Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sabagai petunjuk untuk segenap umat
manusia. Melalui kitab suci inilah, Allah SWT menyempurnakan
ajaran Islam sebagai Agama yang diridhai di sisi-Nya. Al-Quran
memuat petunjuk dalam segenap aspek kehidupan manusia. Sisi-
sisi ayat Al-Quran tidak hanya terkait masalah ukhrawi tetapi
juga banyak menyinggung mengenai problematika kehidupan
khusunya pada diri manusia sendiri. Banyak ayat Al-Quran yang
megisyaratkan peningkatan taraf manusia untuk mancapai Insan
Kamil.
Menurut Abu Ala Maududi dalam karya besarnya The
Meaning of the Quran bahwa pokok pembicaraan Al-Quran
adalah manusia. Karangan yang lain The Basic Principles of
Understanding Al-Quran, sebuah karya Ulama dan pemikir Islam
Pakistan menyatakan juga bahwa tema sentral pembicaraan Al-
Quran adalah manusia sendiri.
Keterangan ini menunjukkan ayat-ayat Al-Quran lebih
banyak menyinggung manusia mengingat peran penting mereka
sebagai khalifah dimuka bumi. Pemahaman tentang manusia
merupakan bagian dari kajian filsafat. Usaha dan upaya dalam
berbagai kajian ini telah telah banyak dicurahkan untuk
membahas tentang manusia. Walaupun demikian, hakikat
dari manusia masih menjadi misteri yang belum terselesaikan.
Kita hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu pada diri
manusia. Menurut Quraish

iii
Shihab, keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya
itu disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1) Pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan
karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada
alam materi,
2) Ciri khas akal manusia lebih cenderung memikirkan hal-hal yang
tidak kompleks, dan
3) Kehidupan manusia dihadapkan dengan masalah yang
multikompleks.
Menurut Husein Aqil Munawwar, selain faktor diatas ialah
keterbatasan pengetahuan para ilmuan untuk menjangkau
segala aspek yang terdapat dalam diri manusia. Lebih lanjut
mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk Allah yang
istimewa memang memiliki latar belakang kehidupan yang
penuh rahasia. Terkait hal ini, Agamawan berkomentar bahwa
demikian itu disebabkan manusia adalah satu-satunya makhluk
yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh Ilahi.
Walaupun demikian, usaha untuk mempelajari diri kita
sendiri tidak berhenti begitu saja. Banyak sumber yang
mendukung untuk mempelajari manusia. Diantara sumber yang
paling tinggi adalah Kitab Suci Al-Quran. Oleh karena itu, penulis
melalui Makalah ini menguraikan secara sederhana
mengenai Wawasan Al-Quran tentang Manusia yang kami
sajikan dari beberapa sumber.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian istilah manusia dalam al-quran ?
2. Bagaimana konsep-konsep manusia dalam al-quran ?
3. Bagaimana penciptaan manusia dalam al-quran ?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian istilah manusia dalam al-quran

iii
2. Memahami bagaimana konsep-konsep manusia dalam
al-quran
3. Memahami bagaimana penciptaan manusia dalam al-
quran
D.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISTILAH MANUSIA DALAM AL-QURAN


Menurut Quraish Shihab, Ada tiga kata yang digunakan Al-
Quran untuk menunjuk kepada manusia, yaitu:
1) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif (), nun (), dan sin
( )semacam insan (), ins (), nas (), atau unas (
),
2) Menggunakan kata basyar (), dan
3) Menggunakan kata Bani Adam ( ) dan zuriyat Adam (
).
Secara rinci, uraian dari masing-masing istilah diatas dapat
dilihat sebagai berikut:
a) Konsep Insan ()
kata insan ( )terambil dari kata uns yang berarti
jinak, harmonis, dan tampak.
Ada pula yang mengaitkan kata insan dengan nasiya y
ang berarti lupa. Misalnya Ibnu Abbas yang
mengungkapkan bahwa manusia itu disebut insan karena ia
sering lupa kepada janjinya. Namun dari sudut pandang Al-
Quran, pendapat yang mengatakan Insanterambil dari
kata Uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak adalah
lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari
kata Nasiya (lupa) dan Nasa-Yanusu (berguncang).
Dalam Al-Quran, kata insan disebut sebanyak 61 kali.
Kata insan di dalam kebanyakan konteks pembicaraanya
dalam Al-Quran lebih mengarah kepada arti manusia
dengan sifat psikologisnya. Makna ini dapat dilihat dalam
ayat berikut:

iii
:







