Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Membiasakan Perilaku Terpuji dan Menghindari Perilaku Tercela


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak di Sekolah dan Madrasah 1

Dosen Pengampu :

Ade Suprihat, S,Pd.I,.M.Pd.I

Disusun Oleh :

Deden saepul Hayat : 125200083

Kikin Sodikin : 125200046

Irsyad Nasrullah H. : 125200055

Siti Patonah : 125190072

Sutiawati : 12520.0011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANDUNG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan

makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa pula sholawat serta salam kepada

junjungan Rassulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di akhir kelak.

Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu dari bantuan

dan dorongan dari rekan-rekan sekalian dengan judul “ Membiasakan Perilaku Terpuji dan

Menghindari Perilaku Tercela”.

Semoga makalah ini dapat dibaca dan dipahami dengan sangat baik, walaupun penulis

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan penulis agar

pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 07 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi
atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan dan
tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan Sabda
Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu
tindakannya hanya mengharap ridha Allah SWT.

Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang dapat dikatakan
berakhlak ketika dia menerapkan nilai-nilai islam dalam aktivitas hidupnya. Jika aktifitas itu
terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup
yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan yang
membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yang
baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari fitrahnya
sebagai manusia. Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari akhlak terpuji?


2. Perilaku terpuji terhadap lingkungan sosial?
3. Perilaku Tercela

Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui apa akhlak terpuji.


2. Agar kita mengetahui perilaku terpuji terhadap lingkungan sosial.
3. Agar kita mengetahui perilaku tercela.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Terpuji

Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran
Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka
hal itu tetap tidak baik. Sebaliknya, walaupun manusia menilai kurang baik, apabila Islamiyah
Akan baik, maka hal itu tetap baik. Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa
yang terjadi tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suri tauladan manusia.
Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh
sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga bersama dengan nabi saw.
Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat
tempatnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik budi pekertinya diantara
kalian”.
Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar kesarjanaan
tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji. Islam hadir dimuka
bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus
untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya sebagai berikut:
‫أر َم اَْأل ْخالَ ْق‬ ُ ‫اِنَّما َ ب ُِع ْث‬
ِ ‫ت لُِؤ تَ ِّم َم َم َك‬
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak”.

Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah.


Jika hidup kita dihiasi dengan akhlak terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah swt dan
masyarakatnya akan menjadi baik, tentram dan damai. Sebagian manusia, berbicara tentang
akhlak terpuji dalam era globalisasi seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini
muncul karena sudah terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji
amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja. Akhmad Syauki Bey
(seorang penyair) menyatakan sebagai berikut:
“Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama umat tersebut memiliki
akhlak yang terpuji. Manakala akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat
tersebut.

B.     Perilaku Terpuji Terhadap Lingkungan Sosial

Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial artinya manusia selalu
berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam bergaul dengan
orang lain harus diperhatikan norma-norma yang ada sehingga pergaulan antar masyarakat akan
berlangsung dengan harmoni. Dengan demikian setiap manusia dituntut untuk berperilaku terpuji
dalam hubungan dengan orang lain di lingkungan sosialnya tanpa membedakan status sosialnya,
agama, maupun keturunannya. Rasulullah bersabda: “Engkau belum disebut sebagai orang yang
beriman kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”.

