MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dengan Dosen
Najmudin, L.c., M.A.
Disusun oleh :
1. Sity Nurul Afifah 1111141220
2. Sunarsih 1111141356
Kelas : 1.G.
i
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Akhlak ?
2. Apa yang dimaksud dengan induk akhlak Islam?
3. Apa pentingnya akhlak Islami?
4. Bagaimana ruang lingkup akhlak?
5. Apakah pengertian etika, moral dan susila?
6. Apakah manfaat dari akhlak?
7. Apakan pengertian tasawuf?
8. Bagaimana ruang lingkup tasawuf?
9. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang akhlak dan tasawuf.
3. Mengetahui ruang lingkup akhlak dan tasawuf.
4. Mempelajari hubungan akhlak dan tasawuf.
5. Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat menetapkan dan menentukan
suatu perbuatan itu baik atau buruk.
D. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
mempergunakan metode studi kepustakaan yakni penulis mencari sumber dari
buku-buku ilmiah.
i
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Allah adalah Khalik yang menciptakan segala sesuatu di luar diri-Nya,
sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya disebut makhluk. Manusia dan
segala sesuatu yang menyertainya adalah makhluk.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinikan akhlak,
yaitu pendekatan etimologi (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan). Secara etimologi akhlak berasal dari kata khalaqa dengan akar kata
khuluqan (bahasa arab) yang artinya: Perangi, tabiat, dan adat. Bisa juga disebut
dengan khalqun (bahasa arab) yang berarti: kejadian, buatan, ciptaan atau sistem
perilaku yang dibuat oleh manusia baik itu yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif, tergantung kepada tata nilai yang dijadikan landasan atau tolak
ukurnya. Adapun secara termonologi menurut imam Al-Gozali (ihya, juz 111, hal.
54) mengatakan bahwa akhlak adalah suatu ibarat dari dorongan jiwa yang secara
otomatis, menimbulkan perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
membutuhkan pikiran dan usaha. Bisa juga didefinisikan ilmu akhlak, yaitu ilmu
yang membahas tentang tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan
buruknya, apa yang harus dilakukan da bagaimana cara melakukan sesuatu untuk
dirisendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.
Istilah akhlak atau khuluk mengacu pada pandangan dasar islam bahwa
manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian, kemulian dan dan sebaik-baiknya
ciptaan. Manusia harus memelihara kebaikan, kesucain dan kemuliaan itu dengan
beriman kepada ALLAH SWT, dan berbuat baik kepada sesamanya. Jika tidak
dapat memeliharanya, maka manusia dapat jatuh martabatnya dalam kenistaan,
menjadi makhluk paa tingkat yang paling rendah. (Q.S. At-Tin: 4-6).
3
4
i
5
1
Imam al-Ghazali, ihya Ulum al-Din, jilid III, hlm.59.
i
6
i
7
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadist). Berbeda dengan kelurga yang
orangtuanya lengkap.
3) Syariah Ijtimaiyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang
ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pemebentukan akhlak seseorang.
4) Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah
seperangkat tindakan atau gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi
nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan
Allah SWT.
c. Cara Mencapai Akhlak Mulia
1) Menjadikan Iman sebagai Pondasi dan Sumber
Iman artinya percaya, yaitu percaya bahwa Allah sesalu malihat segala
perbuatan manusia. Jika manusia melakukan perbuatan baik, balasannya akan
menyenangkan, sebaliknya jika manusia melakukan perbuatan jahat maka
balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir.
Akhlak yang baik akan dibalas dengan syurga dan kenikmatannya (QS. 55:12-
37). Begitu pula dengan akhlak yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22: 19-
22).
2) Pendekatan Secara Langsung
Artinya melalui Al-Quran, sebagai seorang muslim harus menerima Al-
Quran secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera didalamnya
wajib diikuti. Misalnya, Al-Quran melarang untuk saling berburuk sangka (QS.
49:12), menyeluruh memenuhi janji (QS. 23:8)., dan sebagainya.