Artinya:
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-
hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya . Sesungguhnya
manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap
rahmat Allah). (QS. Az-Zukhruf : 15)









:

Artinya:
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
berkata: Tuhanku telah memuliakanku. (QS. al-Fajr : 15)
Menurut Quraish Shihab, kata insan digunakan Al-
Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan Bintusy Syathi
menegaskan bahwa makna kata insan inilah yang membawa
manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas
menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban dan
amanat kekuasaan. Potensi manusia menurut konsep al-
Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi. Jelas sekali bahwa dari
kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah
kegiatan berupa ilmu pengetahuan, kesenian, ataupun
benda-benda ciptaan.
Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mamp

iii
u merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang.
Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya
makhluk yang berbudaya dan berperadaban.
b) Konsep Ins ()
Kata ins ( )merupakan salah satu turunan dari kata
anasa (). Kata ini juga sering pula diperhadapkan dengan
kata al-jinn (). Misalnya dalam beberapa ayat berikut:










:




:








:

Kedua jenis kata ini ( ) tentu sangat bertolak
belakang bahwa yang yang pertama bersifat nyata (kasat
mata), sedangkan yang kedua bersifat tersembunyi. Ada
sebanyak 17 kali Allah menyebutkan kata al-ins yang
disandingkan dengan al-jinn ataujan. Dalam pemakaiannya,
kata ins dalam Al-Quran mengarah kepada jenis dan
menunjukkan manusia sebagai nomina kolektif. Secara
keseluruhan, penyebutan al-Insdalam Al-Quran sebanyak 22
kali. Pendapat lain menyebutkan, sisi
kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam al-Quran
dengan kata al-Ins dalam arti tidak liar atau tidak biadab
merupakan kesimpulan yang jelas bahwa manusia yang
nampak itu merupakan kebalikan dari jin yang bersifat
metafisik dan identik dengan liar atau bebas.

iii
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam
konsep al-ins yang berarti manusia selalu di posisikan
sebagai lawan dari kata jin yang bebas. Kata ini
mengandung makna bersifat halus dan tidak biadab. Adapun
Jin adalah makhluk bukan manusia yang hidup di alam yang
tak terinderakan.
c) Konsep Nas ()
Konsep al-Nas ( )pada umumnya dihubungkan
dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Tentunya
sebagai makhluk sosial, manusia harus mengutamakan
keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial
artinya tidak boleh sendiri-sendiri Karena manusia tidak bisa
hidup sendiri.
Asal mula terjadinya manusia yang bermula dari
pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa) kemudian
berkembang menjadi masyarakat. Dengan kata lain, adanya
pengakuan terhadap spesis di dunia ini menunjukkan bahwa
manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling
menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi
manusia dalam konsep an-Naas. Mengenai asal kejadian
keturunan umat manusia, dijelaskan dalam ayat berikut:












:
Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan

iii
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. an-Nisa : 1)
d) Konsep Unas ()
Kata unas (), seperti halnya kata ins terdiri dari tiga
huruf yang berarti manusia. Dari sini pula terbentuk kata
anasiyyu (). Pemakaian kata ini dalam ayat-ayat Al-
Quran selalu menunjukkan kepada sejumlah manusia
sehingga mengandung makna suku atau kabilah. Kata ini
ditemukan sebanyak 5 kali dalam Al-Quran yaitu QS. Al-
Baqarah : 60; QS. Al-Araf : 82, 160; QS. Al-Isra 71; dan QS.
An-Naml : 56. Lebih lanjut, teks ayatnya dapat diperhatikan
dibawah ini:

