AKHLAK
Di Susun Oleh :
Titin Marfiah
X IIK 2
MAN 2 TASIKMALAYA
CIPASUNG SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas kami ucapkan kepada
Allah SWT, karena bimbingannyalah maka saya penyusun makalah bisa menyelesaikan
sebuah Makalah Akidah Akhlak yang Berjudul “Akhlak”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan makalah yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan
terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai
tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangan ilmu yang
bermanfa’at bagi kita semua.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Akhlak ?
2. Apa pengertian Akhlak ?
3. Bagaimana macam – macam Akhlak dalam akidah ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
4) Menurut Assaf Muhammad Ahmad dalam bukunya yang berjudul Berkas-berkas
Cahaya Kenabian, akhlak adalah ruhnya umat. Jika ruh itu sehat, umat akan hidup
dalam keadaan kuat, terhormat dan disegani. Sebaliknya, jika ruh itu sakit,
rapuhlah umat, kekuatannya pudar, dan jadilah ia santapan orang-orang yang
lapar dan incaran musuh.
b. Ruang lingkup
Jika definisi tentang ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan seksama,
akan tampak bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas
tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan
tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak
dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal
tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan
tersebut.
c. Manfaat
Tujuan atau manfaat mempelajari ilmu akhlak menurut para ahli :
1) Menurut Ahmad Amin tujuan mempelajari ilmu akhlak adalah kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan lainnya yang baik maupun yang buruk.
2) Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu adalah untuk
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga
hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya
Tuhan.
3) Ilmu ini menurut Ibnu Miskawaih bertujuan agar manusia menjalankan
perilaku yang baik dan santun tanpa unsur ketertekanan maupun keberatan. Hal
itu terjadi ketika moralitas yang baik ini telah menjadi talenta yang menancap
kokoh dalam diri hingga menjadi karakter dirinya.
4) Menurut ajaran Al-Qur’an bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh risalah Nabi
Muhammad adalah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan
mengenal Allah serta beribadah kepada-Nya, mengokohkan hubungan antara
manusia dengan menegakkannya diatas dasar kasih sayang, persamaan dan
keadilan, hingga demikian tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam
hidup dan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
3
C. Macam-macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-
Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan
ketundukkan terhadap perintah Allah.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa,
karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan
berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim. Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang
tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang
sebagai orang yang sombong, suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. Sabar. Secara etimologi kata sabar berasal dari bahasa Arab Shabr merupakan
bentuk masdhar dari kata shabara-yashbiru yang diantaranya artinya adalah
menahan. Sedangkan Ibrahim Al-Abyary mengartikan sabar adalah menahan
diri dalam kesulitan. Secara terminology, sabar adalah mengendalikan diri
terhadap apa yang dikehendaki oleh akal dan syara’ atau keduanya.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
4
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu
bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat
baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur
kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Komunikasi yang
didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota
keluarga.
Salah satu akhlak kepada keluarga adalah birrul walidain. Birrul walidaini
berasal dari bahasa arab yang terdiri kata birru artinya kebajikan dan al-walidaini
artinya dua orang tua atau bapak ibu. Jadi, birrul walidaini adalah melaksanakan
kebajikan dan berbuat baik kepada kedua orang tua, seperti yang terdapat dalam surat
Al-Isra ayat 23 :
سانًا ۚ ِإ اما َي ْبلُغ اَن ِع ْندَ َك ْال ِكبَ َر أ َ َحد ُ ُه َما أ َ ْو َ ض ٰى َرب َُّك أ َ اَّل تَ ْعبُدُوا ِإ اَّل ِإيااهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح
َ ََوق
ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أُف َو ََّل تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَّل َك ِري ًما
Artinya :“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS.Al-Isra 17:
23).
Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka
akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang
tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam
komunikasisemua pihak dalam keluarga. Dari komunikasi semacam itu akan lahir
saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan
5
menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya
menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan
menyenangkan, menjadi surge bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada
anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-
masa selanjutnya.
4. Akhlaq Bermasyarakat
a. Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah yang bertamu terlebih
dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Allah
SWT berfirman:
6
1) Husnuzan
Berasal dari lafal Husnun (baik) dan Adhamu (prasangka). Husnuzan
berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah
suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang
yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah
takabur. Allah berfirman, Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya,
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24) Ayat ini menjelaskan perintah tawaduk kepada
kedua orang tua.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan
bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang
diyakini.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu
dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”dan tolong menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan”(Q.S. Al Maidah/5:2).
b. Akhlak tercela (Mazmumah)
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung. Allah berfirman, ”Dan janganlah kamu iri hati
terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas
sebagian yang lain, karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya...” (Q.S. AnNisa/4:32).
2) Dendam
7
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan. Allah berfirman, ”Dan jika kamu membalas, maka
balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik
bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126).
3) Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan
nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah
berfirman, ”...dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik...” (Q.S. Al Hujurat/
49:12).
4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi
perselisihan antara keduanya. Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita
maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum
karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6).
BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Definisi Akhlak yaitu pendekatan
libguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologik (peristilahan) Dari sudut kebahasaan,
akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
yang berarti perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang
baik dan agama.
Menurut At-tahawani ilmu akhlak adalah pembahasan tentang diri manusia dari segi
kecenderungan-kecenderungannya, hasrat-hasratnya, dan beragam potensi yang membuat
manusia condong pada kebaikan atau keburukan.
Dari Macam-macam Akhlak yang di bahas di atas adalah Akhlak kepada
Allah, Akhlak kepada diri sendiri, Akhlak kepada keluarga, Akhlaq Bermasyarakat
dan Akhlak kepada sesama manusia.
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya
kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
9
http://hoirunnisawandi.blogspot.co.id/2015/11/akhlak_6.html
https://www.google.co.id/search?q=makalah+akhlak&rlz=1C1AVFA_enID753ID753&ei=A3v5
WYG0OYPg0gSo7IPQAw&start=10&sa=N&biw=1309&bih=722
10