Anda di halaman 1dari 28

0

AKHLAK DAN TASAWUF

MAKALAH

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dengan Dosen
Najmudin, L.c., M.A.

Disusun oleh :
1. Sity Nurul Afifah 1111141220
2. Sunarsih 1111141356

Kelas : 1.G.

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2014

i
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat
nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Akhlak dan
Tasawuf.
Shalawat dan salam dihaturkan pada Nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa dan raga dan lainnya
untuk menegakkan syiar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini kita
masih rasakan.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan
tentang pengertian akhlak dan tasawuf, ruang lingkup akhlak dan tasawuf, dan
hubungan akhlak dan tasawuf.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Najmudin, L.c., M.A. selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan
kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini belum sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
Wassalamualaikum wr. wb.

Serang, November 2014

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
D. Metode Penelitian ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3


A. Akhlak .......................................................................................................................... 3
1. Pengertian Akhlak .................................................................................................. 3
2. Induk Akhlak Islam ................................................................................................ 5
3. Pentingnya Akhlak Islami...................................................................................... 5
4. Ruang Lingkup Akhlak ........................................................................................ 10
5. Etika, Moral, dan Susila ....................................................................................... 12
6. Manfaat (keberuntungan) dari Akhlak ............................................................... 15
B. Tasawuf ...................................................................................................................... 16
1. Pengertian Tasawuf .............................................................................................. 16
2. Ruang Lingkup Tasawuf ...................................................................................... 18
C. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf ..................................................... 22

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 23


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23
B. Saran ........................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis
Akhlak Tasawuf yaitu mengawal dan memandu perjalanan hidup umat manusia
agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah
mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain
karena dukungan akhlaknya yang prima, sehingga hal ini dinyatakan Allah di
dalam Al-Quran.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. itu dijadikan contoh
dalam kehidupan di berbagai bidang. Bagi meraka yang mematuhi permintaan ini
dijamin keselamatan hidupnya di dunia da akhirat.
Perhatian terhadap pentingnya Akhlak Tasawuf kini muncul kembali,
yaitu saat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak
yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa
yang bersangkutan. Praktek hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan
kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang lain
semakin berkembangan di wilayah yang tidak berakhlak dan tidak bertasawuf.
Korupsi, pembunuhan, perampokan, pemerkosaaan, perampasan hak-hak asasi
manusia, dan sebagainya, pada saat ini sangat umum terjadi di dalam kehidupan.
cara mengatasinya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang mental spiritual dan akhlak
yang mulia.
Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita bisa membangun konsep akhlak
dengan berbagai sentuhannya dengan etika, moral, dan susila. Serta dapat menilai

1
2

seseorang baik atau buruk, memberikan keputusan, dan menentukan langkah


dalam hidup yang baik dan benar. Dalam bidang tasawuf kita dapat melihat arti
tasawuf dengan berbagai nuansanya, aliran-aliran yang berkembang didalamnya,
termasuk menjadi sosok menusia yang ideal (insan kami) dan terikat serta
perkembangannya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Akhlak ?
2. Apa yang dimaksud dengan induk akhlak Islam?
3. Apa pentingnya akhlak Islami?
4. Bagaimana ruang lingkup akhlak?
5. Apakah pengertian etika, moral dan susila?
6. Apakah manfaat dari akhlak?
7. Apakan pengertian tasawuf?
8. Bagaimana ruang lingkup tasawuf?
9. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang akhlak dan tasawuf.
3. Mengetahui ruang lingkup akhlak dan tasawuf.
4. Mempelajari hubungan akhlak dan tasawuf.
5. Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat menetapkan dan menentukan
suatu perbuatan itu baik atau buruk.

D. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
mempergunakan metode studi kepustakaan yakni penulis mencari sumber dari
buku-buku ilmiah.

i
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Allah adalah Khalik yang menciptakan segala sesuatu di luar diri-Nya,
sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya disebut makhluk. Manusia dan
segala sesuatu yang menyertainya adalah makhluk.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinikan akhlak,
yaitu pendekatan etimologi (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan). Secara etimologi akhlak berasal dari kata khalaqa dengan akar kata
khuluqan (bahasa arab) yang artinya: Perangi, tabiat, dan adat. Bisa juga disebut
dengan khalqun (bahasa arab) yang berarti: kejadian, buatan, ciptaan atau sistem
perilaku yang dibuat oleh manusia baik itu yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif, tergantung kepada tata nilai yang dijadikan landasan atau tolak
ukurnya. Adapun secara termonologi menurut imam Al-Gozali (ihya, juz 111, hal.
54) mengatakan bahwa akhlak adalah suatu ibarat dari dorongan jiwa yang secara
otomatis, menimbulkan perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
membutuhkan pikiran dan usaha. Bisa juga didefinisikan ilmu akhlak, yaitu ilmu
yang membahas tentang tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan
buruknya, apa yang harus dilakukan da bagaimana cara melakukan sesuatu untuk
dirisendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.
Istilah akhlak atau khuluk mengacu pada pandangan dasar islam bahwa
manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian, kemulian dan dan sebaik-baiknya
ciptaan. Manusia harus memelihara kebaikan, kesucain dan kemuliaan itu dengan
beriman kepada ALLAH SWT, dan berbuat baik kepada sesamanya. Jika tidak
dapat memeliharanya, maka manusia dapat jatuh martabatnya dalam kenistaan,
menjadi makhluk paa tingkat yang paling rendah. (Q.S. At-Tin: 4-6).