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk
kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata
air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat
minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki
(yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di

iii
muka bumi dengan berbuat kerusakan.(QS. al-Baqarah :
60)
e) Konsep Basyr ()
Kata Basyr ( )bermakna pokok tampaknya sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama, lahir
kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit
binatang yang lain. Oleh karena itu, kata basyar dalam Al-
Quran secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah
manusia.
Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 37, yaitu 36
kali dalam bentuk mufrad dan sekali dalam bentuk
mutsanna untuk menunjukkan manusia dari sudut
lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia
seluruhnya. Dalam pengertian ini, dapat kita temukan dalam
QS. Al-Kahfi 110:

:




Artinya:
Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa. (QS. al-Anam :
110)
Pada konteks lain, ayat-ayat Al-Quran yang
menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa
proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-
tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Hal ini
ditegaskan di dalam QS. Al-Rum : 20:

iii
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu
(menjadi) manusia yang berkembang biak. (QS. ar-Ruum :
20)
Sejalan dengan keterangan diatas, maryam
mengungkapkan keherananya bagaimana mungkin aku
memperoleh anak padahal belum pernah disentuh
oleh basyar,yakni manusia dewasa yang mampu melakukan
hubungan seksual. Keterangan ini ditegaskan dalam QS. al-
Imran : 47:


:





Artinya:
Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh
seorang laki-lakipun. QS. al-Imran : 47)
Disamping itu, ditemukan pula kata basyiruhunna (


) yang juga berakar dari kata basyara ( )dengan
arti hubungan seksual. Kata ini disebutkan dua kali di dalam
satu ayat, yakni QS. al-Baqarah : 187.
f) Konsep Bani Adam ( ) dan Zurriyat Adam (
)
Adapun kata bani adam ( ) dan zurriyat Adam (
), yang berarti anak Adam atau keturunan Adam
digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal
keturunannya. Dalam Al-Quran istilah bani adam disebutkan
sebanyak 7 kali dalam 7 ayat. Penggunaan kedua kata ini
dapat dilihat dibawah ini:

iii





:

Artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) masjid makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. al-
Baqarah : 31)









:

Artinya:
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi
ni'mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan
dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis.(QS. al-Baqarah : 58)
Menurut Thabathabai dalam Samsul Nizar (2001: 52),
penggunaan kata bani Adam menunjuk pada arti manusia
secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang
dikaji, yaitu:
1) Anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan
Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna
manutup aurat,

iii
2) Mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan
terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak
kepada keingkaran,
3) Memanfaatkan semua yang ada di alam semesta
dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya.
Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus
peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan
Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.
Lebih lanjut, Jalaluddin mengatakan konsep Bani Adam
dalam bentuk menyeluruh adalah mengacu kepada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusian. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep
Bani Adam adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan
kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya yang juga
mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusian serta mengedepankan HAM. Adapun yang
membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada Pencipta.
Sebagaimana yang diutarakan dalam QS. Al-Hujarat: 13:








:

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat :
13).

iii
B. PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL-QURAN
Al-Quran telah memberikan informasi kepada kita bahwa
Allah SWT menciptakan manusia dari materi dan roh. Unsur
materi dan roh pada manusia tidak bisa dijadikan terpisah atau
berdiri sendiri satu sama lain, tetapi keduanya berpadu secara
bersamaan dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan
harmonis. Dari perpaduan yang saling melengkapi dan harmonis
ini, terbentukah diri manusia dan kepribadiannya.
a) Produksi dan Reproduksi Manusia
Al-Quran menguraikan produksi dan reproduksi pada
manusia. Ketika berbicara tentang penciptaan manusia
pertama, al-Quran menunjuk kepada Sang Pencipta dengan
menggunakan pengganti nama berbentuk tunggal. Hal ini
seperti diungkapkan dalam beberapa ayat berikut:

Artinya:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah.(QS. Shad : 71)
b) Penciptaan Awal Manusia
Secara sederhana dapat kita sebut bahwa asal-usul
manusia dari tanah. Adam diciptakan dari tanah, sementara
anak cucunya dari saripati (ekstrak) tanah yang terkandung
dalam spermatozoa dan ovum. Allah SWT telah
mengemukakan fase-fase penciptaan manusia di beberapa
tempat berbeda pada al-Quran. Disatu tempat, Allah SWT
menyatakan bahwa dia menciptakan Adam dari tanah. Pada

iii
tempat lainnya dari tanah lumpur, yaitu campuran tanah
dan air. Di tempat lain dari tanah liat yang dibentuk, yaitu
tanah yang berubah karena pengaruh cuaca. Disisi lain
diungkapkan dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang
dapat dibentuk, yaitu lumpur yang kering dan bisa
mengeluarkan suara berdenting bila diketok. Kemudian pada
tempat lainnya lagi, dari tanah kering seperti tembikar, yaitu
tanah yang benar-benar telah kering sebagaimana yang
terjadi ketika mengubah tanah menjadi tembikar melalui
pembakaran.
Proses diatas diterjemahkan dari beberapa term yang
digunakan Al-Quran, yaitu Turab () , Tin ( ) , hamain
masnun (



) , dan salsal ( ) . Term-term ini
dalam bahasa arab memiliki makna berbeda sehingga dapat
dikatakan bahwa unsur-unsur tersebut mengalami suatu
proses kreatif kemudian ditiupkannya padanya roh dari
ciptaan Allah sehingga menjadi bentuk yang sama sekali
berbeda dengan unsur awalnya.
Keempat term yang mengandung unsur tanah yang
dsebut oleh al-Quran dapat dicermati dalam ayat-ayat
dibawah ini:

Term Turab ()
Term Turab () , diartikan sebagai sebagai
tanah atau partikel debu tanah. Kata ini
dalam kaitannya dengan penciptaan manusia
dapat ditemukan pada QS. al-Imran : 59; QS. al-Kahfi :
37, QS. al-Hajj : 5; QS. ar-Rum : 20; QS. Fatir : 11; QS.
Gafir : 67. Salah satu diantara ayat-ayat itu adalah
sebagai berikut:

iii












:
Artinya:
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah
kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan
kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan
tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan
tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan
umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS. Fatir : 11)
Term Tin (
)
Term tin yang diartikan sebagai tanah liat
atau ekstrak tanah liat dijumpai dalamQS. al-Maidah :
110, QS. al-Anam : 2, QS. al-Araf : 12, 17, 61, QS. al-
Muminun : 12, as-Sajadah : 7, QS. Shad : 71, 76. Salah
satu ayat yang jelas-jelas menyatakan penciptaan awal
manusia dari tanah liat adalah:

Artinya:

iii
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia
dari tanah. (QS. as-Sajadah : 7)
Hamain masnun (



)
Term hamain masnun dimaknai sebagai lumpur
hitam yang pekat. Kata ini dijumpai dalam ayat ke-26,
28 dan 33 dari surah al-Hijr yang semuanya
berhubungan dengan proses penciptaan manusia.
Proses pada tahap hamain masnun merupakan proses
transisi antara tin dan salsal. Surah al-Hijr : 26
menjelaskan sebagai berikut:

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. al-Hijr : 26)

Salsal ( )
Term salsal yang diartikan tembikar kering sebelum
proses pembakaran. Seperti disebutkan dalam ayat
berikut:
:







Artinya:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering
seperti tembikar. QS. ar-Rahman : 14)
Ketika proses awal penciptaan manusia secara fisik
sampai pada tahap salsal, Allah meniukan roh padanya
sehingga terciptalah manusia secara utuh. Penjelasan
ini ditegaskan di dalam surah al-Hijr : 28-29 sebagai
berikut:

iii






.



