Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“AKHLAK ISLAMI DAN PEMBENTUKANNYA”

Dosen Pengampu : M. ROHIM

Di susun Oleh :

Kelompok 6

1. BAGUS DWI CAHYO (2051010351)

2. M. SYAMSUL MA’ARIF (2051010327)

3. RANI WINATA (2051010329)

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Akhlak Islami dan
Pembentukannya ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
M. Rohim pada Akhlak Tasawuf. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang akhlak islami dan pembentukannya bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Rohim selaku dosen Akhlak
Tasawuf yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. saya juga menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 25 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan ................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Islami dan Ruang Lingkupnya .................. 3
B. Pembentukan Akhlak ............................................................... 5
C. Metode Pembinaan Akhlak ..................................................... 6
D. Manfaat Akhlak Mulia ............................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan masalah


akhlak. Disatu sisi kita mengutamakan tauhid yang merupakan perkara pokok atau inti
agama ini. Semua orang berusaha mempelajarinya namun banyak yang lupa akan
masalah akhlak. Akhlak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari dimana semua
orang harus memiliki akhlak yang baik.

Pada dasarnya akhlak bersumber pada nilai-nilai syariat Islam. Ruang lingkup
akhlak meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, serta akhlak kepada
alam semesta. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Secara umum dapat
dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan
syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain
akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan
berdasarkan aqidah.

Dalam makalah ini kita akan mempelajari berbagai macam manfaat akhlak,
pembentukan akhlak serta metode dalam pembentukaan akhlak. Dimana semua itu
penting perlu kita ketahui agar dapat menjalankan hidup dengan baik sebagai mana
yang diajararkan rasulullah sejak zaman dahulu sampai sekarang. Itu semua juga
tercantum dalam al-qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan akhlak islami dan ruang lingkupnya ?

2. Bagaimana pembentukan akhlak ?

3. Bagaimana metode pembinaan akhlak ?

4. Apakah manfaat akhlak mulia ?

1
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini


adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian akhlak islami dan ruang lingkupnya.
2. Mengetahui pembentukan akhlak.
3. Mengetahui metode pembinaan akhlak.
4. Mengetahui manfaat dari akhlak mulia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Islami dan Ruang Lingkupnya

Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari “ khuliqun“ yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabi’at. Menurut pengertian, umumnya
akhlak itu disamakan pada budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. Khalaq merupakan
gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia
seperti raut wajah. Sekalipun pengertian akhlak itu berbeda asal katanya, tetapi tidak
berjauhan maksudnya bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain.
Menurut istilah para ahli berbeda pendapat tentang definisi akhlak tergantung cara
pandang masing-masing. Berbagai perbedaan para ahli itu adalah sebagai berikut.
a. Farid Ma’ruf
Mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.
b. M. Abdullah Diroz
Mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
kekuatan berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang
benar (akhlak baik) atau pihak yang jahat( akhlak rendah).
c. Ibn Miskawaih
Mendefinisikan akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia
yang berbuat dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan
d. Al- Ghazali
Memberikan pengertian tentang bentuk ilmu akhlak sebagai ilmu untuk menuju
jalan ke akhirat yang dapat disebut sebagai ilmu sifat hati dan ilmu sifat rahasia
hubungan keagamaan yang kemudian menjadi pedoman untuk akhlak orang-
orang baik. 1

1 Ilmu pendidikan FIP UPI Tim pengembang 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian 3.
Bandung : PT Imperal bhakti utama. Hal 20.

3
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu akhlak mahmudah
(fadhillah) dan akhlak mazhmumah (qobihah). Disamping istilah tersebut imam al-
ghazali menggunakan istilah munjiya untuk akhlak mahmudah dan muflikaf untuk
akhlak mazhmumah.
Berbicara tentang ruang lingkup akhlak adalah hal yang sangat luas. Sehingga
para ulama pun berbeda pandangan berkenaan dengan ruang lingkup akhlak ini.
Muhammad Abdullah ad-Diraz sebagaimana yang dikutip oleh sofyan sauri membagi
ruang lingkup akhlak menjadi 5 macam :
a. Akhlak perorangan, akhlak ini memahami 4 al yaitu al awamir ( yang
diperintahkan), al nawahi (yang dilarang) al mubahat (yang diperbolehkan) dan
al mukhlafah bil iththirar (yang darurat).
b. Akhlak keluarga, akhlak ini dituntut dengan 3 kewajiban yaitu wajibat nahwal
ushul walfuru ( kewajiban timbal balik kepada orang tua dan anak), wajibat
bainal azwaj (kewajiban suami istri) dan wajibat nahwal aqorib (kewajiban
terhadap kerabat dekat).
c. Akhlak bermasyarakat, meliputi al awamir ( hal- hal yang diperintahkan) al-
makhzurat ( hal-hal yang dilarang) dan qowaid al adab (kaidah-kaidah adab).
d. Akhlak bernegara, akhlak bernegara meliputi al- alaqoh baina al- rais wa al syab
(hubungan antara pemimpin dengan rakyat) al- alaqoh al-kharijiyyah(hubungan
dengan negara luar).
e. Akhlak beragama, akhlak ini meliputi kewajiban kepada Allah SWT.2

Dari pemaparan diatas kita tahu bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat luas.
Bahkan oleh yunahar ilyas menambah dari apa yanv telah disampaikan oleh
Muhammad Abdullah Draz dengan akhlak kepada Rasulullah SAW sehingga menjadi
enam bagian.