3
4

Keterangan diatas menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia adalah


makhluk yang cenderung pada tauhid, memiliki pengetahuan bawaan dan
memiliki watak bertangung jawab. Namun, potensi-potensi tersebut perwujudan
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Lingkungan sangat
menentukan perkembangan perilaku anak: asuhan orang tua dan pergaulan sosial
seseorang mungkin mempengaruhi pandangan hidupp dan kepribadian yang
terasaing dari sal sifat dasarnya sendiri, dan menyimpang wealtchoung tauhid,
sebagaimana sabda Nabi SAW,
Setiap anak manusia dilahirkan dalam fitrah (suci). Orang tuanya-lah yang
menyebabkan ia menjadi yahudi, naseani atau majusi. (HR.Muslim).
Orang mukmin yang paling sempurana imannya adalah orang yang paling
baik akhlaknya. (HR. Ahmad)
Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi
pekerti, adat kebiasaan, perilaku, atau segala sesutau yang menjadi tabiat.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling
melengkapi, dan kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan
akhlak, yaitu:
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran (perbuatan yang sudah mendarah daging).
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannnya, tanpa ada paksaaan atau tekanan dari luar, atau perbuatan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan pribadi.
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,
bukan karena sandiwara atau berpura-pura.
e. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan
secara ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain atau
karena ingin mendapatkan suatu pujian.

i
5

2. Induk Akhlak Islami


Akhlak secara garis besar dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang baik
(al-akhlaq al-karimah) dan akhlak yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah). Berbuat
adil, jujur sabar, pemaaf, dermawan dan amananh misalnya termasuk ke dalam
akhlak yang baik. Sedangkan berbuat dzalim, berdusta, pemarah, pendendam,
kikir dan curang termasuk ke dalam akhlak yang buruk.1
Secara teoritis maacam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga
perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syajaah (perwira atau kesatria),
dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk
akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam
memperjuangkan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu
aql (pemikiran) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada,
dan nafsu syahwat yang berpusat di perut. Dengan demikian inti akhlak pada
akhirnya bermuara pada sikap adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang
dimiliki manusia. (QS. Al-Maidah, 5:8).
Pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad
SAW. sebagaimana terlihat dalam ucapan dan perbuatannya yang mengandung
akhlak. Ucapan-ucapan Nabi Muhammada yang berkenaan dengan pembinaan
akhlak yang mulia itu diikuti pula oleh perbuatannya dan kepribadiannya. Beliau
di kenal sebagai orang shidik (benar), amanah (terpecaya), tabligh
(menyampaikan dakwah), fatanah (cerdas).
3. Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah semua tingkah laku dan gerak-gerik makhluk dan yang
dimaksud makhluk di sini (telah dipersempit) yaitu manusia (hanya menyangkut
tingkah laku manusia saja). Akhlak salah satu faktor yang menentukan derajat
keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya
aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan
indikasi beruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah.

1
Imam al-Ghazali, ihya Ulum al-Din, jilid III, hlm.59.

i
6

Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur


aqidahnya.(HR. Tirmidi).
Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan
sesungguhnya sebaik-baiknya manusia keislamannya adalah yang paling baik
akhlaknya. (HR. Thabrani, Ahmad dan Abu Yala).
Akhlak adalah buah ibadah. Keluhuran akhlak merupakan amal terberat
hamba di akhirat. Akhlak juga merupakan lambang kualitas seorang manusia,
masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksisitensia
seorang muslijm sebagai makhluk Allah SWT.
a. Sumber Akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak
bagi seorang muslim adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau
buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan
apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Quran dan As-unnah sebagai sumber akhlak merupakan
suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-
Nya manusia diciptakan. Pasti ada keseusaian antara manusia sebagai makhluk
dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.
b. Faktor-faktor Pembentuk Akhlak
1) Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya : Seseorang yang berasal dari daerah Sumatera utara cenderung
berbicara keras, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk
berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan
memperbaikinya.
2) An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya
Ibu dan Ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tua yang menjadikan anak tersebut