Macam-macam perilaku terpuji terhadap sesama dalam masyarakat


1.      Ta’aruf
Dalam pergaulan sehari-hari sering kita dengar ungkapan “tak kenal maka tidak
sayang”. Hal tersebut berlaku untuk apa saja baik itu dalam perdagangan, perumahan,
lingkungan masyarakat dan lain-lain. Begitu juga dengan sesama manusia, kalau kita belum
kenal mungkin kita punya dzan (sangkaan) yang bermacam-macam. Orang kita sangka baik
ternyata belum tentu baik, orang yang kita sangka buruk belum tentu buruk, oleh karena itu
supaya tidak punya dzan yang bermacam-macam, sebaiknya kita memperkenalkan diri.
Perkenalan bukan hanya dari segi nama saja, tetapi dari berbagai aspek baik itu keluarga,
pendidikan, agama, pekerjaan dan lain-lain.
Itulah makna kita saling kenal mengenal yang dalam bahasa arab disebut Ta’aruf.
Ta’aruf dapat diartikan saling mengenal, saling mengetahui manusia satu dengan manusia lain.
Saling kenal mengenal tersebut harus didasari dengan kemanusiaan, persaudaraan kecintaan serta
ketakwaan kepada Allah swt . tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit, pangkat jabatan
maupun agama. Dalam ta’aruf perbedaan-perbedaan itu harus kita jauhkan dan di ganti dengan
kasih sayang.
Atas kodrat dan irodat Allah, kita lahir didunia yang memiliki berbagai macam
perbedaan-perbedaan baik bentuk fisik, warna kulit, rambut, suku bangsa, maupun yang dibentuk
oleh manusia itu sendiri seperti kelompok buruh, majikan dan lain-lain. Adanya perbedaan itu
jangan dijadikan alasan untuk permusuhan dan pertentangan akan tetapi harus dijadikan sarana
saling kenal mengenal.
Ajaran tentang persaudaraan dan saling kenal mengenal antar manusia harus dilandasi
dengan landasan yang amat luas. Yang dituju disini bukan hanya kaum mukmin, malinkan
manusia pada umumnya yang mereka itu seakan-akan satu keluarga dan terbagi menjadi bangsa,
kabilah dan keluarga.

2.      Tafahum
Tafahum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak maupun latar
belakang seseorang.

3.      Jujur
Allah meminta kapada manusia dalam membina kehidupan ini supaya berlaku benar
dan jujur, karena kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia.
Akan tetapi sebaliknya, apabila manusia melalaikan hal yang pokok ini, maka kehancuran dan
kekacauan yang akan menimpa manusia. Oleh karenanya berpegang teguh pada kejujuran dan
kebenaran dalam segala hal merupakan faktor yang penting dalam membina akhlak bagi orang-
orang muslim.
Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya,
tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa arab benar atau jujur disebut
sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang
sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Akan tetapi, apabila yang
disembunyikan itu suatu rahasia atau menjaga nama baik seseorang, maka itu diperbolehkan.
Benar atau jujur dalam perbuatan ialah melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan atau
petunjuk agama. Apabila menurut agama itu diperbolehkan, maka itu benar, dan apabila
perbuatan itu menurut agama dilarang, berarti perbuatan itu tidak benar.
Benar atau jujur pada diri sendiri berarti kita harus bersungguh-sungguh untuk
meningkatkan kemampuan dan tujuan hidup kita untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi
orang lain, yaitu kita memperlihatkan diri kita yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat, bersih dan
lurus. Benar atau jujur kepada orang lain tidak hanya sekedar berbuat dan berkata yang benar,
akan tetapi harus berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Sebagaimana
disabdakan rasulullah yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling
bermanfaat bagi orang lain.” Disamping memberikan manfaat kepada orang lain rasulullah juga
mencontohkan kepeduliannya terhadap orang lain.
Jujur adalah kata yang mudah untuk diucapkan, akan tetapi berat dalam
pelaksanaannya. Kejujuran memancarkan kewibawaan, karena orang yang berlaku jujur dapat
menepiskan segala prasangka buruk, dia berani karena benar.

4.      Adil
Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan menjalankan sesuai
dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah mengerjakan yang benar dan menjauhkan
yang batil.
Adil adalah jalan bagi seseorang untuk menuju kepada ketakwaan. Apabila didalam
pergaulan hidup ini masing-masing pihak berbuat sesuai dengan pekerjaannya, maka diharapkan
akan terwujud ketenteraman dan kedamaian didalam masyarakat. Salah satu sifat yang ahrus
dimiliki setiap orang untuk dapat menegakkan kebenaran adalah sifat adil. Didalam Al-Quran
dijelaskan bahwa bersikap adil tidak pilih-pilih, kepada golongan yang kita bencipun kita haarus
tetap berlaku adil. Dengan berbuat adil, maka akan mendekatkan kita kepada sifat takwa. Firman
Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah:8 yang artinya:

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”    (Q.S. Al-
Maidah:8)

5.      Amanah
Secara bahasa, amanah adalah kepercayaan, kesetiaan atau ketulusan hati.
Berdasarkan istilah, amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada pihak lain sehingga
menimbulkan rasa aman bagi pemberinya, dan sebaliknya, pihak penerima memelihara amanah
dengan baik.

