Akhlak Tasawuf
Di Susun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Akhlak
Islami dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima
kasih pada Ibu Siti Rohma,M.A ,selaku Dosen mata kuliah AKHLAK TASAWUF yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………. ii
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………… 3
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi
umatnya.Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan
di dunia maupun di akhirat.Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik
antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat
(habluminannas). Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan proses yang
panjang, yaitu melaui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di dunia ini menawarkan
pendidikan akhlak yang mereka yakini kebaikannya, tetapi tidak semua dari pendidikan
tersebut mempunyai kaidah-kaidah yang benar dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan
pengetahuan yang terbatas dari pemikiran manusia itu sendiri.Sementara pendidikan
akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuata yang benar dan tidak ada
kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan Ilslam berasal langsung dari Allah
SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al
Quran dan Sunnah kepada umat Rasulullah. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat
seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan pengetahuan
akhlak kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW, sehingga orang-orang
dekat Rasulullah SAW mampu memiliki akhlak yang tinggi di hadapan umat lain dan
akhlak mulia di hadapan Allah. Sebagai umat Islam yang baik dan beriman kepada
Allah, setiap langkah kita sebaiknya merupakan implementasi dari keteladanan akhlak
luhur yang dimiliki Rasullullah. Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak
adalah sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita
hapuskan dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh penghujung
dunia seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh umat. Semestinya manusia
sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan
akhlak yang mulia. Orang yang paling sempurna keimannannya adalah orang yang baik
akhlaknya. Akhlak Islam yang mulia ini akan membawa umat untuk selamat hidupnya
di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui arti dari akhlak islami yang sebenarnya.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang terdapat dalam akhlak islami.
3. Untuk mengetahui sumber dan ciri-ciri akhlak islami
4. Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak islami
5. Dan mengetahui contoh-contoh akhlak terpuji dan tercela
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak islam terdiri dari dua kata akhlak dan islam. Akhlak berasal dari bahasa Arab yang
sudah dijadikan bahasa Indonesia yang di artikan juga sebagai tingkah laku, perangai atau
kesopanan. Kataakhlaq merupakan jama’ taksir dari kata khuluq, yang sering juga di artikan
dengan sifat bawaan atau tabiat, adat kebiasaan dan agama.Sedangkan islam adalah kata bahasa
Arab yang terambil dari kata salima yang berarti selamat, damai,tunduk, pasrah dan berserah
diri. Objek penyerahan diri ini adalah pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Akhlak
islam dapat di katakan sebagai akhlak yang islami. Akhlak islami adalah akhlak yang bersumber
pada ajaran Allah dan Rosul Nya. Akhlak islami ini merupakan amal perbutan yang sifatnya
terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim baik atau buruk.
Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq
(pencipta) dan makhluq (yang di ciptakan). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak
yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khalliq (Allah Ta’ala) dan
hubungan baik anatara makhluq dengan makhluq. Kata ” menyempurnakan” berarti akhlak itu
bertingkat, sehingga perlu di sempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam –
macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah
sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Yang di
jelaskan dalam al-qur’an dalam surah Al – qalam [68]:4 yang artinya: “sesungguhnya engkau
(Muhammad) mempunyai akhlak yang agung. Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih
luas maknanya dari pada yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa
hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun
pikiran. Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish
shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk
kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian
pula sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena
kebohongan esensinya buruk. “Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental.
Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua
simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya
bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas al-Qur’an dan as-Sunah bukan dari
tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat. Aliran ahlus sunah memandang
baik buruk didasarkan atas agama, dan akal tidak mungkin mengetahui yang baik dan buruk
tergantung pada kesesuaian dengan akal, karena akal merupakan anugerah Allah yang mulia. Al-
Ghazali memandang baik buruk atas akal yang didasari dengan jiwa agama baik berdasarkan al-
Qur’an maupun hadis. Sedang Abu A’la al-Maududi memandang baik buruk ditentukan oleh
pengalaman, rasio, dan intuisi manusia yang dibimbing tuhan melalui wahyu-Nya. Tampaknya
pendapat yang terakhir inilah yang dapat dijadikan prinsip baik akhlak alami, karena
kenyataannya akhlak merupakan kebiasaan yang reflektif yang semestinya ditopang oleh
kebenaran rasio, dan intuisi dibimbing oleh wahyu Allah.
Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada
makhluk Allah Berakhlak kepada manusia adalah toleransi antaragama, memberikan hak sebagai
tetangga, warga negara atau warga agama, ikut terlibat dalam segala hal, tidak ingin menang
sendiri, bertanggung jawab atas masalah sosial, tolong menolong, saling memaafkan, saling
menghormati, dan sabar serta menahan diri. Sedangkan akhlak kepada hewan dan tumbuhan
adalah melestarikan, memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga Nabi
SAW, menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin menyembelih hewan. Pelaksanaan
akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena ketiga unsur diatas merupakan
bagian integral dari syariah Allah swt. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun
objek akhlak adalah kepada makhluk. Sedangkan ahklak kepada Allah harus lebih diutamakan
dari pada akhlak kepada makhluk. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang
anak harus lebih hormat kepada orang tuanya dari pada orang lain.
3. Sumber Akhlak Islam
Persoalan “Akhlak” pun didalam islam banyak dibicarakan dimuat pada Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia.
Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang
semestinya diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui,
apakah perbuatan itu terpuji, atau tercela, benar atau salah. Kita telah, mengetahui bahwa akhlak
islam adalah merupakan sistem moral/akhlak yang bedasarkan islam, yang bertitik tolak dari
akidah yang diwahyukan Allah pada Nabi/Rosulnya yang kemudian agar disampaikan kepada
umat. Memang sebagaimana disebutkan terlebih dahulu bahwa secara moral/akhlak terbagi atas
moral yang bedasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang
sama tidak bedasarkan kepercayaan kepada tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang
muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak
secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap
selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran
bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti
ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah
SWT.
3. Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah laku
yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4. Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu melibatkan
pengawasan Allah Swt dan manusia lainnya, karena sumbernya dari Allah Swt.
Adapun ciri-ciri khusus akhlak Islami atau akhlak mulia yang sempurna sebagai
berikut:
a. Sikap dan perilaku akhlaqi-nya harus benar.
Dalam Islam, segala sikap dan perilaku haruslah didasarkan atas perintah Allah dan
RasulNya. Jadi, maksud sikap dan perilaku akhlaqi-nya harus benar adalah bahwa sikap
dan perilaku akhlaqi-nya itu didasarkan atas perintah Allah dan RasulNya, bukan atas
dorongan nafsu dan syahwat. Memperbanyak ibadah, memperbanyak amal soleh,
memperbanyak shalat, memperbanyak puasa, memperbanyak shodaqoh, berbakti
kepada kedua orang ibu dan bapak, hidup rukun dengan sesama, meringankan beban-
beban manusia, hidup sederhana, berkata yang benar, menepati janji, amanah, rendah
hati, menahan marah, memaafkan kesalahan orang, memperbanyak zikir,
memperbanyak taubat, sabar dan tawakkal, hingga perbuatan yang dianggap kecil
seperti membuang duri di jalan yang banyak dilewati manusia merupakan perbuatan-
perbuatan akhlaqi yang diperintah oleh Allah dan RasulNya.
b. Sikap dan perilaku akhlaqi harus dilakukan secara ikhlas.