i
7

menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadist). Berbeda dengan kelurga yang
orangtuanya lengkap.
3) Syariah Ijtimaiyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang
ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pemebentukan akhlak seseorang.
4) Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah
seperangkat tindakan atau gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi
nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan
Allah SWT.
c. Cara Mencapai Akhlak Mulia
1) Menjadikan Iman sebagai Pondasi dan Sumber
Iman artinya percaya, yaitu percaya bahwa Allah sesalu malihat segala
perbuatan manusia. Jika manusia melakukan perbuatan baik, balasannya akan
menyenangkan, sebaliknya jika manusia melakukan perbuatan jahat maka
balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir.
Akhlak yang baik akan dibalas dengan syurga dan kenikmatannya (QS. 55:12-
37). Begitu pula dengan akhlak yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22: 19-
22).
2) Pendekatan Secara Langsung
Artinya melalui Al-Quran, sebagai seorang muslim harus menerima Al-
Quran secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera didalamnya
wajib diikuti. Misalnya, Al-Quran melarang untuk saling berburuk sangka (QS.
49:12), menyeluruh memenuhi janji (QS. 23:8)., dan sebagainya.
3) Pendekatan Tidak Secara Langsung
Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar
kejadian-kejadian buruk yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini
dan yang akan datang.

i
8

Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya
berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian
bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling
potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan takut siksa-Nya.
d. Akhlak Rasulullah
Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kuluhuran akhlak.
Akhlak Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai suami,
kepala pemerintahan, pimpinan tertinggi pasukan Islam, dan sebagainya.
Rasulullah memiliki akhlak yang agung (QS. 68:4) dan patut dijadikan
teladan oleh umat Islam (QS. 33:21).
Akhlak Rasulullah secara umum, yaitu sebagai berikut:
1) Akhlak Qurani
Ditanyakan kepada Aisyah ra. Tentang akhlak Rasulullah SAW, maka
jawabnya akhlaknya Qurani.
Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran, karena itu untuk memperoleh
gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami Al-Quran dan As-Sunnah
atau segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah.
2) Akhlak Manusia Terbaik
Dikatakan oleh Anas ra. Bahwa Rasulullah adalah manusia yang terbaik
akhlaknya.
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Rasulullah, yaitu sebagai
berikut :
1) Jujur
Hadist Rasul Sesunguhnya kejujuran itu akan menghantarkan kepada
kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu akan menghantarkan ke surga. Dan
seseorang senantiasa berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah
sebagai orang yang benar dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa
kepada keajahatan, yang akhirnya akan menghantarkan ke dalam neraka. Dan

i
9

seseorang senantiasa berdusta hingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta.


(HR. Bukhari dan Muslim).
2) Dermawan (QS. 2:261)
Tidaklah seseorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat
turun menemaninya. Satu malaikat berkata : Ya Allah, berialah karunia-Mu,
sebagai ganti apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata : ya Allah,
berilah ia kebinasaan karena telah mempertahankan hartanya yang tidak
dinafkahkannya. (Muttafaqalaih).
3) Malu
Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari
gadis pingitan. Apabila beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat
mengetahuinya pada wajah beliau. (HR. Muslim).
Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang dan yang paling utamanya
adalah mengucapkan Laa ilaaha illal-Lah dan serendah-rendahnya adalah
menyingkirkan duri (gangguan dari jalan). Dan sifat pemalu merupakan satu
bagian dari iman. (Muttafaqalaih).
4) Menepati Janji (QS. 51:1; 17:34)
5) Menutupi Aib (QS. 24:19)
Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan Rasulullah SAW, yaitu
sebagai berikut:
1) Marah
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi
Muhammad SAW: wasiatilah aku. Sabda Nabi Janganlah engkau mudah
marah. Maka diulanginya beberapa kali. Sabdanya Janganlah engkau
mudah marah. (HR. Bukhari dan Muslim).
2) Ghibah dan Namimah
3) Riya
4) Sombong
5) Zalim

i
10

Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan


kezaliman (berbuat zalim) pada diri-Ku dan Aku jadikan sebagai perbuatan
haram bagi kalian, maka dari itu janganlah kalian berbuat zalim. (HR.
Muslim).

4. Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup akhlak sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hbungan. Akhlak diniah (agama/Islami)
mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang
tak bernyawa). Berbagai ruang lingkup akhlak yang demikian itu dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Seperti
mentauhidkan Allah, menghindari syirik (tidak menyekutukan Allah), takwa
kepada-Nya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas segala keputusan-Nya dan
bertaubat, mensyukuri nikmatnya, beribadah, memohom pertolongan kepada
Allah melalui doa, berdzikir diwaktu siang ataupun malam, baik dalam keadaan
berdiri, duduk ataupun berbaring dan bertawakal kepada Allah .
Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
1) Allah-lah yang kuasa menciptakan manusia (QS. Al-Thariq, 86: 5-7).
2) Allah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati nurani, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. (QS. Al-Nahl, 16:78).
3) Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air udara, binatang ternak dan sebagainya. (QS. Al-
Jatsiyah, 45:12-13)

i
11

4) Allah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai


daratan dan lautan. (QS. Al-Isra, 17:70).
Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia
sebagaimana disebutkan diatas bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati.
Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya. Akan
tetapi sebagai manusia sudah sewajarnya manunjukkan sikap akhlak yang mulia
kepada Allah.
b. Akhlak terhadap dirinya sendiri
Manusia harus menjaga pola hubungan dengan dirinya sendiri. Seperti:
menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan
keberanian, menyampaikan yang hak dan kebenaran, memberantas kedzaliman,
kebodohan dan jumud, dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
c. Akhlak terhadap sesama manusia
Di sisi lain al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya bersikap
sopan, adil dan sewajarnya. Seperti: tidak masuk ke rumah orang lain tanpa izin,
jika bertemu saling mengucapkan salam, ucapan yang di keluarkan adalah ucapan
yang baik, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula
berprasangka buruk tanpa alasan. Selanjutnya, memaafkan kesalahan orang lain,
dapat mengendalikan nafsu amarah, dan mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi.
1) Pola hunungan dengan keluarga dan tetangga, seperti: berbakti kepada kedua
orang tua, memberi bantuan material ataupun moral kepada kerabat yang
kesusahan, (suami) memberikan nafkah kepada istri, anaknya dan anggota
keluarga lain, dan sebagainya.
2) Pola hubungan dengan masyarakat, seperti: menegakkan keadilan, berbuat
ihsan, memandang kesederajatan manusia, menjunjung tinggi ukhuwah dalam
seiman dan ukhuwah kemanusiaan, saling tolong menolong, dan sebagainya.

i
12

d. Akhlak terhadap lingkungan


Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar
setiap makhuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua roses yang sedang terjadi. Yang
demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan
perusakan, bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap lingkungan harus
dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

5. Etika, Moral dan Susila


a. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.2 Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang
disistematisir tentang tindakan moral yang benar.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahasa masalah baik dan
buruk karena pembahasannya meliputi kajian praksis dan refleksi filsafati atas
moralitas secara normatif. Kajian praksis menyentuh moralitas sebagai perbuatan
sadar. Sedangkan refleksi filsafat tentang ajaran moral filsafat, mengajarkan
bagaimana tersebut dapat dijawab secara rasional dan bertanggung jawab.

2
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pers,1980), cet.II, hlm.13.

i
13

Etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.


1) Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.
2) Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumberpada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan tidak
pula universal.
3) Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan
demikian etika berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah prilaku yang
dilaksanakan oleh manusia.
4) Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.
Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antropocentris, yakni
berdasrkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata
lain etika adalah aturan atau polo tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
b. Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.3 Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.4 Pengertian moral dalam buku The Advanced Leaners
Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian
moral sebagai berikut.
1) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;
2) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;
3) Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami moral adalah istilah yang
digunakan untuk memeberikan batasan terhadap aktivitas amnusia dengan nilai

3
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta Rajawali Pers, 1992), cet.I, hlm.8.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),
hlm.654.

i
14

(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa seseorang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah
bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
c. Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari bahsa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su
berarti baik atau bagus, sedangkan Sila berarti dasr, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Kata susila berarti aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk.
d. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral,
susila, dan akhlak itu memiliki persamaan, yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik dan buruknya.
Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera
batiniah dan lahiriahnya.
Perbedaan etika, moral, susila dan akhlak, dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut.

Etika Moral dan Susila akhlak


Sumber penilaian baik Sumber penilaian baik sumber penilaian baik
atau buruk berdasarkan atau buruk berdasarkan atau buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran. kebiasaan yang berlaku Al-Quran dan Al-hadist.
umum di masyarakat.
Sifat dan kawasan Sifat dan kawasan
pembahasannya lebih pembahasannya lebih _
banyak bersifat teoritis. banyak bersifat praktis.
Tingkah laku manusia Tingkah laku manusia
secara umum (universal). bersifat lokal dan _
individual.
Etika menjelaskan ukuran Moral dan susila
baik atau buruk. menyatakan ukuran _
dalam bentuk perbuatan.

