Anda di halaman 1dari 16

SUMBER AJARAN AKHLAK

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akhlak Tasawuf
Yang diampu oleh: Masrin Banurea, M.Pd. I.

DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK II
Semester II/ MPI Regular
SALSABILA (02230919)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang tidak
bisa kita ukur dengan apapun,. Sholawat beserta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
hingga saat ini.

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi kami kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, kepada dosen yang
telah membimbing dan memberi banyak pengetahuan agar dapat
mengimplementasikan ilmu yang kami dapat dengan baik.

Makalah ini berisi tentang “sumber ajaran akhlak”, sebagai manusia biasa
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi
motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi diwaktu yang akan datang .Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi juga bagi para pembaca,
Aamiin….

Batu Bara, 15 April 2024


Hormat Saya

Salsabila

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian Akhlak ........................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................... 5
C. Sumber Ajaran Akhlak .................................................................... 6
D. Metode Pendidikan Akhlak ............................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................... 12
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah Beliau itu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah didalam Al-
Qur’an. Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah
diharuskan agar keluhuran akhlak dan budi Rasulullah SAW dapat
dijadikan contoh dalam khidupan sehari-hari.
Mereka yang mematuhi perintah ini dijamin keselamatan hidupnya
baik didunia maupun akhirat. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema
yang berkenaan tentang aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan
akhlak mulia.Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan
hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila
misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya
yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah
diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu
dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang
mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan
akhirat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian akhlak ?
2. Bagaimanakah ruang lingkup akhlak ?
3. Bagaimanakah sumber ajaran akhlak ?
4. Bagaimanakah metode pendidikan akhlak ?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak
3. Untuk mengetahui sumber ajaran akhlak
4. Untuk mengetahui metode pendidikan akhlak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologis merupakan bentuk jama’ dari kata
khuluq. Kata khuluq adalah lawan dari kata khalq, yang mana khuluq
merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir. Khalq
dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihar dengan mata
batin bashirah). Yang keduanya berasal dari katanya adalah kata khalaqa
yang artinya penciptaan.1
Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq
merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah
manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh.
Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq disamakan dengan kata ethicos
atau ethos yang artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan
hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi
etika.2
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa akhlak tidak lepas dari
penciptanya yaitu Allah SWT sebagai sumber utama akhlak yang mana
ajarannya disampaikan melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Selain itu akhlak juga tidak lepas dari yang diciptakan yaitu manusia
sendiri sebagai pelaku akhlak. Kajian mengenai akhlak (etika) di kalangan
umat Islam pada awal permulaan Islam hanya terbatas pada upaya
memahami akhlak dari al-Qur’an dan sunnah saja, selanjutnya kajian
akhlak berkembang lebih luas seiring dengan perkembangan zaman.
Setelah era penerjemah literatur filsafat Yunani, bermunculan tokoh-tokoh
yang mengkaji khazanah klasik Yunani termasuk teori-teori mereka
mengenai akhlak dan berbagai corak pemikiran.3

1
Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009),
h. 31.
2
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta Amzah,
2007), h. 3.
3
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 225.

3
Secara terminologi para ulama sepakat mengatakan bahwa akhlak
adalah hal yang berhubungan dengan perilaku manusia, namun mereka
berbeda-beda dalam menjelaskan pengertiannya. Abu Hamid al-Ghazali
dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din mendefinisikan akhlak sebagai:

‫الخلق عببرة عه هيئت في الىفس راسخت عىهب تصذر االفعبل بسهىلت ويسرمه‬
‫غير حبجت الي فكرورويت فإن كبوت الهيئت بحيث تصذرعىهباألفعبل الجميلت‬
‫المحمىدة عقال وشرعب‬
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah,dengan tidak
memerlukan pikiran dan pertimbangan jika sekiranya sikap itu muncul
berupa perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan
syari’at.
Hasan Langgulung mengartikan akhlak sebagai kebiasaan atau
sikap yang mendalam di dalam jiwa yang kemudian muncul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa melalui pertimbangan yang mana dalam
pembentukannya bergantung pada faktor-faktor keturunan dan
lingkungan.4
Ibnu Miskawwaih mendefinisikan akhlak sebagai:

‫الخلق حبل للىفس داعيت لهب إلي أفعبلهبمه غيرفكروالرويت‬


Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah kehendak maupun tindakan yang telah mendarah daging dalam
pribadi seseorang yang muncul dengan mudah tanpa melalui pertimbangan
dan atau pemikiran terlebih dahulu, tanpa ada paksaan serta tanpa adanya
unsur kepura-puraan hanya mengharap ridla Allah SWT.