Sedangkan Ulil Amri Syafri menyederhanakan prmbagian diatas menjadi tiga


bagian besar dari akhlak tersebut yaitu :

2
Amin, Saifudin. 2021. Pendidikan akhlak berbasis haidst Arba'in An Nawawiyah. Indramayu:
Penerbit adab. hal 22.

4
a. Akhlak kepada Allah subhanahu wata'ala dan Rasulullah SAW. Akhlak kepada
Allah merupakan sikap dan perbuatan manusia yang seharusnya sebagai
makhluk yang baik.
b. Akhlak pribadi dan keluarga yang mencakup bahasan sikap dan profil muslim
yang mulia.
c. Akhlak bermasyarakat dan muamalah yang didalamnya mencakup hubungan
antar manusia.

B. Pembentukan Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Misalkan pendapat Muhammad
Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengatakan bahwa pendidikan
budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam.3 Demikian pula
Ahmad. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah identik
dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba
yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.

Menurut sebagian ahli akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah sudah
dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah
pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah
yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati yang selalu cenderung
kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan
sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan. Kelompok ini lebih lanjut
menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam
perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin.
Orang yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan
dirinya. Demikian juga sebaliknya.
Kemudian ada pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Akhlak
manusia itu sebenarnya boleh diubah dan dibentuk. Orang yang jahat tidak akan

3
Quraish Shihab, Wawasan al-qur’an, (Bandung : Mizan,2000) hal 261-270

5
selamanya jahat, seperti halnya seekor binatang yang ganas dan buas bisa dijinakkan
dengan latihan dan asuhan. Maka manusia yang berakal bisa diubah dan dibentuk
perangainya atau sifatnya. Oleh sebab itu usaha yang demikian memerlukan kemauan
yang gigih untuk menjamin terbentuknya akhlak yang mulia.4

C. Metode Pembinaan Akhlak


Ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam yaitu metode
yang diambil dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam, yakni
memberi teladan, pembiasaan, nasehat, ceritera, perumpamaan, dan ganjaran.

1. Metode Uswah (teladan)


Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-
nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah
Rasulullah SAW.
2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Metode ta’widiyah atau pembiasaan secara etimologi asal katanya adalah biasa.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti
sedia kala sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-
hari. Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”,
menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah
(titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika
dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa
dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
3. Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji,
memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
4. Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan
materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana

4
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1980) hal 48.

6
terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis
merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam
al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik
perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
5. Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-
Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia.
6. Metode Tsawab (ganjaran)
Metode tsawab itu diartikan sebagai hadiah dan bisa juga hukuman. Metode ini
juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya
dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi
dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi
remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
D. Manfaat akhlak
Orang yang berakhlak mempunyai manfaat yang banyak:
a. Sederajat dengan derajat orang yang ahli puasa dan tahajjud malam
“Sesungguhnya seseorang sungguh akan mendapatkan dengan akhlaknya yang
baik, derajat orang yang ahli puasa dan tahajjud malam ‘ (HR. Ahmad).
b. Sebab terbanyak orang di masukkan Allah Swt kedalam Surga “Sebab yang
paling banyak menjadikan orang masuk 8urge adalah sebab takwa kepada Allah
dan akhlah yang baik” (HR. Tirmidzi dan Hakim).
c. Orang yang paling dekat duduknya dengan Rasulullah Saw di hari kiamat
“sesungguhnya yang paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat adalah
orang terbaik akhlaknya dari kalian” ( HR. Tirmidzi dan Ibnu hibban).
d. Di mudahkan urusannya di dunia “Barang siapa menghilangkan kesulitan
seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan hilangkan
kesulitannya di hari kiamat, barang siapa yang memudahkan urusan orang yang
kesulitan, Allah mudahkan urusannya di dunia dan akhirat, barang siapa yang
menutupi aib (kesalahan) saudaranya di dunia, Allah akan tutupi kesalahannya
di dunia dan akhirat, Allah senantiasa melindungi seorang hamba, selama ia
menolong saudaranya” (HR.muslim).
e. Di beri kasih sayang Allah di dunia “sesungguhnya Allah mengkasihsayangi
hambanya yang berkasihsayang dengan sesamanya” (HR. Imam Ahmad).
7
f. Membuat seseorang menjadi disegani, dihormati, disenangi orang lain.
g. Memudahkan hubungan baik seseorang dengan orang lain.
h. Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.
i. Menjadikan seseorang dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai
lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan, sekolah dan kampus.5

5 Saproni. 2015. Praktis Akhlak Seorang Muslim. Bogor: CV Bina Karya Utama hal 8.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Menurut pengertian, umumnya akhlak itu disamakan pada budi pekerti,


kesusilaan, sopan santun. Khalaq merupakan gambaran sifat batin manusia, akhlak
merupakan gambaran bentuk lahir manusia seperti raut wajah.
Ruang lingkup akhlak sangatlah luas sehingga banyak para ulama memaparkan
ruang lingkup akhlak salah satunya adalah Muhammad Abdullah ad-Diraz beliau
membagi akhlak menjadi 5 yaitu akhlak perorangan, keluarga, agama, negara, dan
bermasyarakat.
Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah sudah
dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah
pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah
yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati yang selalu cenderung
kepada kebenaran.
Metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam yaitu metode yang diambil
dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam, yakni memberi
teladan, pembiasaan, nasehat, ceritera, perumpamaan, dan ganjaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu pendidikan FIP UPI Tim pengembang 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan
bagian 3. Bandung : PT Imperal bhakti utama.

Amin, Saifudin. 2021. Pendidikan akhlak berbasis haidst Arba'in An Nawawiyah.


Indramayu: Penerbit adab

Quraish Shihab, Wawasan al-qur’an, (Bandung : Mizan,2000)

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif,


1980)

Saproni. 2015. Praktis Akhlak Seorang Muslim. Bogor: CV Bina Karya Utama

10

Anda mungkin juga menyukai