Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AQIDAH DAN AKHLAK

Dosen Pengampu : Agus Siswanto, M. Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Ahmad Khoirudin

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


MISBAHUL ULUM GUMAWANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aqidah dan
Akhlak ini tepat pada waktunya.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Bapak Agus Siswanto, M.Pd.I., yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Kami sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar kami dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.

Belitang, Mei 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah dan Akhlak.................................................................. 3
B. Hakekat Pembelajaran Akidah Akhlak ..................................................... 5
C. Sumber Akidah Akhlak............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah dan akhlak merupakan pondasi dasar yang wajib ditanamkan
kepada peserta didik sejak dini khususnya di tingkat Madrash Ibtidaiyah.
Sebagai seorang calon  guru yang akan  dicetak sebagai guru yng
profesional, sudah semestinya kita sebagai calon guru mengenal bagaimana
pembelajaran aqidah akhlak di tingkat madrasah ibtida’iyah. Seperti yang
kita ketahui bahwa pada peserta didik khususnya di tingkat MI masih
membutuhka pondasi akan pentingnya aqidah akhlak tersebut. 
Ni1ai suatu prilaku itu ditentukan oleh kandungan moral yang terpatri
dibalik perilaku  tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin
penting untuk dipelajarinya.Perilaku yang paling penting adalah akhlakul
karimah yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.Sehingga
orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor
Doktor, pada hakekatnya dia bodoh.Adakah yang lebih bodoh daripada orang
yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan
selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk/ciptaan lainnya.Kemudian
Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya.
Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup
para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada
di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan.
Di dalam tubuh manusia seperti kepadanya.Maka apabila suatu ummat sudah
rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah akhlak dan aqidahnya terlebih
dahulu. Disiniah pentingnya aqidah ini.Apalagi ini menyangkut kebahagiaan
dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi  Aqidah  Akhlak ?
2. Apa hakekat  pembelajaran aqidah akhlak ?
3. Sebutkan sumber Aqidah Akhlak ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definis Aqidah Akhlak
2. Mengetahui hakekat  pembelajaran Aqidah Akhlak.
3. Mengatahui sumber Aqidah Akhlak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah dan Akhlak


1. Pengertian Aqidah
Kata ‘aqidah berasal dari kata bahasa arab. Secara
bahasa, aqidah berarti sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga disebut
dengan ’aqa’id, yaitu kata plural (jama’) dari ’aqidah yang artinya
simpulan. Kata lain yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai arti
kepercayaan. Menurut Sayyid Sabiq, seperti dikutip Nurcholis Madjid
(baca: Cak Nur), tauhid atau al-‘aqidah al-islamiyyah adalah suatu sistem
kepercayaan Islam yang mencakup didalamnya keyakinan kepada Allah
dengan jalan memahami nama-nama dan sifat-sifatNya, keyakinan
terhadap malaikat, ruh, setan, iblis dan makhluk-makhluk gaib lainnya,
kepercayaan terhadap Nabi-nabi, Kitab-kitab Suci serta hal-hal eskatologis
lainnya, seperti Hari Kebangkitan (al-ba’ts), hari kiamat/hari akhir (yaum
al-qiyamah/yaum al-akhir), surga, neraka, syafa’at, jembatan gaib (al-
shirath al-mustaqim), dan sebagainya.1
Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala
keraguan. Atau dengan kata lain Aqidah adalah suatu perkara yang harus
dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan mantap
serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan
bahwa apa yang menjadi rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini
keberadaannya.
2. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, al-khuluqu atau al-khuluq yang
berarti watak, tabiat, keberanian atau agama. Sedangkan secara istilah
Muuhammad Rabbi Muhammad Jauhari mengutip pendapat  Ibnu
Maskawaih bahwa Akhlak adalah   suatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui

11
Mahrus, Modul Akidah, (Jakarta : 2012) hal: 9

3
fikiran dan pertimbangan.  Keadaan ini terbagi dua: ada yang berasal dari
tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulan-ulang.
Boleh jadi, pada mulanya tindakan-tindakan itu melalui fikiran dan
pertimbangan, dan dilakukan terus-menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak. 2
Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan
ajaran tentang penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui
penghayatan diri yang sedang menghadap dan berada di depan Tuhan
ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu pendidikan atau latihan
untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaffah),
sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman
seseorang. Ihsan ini baru tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan
sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang mencapai
predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-
hari ihsan tercermin  dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-
karimah). Inilah yang menjadi misi utama diutusnya Nabi Saw. ke dunia,
seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya
aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”.   Tugas yang
amat berat dan sangat mulia itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh Nabi
berkat bimbingan langsung dari Allah Swt. dan juga didukung oleh
kepribadian beliau yang sangat agung. Terkait dengan ini Allah Swt.
berfirman: 

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung.” (QS. al-Qalam : 4) 3
Jadi konsep  dasar mempelajari aqidah akhlak di madrasah adalah
suatu pernyataan sekaligus gambaran dasar dalam mempelajari suatu
ikatan dan keyakinan dasar dalam kehidupan beragama sehingga
22
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami (Bandung:
Pustaka Setia, 2006 ) hlm.85
33
  Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Yogyakarta: Wahana Press, 2009 )hlm.9

4
diharapkan dapat melahirkan budi pekerti dan akhlakul karimah pada
peserta didik. 

