarga, harus selalu waspada
dengan anggota keluarga yang lainnya. Sebab diantara mereka memang kadang ada
yang mementingkan nafsunya dan mengikuti jalan setan. Mereka itu semua pada
hakekatnya adalah musuh kita orang yang beriman. Mereka biasnya keras kepala dan
susah untuk menerima nasehat, sehingga kita perlu banyak mengalah untuk menang
dengan selalu memaafkan dan menasehati mereka secara ikhlas.
Sebagai guru dijaman sekarang ini, dimana adab dan akhlak yang mulia mulai
tercerabut dari sikap dan tingkah laku anak-anak sekolah. Sikap pemaaf sangat
diperlukan supaya dapat menebar senyum dihadapan peserta didiknya. Sehingga
menjadi panutan mereka.
f. Adil
Menurut bahasa Adil derasal dari bahasa Arab yang berarti proporsional, tidak
berat sebelah, atau jujur. Adil maksudnya juga tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, atau yang sepatutnya,
dan tidak sewenang-wenang. Menurut ilmu akhlak adil dapat didefinisikan sebagai
perbuatan meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu
sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukum yang jahat
sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
Islam sangat menekankan sikap adil dalam segala aspek kehidupan. Allah Swt.
memerintahkan kepada umat manusia supaya berprilaku adil. Keadilan merupakan inti
ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan. Prinsip keadilan yang dibawa Al-
Qur’an sangat kontekstual dan relevan untuk diterapkan kedalam kehidupan beragama,
berkeluarga dan bermasyarakat.
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan
sederajat di hadapan hukum. Tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,
status sosial, ekonomi, atau politik. Karena keadilan merupakan sesuatu yang bernilai
tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan diwujudkan dalam kehidupan pribadi,
14
15