3) Pendekatan Tidak Secara Langsung
Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar
kejadian-kejadian buruk yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini
dan yang akan datang.
i
8
Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya
berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian
bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling
potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan takut siksa-Nya.
d. Akhlak Rasulullah
Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kuluhuran akhlak.
Akhlak Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai suami,
kepala pemerintahan, pimpinan tertinggi pasukan Islam, dan sebagainya.
Rasulullah memiliki akhlak yang agung (QS. 68:4) dan patut dijadikan
teladan oleh umat Islam (QS. 33:21).
Akhlak Rasulullah secara umum, yaitu sebagai berikut:
1) Akhlak Qurani
Ditanyakan kepada Aisyah ra. Tentang akhlak Rasulullah SAW, maka
jawabnya akhlaknya Qurani.
Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran, karena itu untuk memperoleh
gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami Al-Quran dan As-Sunnah
atau segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah.
2) Akhlak Manusia Terbaik
Dikatakan oleh Anas ra. Bahwa Rasulullah adalah manusia yang terbaik
akhlaknya.
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Rasulullah, yaitu sebagai
berikut :
1) Jujur
Hadist Rasul Sesunguhnya kejujuran itu akan menghantarkan kepada
kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu akan menghantarkan ke surga. Dan
seseorang senantiasa berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah
sebagai orang yang benar dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa
kepada keajahatan, yang akhirnya akan menghantarkan ke dalam neraka. Dan
i
9
i
10
i
11
i
12
2
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pers,1980), cet.II, hlm.13.
i
13
3
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta Rajawali Pers, 1992), cet.I, hlm.8.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),
hlm.654.
i
14
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa seseorang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah
bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
c. Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari bahsa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su
berarti baik atau bagus, sedangkan Sila berarti dasr, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Kata susila berarti aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk.
d. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral,
susila, dan akhlak itu memiliki persamaan, yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik dan buruknya.
Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera
batiniah dan lahiriahnya.
Perbedaan etika, moral, susila dan akhlak, dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut.
i
15
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan
dan membutuhkan. Uraian diatas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral,
dan susila berasaldari produk rasio dan budaya masyarakat yang secra selektif
diakui sebgai yang bermafaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk
Al-Quran dan Al-hadist. Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari
manusia, sedangkan akhlak berasal dari Allah SWT.
6. Manfaat (keberuntungan) dari Akhlak
a. Memperkuat dan menyempurnakan Agama
Nabi bersabda:
Allah telah memilihkan agama islam untuk kamu, hormatilah agama dengan
akhlak dan sikap dermawan, karena Islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan
akhlak dan sikap dermawan itu.
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
Dengan bersikap dermawan (memberi), memaafkan orang lain, dan
menyambung silatuhrahmi.
c. Menghilangkan kesulitan
Jika kita menolong orang yang sedang kesulitan atau kesusahan maka Allah
akan melepaskan kesulitan kita pada hari kiamat.
d. Selamat hidup didunia dan akhirat
Nabi bersabda:
Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah
di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada
waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin
maupun waktu kaya. (HR. Abu Syaikh).
i
16
B. TASAWUF
1. Pengertian Tasawuf
Kata tashawuf dalam ejaan bahasa Indonesia ditulis bahwa tasawuf
berasal dari kata shafa yang berarti bersih. Jadi, shufi artinya orang yang hatinya
tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Pendapatan lain bahwa mengatakan bahwa
kata tasawuf berasal dari kata shuffah, yang berarti mesjid Nabawi di Madinah
yang ditempati oleh para sahabat Nabi yang miskin dari golongan muhajirin.
Mereka disebut Ahlu Al-Suffah, yakni orang-orang yang ikut hijrah dengan Nabi
dari Mekah yang kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin, tidak
memiliki apa-apa.
Dari beberapa asal-usul kata tasawuf diatas, tampaknya teori yang
mengatakan kata sufi diambil dari kata shuf, yang berarti wool, lebih dapat
diterima. Dalam kisah-kisah seorang sufi Masehi dan yahudi disebutkan bahwa
mereka punya kebiasaan memakai pakaian yang berasal dari kulit dan wool (bulu
domba) kasar. Dengan berpakaian sederhana itu, orang-orang sufi merasa
terhindar dari sifat riya dan menunjukan kezuhudan pemakaianya.