i
15

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan
dan membutuhkan. Uraian diatas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral,
dan susila berasaldari produk rasio dan budaya masyarakat yang secra selektif
diakui sebgai yang bermafaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk
Al-Quran dan Al-hadist. Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari
manusia, sedangkan akhlak berasal dari Allah SWT.
6. Manfaat (keberuntungan) dari Akhlak
a. Memperkuat dan menyempurnakan Agama
Nabi bersabda:
Allah telah memilihkan agama islam untuk kamu, hormatilah agama dengan
akhlak dan sikap dermawan, karena Islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan
akhlak dan sikap dermawan itu.
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
Dengan bersikap dermawan (memberi), memaafkan orang lain, dan
menyambung silatuhrahmi.
c. Menghilangkan kesulitan
Jika kita menolong orang yang sedang kesulitan atau kesusahan maka Allah
akan melepaskan kesulitan kita pada hari kiamat.
d. Selamat hidup didunia dan akhirat
Nabi bersabda:
Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah
di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada
waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin
maupun waktu kaya. (HR. Abu Syaikh).

Penyair Syauki Bey pernah mengatakan :


Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis dan jika akhlaknya sirna,
maka bangsa itu pun akan binasa.

i
16

B. TASAWUF
1. Pengertian Tasawuf
Kata tashawuf dalam ejaan bahasa Indonesia ditulis bahwa tasawuf
berasal dari kata shafa yang berarti bersih. Jadi, shufi artinya orang yang hatinya
tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Pendapatan lain bahwa mengatakan bahwa
kata tasawuf berasal dari kata shuffah, yang berarti mesjid Nabawi di Madinah
yang ditempati oleh para sahabat Nabi yang miskin dari golongan muhajirin.
Mereka disebut Ahlu Al-Suffah, yakni orang-orang yang ikut hijrah dengan Nabi
dari Mekah yang kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin, tidak
memiliki apa-apa.
Dari beberapa asal-usul kata tasawuf diatas, tampaknya teori yang
mengatakan kata sufi diambil dari kata shuf, yang berarti wool, lebih dapat
diterima. Dalam kisah-kisah seorang sufi Masehi dan yahudi disebutkan bahwa
mereka punya kebiasaan memakai pakaian yang berasal dari kulit dan wool (bulu
domba) kasar. Dengan berpakaian sederhana itu, orang-orang sufi merasa
terhindar dari sifat riya dan menunjukan kezuhudan pemakaianya.
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tasawuf,
bergantung sudut pandang yang mereka gunakan. Nicholson misalnya,
memaparkan sekitar 78 definisi dari para ahli mengenai tasawuf, dan ibrahim
basuni mencatat sebanyak 40 definisi ini yang dikemukakan para ahli sufi abad
ketiga Hijriah. Didefinisi ini di kelompokan dalam tiga katagori, yaitu :
Pengalaman ahli sufi tahap pemula (Al-bidayah), pengalamaan peraktis ahli
tasawuf (Al-mujahadah), dan pengalamaan dari segi perasaan ( Al-madzaqat ).
Walaupun banyak definisi tentang tasawuf, tidak ditemukan satu definisi pun
yang mencakup pengertian secara komprehensif, sebab setiap definisi yang
dikemukakan didasarkan pada hasil pengalaman batin mereka yang berbeda-beda
dalam melakukan komunikasi dengan tuhan.
Dalam hubungannya dengan pengertian tasawuf ini, dapat diturunkan
definisi yang dikemukakan J.S. Trimingham, yang menyatakan bahwa tasawuf
(mistisme) adalah salah satu cara khususbu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

i
17

dengan menggunakan intuisi dan kemampuan spritual dengan tetap mempehatikan


petunjuk yang digariskan dalam agama. Definisi ini berlaku untuk pengalaman
asketis para sufi dalam seluruh agama. Karena tasawuf sudah menjadi sebuah
disiplin ilmu, Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang
mempelajari cara dan jalan bagaimana orang dapat sedekat mungkin dengan
ALLAH agar memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan.
Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam arti diatas, bertujuan memperoleh
hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa
seseorang berada di hadirat Tuhan, dan intisari sufisme adalah kesadaran akan
adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dan Tuhan melalui uzlah
(mengasingkan diri) dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan
ini dapat mengambil bentuk ittihad (menyatu dengan Tuhan). Dalam ajaran
tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja berada dekat dengan Tuhan; terlebih
dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia harus menempuh beberapa disiplin
kerohanian dalam berbagai pengalaman yang dirasakan dan diperoleh melalui
usaha-usaha tertentu yang disebut maqam (stasion). Di samping itu, seorang sufi
dalam pperjalanannya akan menemukan sikap rohaniah yang dianugrahkan Tuhan
kepada manusia tanpa ia usahakan yang disebut hal (state).
Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga
bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali.
Ketiga macam tasawuf ini berbedadalam hal pendekatan yang digunakannya,
yaitu sebagai berikut.
a. Pada Tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau
akal pikiran, karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau
pemikiran yang terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang Tuhan,
manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya.
b. Pada Tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak
yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dari akhlak yang
buruk), tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli

i
18

(terbukanya dinding penghalang (hijab)) yang membatasi manusia dengan


Tuhan, sehingga Nur Ilahi tampak jelas padanya.
c. Pada Tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliayah
atau wirid, yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat.
Dengan demikian tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaki, atau amali,
seseorang dengan sendirinya berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu
dilakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena terpaksa.
2. Ruang Lingkup Tasawuf
Pembahasan ruang lingkup ini meliputi akal dan marifat, hati dan latihan.
Adapun status ilmu tasawuf meliputi:
a. Menuntun sesuai dengan petunjuk dan membuang apa yang tak sesuai dengan
tuntunan yang berlaku.
b. Berusaha sekuat tenaga menuju ke jalan ilahi.
Dalam dunia tasawuf , diketahui ada dua corak pemikiran yang masing-
masing diwakili oleh Al-Ghajali dan Ibnu Arabi condong berfikir falsafi,
sedangkan Ibnu Arabi lebih condong dengan Hikmatul Ilahiyah. Al-Ghajali yang
menitik beratkan kepadak aqliyah, mengambil keraguan sebagai dasar tingkat
pertama dalam jenjang keyakinan, manakala manusia sudah sampai kepada
batasnya maka ia bertemu dengan keimanan, dan kesibukan akal akan berhenti
dengan latihan jiwa dan raga. Ibnu Arabi yang menitik beratkan kepada hati
dengan Hikmatul Ilahiyah, manusia akan mendapatkan pengetahuan dengan
melatih jiwa dan menekan hawa nafsu dimana bahwa nafsu merupakan
penghalang antara manusia dengan Nur Ilahi, manakala sampai ke taraf arifin
maka ia dapat mempelajari dan meneliti segala ilmupengetahuan dengan segala
ragamnya.
a. Maqam-Maqam menuju ALLAH.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan tasawuf adalah
memperoleh komunikasi atau hubungan langsung dengan Tuhan. Sehingga,
disadri benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhana atau dekan dengan-Nya.
Namun demikian, harus menempuh latihan-latihan tertentu dan disiplin

i
19

kerohanian dalam berbagai pengalamaan yang dirasakan dan diperoleh melalui


usaha-usaha tertentu yang disebut maqam (stasion).
Maqam ( berbentuk jamak dari maqam) yaitu tingkatan-tingkatan hidup para
sufi, yang telah dapat mencapai dan dekat dengan Tuhannya. Menurut Abu Nasyr
Al-Saraj, Al-Maqamat adalah tingkatan-tingkatan seorang hamba di hadapan
Tuhan dalam hal ibadah, mujahadah dan riyadhah (memerangi dan menguasai
hawa nafsu). Adapun jumlah maqam yang ditempuh oleh para sufi berbeda-beda
sesuai dengan pengalaman pribadi yang bersangkutan. Menurut Abu Nasyr Al-
Sarraj menyebut tujuh maqam, yaitu:
taubat,wara,zuhud,kefakiran,kesabaran,tawakkal dan keridhaan. Sedangkan
menurut Al-kalabadzi, menyebut beberapa maqam, yaitu: taubat, juhud, sabar, al-
fakr, tawadlu, taqwa, tawakal, ridha, mahabah, dan marifat.
1) Taubat (At-Taubat).
Taubat adalah sebenar-benarnya taubat yang tidak akan membawa kepada
dosa lagi. Seorang calon sufi yang sedang berada di maqam ini menyesali
segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan, kemudian bertaubat dan berjanji
tidak akan mengulang kembali perbuatan dosanya.
2) Wara (Al-Wara).
Wara adalah menjahui segala perbuatan yang dilarang oleh syara ,
termasuk juga menjahui segala hal yang termasuk syubhat (meragukan halan\l-
haramnya).
3) Zuhud (Az-Zuhud).
Zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia dan kehidupan material.
Sebelum menjadi sufi seorang calon terlebih dahulu harus menjadi zahid
(asketis).
4) Fakr (Al-faqr).
Fakr adalah keadaan tidak meminta lebih dari apa-apa yang telah ada pada
dirinya. Tidak meminta rizki kecuali hanya untuk dapat menjalankan perintah-
perintah ALLAH. Malah tidak meminta sungguhpun tidak ada pada dirinya.
Akan tetapi bila diberi diterimanya, tidak meminta dan tidak juga menolak
pemberian.

