Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM AKHLAK ISLAM

“makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai mata kuliah akhlak tasauf”

Dosen pengampu: Bpk. Suhartono, M.Pd.I

Okta ramadhani
2386230021

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERISTAS NURUL HUDA OKU TIMUR
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Pemikiran Dalam Akhlak Islam” dengan baik. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan konstribusi, terutama kepada Bpk. Suhartono,
M.Pd.I dan teman teman, sehingga makalah yang saya susun dapat terselesaikan dengan baik.

Tentunya, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini, oleh karena itu saya dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga
dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Sukaraja, 28 Maret 2024

penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 5

A. Pengertian, Ciri Ciri, Dan Manfaat Memepelajari Ilmu Akhlak ................................. 5


B. Garis Garis Besar Yang Mempengaruhi Dalam Perkembangan Pemikiran Akhlak
Islam ............................................................................................................................ 5

BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................... 10

A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 10
B. SARAN ........................................................................................................................ 10

DAFATAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak tidak pernah lepas dari perilaku manusia. Karena akhlak sudah ada sejak
manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali, yaitu Nabi Adam as sampai
sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan terliat dari bagaimana perilaku mereka.
Tentunya akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan mereka dalam masyarakat luas
serta di hadapan Allah Swt. Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk
lain. Karena manusia tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah
yang paling mulia. Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam
as. Tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya pun
tentu sangat menarik untuk kita pelajari. Mulai dari ilmu akhlak di luar Islam, akhlak
bangsa Ibrani, akhlak dalam ajaran Islam serta akhlak sebelum Islam. Dimana memiliki
pemikir-pemikir yang berbeda setiap perkembangannya. Melacak sejarah perkembangan
akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi
ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat
dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat. Selama lebih kurang seribu tahun
ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun "kerajaan filsafat", dengan
lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik
akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-scmata berdasarkan fikiran dan teori-teori
pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di
zaman sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern.

B. Rumusan Masalah
1. Apakaha Pengertian, Ciri Ciri, dan Manfaat Dari Mempelajari Ilmu Akhlak?
2. Apasaja garis garis besar yang mempengaruhi dalam perkembangan pemikiran
akhlak islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ciri ciri dan manfaat dari mempelajari ilmu ahklak.
2. Untuk mengetahui apa saja garis garis besar yang mempengaruhi dalam perkembangan
pemikiran akhlak islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penertian, Ciri Ciri, dan Manfaat Dari Mempelajari Ilmu Akhlak


1. Pengertian akhlak

Akhlak berasal dari kata Khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat adalah sifat manusia yang terdidik oleh keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang melalui proses pemikiran,
pertimbangan, analisa dan ketangkasan. Sedangkan secara terminologi berarti tingkah
laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik, seperi contohnya bisa mengkomunikasikan sesuatu dengan baik,
tidak berbohong, tidak berbuat curang, selalu jujur dalam pekataan dan perbuatan.

Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.

Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Ciri ciri dari akhlak :


1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.

3. Manfaa mempelajari ilmu akhlak


a. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.
b. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
c. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
d. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui
perbuatan yang baik atau buruk.

B. Garis Garis Besar Yang Mempengaruhi Perkembangan Pemikiran Aklah Islam

Berikut beberapa fase yang mempengaruhi perkembangan pemikiran akhlak islam:

a. Fase yunani

5
Pertumbuhan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya
orang-orang yang bijaksana. Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam
membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan
bahwa ilmu akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis. Pandangan dan
pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosof Yunani berbeda-beda. Tetapi substansi
dan tujuannya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi
nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah
airnya. Dalam penyeledikian ilmu akhlak itu muncul banyak ungkapan bijak yang
mengandung ajaran-ajaran etika dan moral.

Socrates juga berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu tidak menjadi
benar kecuali bila didasarkan kepada ilmu pengetahuan. la juga menyimpulkan, bahwa
yang termasuk dalam keutamaan adalah ilmu-lmu, terlebih yang dipelajari oleh manusia
untuk kemudian dijalankan dan dilaksanakan dalam kehidupan mereka. Namun pada
periode Socrates akhlak belum mempunyai ukuran baku yang dipergunakan untuk
mengukur segala perbuatan yang diberi hukum baik dan buruk, karena yang
dipergunakan hanyalah nilai baik menurut hati (rasa) manusia secara umum.