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tasawuf,
bergantung sudut pandang yang mereka gunakan. Nicholson misalnya,
memaparkan sekitar 78 definisi dari para ahli mengenai tasawuf, dan ibrahim
basuni mencatat sebanyak 40 definisi ini yang dikemukakan para ahli sufi abad
ketiga Hijriah. Didefinisi ini di kelompokan dalam tiga katagori, yaitu :
Pengalaman ahli sufi tahap pemula (Al-bidayah), pengalamaan peraktis ahli
tasawuf (Al-mujahadah), dan pengalamaan dari segi perasaan ( Al-madzaqat ).
Walaupun banyak definisi tentang tasawuf, tidak ditemukan satu definisi pun
yang mencakup pengertian secara komprehensif, sebab setiap definisi yang
dikemukakan didasarkan pada hasil pengalaman batin mereka yang berbeda-beda
dalam melakukan komunikasi dengan tuhan.
Dalam hubungannya dengan pengertian tasawuf ini, dapat diturunkan
definisi yang dikemukakan J.S. Trimingham, yang menyatakan bahwa tasawuf
(mistisme) adalah salah satu cara khususbu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
i
17
i
18
i
19
i
20
5) Sabar (As-Shabr).
Sabar dalam menjalankan perintah ALLAH dan menjahui segala
larangannya, juga sabar dalam menerima segala cobaan yang menimpa dirinya.
6) Tawakkal (At-Tawakkal).
Tawakal adalah menyerah pada qadha dan keputusan ALLAH, bersyukur
atsa pemberian ALLAH, dan mencukupkan dirinya dengan apa-apa yang telah
diberikan ALLAH.
7) Ridha (Ar-Ridha).
Ridha adalah keadaan rela dalam berbagai situasi, baik ataupun buruk,dan
menyenangkan atau menyusahkan. Semuanya diterima dengan penuh kerelaan
dan keikhlasan kepada ALLAh.
b. Ahwal
Ahwal jamak dari bentuk kata hal yaitu sikap rohaniyah (mental) seorang sufi
dalam perjalanan tasawufnya. Perbedaan antara maqam dengan hal adalah kalau
maqam merupakan sikap hidup yang harus diusahakan dengan kesungguhan dan
latihan, sedangkan ahwal merupakan anugrah ALLAH bagi yang dikehendakinya.
Adapun macam-macam hal adalah:
1) Khauf (Al-Khawf).
Khauf adalah merasa takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
pada masa yang akan datang.
2) Tawadhu (At-Tawadhu).
Tawadhu adalah merendahkan diri dan berlaku hormat kepda siapa saja.
Tawdhu juga adalah selalu merendahkan diri, baik kepada manusia maupun
kepada ALLAH. Karena orang sombong selalu menolak kebenaran dan
menganggap remeh orang lain, sikap ini terjadi akibat dirinya merasa lebih dari
orang lain.
3) Takwa (At-Taqwa).
Tawakal adalah terpeliharanya hati dari berbagai dosa yang mungkin
terjadi karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya sehingga
mereka terpelihara dari perbuatan-perbuatan buruk (jahat).
i
21
4) Ikhlas (Al-Ikhlash).
Ikhlas adalah hilangnya rasa pamrih atas segala sesuatu yang diperbuat.
Atau ikhlas adalah orang yang tidak mengharapkan apa-apa lagi. Karena itu,
jika seseorang masih mengharapkan imbalan dari perbuatannya, maka
ikhlasnya tidak sempurna, bahkan disebut orang ria. Jadi ikhlas itu bersihnya
motif dalam berbuat; semata-mata hanya menurut ridha Allah tanpa
menghiraukan imbalan dari selainya.
5) Syukur (Asy-Syukur).
Syukur adalah pengakuan terhadap ikmat yang telah diberikan Allah
kepadanya; baik bersyukur melalui lisan. Perbuatan maupun hati.