i
20

5) Sabar (As-Shabr).
Sabar dalam menjalankan perintah ALLAH dan menjahui segala
larangannya, juga sabar dalam menerima segala cobaan yang menimpa dirinya.
6) Tawakkal (At-Tawakkal).
Tawakal adalah menyerah pada qadha dan keputusan ALLAH, bersyukur
atsa pemberian ALLAH, dan mencukupkan dirinya dengan apa-apa yang telah
diberikan ALLAH.
7) Ridha (Ar-Ridha).
Ridha adalah keadaan rela dalam berbagai situasi, baik ataupun buruk,dan
menyenangkan atau menyusahkan. Semuanya diterima dengan penuh kerelaan
dan keikhlasan kepada ALLAh.
b. Ahwal
Ahwal jamak dari bentuk kata hal yaitu sikap rohaniyah (mental) seorang sufi
dalam perjalanan tasawufnya. Perbedaan antara maqam dengan hal adalah kalau
maqam merupakan sikap hidup yang harus diusahakan dengan kesungguhan dan
latihan, sedangkan ahwal merupakan anugrah ALLAH bagi yang dikehendakinya.
Adapun macam-macam hal adalah:
1) Khauf (Al-Khawf).
Khauf adalah merasa takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
pada masa yang akan datang.
2) Tawadhu (At-Tawadhu).
Tawadhu adalah merendahkan diri dan berlaku hormat kepda siapa saja.
Tawdhu juga adalah selalu merendahkan diri, baik kepada manusia maupun
kepada ALLAH. Karena orang sombong selalu menolak kebenaran dan
menganggap remeh orang lain, sikap ini terjadi akibat dirinya merasa lebih dari
orang lain.
3) Takwa (At-Taqwa).
Tawakal adalah terpeliharanya hati dari berbagai dosa yang mungkin
terjadi karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya sehingga
mereka terpelihara dari perbuatan-perbuatan buruk (jahat).

i
21

4) Ikhlas (Al-Ikhlash).
Ikhlas adalah hilangnya rasa pamrih atas segala sesuatu yang diperbuat.
Atau ikhlas adalah orang yang tidak mengharapkan apa-apa lagi. Karena itu,
jika seseorang masih mengharapkan imbalan dari perbuatannya, maka
ikhlasnya tidak sempurna, bahkan disebut orang ria. Jadi ikhlas itu bersihnya
motif dalam berbuat; semata-mata hanya menurut ridha Allah tanpa
menghiraukan imbalan dari selainya.
5) Syukur (Asy-Syukur).
Syukur adalah pengakuan terhadap ikmat yang telah diberikan Allah
kepadanya; baik bersyukur melalui lisan. Perbuatan maupun hati.
Proses pembersihan jiwa memperoleh ahwal diatas menuju Allah
Marifatullah (dalam pandangan imam Al-Gozali), mahabbah (bagi Rabiah
Adawiyah), ittihad (bagi Abu Yazid al-Bustami) itu, dalam pandangan ahli
tasawuf dapat melalui tiga tingkat yang dinamakan takhallil, tahalli, tajalli.
Takhalli ialah membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, kotor hati,
maksiat lahir dan maksiat batin. Pembersihan ini dalam rangka melepaskan diri
dari perangai yang tidak baik (akhlak al- madmumah), yang tidak sesuai dengan
prinsip agama Sifat-sifat tercela ini merupakan penggangu dan penghalang utama
manusia dalam berhubungan dengan Allah. Proses memerlukan keikhlasan niat,
kekuatan iman, dan sinar pengetahuan yang sahih.
Tahalli merupakan pengisian dengan sifat-sifat terpuji; menyinari hati dengan
taat lahir dan batin. Hati yang demikian ini disebut qalbun salim dapat menerima
pancaran nurullah (cahaya Ilahi) dengan mudah. Oleh karenanya segala perbuatan
dan tindakannya selalu berasarkan dengan niat yang ikhlas, bersih dari penyakit
riya. Dalam ibadahnya itu tidak lain kecuali mencari ridha Allah. Untuk itulah
manusia seperti ini dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan karena Allah
senantiasa mencurahkan ragmat dan perlindungan kepadanya.
Sedangkan Tajalli adalah merasakan akan rasa ke-Tuhan-an yang sampai
mencapai muqrabah. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa tajalli merupakan
barang yang dikebukakan bagi hati seseorang tentang beberapa nur yang datang

i
22

secara ghaib. Tjalli ada empat tingkat yaitu; tajalli afal, tajalli asma, tajalli sifat,
dan tajalli dzat.

C. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TASAWUF


Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga
bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali.
Ketiga macam tasawuf ini bertujuan sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian
dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu
berakhlak mulia.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan ilmu tasawuf diuraikan oleh Harun
Nasution. Menurutnya ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Quran
dan Al-hadist mementingkan akhlak. Al-Quran dan Al-hadist menekankan nilai-
nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-
menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar,
pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin,
mencintai ilmu dan berpikiran lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki
oleh seorang Muslim, dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.
Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat
hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut
mengatakan, bahwa ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan
pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Quran dikaitkan dengan takwa, dan takwa
berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang
yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengn
ajaran amar maruf nahi munkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegah
orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang
yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah
terutama pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia
dalam diri mereka sendiri. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-takhalluq
bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-ittishaf bi
shifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifa-sifat yang dimiliki Allah.

i
23

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Uraian diatas telah memberikan informasi yang jelas, lengkap, dan
menyeluruh tentang cara-cara yang harus ditempuh oleh seseorang yang
menghendaki kehidupan yang baik guna selamat hidup dunia akhirat.
Akhlak merupakan perbuatan yang telah mendarah daging, dilakukan atas
kemauan sendiri, dengan tulus dan sebenarnya, bukan berpura-pura. Perbuatan
yang telah menjadi kepribadiannya. Akhlak sebagai ilmu yang menentukan
perbuatan baik atau buruk berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah. Akhlak juga
merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan bagi yang mengerjakannya. Ia
akan disukai Allah dan disukai umat manusia dan makhluk lainnya. Didalamnya
ternyata memberikan bimbingan yang optimal yang secara batiniah dapat
mengintegrasikan jiwa manusia.
Akhlak yang ditawarkan Islam berdasarkan nilai-nilai mutlak yang
bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist. Namun dalam pelaksanaannya akhlak
dalam agama islam itu memerlukan penjabaran dan pengembangan yang
dihasilakan akal manusia melaluai usaha ijtihad. Pemikiran dalam bentuk konsep
etika, moral dan susuila dapat digunakan untuk menjabarkan berbagai ketentuan
akhlak yang bersifat mutlak, universal, dan general yang ada dalam Al-Quran dan
Al-Hadist.
Manfaat (keberuntungan) dari akhlak:
1. Memperkuat dan menyempurnakan Agama
2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
3. Menghilangkan kesulitan
4. Selamat hidup didunia dan akhirat

i
23
24

Tasawuf merupakan usaha membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya


melalui serangkaian amalan ibadah dan zikir kegiatan rohaniah lainnya dalam
rangka ,mencapai kesatuan rohaniah dengan tuhan. Tasawuf yang oleh sebagian
orang dianggap mengandung unsur penyimpangan dari syariat Islam dan didaulat
sebagai pembawa kemunduran, ternyata tidak dapat dibuktikan. Ajaran tasawuf
dapat dilacak dasar-dasarnya secara jelas dalam al-Quran dan al-Sunnah. Dan
sebagian besar para ulama telah membuktikan dengan jelas.
Pada Tasawuf yang dibangun oleh para ulama sufi juga mengandung nilai-
nilai luhur yang berhubungan erat dengan pembinaan akhlak yang mulia. Untuk
itulah, tidak salah jika antara akhlak dan tasawuf disandingkan secara
berdampingan untuk saling membantu dan membimbing manusia kepada
kehidupan yang ideal sebagaimana terlihat dalam konsep insan kamil.
Sebagai sebuah ilmu hasil ijtihad manusia, akhlak tasawuf sama dengan
ilmu lainnya. Disana ada kekurangan, kelemahan dan keganjilan, serta ada juga
kelebihan, kekuatan, dan keistimewaan. Kiranya cara yang bijaksana yang perlu
kita tempuh adalah dengan mengambil kelebihan, kekuatan, dan keistimewaan
dari tasawuf itu untuk memandu hidup kita dan meluruskan paham-paham yang
kurang proporsional.

B. Saran
Penjelasan (materi) tentang akhlak dan tasawuf belum bisa menjawab
semua persoalan manusia. Untuk meyelesaikan persoalan-persalan tersebut
manusia harus menjadi insan kamil (manusia sempurna), cara untuk menjadi insan
kamil yaitu dengan memiliki akhlak yang mulia dengan melakukan tasawuf.
Maka dari itu kita harus mengetahui, mempelajari, dan mempraktekkan akhlak
dan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari supaya menjadi darah daging di dalam
tubuh kita. Serta mengikuti akhlak terpuji yang dimiliki Rasulullah.

i
25

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2011. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fadlullah, dkk. 2005. Islam Progresif, Serang: Untirta Press.

Panduan Mantoring LSP. 2014.

25

Anda mungkin juga menyukai