Jadi, selain perbuatan akhlaqi itu harus dilakukan secara benar (yakni dilakukan atas
dasar perintah Allah dan RasulNya, bukan atas dasar selera nafsu dan syahwat) juga
harus dilakukan secara ikhlas. Maksudnya, walaupun sikap dan perilaku akhlaqi itu
dilakukan dengan benar tapi jika tidak ikhlak maka perbuatan tersebut bukanlah
perbuatan akhlak Islami. Akhlak Islami adalah sikap dan perbuatan akhlaqi yang
dikerjakan atas dasar lillâh (karena Allâh). ilallâh (menuju Allâh), minallâh (dari
Allâh), dan fî sabîlillâh (di jalan Allâh); bukan karena pamrih dunia (seperti: ingin
disebut-sebut sebagai orang yang berakhlak mulia, mencari keuntungan-keuntungan
duniawi [agar dipercaya untuk menduduki sebuah jabatan yang dikehendaki untuk
dijabat oleh orang-orang yang berakhlak mulia, atau agar terpakai oleh majikan dan
atasan], dan mengejar nikmat pemberian Allah (seperti: memperbanyak shalat tahajud
dan puasa sunat agar memperoleh rizki yang banyak, mendapatkan jodoh, dagangan
laris, memperoleh jabatan yang diinginkan, terhindar dari hukuman) dan bukan pula
karena pamrih akhirat (berakhlak mulia karena ingin memperoleh pahala, ingin masuk,
dan takut masuk neraka). Jika tujuan-tujuan duniawi tersebut yang dikejar, maka
ganjaran-ganjaran duniawi itulah yang diperolehnya, sementara akhirat tidak didapat.
Adapun jika tujuan-tujuan pamrih akhirat tersebut yang dikejar, maka pahala dan surga
tidak akan didapatkan, malah mereka akan menjadi penghuni neraka. Na`udzu
billahimin dzalik.
c. Kebijakan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena islam telah menciptakan akhlak yang luhur.
Ia menjamin kebajikan yang murni, baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap
keadaan, waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak (etika) yang diciptakan manusia,
tidak dapat menjamin kebajikan dan mementingkan diri sendiri.
d. Keuntuk bebyat kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama islam wajib ditaati manusia. Sebab ia mempunyai
daya kekuatan yang tinggi menguuasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka,
juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegangan
kepadanya. Juga sebagai perangsang berbuat kebaikan yang diiringin pahala dan
mencegah perbuatan jahat, karena takut karena siksaan Allah SWT.
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah
SWT.
1
QS. AT-THARIQ, AYAT 5-7
Kedua, karena Allah SWT lah yang telah memperlengkapkan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati, serta anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. 2
Alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah di
dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak
kepada Sang Pencipta.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Allah memiliki sifat-
sifat terpuji, demikian agung sifat itu. Jangankan manusia, malaikat pun tidak akan
mampu menjangkaunya.
terdapat tiga komponen yang menjadi asas dalam Islam yang mencakupi seluruh
aspek kehidupan manusia yang terkandung di dalamnya ibadah yang menjadi tujuan
hidup manusia. Komponen tersebut adalah. Iman, Islam dan ihsan. 5
1. Iman
Iman diambil dari kata dari kata kerja (aamana yu’minu) yang berarti ‘percaya’ atau
‘membenarkan’. Menurut istilah Iman itu ucapan dengan lidah, kepercayaan yang benar
dengan hati perbuatan dengan anggota.
Rosulullah SAW, menerangkan rukun iman yaitu kepada Allah SWT, malaikat-
malaikatnya, kitab-kitabnya, rosul-rosulnya, hari kiamat, serta qodo’ dan qodar. Semua
perkara ini menjadi dasar akidah atau kepercayaan orang islam yang diatas dasar-dasar
inilah dilaksanakan amal dan ibadah orang yang beriman hendaklah menjadi seorang
2
QS. AN NAHAL , AYAT 78
3
QS. AL AJASIYAH, AYAT 12-13
4
QS. AL ISRA’ , AYAT 70
5
MUSTAFA, 2009: 72
yang beramal untuk meninfestasikankeimannya kepada semua rukun-rukun iman. Jika
seorang yang mengaku bahawa dia beriman tetapi dia tidak imannya dengan melakukan
amal, maka imannya adalah perhiasan dan cita-cita semata-mata.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah
orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk6.” Peranan iman akan menghasilkan rasa
keamanan dan ketenangan apabila segala harapan, sandaraan, pertolongan, dan
perlindungan diserahkan hanya kepada Allah SWT. Sehingga tiada lagi keraguan, putus
asa, dan kesedihan kerana seseorang mukmin itu yakin dan percaya bahawa tiada lagi
kejahatan dan kesakitan melainkan dengan kehendak Allah SWT.