B. Hakikat Pembelajaran Aqidah Akhlak


Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila
setelah belajar tidak terjadi perubahan, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa
padanya telah berlangsung proses belajar. Selain itu belajar juga selalu
berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah
itu mengarah yang lebih baik, direncanakan atau tidak.
Kemudian untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam
memberikan definisi tentang pembelajaran aqidah akhlak ini, penulis akan
memaparkan dalam tiga  bagian, yaitu:
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di dalamnya
terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa dan materi
pelajaran. Interaksi antara ketiga komponen utama ini melibatkan sarana
dan prasarana seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat
belajar sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Untuk memahami hakikat pembelajaran, dapat dilihat dari dua
segi, segi etimologis (bahasa) dan segi terminologis (istilah). Secara
etimologis pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
instruction yang bermakna upaya untuuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,
metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengertian terminologis adalah Pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan  seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan4

4
  4
Heri Gunawan, Kurikulum dan pembelajaran PAI (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.108

5
Menurut S. Nasution pembelajaran adalah proses interaktif yang
berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara sekelompok siswa
dengan tujuan   untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap
serta menetapkan apa yang dipelajari itu.5
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Zainal Aqib
adalah  suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi,
materiil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran.6
Sehingga berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik pengertian
bahwa pembelajaran adalah usaha orang dewasa yang sistematis, terarah,
yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar
menuju perubahan tingkah laku dan kedewasaan anak didik, baik
diselenggarakan secara formal maupun non formal.
2. Akidah Akhlak
Para ahli sangat bervariasi dalam mendefinisikan aqidah
yang  beranjak dari pengertian yang terkesan terbuka sampai pada yang
terperinci, bahkan sangat berhati-hati dalam mengungkapkannya.
Menurut Zuhairini, aqidah adalah: i’tikad batin, mengajarkan keEsaan
Allah SWT, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan
meniadakan.
Menurut Zaki Mubarok Latif yang mengutip pendapat dari  Hasan
Al Banna mengatakan bahwa aka’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati. Sedang
kutipan pendapat dari Abu Bakar Jabir Al Jazani mengatakan bahwa
aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.7

5
S. Nasution, Kurikulum Dan pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm.102
6
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (surabaya: Insan Cendikia,
  2002), hlm. 41   

77
Zaki Mubarok Latif, dkk, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 29

6
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan  bahwa setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan
yang didukung oleh hidayah Allah SWT berupa indra, akal agama dan
lain sebagainya, dan keyakinan sebagai sumber utama akidah itu
tidak boleh bercampur dengan keraguan. Tiap-tiap pribadi pasti memiliki
kepercayaan, meskipun bentuk dan pengungkapannya berbeda-beda. Dan
pada dasarnya manusia memang membutuhkan kepercayaan, karena
kepercayaan itu akan membentuk sikap dan pandangan hidup seseorang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian aqidah  adalah
sesuatu yang pertama dan utama untuk diimani oleh manusia. Kemudian
pengertian akhlak adalah suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap
kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-
perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.  Akhlak itu timbul dan tumbuh
dari dalam jiwa, kemudian berbuah kesegenap anggota menggerakkan
amal-amal, serta menghasilkan sifat-sifat yang baik dan utama dan
menjauhi segalayang buruk dan tercela. Pemupukan agar dia bersemi dan
subur ialah  berupa humanity dan iman, yaitu kemanusiaan dan keimanan
yang kedua-duanya bersama menuju perbuatan.  Dari pemaparan diatas
dapat dijelaskan bahwa aqidah akhlak adalah suatu bidang studi yang
mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat  mengetahui,
memahami dan meyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan
mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Jadi aqidah akhlak merupakan bidang studi yang mengajarkan dan
membimbing siswa dalam suatu rangkaian yang manunggal dari upaya
pengalihan pengetahuan dan penanaman nilai dalam bentuk kepribadian
berdasarkan nilai-nilai  ketuhanan.
3. Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran aqidah akhlak merupakan tiga kata yaitu terdiri dari
kata pembelajaran, aqidah dan akhlak. Berdasarkan pengertian tiga kata
itu sebagaimana yang telah diuraikan diatas dalam bab ini, maka dapat