4
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. AlHusna, 2003), h. 56.

4
B. Ruang Lingkup Akhlak
Berdasarkan berbagai macam definisi akhlak, maka akhlak tidak
memiliki pembatasnya, ia melingkupi dan mencakup semua kegiatan,
usaha, dan upaya manusia, yaitu dengan nilai-nilai perbuatan. Dalam
perspektif Islam, akhlak itu komprehensif dan holistik, dimana dan kapan
saja mesti berakhlak. Oleh sebab itulah merupakan tingkah laku manusia
dan tidak akan pernah berpisah dengan aktivitas manusia.
Jadi, ruang lingkup akhlak Islam adalah seluas kehidupan manusia
itu sendiri yang mesti diaplikasikan fi kulli al-makan wa fi kulli al zaman.
Akhlak Islam meliputi:
1. Hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Bersyukur
kepada Allah. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuandan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Adapun akhlak kepada
Allah meliputi selalu menjaga tubuh dan pikiran dalam keadaan bersih,
menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar, dan menyadari bahwa
semua manusia sederajat.5
2. Akhlak terhadap sesama manusia. Banyak sekali rincian tentang
perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal itu tidak
hanya berbentuk larangan melakukan hal-hal yang negatif seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib
sesama. Akan tetapi akhlak kepada sesama manusia meliputi menjaga
kenormalan pikiran orang lain, menjaga kehormatannya, bertenggang
rasa dengan keyakinan yang dianutnya, saling tolong menolong dan
lain-lain.
3. Akhlak terhadap lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan
makhluk hidup lainnya, termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan,
dan hewan. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi ini.

5
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), h.
356.

5
Perhatikanlah firman Allah SWT:

Artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi


untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanamtanaman dan
binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(QS. Al-Baqarah:
205).
C. Sumber Ajaran Akhlak
Yang dimaksud dengan sumber ajaran akhlak adalah yang menjadi
ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan
ajaran Islam, dasar sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah.6 Tingkah
laku nabi Muhammad SAW merupakan contoh suri teladan bagi umat
manusia semua.7 Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
(Q.S. alAhzab/33 : 21)”.
Dalam tafsir Al-Lubab dijelaskan bahwasanya ayat tersebut
menyatakan “Sungguh telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah
Muhammad SAW teladan yang baik bagi orang yang senantiasa
mengharap rahmat dan kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat
serta teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat Allah dan banyak
menyebutnya”. Maksudnya sosok Nabi Muhammad SAW dan kepribadian
belaiu merupakan teladan bagi umat manusia.

6
Yunhar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007), h. 10.
7
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 31.