Proses pembersihan jiwa memperoleh ahwal diatas menuju Allah
Marifatullah (dalam pandangan imam Al-Gozali), mahabbah (bagi Rabiah
Adawiyah), ittihad (bagi Abu Yazid al-Bustami) itu, dalam pandangan ahli
tasawuf dapat melalui tiga tingkat yang dinamakan takhallil, tahalli, tajalli.
Takhalli ialah membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, kotor hati,
maksiat lahir dan maksiat batin. Pembersihan ini dalam rangka melepaskan diri
dari perangai yang tidak baik (akhlak al- madmumah), yang tidak sesuai dengan
prinsip agama Sifat-sifat tercela ini merupakan penggangu dan penghalang utama
manusia dalam berhubungan dengan Allah. Proses memerlukan keikhlasan niat,
kekuatan iman, dan sinar pengetahuan yang sahih.
Tahalli merupakan pengisian dengan sifat-sifat terpuji; menyinari hati dengan
taat lahir dan batin. Hati yang demikian ini disebut qalbun salim dapat menerima
pancaran nurullah (cahaya Ilahi) dengan mudah. Oleh karenanya segala perbuatan
dan tindakannya selalu berasarkan dengan niat yang ikhlas, bersih dari penyakit
riya. Dalam ibadahnya itu tidak lain kecuali mencari ridha Allah. Untuk itulah
manusia seperti ini dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan karena Allah
senantiasa mencurahkan ragmat dan perlindungan kepadanya.
Sedangkan Tajalli adalah merasakan akan rasa ke-Tuhan-an yang sampai
mencapai muqrabah. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa tajalli merupakan
barang yang dikebukakan bagi hati seseorang tentang beberapa nur yang datang
i
22
secara ghaib. Tjalli ada empat tingkat yaitu; tajalli afal, tajalli asma, tajalli sifat,
dan tajalli dzat.
i
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian diatas telah memberikan informasi yang jelas, lengkap, dan
menyeluruh tentang cara-cara yang harus ditempuh oleh seseorang yang
menghendaki kehidupan yang baik guna selamat hidup dunia akhirat.
Akhlak merupakan perbuatan yang telah mendarah daging, dilakukan atas
kemauan sendiri, dengan tulus dan sebenarnya, bukan berpura-pura. Perbuatan
yang telah menjadi kepribadiannya. Akhlak sebagai ilmu yang menentukan
perbuatan baik atau buruk berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah. Akhlak juga
merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan bagi yang mengerjakannya. Ia
akan disukai Allah dan disukai umat manusia dan makhluk lainnya. Didalamnya
ternyata memberikan bimbingan yang optimal yang secara batiniah dapat
mengintegrasikan jiwa manusia.
Akhlak yang ditawarkan Islam berdasarkan nilai-nilai mutlak yang
bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist. Namun dalam pelaksanaannya akhlak
dalam agama islam itu memerlukan penjabaran dan pengembangan yang
dihasilakan akal manusia melaluai usaha ijtihad. Pemikiran dalam bentuk konsep
etika, moral dan susuila dapat digunakan untuk menjabarkan berbagai ketentuan
akhlak yang bersifat mutlak, universal, dan general yang ada dalam Al-Quran dan
Al-Hadist.
Manfaat (keberuntungan) dari akhlak:
1. Memperkuat dan menyempurnakan Agama
2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
3. Menghilangkan kesulitan
4. Selamat hidup didunia dan akhirat
i
23
24
B. Saran
Penjelasan (materi) tentang akhlak dan tasawuf belum bisa menjawab
semua persoalan manusia. Untuk meyelesaikan persoalan-persalan tersebut
manusia harus menjadi insan kamil (manusia sempurna), cara untuk menjadi insan
kamil yaitu dengan memiliki akhlak yang mulia dengan melakukan tasawuf.
Maka dari itu kita harus mengetahui, mempelajari, dan mempraktekkan akhlak
dan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari supaya menjadi darah daging di dalam
tubuh kita. Serta mengikuti akhlak terpuji yang dimiliki Rasulullah.
i
25
DAFTAR PUSTAKA
25