Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah Taala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua
yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam
hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan
karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur
kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga,
mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan
sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu
harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam meraih
kebaikan untuk kehidupan yang akan datang dengan cara menginfakkan harta
yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa
berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan
yang baik, beramar maruf nahi munkar dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan
beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari berkompetisi?
2. Apa pengertian kebaikan?
3. Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-
Baqarah:148 untuk berkompetisi ?
4. Apa faedah berkompetisi dalam urusan akhirat ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan
objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas
mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu
atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari
struktur reward dalam suatu situasi. Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah
saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok
untuk memperebutkan objek yang sama.

B. Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan
dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika
tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut
nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang
konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih
jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan
yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai
tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika
tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang
mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi
dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras
dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir.
Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut
kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik
manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila
membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan
yang membuatnya baik sebagai manusia.

C. LAFAL , ARTI DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT TENTANG


KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
1. Surat Al-Baqarah : 148
1) Lafal dan Arti


Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
2) Arti kata dan Identifikasi tajwid
1) Arti kata
No Lafadz Arti
1. Dan bagi tiap tiap ( umat )
2. Kiblat
3. Ia
4. Menghadap kepadanya
5. Maka berlomba lombalah kamu
6. Kepada kebaikan
7. Dimana saja
8. Kamu berada
9. Menghadapkan / mengumpulkan
10. Dengan / padamu Allah
11. Semua / sekalian
12. Sesungguhnya Allah
13. Atas segala
14. Ssuatu
15. Maha kuasa
2) Penerapan hukum tajwid
Lafal Bacaan Cara Membaca Sebab
No
1. Idghom Walikulliw wijhatun Ada tanwin
bighunnah (suara nun tanwin kasrah pada
masuk kesuara wau huruf lam ber
dengan dengung temu dengan
ditahan kira kira dua huruf wau
ketukan )
2. Idhar halqi Wijhatun hua Ada tanwin
( dibaca jelas dengan dlomah pada
satu ketukan ) huruf ta ber-
temu dengan
huruf ha
3. Mad tabi'i Muwalliihaa Ada ya sukun
( dibaca panjang 2 ke didahului haro-
tukan baik wasal kat kasroh dan
maupun waqaf ) alif di dahului
harakat fathah
4. -mad layin Al khairat Ada yak sukun
(dibacalunak) didahu lui
- idhar harakat fathah
qamariyah Alkhairat (dibaca Alif lam ber-
jelas) temu dengan
huruf kho atau
huruf qamariah
yang harus
dibaca jelas
5. Mad tabi 'i Takuu nuu Ada wau sukun
( dibaca panjang dua dida hului
ketukan baik wasal / harakat dlomah
waqaf
6. Lam Bikumullahu ( lam Lafal jalalah
tafkhim pada lafal Allah didahului
bibaca tebal ) harakat dlomah
7. Mad iwad Jami 'aa ( dibaca Ada fathah
panjang dua ketukan ) tanwin ber-
temu dengan
waqaf
3) Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap
ke kabah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan
Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap kabah dalam
shalat. Alloh subhaanahu wa taaal memberikan ketentuan bagi setiap umat
manusia dalam beribadah kepada-Nya dengan menunjuk arah kiblat yang telah
ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap perintah Alloh, tentu akan
melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari
dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas
segala alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada
yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari
pembalasan. Allah subhaanahu wa taaala akan dapat menilai dan melihat hamba-
hamba-Nya yang patuh dan taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang
melanggar dan meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan
Allah akan membalasnya dengan pahala dan surga, adapun manusia yang lalai
dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah neraka yang apinya
selalu menyala-nyala.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang
tinggi. Perbuatan baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian
juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil
dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di hari kiamat yang dapat meloloskan
diri dari pengadilan Allah subhaanahu wa taaala.
4) Gambaran Surat Al Baqarah : 148
a) Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah,
umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
b) Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk
berfastabaqul khairat
c) Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang
lain )
d) Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati
hati setiap melakukan sesuatu
5) Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
a) Bersikap jujur
b) Mencintai kebaikan
c) Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan
akherat
d) Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam
e) berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan
akan dimintai pertanggung jawaban )
f) setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas
( yaitu mencari ridlo Allah)
g) banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak
sekali .
2. Surat Al Faathir : 32
1) Lafal dan Arti



(:
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka
sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu
adalah karunia yang amat besar
2) Arti kata dan identifikasi Tajwid
No Lafadz Arti
1. Kemudian
2. Kami wariskan
3. Kitab
4. Orang orang yang
5. Kami pilih
6. Diantara hamba hamba kami
7. Maka diantara mereka
8. Zalim / aniaya
9. Pada dirinya sendiri
10. Dan diantara mereka
11. Pertengahan
12 Dan diantara mereka
13 Mendahului
14 Dengan berbuat kebaikan
16 Dengan izin Allah
17 Demikian itu
18 Ia / adalah
19 Karunia
20 Yang besar