6
Dalam diri Nabi SAW terhimpun secara sempurna segala sifat
terpuji dan kecenderungan manusia yaitu pemikir, pekerja, seniman dan
yang berkonsentrasi pada ibadah. Apapun tipe kepribadian seseorang
maka ia dapat menemukan teladan yang baik dalam diri Rasulullah SAW. 8
Menurut Syaikh Syaltut sebagaimana yang di kutip oleh Ulil Amri
Syafri dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Berbasis al-
Qur’an bahwa al-Qur’an menempatkan pendidikan akhlak sebagai salah
satu fondasi dasar pendidikan. Menurutnya, ada tiga aspek besar yang
dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
1. Aspek tauhid atau akidah, yaitu berhubungan dengan upaya
pembersihan diri dari bahaya syirik dan keberhalaan, serta pendidikan
jiwa terkait rukun iman.
2. Aspek akhlak, yaitu yang berhubungan dengan upaya pendidikan
diriatau jiwa agar menjadi insan mulia, dan mampu membangun
hubungan baik antar sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.
Implikasi positifnya adalah jujur, sabar, amanah, lemah lembut,
penyayang dan lainnya.
3. Aspek hukum, yaitu tataran peraturan yang ditentukan berdasarkan
diktum dan pasal tertentu dalam al-Qur’an yang mesti diikuti. Pasal
yang dimaksud adalah ayat tertentu yang mengatur hubungan makhluk
dengan sang khalik, seperti hukum-hukum ibadah mahdhah (sholat,
puasa, zakat, haji); pasal-pasal yang mengatur hubungan antar
manusia, seperti hukum-hukum nikah, keluarga, waris, dan lainnya;
pasal-pasal yang mengatur muamalah, seperti perniagaan, utang
piutang, keuangan dan lainnya; pasal-pasal jinayat (pidana), seperti
hukum qishahs, pembunuhan, pencurian, bahkan termasuk juga hukum
peperangan, perdamaian, perjanjian dan lainnya.
Jadi dalam al-Qur’an diatur bagaimana beribadah kepada Allah,
menjadi makhluk sosial yang baik dengan ajaran-ajaran Islam. Atau segala
sesuatu dalam kehidupan sudah dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai
pedoman hidup umat manusia. Selanjutnya adalah hadits, hadits
8
M. Quraish Shihab, AL-LUBAB; Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari Surah-surah al-
Qur’an, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2012), h. 215-216.

7
Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau merupakan sumber
akhlak yang kedua setelah al-Qur’an, karena segala ucapan dan perilaku
beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah.
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan agar selalu mengikuti
jejak Rasulullah SAW dan tunduk kepada apa yang dibawa oleh beliau.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Hasyr/59: 7:

Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah


kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-
kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan
apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”. (QS. Al-
Hasyr/59:7).
M. Qurais Shihab dalam tafsir Al-Lubab menyebutkan bahwa ayat
diatas menjelaskan wewenang dan cara pembagian harta fa’i. Karena itu,
pesan ayat ini, laksanakanlah ketetapan Allah ini dan apa saja yang
diberikan Rasul serta hukum-hukum yang ditetapkannya.
Setiap muslim dituntut atau dituntun memenuhi kebijaksanaan dan
ketetapan Rasul dalam segala bidang, baik tersurat dalam al-Qur’an
maupun bersumber dari sunnah. Kebijakan yang beliau perintahkan
hendaknya dipenuhi sesuai kemampuan, sedangkan apa yang beliau larang
hendaknya dihindari.

8
Jelaslah bahwa jika al-Qur’an dan hadits Rasul adalah pedoman
hidup yang menjadi asas setiap muslim, maka teranglah keduanya
merupakan sumber akhlakul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur’an dan
sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran manapun
hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan
(akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti
petunjuk dan pengerahan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari pedoman itulah
diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang
buruk.
Dengan begitu jelas bahwa dengan berpegang pada kedua pusaka
peninggalan Rasulullah SAW yakni al-Qur’an da Hadits akan selamat
didunia dan akhirat dan juga mendapatkan kemuliaan karena kemuliaan
akhlaknya.
D. Metode Pendidikan Akhlak
Menurut Nasiruddin, ada beberapa bentuk proses membentuk akhlak
yang baik:9
1. Dengan pemahaman (ilmu)
Pemahaman ini dilakukan dengan cara memberikan informasi
tentang hakikat dan nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya.
Seperti contoh, jujur, kejujuran dengan segala hakikat kebenaran dan
nilai-nilai kebaikannya harus diberikan kepada anak agar benar-benar
memahami dan meyakini bahwa jujur sangatlah berharga dan bernilai
dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat.
Setelah paham dan yakin bahwa jujur mempunyai nilai,
kemungkinan besar pada anak akan timbul perasaan suka atau tertarik
dalam hatinya dan selanjutnya akan melakukan tindakan yang
mencerminkan akhlak tersebut. Setelah anak terus-menerus melakukan
tindakan tersebut ia akan dengan mudah melakukan melakukannya dan
akhirnya menjadi akhlak yang merupakan bagian dari diri dan
kehidupannya.