2. Islam
Islam (al-islām “berserah diri kepada tuhan” adalah agama yang mengimani satu
Tuhan, yaitu Allah. Islam arti “ penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada
Allah SWT. Islam mengerjakan bahwa Allah menurunkan firmannya kepada manusia
melalui para nabi dan rosul utusannya, dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa
Muhammad adalah nabi dan rosul terakhir yang diutus kedunia oleh Allah.
Rukun Islam ada lima perkara yaitu mengucap dua kalimah syahadat, mendirikan
solat lima waktu, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji
di Baitullah. Jika seseorang manusia dapat memenuhi kelima-lima rukun ini maka
sempurnalah Islamnya dan dia terpelihara dari kemurkaan Allah SWT sekiranya
ditunaikan rukun-rukun tersebut serta hukum-hukum yang bertalian dengan syariat Islam
itu sendiri. 7
3. Ihsan
Ihsan secara bahasa artinya lawan dari berbuat buruk. Secara syara’, ihsan adalah
merasa diawasi Allah baik ketika sepi maupun ramai. Ihsan ada 2 macam, yaitu:
6
QS. AL-AN’AM, 6 :84
7
MUSTAFA, 2009: 76
a. Ihsan kepada makhluk. Hal ini mencakup 4 perkara, yaitu dengan harta, kedudukan,
ilmu, dan dengan badan.
b. Ihsan dalam beribadah kepada Allah. Untuk hal ini ada 2 tingkatan yaitu tingkatan
menyaksikan. yakni, beribadah kepada Allah seakan akan melihatNya. Ini adalah
tingkatan paling tinggi. Kedua, tingakatn merasa dilihat dan diawasi, yakni jika engkau
tidak bisa merasakan begitu, maka ketahuilah, bahwa Dia melihatmu
Dalil perintah ihsan ada dalam firman Allah QS. An-Nahl:128
Akhlak Terpuji
a. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT
b. Selalu husnudzon(baik sangka) kepada Allah SWT
c. Menolong orang yang membutuhkan
8
ALI YAFI, 2006
9
HR AHMAD DAN ABU DAUD
d. Berbuat jujur, Patuh, berkata lembut dan sopan terhadap guru/orang tua
Akhlak Tercela
a. Mencuri
b. Mengejek orang
c. Berbuat fitnah
d. Membantah orang tua/guru
e. Iri, dengki
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak dalam Islam bukan sekedar perilaku atau karakter yang baik. Akhlak dalam
Islam adalah akhlak mulia yang “sempurna”. Ciri-ciri akhlak dalam Islam haruslah
mengandung unsur-unsur berikut:
1) baik dan bersifat ikhtiari, maksudnya sikap dan perilaku yang baiknya itu merupakan
hasil usaha yang keras dan sungguh-sungguh;
2) benar, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya itu dilakukan semata-mata
sebagai ketaatan kepada Allah dengan mengikuti petunjuk dan teladan Rasulullah;
3) ikhlash, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya itu dilakukan karena Allah
semata, bukan karena parih dunia ataupun pamrih akhirat;
4) dan istiqomah, atau ajeg dan tetap, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya itu
dilakukan secara terus-menerus dalam situasi dan kondisi apa pun dan bagaimana
pun.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Y. (1995). Al-Ibadah Fi Al-Islam. Kaherah: Maktabah Wahbah.
Mustafa, A. R. (2009). Hadis Empat Puluh. Shah Alam: Dewan Pustaka Fajar.
http://disinis.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-agama-islam-bagibagi.html
https://umma.id/article/share/id/6/230565