7
difahami dan diketahui bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran
aqidah akhlak adalah suatu wahana pemeberian pengetahuan, bimbingan
dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan
menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu pengertian pembelajaran
aqidah akhlak adalah  suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esaan Allah
SWT, yang berupa pendidikan yang mengajarkan keimanan, masalah ke-
Islaman, kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan syari’at Islam
menurut ajaran agama, sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang
sempurna iman dan Islamnya.  Dengan demikian yang penulis maksudkan
dengan pembelajaran aqidah akhlak adalah: usaha atau bimbingan secara
sadar oleh orang dewasa terhadap anak didik untuk menanamkan ajaran
kepercayaan atau keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT, yaitu
keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah, dan
diwujudkan oleh amal perbuatan. Selain itu pembelajaran aqidah akhlak
adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan
pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan
menghayati kebenaran ajaran Islam sehingga dapat membentuk prilaku-
prilaku siswa yang sesuai dengan norma dan syariat yang ada.

C. Sumber Akidah Akhlak


Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa saja
yang disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah
SAW dalam sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, itu pun harus didasari oleh
kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya

8
kemampuan semua makhluk Allah. Akal tidak akan mampu menjangkau
masalah-masalah ghaib, bahkan tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang
tidak terikat dengan ruang dan waktu.8
Ilmu aqidah adalah ilmu yang membahas keyakina manusia kepada
Allah SWT. Ilmu aqidah disebut juga ilmu tauhid. Kata tauhid berasal dari
wahhada,yuwahhidu,tauiddan, artinya mengesakan,atau mengi’tikadkan
bahwa Allah Maha Esa.9
Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib
tersebut dan menjawab pertanyaan segala sesuatu tentang hal-hal ghaib itu.
Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa
berita tentang hal-hal ghaib tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh akal
fikiran.
Sebagian ulama menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran Islam
ketiga setelah Al-Qu’an dan sunah. Penjelasan dari sumber-sumber akidah
akhlak yaitu sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Secara etimologis, Al-Qur`an adalah bentuk dari mashdar dari
kata qara’a, artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis padanya
atau melihat dan menelaah. Kata “Qur`an” digunakan dalam arti sebagai
nama kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an
banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah –masalah
ketuhanan.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap
muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang
terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT,
yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Isi kandungan Al Qur’an, pada garis besarnya mengandung pokok-
pokok ajaran sebagai berikut :

98
Yunahar Ilyas .2010 .Kuliah aqidah islam.Yogjakarta : LPPI .Hal. 6
9
Amudidin ,dkk. 2006 .Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Graha Ilmu.hal 53

9
a. Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan atau akidah, yaitu
ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar.
b. Tuntunan yang berkaitan dengan syari’ah, yaitu hukum-hukum yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau
alam sekitar.
c. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang
muslim memilki budi pekerti yang baik serta etika kehidupan.
d. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan
haji.
e. Tuntunan yang berkaitan dengan janji dan ancaman, yakni seperti janji
kepada orang-orang yang berbuat  baik dan ancaman kepada orang-
orang yang  berbuat jahat atau dosa.
f. Tuntunan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, yakni informasi-
informasi tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi,
matahari dan lain sebagainya.
g. Sejarah atau kisah-kisah masa lalu, seperti kisah para nabi dan rasul,
kisah orang-orang umat terdahulu.10
Keistimewaan dan keutamaan Al-Quran dibandingkan dengan kitab lain
a. Memberi petunjuk lengkap disertai hukumnya untuk kesejahteraan
manusia segala zaman, tempat dan bangsa
b. Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengarihi jiwa
pendengarnya
c. Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia
d. Menghilangkan ketidakbebasan berfikir yang melemahkan daya upaya
dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
e. Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang
perkembangannya.

1010
Drs. Muhammad Alim, M. Ag, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006). Hal. 181

10
f. Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan
hukum-hukumnya.
g. Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta
membedakan manusia hanya dasi takwanya kepada Allah SWT.
2. As-Sunnah
As-Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-thariqah, yang berarti
metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata tersebut berasal
dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (berarti "jalan").
Mengikuti sunnah berati mengikuti cara Rasullulah bersikap, bertindak,
berfikir dan memutuskan.11
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Barangsiapa melakukan sunnah
yang baik dalam Islam, maka selain memperoleh pahala bagi dirinya, juga
mendapat tambahan pahala dari orang yang mengamalkan sesudahnya,
dengan tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barang siapa
melakukan sunnah yang jelek dalam Islam, maka selain memperoleh dosa
bagi dirinya, juga mendapat tambahan dosa dari orang yang melakukan
sesudahnya dengan tanpa mengurangi sedkitpun dosa mereka." (HR
Muslim).12
As-Sunnah sering disebut juga dengan hadits merupakan segala
tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang
kedua setelah Al Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati
hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi
Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT dalam potongan ayat Al-Hasyr: 7 sebagai berikut.