3) Penerapan hukum tajwid dalam surat Fathir ayat 32

No Lafal Bacaan Cara Membaca Sebab


1 Alif lam Al kitaba Ada lam takrif
qamariyah ( lam takrif dibaca jelas bertemu deng-an
dan terang ) huruf kaf
2 Idhar halqi Min 'ibadina Ada nun su-
( nun sukun dibaca jelas bertemu de-
dengan satu ketukan ) ngan huruf 'ain
3 Mad tabi'i Faminhum Ada nun su- kun
( nun sukun dibaca jelas bertemu dengan
dengan satu ketukan ) huruf ha
4 Idhar syafawi Faninhum dlolimun Ada mim su-
( mim di baca jelas dengan kun bertemu
merapatkan bibir satu dengan huruf
ketukan ) dho
5 Idghom Dholimul linafsihi Ada tanwin
bilaghu ( suara tanwin masuk / dlomah pada
nah lebur pada suara lam tanpa huruf mim
dengung ) bertemu de-
ngan huruf lam
6
Idghom mimi Waminhumm muqta- sidun Ada mim sukun
( suara mim sukun masuk berte mu dengan
ke suara mim ber- harakat huruf mim
dihadapannya mendengung
yang keluar dari pangkal
hidung tiga ketukan )
7 Saabiqumbil khairat Ada tanwin
( suara tanwin menjadi dlomah ber-
mim tatkala menghadapi temu dengan
huruf ba /sengau keluar huruf ba
dari pangkal hidung )

4) Kandungan isi
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Quran yang berisikan 45 ayat. Tergolong
surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang tingkatan-
tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab (Al Quran). Di ayat ini
disebutkan tiga golongan yang menerima kitab.
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam
tiga derajat kedudukan manusia yaitu :
a) Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan
menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah,
dengan meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mereka yang
menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Quran sebagai
pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara
kebaikan dan kejahatan lebih banyak kejahatannya
b) Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya
berada pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang
semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka
banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.
c) Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa
aktif dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan
amalan-amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi
perkara-perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan
izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh
amal shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari
dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita
walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan
mendapat nilai di sisi Allah. Al Quran dalam hal ini antara lain menyatakan
sebagai berikut:
1. orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima
amalannya
2. orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3. amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4. orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5. orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6. orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di
dunia saja.
5) Gambaran Surat Al-Faathir : 32
a) Allah mewariskan Al Qur an kepada hamba hambanya yang terpilih
b) Dalam Al Qur an Allah menggolongkan hamba hamba Nya ( terkait
dengan Al Qur 'an sebagai pegangan hidup) yaitu

artinya dlolim terhadap dirinya sendiri


artinya orang yang seimbang

c) antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini akan ditempatkan di Araf
yaitu tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah
mereka akan dimasukkan ke surga )
d) - : artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
e) Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah
golongan yang akan mendapat keberuntungan ( yaitu surga 'adn )
6) Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
a) Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur an
sebagai pegangan hidup
b) Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
c) Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta
cepat cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
d) Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
e) Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
f) Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan

D. PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG


KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk
masuk perguruan tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana
setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat
penghidupan yang bahagia kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang
berlomba dalam hal akhirat. Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang
mungkin sadar akan hal ini. Kalau kita perhatikan bagaimana orang-orang lebih
senang menghafal berbagai tembangan nyanyian daripada menghafalkan Al
Quran Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan,
lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan
Kalamullah. Di dalam shalat jamaah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana
ada yang sampai menyerahkan shaf terdepan pada orang lain. Akhirat diberikan
pada orang lain(?). Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di
belakangnya bagi kaum pria. Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi
nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang.Ayat yang
patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Taala,






Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan
surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang
besar. (QS. Al Hadiid: 21)
Ada beberapa faedah yang bisa kita petik dari ayat di atas.
1. Faedah pertama.
Dalam ayat ini begitu jelas bahwa Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk
meraih ampunan dan surga-Nya. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
Berlombalah menjadi yang terdepan dalam beramal sholih yang menyebabkan
datangnya ampunan dari Rabb kalian, serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian
perbuat.[1] Syaikh As Sadi rahimahullah mengatakan, Allah memerintahkan
untuk berlomba-lomba dalam meraih ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya.
Ini semua bisa diraih jika seseorang melakukan sebab untuk mendapatkan
ampunan dengan melakukan taubat yang tulus, istighfar yang manfaat, menjauh
dari dosa dan jalan-jalannya. Sedangkan berlomba untuk meraih ridho Allah
dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat menggapai ridho Allah
selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah tadi adalah dengan
berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq dan berbuat
ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.[2]
2. Faedah kedua.
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang
terdepan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,

Berlomba-lombalah dalam kebaikan (QS. Al Baqarah: 148).

Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. Al
Muthoffifin: 26). Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga, seharusnya
setiap berlomba-lomba.Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, Para
sahabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan
di surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia
tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat orang lain mendahului
mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah kalah dalam hal itu.
Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.[3] Hasan Al Bashri
rahimahullah mengatakan, Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu
dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.Wuhaib bin Al Ward
rahimahullah mengatakan, Jika engkau mampu tidak ada yang bisa
mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.Sebagian salaf mengatakan,
Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu, seharusnya
engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini.[4]
3. Faedah ketiga.
Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,


Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi. Asy Syaukani rahimahullah
mengatakan, Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah
lagi dengan panjangnya.[5] Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang
mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar
dibanding akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia.
Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Saad As Saidi, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.[6]
Seharusnya kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.
4. Faedah keempat.
Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang
dimaksud di sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar
pokok agama (furu).[7] Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang
wajib diimani. Namun pada perkara yang di luar pokok agama jika telah sampai
ilmunya pada kita, wajib pula diimani. Contohnya, kita punya kewajiban beriman
pada hari akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai perinciannya
seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini juga
patut diimani.
5. Faedah kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat Allah.[8]
Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits,
.




Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke
dalam surga. Engkau juga tidak wahai Rasulullah?, tanya beberapa sahabat.
Beliau menjawab, Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat
Allah.[9]
Sedangkan firman Allah Taala,



Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Mungkin ayat ini dapat
dipahami bahwa seseorang memasuki surga karena amalannya yaitu beriman pada
Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana mengkompromikannya?.Ada beberapa
penjelasan para ulama mengenai hal ini:
1. Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah
peniadaan masuk surga karena amalan.
2. Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau
bukan karena karunia dan rahmat Allah, tentu tidak akan bisa memasukinya.
Bahkan adanya amalan juga karena sebab rahmat Allah bagi hamba-Nya.
3. Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun bukan
sebab seseorang masuk ke dalam surga.
4. Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga yang
Allah beri. Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga dengan
amalannya. Maksudnya ia tidak bisa ganti surga dengan amalannya. Sedangkan
yang memasukkan seseorang ke dalam surga hanyalah rahmat dan karunia Allah.
[10]
6. Faedah keenam.
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Taala.
Muhammad bin Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, Seorang hamba
dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang
mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat
memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada
di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak
kikir.[11]

BAB III
PENUTUP
Berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah ternyata bukanlah
hal yang mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah merasakan manisnya
iman. Bahkan ini merupakan bentuk rahmat yang agung dan taufik dari Allah
yang memudahkan mereka untuk merasakan indahnya surga dunia yang hakiki,
agar mereka semakin termotivasi dan bersemangat mengejar tingginya
kenikmatan surga di akhirat nanti.
Imam ibnul Qayyim berkata: Maha suci (Allah ) yang memperlihatkan kepada
hamba-hamba-Nya (yang shaleh) surga-Nya (di dunia) sebelum (mereka) bertemu
dengan-Nya (di akhirat kelak), dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu
surga-Nya di negeri (tempat) beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan
kesejukan dan keharumannya, yang itu (semua) menjadikan mereka (termotivasi
untuk) mencurahkan (semua) kemampuan mereka untuk meraihnya dan
berlomba-lomba mendapatkannya[12]

DAFTAR PUSTAKA

Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Salim bin Ied Al Hilali, Dar Ibnil
Jauzi, cetakan pertama, 1430 H, 3
Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi At Tafasir
Maalimut Tanzil, Al Baghowi, Dar Thoyyibah, cetakan keempat, 1417 H, 8
Lathoif Al Maarif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan
pertama, 1428 H
Taisirul Alam wa tafshiril Karimir- Rahman
Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online).
Diakses pada tanggal 6 November 2014 .pada pukul 09.27 WIB.
http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika
Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 6
November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html
Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online).
Diakses pada tanggal 6 November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-
kebaikan.html
Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada
tanggal 6 November 2014 pukul 10: 00WIB
http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu


wataaala, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam
dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shalallahi
alaihi wa sallam atas perjuangan beliau kita dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera
kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai Memahami Ayat-Ayat Al Quran Tentang Kompetisi
dalam Kebaikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Materi Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

P
enyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. PENGERTIAN BERKOMPETISI........................................................... 3
B. PENGERTIAN KEBAIKAN................................................................... 3
C. LAFAL , ARTI DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT TENTANG
KOMPETISI DALAM KEBAIKAN....................................................... 4
1. Surat Al Baqarah : 148........................................................................ 4
2. Surat Al Fathir : 32.............................................................................. 8
D. PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG
KOMPETISI DALAM KEBAIKAN ................................ 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

Anda mungkin juga menyukai