9
Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2003),
h. 36-40.

9
2. Dengan pembiasaan (amal)
Pembiasaan berfungsi sebagai penguat atas pemahaman yang telah
masuk kedalam hatinya. Selain itu, pembiasaan juga berfungsi sebagai
perekat antara tindakan akhlak dan diri seseorang, sebagai penjaga
akhlak yang sudah melekat pada diri seseorang, dan juga akan
memunculkan pemahaman-pemahaman yang lebih mendalam dan
luas, sehingga seseorang semakin yakin dan mantap dalam memegang
objek akhlak yang diyakini.
3. Melalui teladan yang baik (uswah hasanah)
Keteladanan merupakan pendukung terbentuknya akhlak
mulia.Uswah Hasanahakan lebih mengena jika muncul dari orang-
orang terdekat. Contoh yang baik dan lingkungan yang baik, akan
lebih mendukung seseorang untuk menentukan pilihan akhlak yang
baik. Begitupula dengan contoh yang baik yang ada pada suatu
lingkungan akan semakin meyakinkan seseorang untuk senantiasa
berada pada nilai-nilai baik yang diyakini itu. Dan juga seseorang akan
merasa lebih ringan dalam mempertahankan nilai-nilai yang dipegang
karena mendapat dukungan dari orang-orang uang ada disekitar
lingkungannya.
Dengan mempelajari akhlak diharapkan dapat menjadi sarana bagi
terbentuknya insan kamil (manusia sempurna, ideal). Insan kamil dapat
diartikan sebagai manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya
sehingga dapat berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan
dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara benar sesuai dengan
ajaran akhlak.10
Tujuan akhir setiap ibadah adalah pembinaan takwa. Bertakwa
mengandung arti melaksanakan segala perintah agama dan
meninggalkan segala larangan agama dan meninggalkan segala
larangan agama. Hal ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan buruk
dan mengerjakan perbuatan-perbuatan terpuji. Orang yang bertakwa

10
Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2003),
h. 41.

10
berarti orang yang berakhlak mulia berbuat kebajikan serta berbudi
luhur. Dengan begitu tak akan ada yang namanya kenakalan remaja,
penyimpangan sosial dan kejahatan dimana-mana.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akhlak adalah kehendak maupun tindakan yang telah mendarah
daging dalam pribadi seseorang yang muncul dengan mudah tanpa
melalui pertimbangan dan atau pemikiran terlebih dahulu, tanpa ada
paksaan serta tanpa adanya unsur kepura-puraan hanya mengharap
ridla Allah SWT.
2. Ruang lingkup akhlak Islam adalah seluas kehidupan manusia itu
sendiri yang mesti diaplikasikan fi kulli al-makan wa fi kulli al zaman.
Akhlak Islam meliputi: Hubungan manusia dengan Allah sebagai
penciptanya, terhadap sesama manusia dan manusia dengan
lingkungan.
3. Sumber ajaran akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau
mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, dasar
sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah. Tingkah laku nabi
Muhammad SAW merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia
semua.
4. Ada beberapa bentuk proses membentuk akhlak yang baik, yaitu:
a. Dengan pemahaman (ilmu)
b. Dengan pembiasaan (amal)
c. Melalui teladan yang baik (uswah hasanah)
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, tentunya makalah ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Dan kami dapat menjadikan motivasi agar lebih baik lagi
untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Daud, Mohammad Ali. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Fauqi, Muhammad Hajjaj. 2011. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta: AMZAH.
Ilyas, Yunhar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Langgulung, Hasan. 2003. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Al-Husna.
Nasirudin, Mohammad. 2003. Pendidikan Tasawuf. Semarang: RaSAIL Media
Group.
Nasirudin, Mohammad. 2009. Pendidikan Tasawuf. Semarang: RaSAIL Media
Group.
Quraish, M. Shihab. 2012. AL-LUBAB; Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari
Surah-surah al-Qur’an. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.
Yatimin, M. Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta
Amzah.

13

Anda mungkin juga menyukai