1111
Amudidin ,dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Graha Ilmu.hal. 96
12
Abdul Rozak  & Rosihan Anwar. 2012. Ilmu Kalam.Bandung : CV Pustaka Setia. hal
22-23

12

11
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”. (QS Al Hasyr : 7)
Dikatakan As-Sunnah sebagai wahyu kedua setelah Al-Qur’an
karena alasan-alasan berikut:
a. Allah SWT menetapkan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul
terakhir.
b. Allah SWT menetapkan Muhammad SAW membawa risalah-risalah-
Nya.
c. Allah SWT menetapkan Muhammad SAW terbebas dari kesalahan
ketika berkaitan dengan kerasulannya. Rasulullah SAW
di ma’shum sehingga apapun yang disampaikannya bukan berasal dari
hawa nafsu, melainkan sebagai wahyu yang dikaruniakan Allah SWT.
d. Karena Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa hak untuk
menjelaskan makna-makna Al-Qur’an kepada umat manusia berada
ditangan Rasulullah SAW.
As-sunnah merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki
fungsi sebagai berikut.
a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Qur’an,
sehingga keduanya (Al Qur’an dan Hadits) menjadi sumber hukum
untuk satu hal yang sama.
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang
masih bersifat umum.

12
c. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al
Qur’an.13
3. Ijma’ Para Ulama
Ijma’ dalam pengertian bahasa memiliki dua arti. Pertama,
berupaya (tekad) terhadap sesuatu.  Ijma’ adalah sumber aqidah yang
berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Muhammad SAW setelah
beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang
yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami dan
mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan Ijma’, Allah SWT berfirman :

          Artinya :
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali”. (Q.S An Nisaa:115) 14
Imam Syafi’i menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil
pembolehan disyariatkannya ijma’, yaitu diambil dari kalimat “jalannya
orang-orang yang beriman” yang berarti ijma’. Beliau juga menambahkan
bahwa dalil ini adalah dalil syar’i yang wajib untuk diikuti karena Allah
menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul.
Didalam pengambilan ijma’ terdapat juga beberapa kaidah-kaidah
penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah aqidah harus

1313
Muhammad Alim, Op.cit., hal. 10
14
Roli Abdul Rohman, et.al., Akidah dan Akhlak, (Bengkulu: Tiga Serangkai, 2007). Hal.
6

14

13
bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur an dan Sunnah yang shahih karena
perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali
dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi ijma’ adalah menguatkan Al Quran
dan Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil
yang dzoni sehingga menjadi qotha’i.

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala
keraguan. Atau dengan kata lain Aqidah adalah suatu perkara yang harus
dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan mantap
serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan
bahwa apa yang menjadi rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini
keberadaannya. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pikiran terlebih dahulu.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa saja
yang disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah
SAW dalam sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Sebagian
ulama menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran Islam ketiga setelah Al-
Qu’an dan sunah.

B. Saran
Kita sebagai calon pendidik sudah semesti mempersiapkan diri untuk
bertingkah laku dengan akhlakul karimah sejak sekarang karena mau tidak
mau ketika kita terjun ke lapangan tentunya sudah menjadi barang pasti kita
akan mejadi panutan bagi para peserta didik kita. Selanjutnya untuk para
orang tua seharusnya mengarahkan dan membiasakan para anak-anaknya
untuk beretika sebagaimana mestinya. Tidak terlupakan kami sebagai penulis
mengharapkan kepada pemerintah untuk ikut berpatisipasi dalam
mengalokasikan para generasi bangsa untuk menjunjung tinggi akhlakul
karimah lewat lembaga dan wewenang yang mereka pegang agar tercipta
bangsa dan negara yang bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA

15
Abdul Majid, S. M. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Amudidin. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Graha Ilmu.

Drs. Muhammad Alim, M. A. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Heri Gunawan. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran PAI. Bandung: Alfabeta.

Ilyas, Y. 2010. Kuliah Aqidah Islam. Yogjakarta: LPPI.

Rohman, R. A. 2007. Akidah dan Akhlak. Bengkulu: Tiga Serangkai.

Mahrus. 2012. Modul Akidah. Jakarta.

Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Yogyakarta: Wahana Press.

Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari. 2006. Keistimewaan Akhlak Islami.


Bandung: Pustaka Setia.

S. Nasution. 1984.  Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.

Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendikia.

Zaki Mubarok Latif, dkk. 2001. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Press.

16

Anda mungkin juga menyukai