- :





Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan
seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. al-
Hijr : 28-29).
c) Penciptaan Keturunan Adam
Setelah proses penciptaan manusia pertama yang unik,
lahirlah anak cucu yang berkembang biak dari generasi ke
generasi. Surah an-Nisa ayat 1 menjelaskan tentang ini:












:
Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

iii
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. an-Nisa : 1)
Manusia keturunan adam (bani/zurriyat
adam) beregenerasi dengan pola pertemuan antara sel laki-
laki dan sel perempuan. Setelah pertemuan ini terjadilah
pembuahan yang kemudia berproses menjadi janin.
Pertumbuhan dan perkembangannya diterangkan dengan
sangat jelas di dalam al-Quran. Terdapat beberapa ayat
yang menjelaskan hal ini, dua diantaranya sangat terperinci.
Masing-masing surah al-Muminun ayat 12 sampai ayat
14 dan surah al-Hajj ayat 5. Berikut uraian surah al-
Muminun ayat 12-14:
























Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu. Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik. (QS. al-Muminun : 12-14)

iii
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa
proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase
kehidupan sebagai berikut.
1) Fase awal kehidupan manusia berupa tanah. Manusia
berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal yaitu
manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang
diciptakan dari tanah dan sperma atau ovum yang
menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati
makanan yang berasal dari tanah,
2) Saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut
menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-
Quran dengan istilah nutfah,
3) Kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan
menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio
(alaqah),
4) Proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi
segumpal daging (mudghah),
5) Proses ini merupakan kelanjutan dari mudghah. Dalam
hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat
sampai berubah menjadi tulang belulang (idzaam),
6) Proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi
daging (lahmah),
7) Proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah
berubah menjadi bayi dan mulai bergerak, dan
8) Setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi
tersebut ke atas dunia.

C. POTENSI MANUSIA DAN PERGULATAN PSIKOLOGIS


Al-Quran banyak menyinggung mengenai sifat-sifat dan
potensi manusia. Dalam hal ini, ditemukan sekian ayat yang
memuji dan memuliakan manusia. Seperti pernyataan tentang
terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya (QS. at-Tin : 5),

iii
penegasan tentang dimuliaknnya makhluk ini dibandingkan d
engan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS. al-Isra
: 70). Kedua ayat ini dapat diperhatikan dibawah ini:

:






Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam


bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. at-Tin : 4)
Namun pada sisi lain, manusia sering pula mendapat celaan
Tuhan karena ia amat aniaya dan mengingkari nikmat (QS.
Ibrahim : 34), sangat banyak membantah (QS. al-Kahfi : 54), dan
bersifat keluh kesah lagi kikir (QS. al-Maarij : 19) serta masih
banyak lagi lainnya.
Menurut Quraish Shihab, ini bukan berarti bahwa ayat-ayat
al-Quran saling bertentangan satu dengan lainnya. Akan tetapi,
ayat tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang
harus dihindarinya. Disamping itu, menunjukkan bahwa makhluk
ini mempunyai potensi untuk menempati tempat tertinggi
sehingga ia terpuji atau berada ditempat yang rendah sehingga
ia tercela.
Sesungguhnya dalam kepribadian manusia terkandung sifat-
sifat hewan yang tampak dari kebutuhan-kebutuhan fisik yang
mesti dipenuhi demi menjaga diri dan kelangsungan hidup.
Selain itu, dalam kepribadian manusia juga terkandung sifat-sifat
malaikat yang tergambar dari kerinduan spritualnya untuk
mengenal, beriman, beribadah dan bertasbih kepada Allah SWT.
Al-Quran menunjukkan aspek pergulatan psikologis tentang
aspek materi dan rohani pada beberapa tempat. Misalnya, ketika
Qarun menemui kaummnya dengan mengenakan perhiasaannya.
Ini menjadikan sebagian orang berangan-angan memiliki