Cynics dan Cyrenics adalah para pengikut Socrates, tetapi ajaran keduanya bertolak
belakang. Diantara ajarannya adalah bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan
dan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang memiliki perangai akhlak ketuhanan.
Dengan akhlak ketuhannan ini seseorang sedapat mungkin meminimalisasi kebutuhan
dan terbiasa dengan hidup menderita. la menganggap hina kekayaan, menjauhi segala
kelezatan, terbiasa dengan kemiskinan, dan tidak memedulikan hinaan orang atas
kemiskinannya. Jika cynics berpendapat bahwa kebahagian itu terletak pada upaya
menghindari kelezatan, Cyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu justru terletak
pada upaya mencari kelezatan.

b. Fase arab sebelum (pra) islam

Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat sebagai mana
bangsa Yunani. Hal ini karena penyelidikan terhadap ilmu terjadi hanya pada bangsa
yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, bangsa Arab pada waktu itu
mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak,
Walaupun demikian bangsa arab yang belum banyak mengenal peradaban sudah
memiliki perangai halus dan mengangkat tinggi nilai-nilai etik dalam kehidupan. Nilai
etik dan moral bangsa Arab terekam dari ungkapan dan ajaran-ajaran mereka kepada
anak dan generasi berikutnya. Misalnya ungkapan hikmah yang disampaikan oleh
Aktsam ibn Shaify, yang hidup pada zaman Jahiliyyah dan kemudian masuk Islam. la

6
berkata: "Jujur adalah pangkal keselamatan, dusta adalah merusakkan, kejahatan adalah
kekerasan, ketelitian adalah sarana mengahdapi kesulitan, dan kelemahan adalah
penyebab kehinaan, penyakit pikiran adalah nafsu, dan sebaik- baik perkara adalah
sabar". (Zahruddin-Hasanudin, 2004). Juga Al-Adwany pernah berpesan kepada
anaknya yang bernama Usaid dengan sifat-sifat terpuji: "Berbuatlah dermawan,
muliakanlah tanganmu, bantulah orang yang meminta pertolonganmu, hormatilah
tamumu dan jagalah dirimu dari perbuatan meminta-minta sesuatu pada orang lain".
(Zahruddin- Hasanudin, 2004).

Dapat difahami bahwa bangsa arab (pra Islam) juga telah memiliki kadar pemikiran
dalam bidang akhlak. Juga pengetahuan tentang berbagai macam keutamaannya dan
mengerjakannya, Walau demikian, terdapat beberapa orang yang arif bijaksana serta
para ahli-ahli syair yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan melarang yang
buruk. Di antara mereka kita kenal Lukman alHakim, Aktsam bin Shaify, Asy'ar Zuher
bin Abi Salma dan Hatim Tha'i. (Zahruddin-Hasanudin, 2004).

c. Fase islam

Disaat islam datang dibawa oleh Muhammad saw. islam tidak menolak setiap
kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab. Sebaliknya Islam mengakui
apa-apa yang dipandang tepat (baik) untuk membina umat serta menolak apa-apa yang
dianggap jelek (menurut petunjuk al-Qur'an dan As-sunnah). Islam membawa akhlak
mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup umat manusia dan alam seluruhnya.
Pemikiran bangsa Arab setelah Al-quran turun dari segi akhlak menjadi luas dan
berkembang, juga lebih jelas arah dan sasarannya. Mereka telah diberi nikmat (islam)
oleh Allah, mereka juga mamapu dalam menulis syair-syair dan karya tulis sastra yang
mendidik melalui kata-katanya yang hikmah dan terdapat pesan-pesan yang berkaitan
dangan akhlak-akhlak yang sifatnya praktis.

Dalam perkembangannya kemudian, ajaran akhlak menemukan bentuknya yang


sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.
Agama islam mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakui Dia- Lah
yang Maha Pencipta, Pelindung, Pengasih dan Penyayang terhadap makhluknya. Selain
itu agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia paling sempurna dan memuat
ajaran yang menuntun manusia kepada kebahagiaan dan kesehjahteraan. Semua ini
terkandung dalam ajaran al-Qur'an dan Al-sunah. (Abuddin Nata, 2004).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad diutus


adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Selain hadits tersebut masih banyak
hadits yang menjelaskan tingginya nilai etika (akhlak) seseorang, diantara hadits-hadits
tersebut adalah:

7
"Tak ada yang lebih memberatkan timbangan amal kebajikan pada hari kiamat
melebihi akhlak yang mulia" (HR. Bukhori Muslim).

"Sesempurnnya iman seorang mukmin adalah orang yang paling baik akhlaknya".
(HR. Ahmad)

Prototipe paling sempurna dari model pelaksanaan ayat dan hadits tersebut di atas
tentang etika atau moral atau ahlak adalah Muhammad saw. la merupakan manusia
paling sempurna dalam berbagai aspek, baik fisik maupun psikis. Akhlak dan budi
pekertinya mendapat pujian dari seluruh kalangan bangsa arab sejak ia remaja. Bahkan
pujian pun datang dari al-Qur'an, yang menyebut Muhammad sebagai manusia yang
berakhlak al-Qur'an.