Oleh karena itu amanah itu hendaknya diberikan kepada orang yang mampu
melaksanakannya. Begitu juga orang yang menerima amanah harus menyadari, bahwa amanah
yang diterimanya itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada yang memberi amanah dan
kepada Allah SWT.

6.      Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-buru
menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal tersebut menyangkut pada
masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-dalam dipertimbangkan masak-masak baru
menetapkan sikap.
7.      Toleransi
Secara bahasa toleransi artinya bersabar, menahan diri dan membiarkan. Toleransi
menghendaki agar kerukunan hidup diantara manusia yang bermacam-macam paham, keyakinan
dapat terhindar dari sifat-sifat kaku, bahkan menjurus pada sikap-sikap permusuhan. Pada
dasarnya, tujuan utama dalam toleransi adalah terciptanya kerukunan hidup antar manusia, dan
dalam agama Islam juga diajarkan bahkan merupakan sesuatu ajaran yang sangat prinsip antara
ajaran-ajaran yang lain. Tujuan yang demikian ini merupakan tujuan utama dari agama Islam
dimuka bumi ini dan sesuai pula dengan kata “Islam” yang berarti “damai” yaitu damai dengan
sesama umat manusia.

C. Perilaku Tercela

         Kitab suci al-Qur’an banyak menerangkan sifat-sifat dan akhlak yang baik atau terpuji
Rasulullah saw. Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada siti Aisyah( istri rasulullah)
mengenai bagaimana akhlak rasulullah itu, Siti Aisyah mengembalikan pertanyaan kepada
sahabat nabi tersebut, “ Bukankah Anda telah membaca Al-Qur’an?” Aisyah kemudian
mengatakan bahwa Qur’an itu mengandung contoh-contoh tentang akhlak Rasulullah yang
sepatutnya dijadikan suri teladan oleh umat manusia.
         Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan member peringatan tentang akhlak-akhlak
buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya
serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah yang disampaikan oleh rasulullah yang
ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan
rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jahal, Walid bin
mughirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yachts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu
oengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan kualitas nya melalui
sikap dan perilaku terpuji.

Beberapa contoh Perilaku tercela :


A.    Hasud
Dalam bahasa arab, hasud berarti dengki. Dengki yaitu sifat yang mengharapkan agar nikmat
orang lain lenyap atau terhapus. Hal ini terjadi akibat dari rasa iri hati, yakni tidak senang jika
melihat orang lain mendapat nikmat Allah atau kebahagiaan.
Sifat tercela ini harus di hindari khusus nya di kalangan generasi muda muslim karena jika terus-
menerus menjadi kebiasaan, akan menghancurkan kebaikan. Orang yang dengki menyimpan
sifat rakus, tamak,dendam, serta rasa permusuhan
Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika melihat orang lain mendapat kenikmatan
dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan kesehatan rohani maupun jasmani. Dengki juga
mengakibatkan bahaya bagi orang lain karena dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan
serta kerusakan.

B.    Ria
Ria berasal dari bahasa arab yang artinya ‘memperlihatkan’ atau terkenal dengan istilah
‘memerkan’. Dari segi syarak, Iman Al Hafiz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul
Bari menyatakan bahwa riya adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar
dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya. Dilihat dari bentuknya ria ada dua macam
yaitu :
1.  Riya dalam Niat
Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut di puji oleh
orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan
niat kaaarena Allah , maka perbuatan itu mempunyai nilai sisi Allah dan jika perbuatan itu
dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu tidak memperoleh
pahala  Allah swt. Ria yang berkaitan dengan hati paling sulit untuk diketahui karena yang
mengetahui nya hanyalah Allah swt
2. Ria perbuatan
Contoh perbuatan ini adalah seseorang akan mengerjakan sholat disertai harapan mendapat
perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang ria dalam salat akan celaka.

Ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan yaitu:


1.Tidak melakukan perbuataan baik seperti bersedekah bila tidak diliat orang
2.Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di tengah banyak.
Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila sedang sendirian.
3.Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian saja.
Sebaliknya, mudah menyerah jika dicela orang.
4.Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak.
Sifat ria dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sifat riya yang membahayakan
terhadap diri sendiri diantaranya ialah :
a.      Selalu muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan
b.      Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu
c.       Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikan nya
d.      Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya

Bahaya riya Akan terlihat ketika orang yang pernah dibantu nya kemudian  diumpatnya,di olok-
olok, dan dihina atau dicaci maki oleh yang telah membantu dengan ria. Dia mencaci maki atau
mengungkit-ungkit pemberiannya karena ingin disanjung dan dipuji atau karena tidak tercapai
harapan sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga orang yang dicaci-maki itu akan
tersinggungdan akhirnya terjadilah perselihan dan permusuhan diantara keduanya. Oleh karena
itu, perbuatan riya sangat merugikan  karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala
atas perbuatan nya. Hadist nabi Muhammad saw. Yang artinya Abu hurairah ra. Mengatakan
bahwa nabi Muhammad saw bersabda, “Berfirman Allah swt., “ Aku adalah yang paling tidak
membutuhkan sekutu. Barang siapa yang mengerjakan sesuatu amal saleh, tetapi di dalam amal
itu dia menyebutkan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan diasan sekutunya itu.” (H.R.
Muslim dan Ibnu Majah)
Begitulah bahaya sifat riya, bahkan itu dapat dikatakan syirik khafi yang artinya syirik ringan
karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan kepada sesuatu selain kepada Allah
swt.

C.     Aniaya
Aniaya dalam bahasa arab disebut Zalim yang berarti melampaui batas,keterlaluan, atau
menempatkan sesuatu seperti mengucapkan,bertindak,atau beritikad yang tidak pada tempatnya.
Kezaliman dapat diartikan perbuatan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan menantang
atau menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan Allah swt.

D.   Diskriminasi
Diskriminasi berasal dari bahasa inggris yaitu discrimination yang artinya ‘Pembedaan
Perlakuan’. Dalam bahasa Arab diskriminasi disebut juga dengan “tafriq”. dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diskriminasi berarti perbedaan perlakuan terhadap sesama warga (Negara)
berdasarkan ras, suku, warna kulit dan lain-lain.

Beberapa macam perlakuan diskriminasi antara lain yaitu :


1. Diskriminasi Kelamin, yaitu perbedaan sikap dan perlakuan terhadap orang berdasarkan jenis
kelamin
2. Diskriminasi Ras yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang menganggap bahwa ras yang
satu lebih hebat daripada ras yang lain.
3.  Diskriminasi Sosial, yaitu pembedaan orang terhadap sesama warga berdasarkan status social ny,
seperti kaya dan miskin, bangsawan dan rakyat jelata,atau suatu agama dengan agama yang lain.
4. Diskriminasi Warna Kulit, yaitu pembedaan berdasarkan warna kulit. Misalnya, orang berkulit
putih dianggap lebih terhormat atau lebih unggul daripada orang berkulit hitam.

KESIMPULAN

Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islam akhlak
terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai ,
disenangi oleh Allah swt bahkan dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah akhlak
yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu
banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-medan/tugas/makalah-ahlak-terpuji-
dan-tercela/35745760
Abdullah, M Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Amzah.
https://tugujatim.id/akhlak-terpuji-dan-tercela-dalam-pandangan-islam/

Anda mungkin juga menyukai