iii
kekayaan seperti Qarun. Akan tetapi, sebagian lainnya menolak
dengan alasan bahwa yang ada pada Allah SWT itu lebih baik
dan lebih langgeng.
Pergulatan antara aspek materi dan rohanipada manusia
diisyartkan pula oleh al-Quran saat menggambarkan beberapa
kaum muslimin yang bubar disekeliling nabi SAW ketika
mendengar berita tibanya para kafilah yang penuh dengan
barang-barang ke Madinah.
Jadi, dalam sifat penciptaan manusia terdapat kesiapan
untuk melakukan kebaikan atau keburukan.
Kesiapan untuk memperturutkan hawa nafsu,
tenggelam dalam kesenagan duniawi atau semacamnya. Selain
itu, terdapat juga kesiapan untuk menaiki ufuk kemulian dan
ketakwaan, meraih ketenangan, memperoleh manisnya iman
dan sebagainya. Pembawaan manusia yang mengandung
pergulatan antara kebaikan dan keburukan atau keutamaan dan
kehinaan adalah sangat alamiah. Ujian sesungguhnya bagi
manusia dalam kehidupannya ialah apa yang akan dituju oleh
kemauannya dan apa yang akan ditimbulkan oleh pilihannya.

iii
BAB III

PENUTUP

Menurut Quraish Shihab, Ada tiga kata yang digunakan Al-


Quran untuk menunjuk kepada manusia, yaitu:
1) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif (), nun (), dan sin
( )semacam insan (), ins (), nas (), atau unas (
),
2) Menggunakan kata basyar (), dan
3) Menggunakan kata Bani Adam ( ) dan zuriyat Adam (
).
Al-Quran adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sabagai petunjuk untuk segenap umat
manusia. Melalui kitab suci inilah, Allah SWT menyempurnakan
ajaran Islam sebagai Agama yang diridhai di sisi-Nya. Al-Quran
memuat petunjuk dalam segenap aspek kehidupan manusia. Sisi-
sisi ayat Al-Quran tidak hanya terkait masalah ukhrawi tetapi
juga banyak menyinggung mengenai problematika kehidupan
khusunya pada diri manusia sendiri. Banyak ayat Al-Quran yang
megisyaratkan peningkatan taraf manusia untuk mancapai Insan
Kamil.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi , Muchlis., (ed.). Spiritualitas dan Akhlak Tafsir Tematik


Al-Quran, Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran,
2010
Jalaluddin. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003
Najati, Muhammad Utsman. Psikologi dalam Al-Quran : Terapi
Qurani dalam pemyembuhan Gangguan Kejiwaan,
Bandung : CV Pustaka Setia, 2005
Rahardjo, M. Dawam., (ed.). Insan Kamil : Konsepsi Manusia
Menurut Islam, Jakarta : Pustaka Grafitipers, 1987
Rouf, Abdul Mukti. Manusia Super, Pontianak: STAIN Pontianak
Press, 2008
Sahabuddin., (ed.). Ensiklopedi Al-Quran : Kajian Kosakata,
Jakarta : Lentera Hati, 2007
Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan Al-Quran : Tafsir Tematik
atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung : PT Mizan Pustaka,
2007
Syati, Aisyah Bintu. Manusia Dalam Perspektif AL-Quran, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1955

iii
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb
Puji syukur Tim Penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang
telah melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya lah kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari titik
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari Pembaca sangat Tim Penulis harapkan agar
makalah ini mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Akhirnya, Tim Penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna bagi para Pembaca serta bagi Tim Penulis sendiri.

Wassalmualaikum Wr. Wb.

Bayung Lencir, April 2016

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Batasan Masalah 2
C Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A Istilah Manusia Dalam Al-Quran
3
B Penciptaan Manusia Dalam Al-Quran 10
C Potensi Manusia dan Pergulatan Psikologis 16
BAB III KESIMPULAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
MAKALAH
TUGAS TAFSIR
TAFSIR TENTANG
KEMANUSIAAN
DOSEN PENGAMPU :
SUPARDI, M.A

DISUSUN OLEH :
PONIATI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


RAHMANIYAH
KAMPUS E BAYUNG LENCIR

iii
2016

iii

Anda mungkin juga menyukai