Di kalangan bangsa Arab, sedikit sekali orang yang mempelajari akhlak secara
ilmiah meskipun mereka telah maju dalam lapangan pengetahuan. Abu Nashr Al-Faraby
dan Abu 'Ali bin Sina mempelajari akhlak sacara ilmiah juga mempelajari filsafat
Yunani, sehingga dalam ajaran mereka tentang akhlak terdapat alam pikiran Yunani.
Pembahasan akhlak terbesar di kalangan Arab adalah Ibnu Miskawaih dalam kitabnya
Tadzibul Akhlak wa-Tathhirul 'Araq, yang membahas campuran akhlak secara ilmiah
dengan ajaran-ajaran Plato, Aristo, Galinus, dan ajaran-ajaran islam. Abah Ibnu Thiby
telah memadukan antara takwa kepada Allah dengan bakti kepada orang tua dalam hal
kebaikan. Hanya saja dalam tuntunan wahyu ada koreksinya, yaitu Nabi melarang orang
tunduk kepada makhluk sesamanya.

d. Fase abad pertengahan

Eropa mulailah bangkitnya pada babak kedua abad xv dan para ahli menghidup-
hidupkan kembali filsafat Yunani. Para ahli angkatan baru waktu itu mengeritik dan
memperluas penyelidikan tentang masalah-masalah akhlak (etika) itu berdasarkan
persoalan ilmu-ilmu lain yang telah ditemukan orang, seperti ilmu jiwa dan ilmu
kemasyarakatan, Mereka cenderung kepada kenyataan, bukan kepada khayal.
Pandangan baru ini menimbulkan perubahan dalam nilai keutamaan. Perhatian orang
mulai tertuju kepada pentingnya dilakukan perhatian tentang pemuda, wanita dan anak-
anak dalam susunan memasyarakatan. Telah mencapai sukses dalam menetapkan hak
dan kewajiban.

Ilmu filsafat,termasuk didalamnya ilmu akhlak, waktu itu di Eropa pada abad-abad
pertengahan, sangat tertekan, sebab gereja memusuhi filsafat Yunani dan Romawi dan
menentang penyebaran ilmu dan kenegaraan. Gereja percaya bahwa hakikat kebenaran
itu wahyu yang tidak mungkin salah lagi. Wahyu hanya membolehkan orang berfilsafat
dalam batas-batas tertenttu, sekadar memperkuat kepercayaan-kepercayaan keagamaan.

8
Di Eropa terjadi konfrontasi antara filsafat dan gereja. Gereja pada waktu itu
memerangi filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari
wahyu. Namun diantara golongan gereja ada juga yang menerima percikan filsafat
selama tidak bertentangan dengan ajaran gereja. Inilah yang menciptakan suasana
dimana filsafat akhlak yang lahir pada masa itu merupakan perpaduan antara ajaran
Yunani dengan ajaran Nasrani. Pemuka-pemukanya yang termasyhur adalah Abelard
(1079-1142) dan Thomas Aquinas (1226-1274). Kemudian datang Shakespeare dan
Hetzenner yang menyatakan adanya perasaan naluri pada manusia dapat digunakan
untuk membedakan baik dan buruk.

e. Fase modern

Pada pertengahan abad ke 15 eropa mulai bangkit, para ilmuan mulai menghidup
suburkan filsafat yunani kuno, akal mulai dibangunkan dari tidumya, sebagian ajaran
klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. diantara ajaran yang dikritik
sekaligus diselidiki adalah ajaran Akhlak yang dibawa bangsa yunani dan bangsa-
bangsa setelahnya.

1. Descratores (1596-1650)

Diantara sekian tokoh barat yang memperhatikan kajian Akhlak adalah Descartes,
filsuf dan perancis, ia telah meletakkan dasar-dasar baru bagi ilmu pengetahuan dasar
filsafat, di antaranya:

a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan sebelum dipastikan
nyata, apa yang didasarkan pada sangkaan semata dan tumbuh dari kebiasaan
wajib ditolak.
b. Penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari hal yang kecil dan yang
termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks.
c. Tidak boleh menetapkan kehenaraan sebelum diuji terlebih dahulu.

2. Thomas Hill Green (1836-1882) dan Spencer (180-1903)

Green dan Spencer mengaitkan paham evolusi dengan Akhlak, Diantara pemikiran
akhlak Green adalah:

a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat
menghendaki sebab ia adalah pelaku moral.
b. Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek yang sadar diri,
suatu reproduksi dari kesadaraan diri yang abadi.
c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah yang ideal, tujuan yang terakhir.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak berasal dari kata Khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat adalah sifat manusia yang terdidik oleh keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang melalui proses pemikiran,
pertimbangan, analisa dan ketangkasan. Sedangkan secara terminologi berarti tingkah
laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik, seperi contohnya bisa mengkomunikasikan sesuatu dengan baik,
tidak berbohong, tidak berbuat curang, selalu jujur dalam pekataan dan perbuatan.

Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani Socrates dipandang sebagai


perintis Ilmu Akhlak. Dia berpendapat akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak
menjadi benar kecuali bila didasarkan. ilmu pengetahuan. Lalu datang Plato (427-347
SM). la seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah
pemikirannya dalam Etika berdasarkan teori contoh". Dia berpendapat. alam lain adalah
alam rohani. Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato.
Pengukutnya disebut Peripatetis karena in memberi pelajaran sambil berjalan atau di
tempat berjalan yang teduh.

Pada saat islam masuk lahirlah seorang guru besar dalam bidang akhlak yaitu Nabi
Muhammad saw. Bahkan diutusnya beliau ke muka bumi tiada lain untuk
menyempurnakan akhlak, namun yang pertama kali menggagas atau menulisnya masih
terus diperbincangkan.

Seiring berjalannya waktu bangsa Eropa pun bangkit dan mulai merngkaji ilmu
tentang akhlak dengan mengkritik sebagian ajaran klasik dan menyelidiki ajaran akhlak
tersebut.

Begitu banyak pendapat-pendapat tentang ajaran akhlak namun masih terdapat dan
di temui kekurangan-kekurangan yang menjadikannya kurang sempurna dan ditemui
celah, hanya satu yang kebenarannya mutlak dan absolut yaitu akhlak yang di ajarkan
oleh Nabi Muhammad saw. Dengan panduannya yaitu Al-Qur'anul Karim yang
diwahyukan oleh Allah SWT. Kepadanya.

B. Saran

Saya penulis sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, Maka dari pada itu saya meminta bagi para pembaca untuk berkenan

10
memberikan saran dan kritik yang membangun agara makalah yang saya buat dapat
menjadi lebih baik dan sempurna kedepan nya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata. Akhlak Tasawuf. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.2002

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasauf, Bandung: Pustaka Setia. 2010.

AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004.

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta:
PT Karya Mulia, 2005.

Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setya. 2010.

Hak Nurul. Perpustakaan dalam Sejarah dan Peradaban Islam, Murgomulyo:Maghza Pustaka.
2022

https://doclmith.wordpress.com/2009/03/01/mata-kuliah-akhlak- di akses pada tanggal 30 maret


2024

https://id.wikipedia.org/wiki/perkembanganakhlak di akses pda tanggal 30 maret 2024

https://www.academia.edu/40614716/KAMPUS_B_MURATARA_PERKEMBANGAN_PEMIKI
RAN_DALAM_AKHLAQ_ISLAM ( Di akses pada tanggal 28 maret 2024. Di jam 22.12
wib)

https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c0697416ddcae79410fcae2/perkembangan-
pemikiran-dalam-akhlak-
islam?page=2&_gl=1*gsr38l*_ga*RllUNmtrd2F4cGdvWk9KSTlHM0g3TDBBeGYxaXBE
b1RCVENCbVQzMDFwWTc4cTVmQUc4YXRWQlFEaFRySFdWbQ.._ga_6DPN6FP6G
B*MTcxMTcwMjU3Mi4xMC4xLjE3MTE3MDI1NzIuMC4wLjA._ga_Z1ETC4ZG45*MTc
xMTcwMjU3Mi4xMC4xLjE3MTE3MDI1NzIuMC4wLjA di akses pada tangggal 29 maret
2024, di jam 16.00 wib)

https://www.scribd.com/document/497193968/04-PERKEMBANGAN-PEMIKIRAN-DALAM-
AKHLAK-ISLAM-MADHAT (diakses pada tanggal 28 maret 2024, di jam 21.43 WIB)

12
https://www.scribd.com/document/643653254/Perkembangan-Pemikiran-Dalam-Akhlak-Islam di
akses pada tanggal 28 maret 2024, di jam 22. 21 wib)

Mustafa. Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia.2000

Mustafa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Muthahhari, Murtadha. Falsafah Akhlak. Bandung: Pustaka Hidayah, 1995.

Pasaribu Sahrin. Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam, Bandung:Media Group.2021.

Taqiyuddin an Nabhani. Peraturan Hidup Dalam Islam. Bogor: Thariqul Izzah. 2003.

Taufik Tad. Dakwah Era Digita, Jakarta: Yayasan Islam Ta'limiyah Al-Ikhlas.2020.

13

Anda mungkin juga menyukai